Nabi Idris alaihissalam

Nabi Idris alaihissalam adalah kakeknya ayah Nabi Nuh alaihissalam sebagaimana yang diriwayatkan dalam Sahih Bukhari. Beliaulah yang pertama kali pandai menulis dan membaca. Kepadanya diturunkan 30 shohifah (kitab) oleh Allah yang di dalamnya berisi petunjuk untuk disampaikan kepada umatnya (keturunan Qabil yang durhaka kepada Allah subhanahu wa ta’ala).

Nabi Idris juga adalah manusia pertama yang pandai berkuda, mengurus hewan ternak, bisa berhitung, dan juga orang pertama yang berjihad fi sabilillah untuk memerangi orang-orang yang durhaka kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Beliau bernama Idris karena banyak mempelajari kitab-kitab yang diturunkan Allah subhanahu wa ta’ala kepada Nabi Adam dan Nabi Syits. Nabi Idris juga merupakan orang pertama yang pandai menggunting pakaian dan menjahit, dimana sebelumnya manusia memakai pakaian yang terbuat dari kulit binatang. Nabi Idris alaihissalam tidak pernah lalai sedikitpun dari mengingat Allah walaupun hari-harinya dipenuhi kesibukan. Nabi Idris mempunyai kekuatan fisik yang prima dan memiliki sifat yang pemberani sehingga dirinya dijuluki sebagai Asadul Usud (singa dari segala singa). Ini dikarenakan Nabi Idris dengan gagahnya memerangi orang-orang yang durhaka kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala juga memberikan derajat yang tinggi kepadanya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:

Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kepada mereka kisah Idris (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an, sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi, dan Kami telah mengangkatnya kepada martabat yang tinggi.” (Qs. Maryam: 56-57)

Umat manusia pada zaman Nabi Idris alaihissalam sering berbuat maksiat dan berlaku dzalim, baik kepada keluarga maupun kepada masyarakat. Kehidupan manusia pada zaman itu dipenuhi dengan rasa permusuhan dan mereka seringkali berbuat kerusakan di muka bumi. Karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala mengutus Nabi Idris alaihissalam ke tengah-tengah mereka. Sesungguhnya hal itu diperuntukkan agar mereka mau mengikuti wahyu Allah subhanahu wa ta’ala sehingga mereka mendapatkan keselamatan di akhirat. Menurut pendapat sebagian ahli tafsir, dikatakan bahwa pada saat ada kesempatan bagi Nabi Idris alaihissalam untuk berkenalan dengan para malaikat, maka Nabi Idris mempunyai keinginan untuk melihat alam ghaib (naik ke langit). Keinginan nabi Idris itu pun dikabulkan Allah subhanahu wa ta’ala sehingga naiklah nabi Idris ke langit yang keempat, dan sebagian ulama mengatakan ke langit keenam. Wallahu a’lam bish shawab.

Diriwayatkan dalam hadits sahih Bukhari dari Anas bin Malik bahwa ketika Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj, beliau bertemu dengan Nabi Idris yang menyambutnya dengan berkata, “Selamat datang wahai nabi yang shaleh.” Maka nabi Muhammad bertanya kepada malaikat Jibril yang mendampinginya saat itu, “Siapakah dia?” Malaikat Jibril menjawab, “Dialah Idris.”

Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Ingatlah akan kisah Ismail, Idris, dan Zulkifli, masing-masingnya masuk ke dalam golongan orang-orang yang sabar. Kami masukkan mereka iti ke dalam rahmat Kami, sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang shaleh.” (Qs. Anbiya: 85-86)

Demikianlah kisah mengenai Nabi Idris alaihissalam. Semoga kita bisa mengambil manfaat dari kisah ini, dan semoga kisah ini semakin menambah khazanah pengetahuan kita tentang kisah para nabi.

 

sumber: Lampu Islam

Manusia Pertama Menulis dengan Pena

Nabi Idris Alaihissalam (AS) adalah seorang nabi yang diutus oleh Allah kepada kaumnya. Menurut sebagian riwayat, sebagaimana dikutip Sami bin Abdullah Al-Maghluts dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, Idris diutus kepada kaum dari Nabi Syits AS atau keturunan Qabil, putra Nabi Adam AS, di wilayah Irak kuno.

