Betapa Mesranya Nabi Muhammad dengan Istri-Istrinya

Dalam mahligai keluarga, istri adalah teman hidup yang menempati posisi sebagai buah bagi pohonnya, tangkai bagi bunganya, dan pelana bagi kudanya. Rasulullah bersabda, “Dunia adalah kesenangan dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah istri yang saleh.” [1]

Nabi Muhammad memanggil istrinya dengan panggilan mesra yang menyejukkan hati dan menentramkan pikiran. Ini adalah bagian dari akhlaq dan perilaku beliau yang agung dan cemerlang. Suatu hari dipanggilnya Aisyah dengan sebutan “Humairaa” atau yang merah-merekah karena cantiknya. Dan pernah pula beliau panggil dengan sebutan “Aisy” yang merupakan sebuah panggilan mesra. Pernah beliau memanggil Aisyah dengan penuh kasih sayang, “Wahai Aisyah, ada salam dari Jibril untukmu.”

Hati siapa yang tidak berbunga-bunga dipanggil dengan penuh kelembutan dan kemesraan seperti itu? Kemesraan Nabi Muhammad dengan istri-istrinya tidak hanya lewat perkataan, tetapi juga dalam perbuatan. Nabi Muhammad sangat penuh kasih sayang dalam memperlakukan istri-istrinya. Aisyah berkata,

Pernah aku minum sedang aku waktu itu dalam keadaan haid. Kemudian Rasulullah minum dari bekas tempat minumku dan bibirnya diletakkan di tempat bibirku minum. Dan beliau pernah memakan daging bekas gigitanku.” (H.R. Muslim)

Betapa mesranya, makan sepiring berdua, minum secangkir berdua. Memang ada cerita yang dibuat oleh kaum orientalis tentang kekasaran Rasulullah dengan para istrinya. Namun, hal itu tidak perlu dipikirkan karena itu adalah fitnah dari mereka yang sengaja mau merusak dan menjelek-jelekkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.

Berkata Aisyah, “Rasulullah mencium salah seorang istrinya kemudian keluar untuk shalat dan tidak berwudhu.” (H.R. Abu Daud)

 

Di banyak kesempatan beliau selalu menjelaskan bahwa wanita dalam Islam mempunyai kedudukan yang terhormat yang tidak tergantikan oleh laki-laki. Ketika Amru ibnul Ash menanyakan kepada beliau tentang hal itu, beliau menjawab bahwa sesungguhnya sayang dan cinta kepada istri tidak sedikit pun mengurangi kewibawaan dan kedudukan suami.

Diriwayatkan pula bahwa Amru ibnul Ash bertanya kepada beliau, “Siapakah orang yang paling engkau cintai ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Aisyah.” (Muttafaq ‘alaih). Jadi barangsiapa yang ingin merasakan kebahagiaan rumah tangga, hendaklah meniru Rasulullah dalam hal ini. Tentang bagaimana Rasulullah bermesraan dengan istrinya, kita bisa melihat bagaimana Aisyah meriwayatkan tentang ini, “Saya sering mandi bersama dengan Rasulullah dari satu bak.” (H.R Bukhari)

Hal ini dilakukan oleh beliau untuk membahagiakan istri-istrinya, dengan segala sesuatu yang dibolehkan agama.

Dalam kitab Musnad Imam Ahmad, Aisyah meriwayatkan bahwa dia pernah berlomba lari dengan Nabi Muhammad. Aisyah bercerita, “Aku mendampingi Rasulullah dalam sebuah perjalanan bersama para sahabat. Waktu itu aku masih kurus. Tiba-tiba Rasulullah memerintahkan rombongan untuk meninggalkan kami berdua. Maka tinggallah kami berdua di belakang rombongan (pasukan). Setelah mereka jauh, Rasulullah berkata, ‘Mari kita berlomba lari.’ Maka aku pun mendahuluinya. Beliau diam saja tidak berkomentar, sedangkan aku senang karena menang. Sampai bertahun-tahun berikutnya aku menjadi gemuk. Dan pada suatu kesempatan aku pun mendampinginya dalam sebuah perjalanan. Beliau mengajakku lagi untuk berlomba seperti dulu. Dan aku kalah karena gemuk. Melihat aku kalah, Rasulullah tertawa dan berkata, ‘Ini untuk membalas kekalahanku yang dulu.’” (H.R. Ahmad)

