Indonesia Sabet Tiga Penghargaan dari Arab Saudi

Musim haji telah berakhir, dan sudah saatnya pemerintah mulai melakukan evaluasi guna mengintrospeksi kinerja dan kesuksesan terselenggaranya musim haji 2018. Untuk itu, Kementerian Kesehatan bersama lembaga terkait menggelar Evaluasi Nasional Kesehatan Haji 2018 dengan tema Profesionalitas petugas kesehatan dalam mendukung penyelenggaraan haji.

Acara yang digelar di Jakarta, dan akan berlangsung sejak Kamis 11 Oktober hingga 13 Oktober 2018 ini, dihadiri oLeh lebih dari 150 peserta dari dinas kesehatan berbagai daerah. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nila Moeloek mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh petugas kesehatan haji yang telah bekerja maksimal dalam menyukseskan penyelenggaraan haji 2018 ini.

“Apa yang telah dikerjakan oleh petugas kesehatan haji, kementrian kesehatan, kementrian agama, sudah sangat maksimal. Mulai dari persiapan, pada saat ibadah haji, hingga kepulangan. Saya kira ini sudah sangat bagus sekali, dan kami akan segera siapkan untuk musim haji 2019 nanti agar bisa lebih bagus lagi,” kata Nila, Kamis (11/10).

Dikatakan Nila, tahun ini, jumlah jamaah yang berisiko tinggi jauh lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sekitar 65.5 persen, atau 2.1 persen lebih tinggi dari sebelumnya. Adapun upaya yang telah dilakukan untuk menanggulanginya adalah dengan istitaah.

Istitaah itu, kata Nila, merupakan kesepakatan antara kementrian kesehatan dan kementerian agama untuk memfilter calon jamaah yang layak berangkat haji. Upaya ini juga merupakan implementasi dari Permenkes No 15 tahun 2016 mengenai istitaah kesehatan haji yang berupa pembinaan, pelayanan, dan bimbingan kesehatan bagi jamaah baik sejak di tanah air maupun saat kembali lagi ke tanah air.

Untuk mewujudkannya, diperlukan kerja sama dinkes daerah dan provinsi untuk mendata riwayat dan kondisi kesehatan terkini calon jamaah. Data yang telah terkumpul akan dimasukkan ke sistem komputerisasi pusat Kemenkes, yang nantinya akan memudahkan petugas mengetahui kondisi kesehatan jamaah.

“Data ini juga akan tersimpan di masing masing kartu kesehatan jamaah haji sehingga pelaksanaan ibadah haji akan semakin mudah,” ujar Menkes.

Menkes berpesan, bagi para calon jamaah haji, agar dapat menjalani istitaah dengan maksimal untuk mengukur kemampuan sebelum menunaikan ibadah haji. Kementerian Agama, lanjut dia, juga telah mengatur kebijakan terkait jamaah yang gagal seleksi istitaah, yakni dapat digantikan oleh wali.

“Karena memang untuk pergi haji bukan hanya membutuhkan kemampuan secara finansial, tapi juga mampu fisiknya,” ujar Nila.

Hingga saat ini, seleksi istitaah telah berjalan maksimal, bahkan telah melebihi target. Hal itu dapat dilihat dari berkurangnya angka kematian jamaah haji dibanding tahun sebelumnya, yakni 1.5 persen dari total jamaah sebanyak 221 ribu jamaah.

Dengan pencapaian ini, Kementrian Kesehatan juga menyabet tiga penghargaan sekaligus dari Pemerintah Arab Saudi. Yakni penghargaan sebagai pelayanan kesehatan terbaik, tim promosi dan preferensi terbaik, dan penghargaan umum sebagai negara dengan pelayanan kesehatan terbaik.

Nila mengaku, inovasi pelayanan haji tahun ini memang lebih matang dan efektif. Mulai dari sistem pengecekan kesehatan, tim gerak cepat, hingga tim promosi baik saat berada di tanah air maupun Tanah Suci.

Fasilitas kesehatan seperti posko kesehatan hingga rumah sakit Indonesia di beberapa wilayah di Arab Saudi seperti Jedah, Makkah dan Madinah, kata Nila, kini juga telah banyak diperbaiki dan diperlengkap, sehingga pelayanan kesehatan dapat lebih maksimal.

“Penghargaan ini tentu merupakan sebuah penghormatan dan pemacu semangat untuk lebih baik lagi, dan semoga dengan evaluasi ini kita dapat melihat kinerja masing-masing tim pelaksana haji dan meningkatkannya,” tutup Nila.