Afif Abdul Fatah dalam bukunya yang berjudul Nabi-nabi dalam Alquran, mengutip sejumlah keterangan ulama, menyebutkan, Idris dilahirkan di Munaf (Memphis), Mesir, kemudian berdakwah menyiarkan agama Allah hingga wilayah Irak kuno. Kelompok lain berpendapat, Idris dilahirkan dan dibesarkan di Babilonia.

Al-Maghluts menyebutkan, Idris diperkirakan hidup pada tahun 4533-4188 Sebelum Masehi (SM). Usianya diperkirakan sekitar 345 tahun. Ada pula yang menyebutkan, usianya 308 tahun. Hal ini juga disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Qishash al-Anbiyaa’ yang mengutip keterangan dari Ibnu Ishaq.

Nabi Idris AS, diakui oleh banyak ulama dan ahli tafsir, adalah seorang nabi yang memiliki banyak keistimewaan. Keistimewaan itu di antaranya adalah kemampuannya dalam menulis, menggambar, menjahit, dan menguasai ilmu perbintangan (astronomi).

Dalam kitab Tarikh al-Hukama disebutkan bahwa Idris bernama Hurmus Al-Haramisah. Namanya berasal dari bahasa Yunani, Armia. Kemudian, diistilahkan menjadi bahasa Arab, Hurmus. Dinamakan Hurmus karena ahli dalam ilmu perbintangan.

Dalam Alquran, namanya disebut dengan Idris karena Allah memuliakannya sebagai seorang utusan-Nya yang memiliki kepandaian dalam bidang ilmu pengetahuan dan rajin belajar (daras). Allah memberikannya 30 mushaf (shuhuf) sebagai bekal untuk diajarkan pada kaumnya.

Ibnu Ishaq menyatakan, Idris adalah manusia (orang) pertama kali yang menulis dengan pena. Rasul SAW bersabda, Dahulu, ada seorang nabi yang menulis dengannya (maksudnya menulis di atas pasir). Barang siapa yang sejalan dengan tulisannya, demikian itulah (tulisannya). (HR Muslim).

Menurut Al-Maghluts, pada masa Nabi Idris, manusia sudah berbicara dalam 72 bahasa. Saat berdakwah kepada kaumnya, Idris sudah menggambar pembangunan kota-kota. Terdapat sekitar 188 kota yang dibangun di masanya.

Nabi Idris juga dikenal sebagai ahli astronomi (perbintangan) dan pakar bahasa. Dalam dunia modern, ilmu astronomi atau perbintangan baru ditemukan oleh Nicolas Copernicus (1473-1543 M). Sedangkan tokoh Muslim yang dikenal sebagai ahli astronomi adalah Abu Raihan Muhammad bin Ahmad al-Biruni (973-1041 M).

Mengenai wafatnya, tak ada keterangan perinci. Dalam Alquran disebutkan, Allah mengangkatnya ke ‘tempat yang tertinggi’. (QS Maryam [19]: 57). Dalam peristiwa Isra Mi’raj, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari, Rasul SAW bertemu dengannya di langit keempat.

 

 

Oleh Syahruddin El-Fikri

sumber: Republika Online

Nabi Idris AS, Penulis Pertama Sejarah Manusia

Dalam buku berjudul Kitab Peninggalan-Peninggalan Bersejarah Para Nabi karya Abdul Syukur al-Azizi disebutkan, Nabi Idris AS adalah penemu tulisan pertama dalam sejarah peradaban umat manusia.

Pernyataan ini berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwiyatkan Muslim dari Mu’awiyah bin al-Hakam as-Sulami, yakni: ”Dahulu, ada seorang nabi yang menulis dengannya (maksudnya menulis di atas pasir). Barang siapa sejalan dengan tulisannya, demikian itulah (tulisannya)”.

Hadis Nabi Muhammad SAW ini menjelaskan firman Allah SWT dalam Alquran surah Maryam (19) ayat 56 yang artinya: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut di dalam Alquran). Sesungguhnya, ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan, kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.”