Masya Allah, inilah bentuk kemesraan yang sesungguhnya. Sebuah canda lembut yang penuh perhatian. Kalau kita kaji lebih dalam lagi, riwayat tadi agaknya menyentil egoisme kita yang kerap kali melupakan pentingnya menjaga perasaan wanita yang halus dan lemah. Nabi Muhammad membawa istrinya ikut dalam rombongan pasukan untuk menghibur hati yang tegang dalam menghadapi musuh. Begitu juga, istri yang diajak perlu hiburan karena tidak terbiasa dengan suasana perang. Jadi secara psikologis, tindakan Nabi Muhammad sangat manusiawi untuk menghibur kepenatan dan keletihan di perjalanan.

Imam Bukhari menceritakan, sewaktu Rasulullah pulang dari perang Khaibar dan membawa tawanan wanita yang kemudian dinikahinya, yaitu Shafiyyah binti Huyay, Rasulullah melingkari untanya dengan tabir agar Shafiyyah tidak kelihatan oleh orang lain. Kemudian beliau berjongkok di samping untanya dan menyediakan lututnya untuk pijakan Shafiyyah yang mau naik ke atas unta. Inilah salah satu contoh sikap tawadhu’ beliau. Jadi janganlah kita menganggap bahwa pekerjaan-pekerjaan yang kita anggap enteng seperti membuang sampah, menambal baju, memperbaiki sendal, dan sebagainya mengurangi derajat seseorang. Tidak! Bahkan sebaliknya, hal itu akan menambah kemuliaannya, terlebih lagi di mata Allah.

 

 

sumber: Lampu Islam

Mencintai Rasulullah dengan Memenuhi Hak-Hak Beliau

Kita seringkali membaca atau mendengar hadits-hadits yang berasal dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, baik ketika kita membacanya pada suatu artikel di internet, melalui buku-buku agama, melalui ceramah-ceramah agama di TV dan di radio, dan sebagainya. Hadits-hadits itu berisi tentang kabar-kabar yang harum dari para Sahabat tentang kisah hidup Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, akhlaq beliau, suka dan duka yang beliau alami, dan juga nasihat-nasihat serta larangan dari beliau. Maka sudah sepantanyalah kita sebagai seorang Muslim mengetahui apa sebenarnya hak-hak beliau atas diri kita dan kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi hak-hak tersebut. Kewajiban kita kepada beliau adalah beriman dan mempercayai segala perhatian dan tindakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam serta seluruh ajaran yang beliau bawa. Kita wajib menaati ajaran beliau dan menjauhi apa-apa yang menyebabkan kita menjadi ingkar dan tidak percaya kepada beliau.

Kita harus rela dengan hukum dan sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Kita harus menempatkan beliau pada posisi sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah serta tidak menganggap remeh ajaran beliau. Kita wajib menjadikan beliau sebagai teladan sepanjang masa. Kita juga wajib mencintai beliau, menghormati, serta membela kehormatan beliau apabila ada orang yang mencoba merendahkan, sebagaimana kita juga wajib mencintai dan membela keluarga serta sahabat-sahabat beliau.

Allah telah berfirman, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Rasulullah. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Rasulullah dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Qs. al-Ahzab: 56)

 

Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda, “Hari yang paling baik di antara hari-harimu adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan dan ditiupkan ruh (kepadanya). Maka perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari Jumat. Sesungguhnya shalawat kaumku diperlihatkan dan disampaikan kepadaku.” Kemudian seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat bisa sampai kepada engkau, sedangkan jasadmu telah rusak?” Rasulullah menjawab, “Allah telah mengharamkan tanah untuk memakan jasad para nabi.” (H.R. Abu Daud)