Syeik al Sudais: Musim Haji bukan Tempat untuk Berpolitik

Hampir 1.6 juta jamaah haji telah berada di Arab Saudi dan jumlahnya diperkirakan akan meningkat menjadi 2 juta pada hari Kamis ini, sebagai puncak ibadah Wukuf di Arafah.

Berbicara di simposium ibadah di Makkah, Kepala Masjid Haram dan Masjid Nabawi, Syeikh Abdulrahman Al-Sudais mengingatkan, dunia telah menderita terorisme, kekerasan dan sektarianisme.

Ia menambahkan, bahwa keadilan, keamanan dan perdamaian adalah tujuan umum semua agama dan pesan ilahi. Perdamaian seharusnya menjadi dasar hubungan antara masyarakat, kelompok dan negara, katanya dikutip laman Arabnews.

Syeikh Al-Sudais menambahkan bahwa musim haji adalah saat bagi dunia untuk melihat umat Islam berkumpul bersama terlepas dari latar belakangnya dengan cinta dan kedamaian.

Dalam hal ini, dia mengusulkan beberapa rekomendasi termasuk menggunakan musim haji untuk menyebarkan semangat damai di kalangan umat Islam.

Syeikh Al-Sudais juga menyarankan menerbitkan ensiklopedia universal tentang perdamaian dalam Islam yang dicetak dalam semua bahasa.*

 

HIDAYATULLAH

 

Kuota Haji 2016 tak Bertambah

Kuota haji pada 2016 jumlahnya tetap 168.800 jamaah. Artinya, Indonesia tidak akan mendapatkan tambahan 10 ribu jamaah, seperti yang telah dijanjikan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud saat Presiden Joko Widodo berkunjung beberapa waktu lalu.

“Pihak Kemhaj (Kementerian Haji Arab Saudi) bahwa kuota tahun ini seperti tahun lalu… Namun permintaan tambahan yang disampaikan Menag dalam pembahasan yang dengan Kemhaj akan dipelajari dan akan diberikan jawaban dalam waktu secepatnya,” kata Staf Kantor Urusan Haji Indonesia (KUHI) di Arab, Saudi Slamet Sudiyanto dalam pesan singkat kepada Republika.co.id, Selasa (15/3).

Sebelumnya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meminta kejelasan mengenai santunan korban crane bagi jamaah haji Indonesia yang wafat dan luka-luka. Menteri Urusan Haji Arab Saudi Bandar bin Muhammad Hajjar mengatakan, pihaknya sedang memproses pembayaran santunan bagi ahli waris korban jatuhnyacrane di Masjidil Haram tahun lalu.

—————————————————————————————————————-
Baca Juga:
Aplikasi Pengecekan Jadwal Keberangkatan Haji
—————————————————————————————————————-
Sebanyak 12 warga Indonesia meninggal dunia dan 61 orang lainnya luka-luka. Pemerintah Arab Saudi berjanji untuk memberikan undangan haji bagi ahli waris korban crane yang meninggal dunia dan mengulang ibadah haji bagi korban luka-luka.

Selain itu, Arab Saudi memberikan santunan 1 juta riyal untuk korban meninggal dan 500 ribu riyal untuk korban luka-luka. Untuk memenuhi syarat pemberian santunan, data pribadi setiap korban akan dicek secara teliti berdasarkan waktu penanganan di rumah sakit.

Data tersebut mencakup nama, kebangsaan, paspor, dan alamat. Data yang telah lengkap akan diteruskan kepada otoritas yang bersangkutan. MusimHaji

 

sumber: Republika Online

Tipologi Ibadah Haji

Oleh: Imam Nur Suharno

Musim haji telah tiba. Jutaan kaum Muslimin dari seluruh penjuru dunia secara bertahap bergerak menuju Tanah Suci untuk menjalankan rukun Islam yang kelima, yaitu ibadah haji.

Dalam pelaksanaannya, banyak hal yang kadang melatarbelakangi seseorang dalam menjalankan ibadah haji, sebagaimana disinyalir oleh Rasulullah SAW. “Akan datang suatu masa yang dialami umat manusia, yaitu orang kaya dari umatku yang melaksanakan ibadah haji (niatnya) karena wisata, orang kalangan menengah (niatnya) karena berdagang, orang kalangan ahli pengetahuan (niatnya) karena ria dan sumah, dan kaum fakir di antara mereka (niatnya) karena untuk meminta-minta.” (HR Ibnu Jauzy).

Hadis di atas memberikan peringatan kepada jamaah haji agar selalu menjaga keikhlasan sebelum, selama, dan setelah menjalankan ibadah haji.