Menurut Abdul Syukur, manusia sudah berbicara menggunakan 72 bahasa pada masaNabi Idris AS. Saat berdakwah kepada kaumnya, ia sudah menggambar pembangunan kota-kota, sehingga kota yang berhasil dibangunnya berjumlah 188 kota.

Berdasarkan catatan sejarah, sekitar 3.500 hingga 3.000 SM, bangsa Sumeria (Irak) telah dikenal sebagai bangsa paling tua di dunia yang memiliki bukti kemampuan menulis. Pada 3.000 hingga 2.000 SM, bangsa Mesir juga menunjukkan bukti yang sama. Bahkan, sekitar 2.500 hingga 2.000 SM, bangsa Mesir membuat piramida, dan bangsa Sumeria (Babilonia) membuat taman gantung yang masih bisa disaksikan hingga saat ini.

Dalam catatan sejarah, bukti-bukti adanya karya tulis tertua memang ditemukan di tempat Nabi Idris menyeru kaumnya, yaitu tempat bangsa Sumeria. Hal ini semakin menguatkan bahwa Nabi Idris AS adalah manusia pertama yang mengenalkan tulisan.

Bahkan, beberapa tahun silam, ilmuwan modern dan para ahli arkeologi berhasil menemukan sejumlah perabotan dan barang-barang yang diperkirakan berusia 4.000 tahun. Beberapa benda yang berhasil ditemukan adalah sebuah lempengan dari tanah yang berasal dari zaman Sumeria. Di atas lempengan itu, terdapat tulisan tentang matematika dalam bentuk tulisan huruf paku.

Menulis dengan pena

Nabi Idris AS juga dikenal sebagai manusia pertama yang menulis menggunakan pena. Para ilmuwan pernah menemukan beberapa potongan naskah kuno yang diklaim terkait dengan Nabi Idris AS.

Oleh para sejarawan, naskah kuno itu disebut Kitab Henokh. Salah satu cerita dalam kitab itu berisi tentang peradaban tertua di bumi Lemuria, Atlantis yang hilang ditelan bumi. Juga, prediksi tentang banjir besar yang akan terjadi di bumi.

Para ilmuwan itu menduga Kitab Henokh ditulis Nabi Idris yang juga dikenal dengan nama Akhnukh  yang dalam bahasa Ibrani disebut Henokh.

Selain dikenal sebagai orang yang pertama menggunakan pena, Nabi Idris AS juga dikenal sebagai ahli perbintangan. Nabi Idris adalah orang yang pertama kali menggunakan bintang sebagai penunjuk arah, waktu yang tepat untuk bercocok tanam, memperkirakan kondisi cuaca, dan lain-lain.

Keterkaitan bangsa Sumeria dengan Nabi Idris AS semakin terlihat ketika beberapa penelitian membuktikan bangsa Sumeria telah mempelajari ilmu perbintangan untuk mengetahui masa bercocok tanam yang baik. Misalnya, rasi bintang Taurus yang dipercaya sebagai masa awal musim semi dan cocok untuk menanam. Sedangkan, rasi bintang Virgo dipergunakan sebagai waktu yang tepat untuk panen.

Nabi Idris AS adalah keturunan keenam dari Nabi Adam AS, putra dari Yarid bin Mihla’iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam AS. Nabi Idris adalah keturunan pertama yang dikaruniai kenabian setelah Nabi Adam AS dan Nabi Syith AS.

Dalam buku Nabi-Nabi dalam Alquran karya Afif Abdul Fatah, yang mengutip sejumlah keterangan ulama, disebutkan Nabi Idris AS dilahirkan di Munaf (Memphis), Mesir. Dia lalu berdakwah menyiarkan agama ke wilayah Irak  kuno. Tapi, sebagian lagi berpendapat Nabi Idris AS dilahirkan dan dibesarkan di Babilonia.

Mengutip pendapat Sami Abdullah al-Maghluts, Abdul Syukur al-Azizi menulis, Nabi Idris adalah kaum Nabi Syits atau keturunan Qabil, putra Nabi Adam AS, di willayah Irak kuno.

Dalam konteks ini, ada pula sejarawan yang menduga kata “pemusnahan’ yang tertulis dalam Kitab Henokh sesungguhnya merujuk pada Bani Qabil. Allah SWT juga memberikan 30 mushaf (shuhuf) sebagai bekal untuk diajarkan pada kaumnya.

Beberapa ulama menyebutkan, Nabi Idris AS hidup sekitar tahun 4.533 hingga 4.188 SM. Salah satunya, Al-Mahluts dalam buku berjudul Atlas Sejarah Nabi dan Rasul. Dhurorudin Mashad menulis dalam bukunya Mutiara Hikmah Kisah 25 Nabi dan Rasul dan menyebutkan, Nabi Idris AS mendapat julukan dari Allah SWT berupa Asadul Usud atau singa dari segala singa. Julukan itu diberikan karena keberanian dan kegagahannya.

Dalam buku itu, seperti dikutip Abdul Syukur, disebutkan Nabi Idris AS merupakan salah satu nabi yang memiliki banyak keistimewaan.  Nabi Idris AS dikenal sebagai nabi yang sangat pintar, orang yang pertama kali menciptakan tulisan dan menemukan alat tulis, pandai menggambar, menjahit, serta ahli astronomi.

 

sumber: Republika ONline

Permintaan Nabi Idris dan Jawaban Izrail

Kisah yang tertuang dalam buku Kisah 25 Kisah Para Nabi ini, merupakan salah satu penjabaran dari tafsir surah Maryam ayat ke-56 dan 57, tentang keteladanan Nabi Idris dan cerita sarat makna yang terjadi dengan Izrail, malaikat pencabut nyawa.

“Dan ceritakanlah (Hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris yang terdapat di dalam Alquran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.”

Suatu ketika Nabi Idris sedang duduk santai di suatu tempat yang tidak banyak dihuni oleh manusia.

Sambil mata terpejam dalam ketenangannya, bibir Nabi Idris terus bergerak-gerak mengagungkan nama Allah, sebagai pencipta alam semesta berikut semua isi dan bagaimana keadaan dunia.

Tiba-tiba malaikat datang dan mengucapkan salam. Salam wahai Nabi Allah Idris, saya Malaikat Izrail, kata Sang Malaikat kepada Nabi Idris.

Lalu, Nabi Idris membalas salam Malaikat Izrail dan langsung melemparkan pertanyaan kepada Malaikat Izrail.

“Hai Izrail, Engkau datang ini untuk mencabut nyawa atau untuk berziarah?” tanya Nabi Idris.

Aku datang untuk menziarah dengan izin Allah, kata Izrail dan langsung mendekat kepada Nabi Idris yang masih duduk dengan mata terpejam.

Mulut Nabi Idris terus berzikir kepada Allah. Seperti itulah yang dilakukan para nabi jika dalam keadaan tenang, mulut dan hatinya terjaga selalu mengingat Allah.

Setelah beberapa saat mata Nabi terbuka, posisi duduknya pun mulai berubah.

Ia mengajak Malaikat Izrail mengelilingi kediamannya untuk menyampaikan ihwal keperluannya kepada Malaikat Izrail.
Hai Malaikat Izrail, saya ada keperluan dan kepentingan kepadamu. Apakah Engkau bersedia membantuku, kata Nabi Idris.

Kepentingan apa itu?” kata Malaikat Izrail.

Kepentingan denganmu, yaitu supaya Engkau mencabut nyawaku dan kemudian Allah menghidupkan kembali sehingga aku dapat beribadah kepada Allah setelah aku merasakan sakaratul maut, katanya.

Mendengar permintaan Nabi Idris, Malaikat Izrail sedikit kaget. Dengan berat hati, ia mesti menolak. Pemintaannya itu  tidak dapat dipenuhi, meski Sang Nabi merupakan kekasih Allah yang diutus ke bumi.

Sesungguhnya aku tidak akan mencabut nyawa seseorang melainkan mendapat izin Allah.

Setelah itu, tidak lama Allah memberi wahyu kepada Izrail agar mencabut nyawa Nabi Idris. Seketika itu Malaikat Izrail mencabut nyawa Nabi Idris.