Sebab, tidak sedikit orang yang pergi ke Tanah Suci dengan latar belakang (niat) yang berbeda-beda, itulah tipologi seseorang dalam menjalakan ibadah haji.

Pertama, untuk berwisata. Yaitu, ibadah haji yang dilaksanakan bertujuan untuk jalan-jalan. Sehingga, aktivitasnya di Tanah Suci lebih semangat jika diajak untuk jalan-jalan daripada ke masjid.

Dan, ibadah yang dilaksanakan selama di Tanah Suci tidak berpengaruh terhadap perbaikan pribadi, keluarga, dan masyarakatnya, melainkan agar masyarakat menilainya sebagai orang yang kaya.

Kedua, untuk berdagang. Yaitu, seseorang yang menunaikan ibadah haji bertujuan untuk berbelanja. Sehingga, aktivitasnya selama di Tanah Suci lebih banyak aktivitas berdagang atau berbelanja daripada ibadah kepada Allah SWT.

Ketiga, karena ria dan sum’ah. Yaitu, seseorang yang melaksanakan ibadah haji sekadar untuk mengejar status sosial kemasyarakatan, yakni gelar haji. Sehingga, ia mudah tersinggung jika tidak disebutkan gelar hajinya.

Keempat, untuk meminta-minta. Yaitu, kalangan kaum fakir yang berangkat ke Tanah Suci untuk mengharap belas-kasihan dengan harapan sekembalinya dari Tanah Suci, ia dapat mengumpulkan harta yang cukup. Sehingga, ia menjadikan aktivitas meminta-minta itu sebagai profesi tahunan baginya.

Dengan demikian, balasan bagi orang yang melandaskan niat ibadah hajinya sebagaimana di atas maka ia akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya.

Sabda Nabi SAW, ”Sesungguhnya, setiap perbuatan bergantung niatnya. Dan, sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.” (HR Bukhari dan Muslim).

Sedangkan, seseorang yang pergi hajinya atas dasar iman dan ikhlas semata karena Allah, tidak berbuat rafats, tidak berbuat fusuk, dan tidak melakukan jidal selama haji (QS al-Baqarah [2]: 197), niscaya ia akan meraih predikat haji mabrur yang balasannya adalah surga (HR Bukhari dan Muslim).

Semoga Allah meluruskan niat kaum Muslimin yang tengah menjalankan ibadah haji dengan niat semata karena-Nya dan meraih haji yang mabrur.Amin.

 

sumber: Republika Online

Inilah Suasana Awal Musim Haji di Masjidil Haram

Jemaah haji dari berbagai bangsa mulai memadati kawasan Masjidil Haram, Makkah. Dengan pakaian ihram mereka menunaikan ibadah umroh seperti thawaf dan sa’i yang merupakan rangkaian dari haji.
Pada Jumat (21/8/2015), Bangladesh, Pakistan, Mesir dan China merupakan asal jemaah yang mendominasi ibadah umroh. Mereka dapat dengan mudah dikenali dari atributnya seperti jahitan bendera di kain ihram atau tas.
Masih terlihat ruang cukup terbuka di tempat thawaf sekeliling kakbah maupun lintasan sa’i. Jemaah masih terlihat nyaman melakukan rangkaian ritual ibadah dengan cukup leluasa.
Walau tetap rebutan, jemaah relatif mudah untuk mengecup langsung Hajar Aswad yang dijaga seorang askar. Pun berdoa di multazam dan salat sunnah di Hijir Ismail
Orang-orang, baik yang sedang thawaf wajib atau tidak, bisa dengan mudah salat di sekeliling arena thawaf. Selain salat, mereka ada yang mengaji, berdoa, ataupun berbaring istirahat.
Di tengah-tengah suasana ibadah, proyek renovasi dan perluasan di Masjidil Haram masih terus berlangsung. Tempat thawaf di lantai satu dan dua sudah bisa dilintasi, rencananya proyek ini akan selesai pada tahun 2016 sehingga kuota haji Indonesia sebanyak 211.00 orang akan kembali normal.
Panas di Makkah berkisar antara 44-45 derajat celcius pada siang hari. Jemaah haji Indonesia yang akan bergerak dari Madinah ke Makkah pada tanggal 30 Agustus 2015 nanti diharapkan mengantisipasi hal ini agar ibadahnya tetap terjaga.
Sekali lagi diingatkan kepada para jemaah haji Indonesia jika kelak beribadah di Masjidil Haram agar membawa botol air. Cuaca yang panas berpotensi menyebabkan heat stroke dan dehidrasi. Jika air botol di habis bisa mengisinya dengan zam-zam yang tersedia hampir di seluruh sudut Masjidil Haram.