Setelah Nabi Idris tidak bernyawa, Izrail menangis atas kematiannya sambil memohon kepada Allah agar menghidupkan kembali Nabi Idris.

Kemudian, Allah mengabulkan permohonan Izrail, Nabi Idris hidup kembali dan mereka berdua kembali berdialog.
Tentu Izrail yang bertanya lebih dulu kepada Nabi Idris, setelah ia dihidupkan kembali dari kematian.

Hai saudaraku, bagaimana rasanya sakaratul maut itu? Tanya Izrail. Sesungguhnya rasa sakaratul maut itu saya umpamakan binatang yang hidup itu dilapah kulitnya (dibuang kulitnya semasa hidup-hidup), dan begitulah rasanya sakaratul maut bahkan lebih seribu kali sakit, katanya.

Izrail menegaskan kepada Nabi Idris, padahal sesungguhnya ia mencabut nyawa para nabi dengan lemah lembut.
Tidak seperti mahkluk lainnya yang merasakan rasa sakit yang begitu dahsyat. Secara halus dan berhati-hati aku mencabut nyawa yang seperti itu, katanya

Setelah itu, Nabi Idris menyampaikan kembali permintaannya kepada malaikat Izrail.

Hai malaikat maut, saya ada keinginan lagi dengan Engkau, yaitu saya ingin melihat Neraka Jahanam sehingga saya boleh beribadah kepada Allah, dengan bersungguh-sungguh setelah melihat belenggu, rantai-rantai, dan kalajengking yang menyengat orang-orang di Neraka Jahanam, katanya,

Malaikat Izrail pun kembali menolak permintaan Nabi Idris. Permintaannya itu bukan kewenangannya.

Untuk itu, ia berkata kepada Nabi Idris yang bersikeras itu. Bagaimana saya boleh pergi ke Neraka Jahanam tanpa izin Allah, katanya
Tidak berapa lama kemudian, Allah memberi wahyu kepada Sang Malaikat Maut dengan firman:

“Pergilah Engkau ke Neraka Jahanam bersama-sama Nabi Idris.” Malaikat Maut pun pergi ke Neraka Jahanam bersama-sama Nabi Idris.

Nabi Idris melihat segala macam siksaan yang diciptakan Allah untuk mereka yang ingkar, berupa belenggu, rantai-rantai neraka, kalajengking serta ular dengan api-api yang menyala dan kayu zakum, serta air yang sangat panas untuk diminum oleh ahli neraka tersebut.

 

sumber: Republika Online

Ketika Nabi Idris Mengunjungi Surga

Setelah kembali, Nabi Idris berkata lagi kepada Malaikat Maut. Hai Malaikat Maut, saya ada keinginan lagi denganmu, yaitu saya ingin melihat surga sehingga saya boleh tambah meningkatkan amal ibadah.

Izrail kembali menjawab, bagaimana ia bisa mengantarnya ke surga sedangkan izin belum ia kantongi.

Selama ini Izrail tidak mengerjakan segala sesuatu kecuali telah mendapatkan izin dari Allah.
Allah kembali memberi izin kepada mereka berdua dan berhenti dekat pintu surga.

Nabi Idris melihat di dalamnya bermacam-macam nikmat dan istana besar dan indah, serta ragam anuegarah di dalamnya berupa tumbuh-tumbuhan  berikut buah-buahan beraneka warna serta rasa yang berbeda-beda.

Nabi Idris berkata, Hai saudaraku, saya telah merasakan sakitnya sakaratul maut, saya telah melihat Neraka Jahanam yang di dalamnya bermacam-macam rupa siksaan dan azab neraka maka mohonkanlah Engkau kepada Allah untuk mengizinkan saya masuk surga dan minum airnya, agar hilang rasa sakitnya sakaratul maut di tenggokoranku ini dan juga terhindar dari siksaan Neraka Jahanam.

Izrail pun meminta izin, Allah lalu mengizinkannya. Keduanya memasuki surga lalu keluar lagi.

Nabi Idris masuk lagi ke dalam surga dan meletakkan seliparnya di bawah pokok kayu di dalam surga.

Ia berkata kepada Izrail. Hai Malaikat Maut, selipar saya tertinggal di dalam surga di bawah pokok kayu, kembalikanlah saya ke dalam surga.
Nabi Idris masuk ke surga. Pada saat keduanya berada di surga itu, Nabi Idris tidak mau keluar.

Berteriaklah Izrail memanggil Nabi Idris agar ia mau keluar dari surga. Hai Idris, keluarlah Engkau dari surga.”

Nabi Idris menolak keluar. Allah pun berfirman, Tinggalkanlah ia (Nabi Idris), sesungguhnya Aku telah memutuskan ia pada zaman azali dahulu bahwa sesungguhnya ia (Nabi Idris) tergolong ahli dan penghuni surga.”

 

sumber: Republika Online

Keistimewaan Sosok Nabi Idris Alaihis Salam

Nabi Idris adalah salah satu nabi utusan Allah SWT yang diberi tugas menyampaikan risalah kepada kaumnya.  Nabi Idris diberi hak kenabian oleh Allah setelah Nabi Adam. Nabi Idris konon hidup sekitar 4.533 sampai dengan 4.188 sebelum Masehi.

Usianya diperkirakan sekitar 345 tahun, ada pula yang menyebutkan usianya 308 tahun. Hal ini juga disebutkan oleh Ibn Katsir dalam Qishash al-Anbiya’ yang mengutip keterangan dari Ibn Ishaq. Sebagai penunjang dakwah kenabian tersebut, Nabi Idris dibekali dengan sejumlah keistimewaan.

Pertama, ia adalah manusia pertama yang pandai baca tulis dengan pena. Kepada Idris-lah Allah memberikan 30 lembaran-lembaran ajaran Tuhan, berisi petunjuk untuk disampaikan kepada umatnya.

Kedua, Nabi Idris diberi bermacam-macam pengetahuan, antara lain, merancak (merawat) kuda, ilmu perbintangan (falak), sampai ilmu berhitung alias matematika.

Ketiga, nama Nabi Idris sendiri berasal dari kata Darasa yang artinya belajar. Idris memang sangat rajin mengkaji ajaran Allah, yang diturunkan kepada Adam dan Nabi Syits.

Bahkan, ajaran yang langsung kepada dirinya. Nabi Idris juga sangat tekun mengkaji fenomena alam semesta, yang semua merupakan ayat dan pertanda dari Tuhannya.

Keempat, Nabi Idris ialah orang yang pertama pandai memotong dan menjahit pakaiannya.

Orang-orang sebelumnya konon hanya mengenakan kulit binatang secara sederhana dan apa adanya untuk dijadikan penutup aurat. Idris yang haus akan ilmu pengetahuan sehari-hari memang disibukkan oleh berbagai kepentingan. Namun, ia tetap selalu ingat kepada Tuhan.

Dengan berbekal pengetahuan yang mencapai kelengkapan, kekuatan dan kehebatan yang mumpuni, Idris menjadi gagah berani tak takut mati, tak gentar kepada siapa saja, terutama dalam menyadarkan keturunan Qabil-Iqlima, yang saat itu penuh dengan kesesatan.

Dapat dipahami jika ia mendapat gelar kehormatan Asad al-Usud alias ‘Singa di atas segala singa’ dari Allah.
Kepada kaumnya, Idris diperintahkan memberantas kebiasaan melakukan kenistaan.  Idris ditugaskan untuk membenahi pekerti rendah, zalim terhadap sesama, suka permusuhan, serta suka berbuat kerusakan.

Kepada keturunan Qabil, Idris menegaskan, iman kepada Allah bisa memberikan keberuntungan. Untuk itu wahai kaumku, peganglah tali agama Allah, beribadahlah hanya kepada Allah. Bebaskan diri dari azab akhirat dengan cara amal saleh dan kebaikan.

Zuhudlah di dunia dan berlaku adil, mengerjakan shalat sesuai dengan ajaran Tuhan. Berpuasa pada hari tertentu setiap bulan, jihad melawan musuh agama bikinan setan, serta keluarkan zakat dan sedekah untuk membantu kaum papa dan kaum yang ditimpa kemalangan, katanya.

 

 

 

sumber: Republika Online