Sebagai umatnya, tentunya kita tidak boleh kikir kepada hak beliau. Sabda beliau, “Orang yang kikir adalah orang yang apabila aku disebut di hadapannya, orang itu tidak mau bershalawat kepadaku.” (H.R. Tirmidzi)

Rasulullah juga bersabda,

Tidak berkumpul suatu kaum dalam satu majelis, dan tidak disebut di dalamnya nama Allah serta tidak bershalawat kepada nabinya, kecuali ditimpakan kepada mereka suatu kebohongan. Kalau Allah menghendaki, mereka akan disiksa, dan kalau Dia berkehendak, mereka akan diampuni.” (H.R. Tirmidzi)

Maka dari itu janganlah kita meninggalkan ajaran beliau dan sudah sepantasnya kita mematuhi ajaran-ajaran beliau. Apalagi ketika kita sudah banyak membaca sirah kehidupan beliau yang dipenuhi kisah-kisah mulia tentang keberanian, perjuangan, kesabaran, dan keteguhan beliau dalam memperjuangkan agama ini. Sungguh sangat indah kisah hidup beliau. Masih membekas di benak kita akan petunjuk Rasulullah. Sepak terjang dan sunnah Rasulullah bisa kita lihat dalam diri para ulama salaf dan para pengikut mereka. Karena, merekalah para pengganti dan pewaris Nabi Muhammad. Mudah-mudahan Allah memberikan kepada kita kekuatan untuk mengikuti sunnah Nabi Muhammad dan menjadikan beliau sebagai teladan.

Berkata Imam Ahmad bin Hanbal, “Aku tidak menulis sebuah hadits, kecuali aku telah mengamalkannya terlebih dahulu. Sampai-sampai ketika sampai kepadaku sebuah hadits bahwa Rasulullah berbekam dan memberi Abu Thaibah satu dinar (sebagai upahnya), aku juga memberi satu dinar kepada tukang bekam sewaktu akan berbekam.” [1]

Abdurrahman bin Mahdi berkata, “Aku mendengar Sufyan ats-Tsauri berkata, ‘Aku mengamalkan setiap hadits Raslullah yang sampai kepadaku walau hanya sekali.’”[2]

Muslim bin Yassar berkata, “Aku shalat sambil memakai sandal, padahal sebenarnya aku lebih suka melepaskannya karena lebih mudah, tetapi aku melakukan hal itu karena mengikuti sunnah.” (H.R. Bukhari)

Sebagai penutup dari artikel ini, penulis cantumkan sabda kekasih tercinta, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam dalam sebuah hadits agung, “Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali yang tidak mau.” Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah yang tidak mau masuk surga?” Beliau bersabda,

Barangsiapa yang taat kepadaku dia akan masuk surga, dan yang maksiat kepadaku (tidak mengikutiku), dialah orang yang tidak mau (masuk surga).” (H.R. Bukhari)

Ya Allah, ya Rabb kami! Karuniakanlah kepada kami kecintaan kepada rasul-Mu dan berikanlah kepada kami kesempatan untuk mengikuti jejak langkah rasul-Mu, yaitu jalan orang-orang yang tidak sesat dan tidak menyesatkan.

Ya Allah, shalawat kami kepada Nabi Muhammad sepanjang pergantian siang dan malam. Ya Allah, ucapkanlah shalawat kami kepada beliau, sebagaimana orang-orang yang Engkau kasihi mengucapkannya.

Ya Allah, kumpulkanlah kami di surga nanti bersama rasul-Mu dan sejukkanlah mata kami dengan melihat wajahnya yang agung serta berikanlah kami kesempatan untuk minum dari telaga beliau sehingga kami tidak akan haus selamanya. Mudah-mudahan Allah memberikan rahmat dan salam-Nya kepada beliau, keluarga beliau, dan sahabat-sahabat yang mulia tanpa terkecuali.

 

sumber: Lampu Islam

Sejarawan AS: Nabi Muhammad Pemimpin Militer Jenius

Mohammed Elmenshawy, seorang analis politik di Mesir membuat tulisan menarik di laman media ternama Mesir, Ahram. Ia menceritakan bagaimana kunjungannya ke Washington dan pertemuannya dengan tulisan yang menyebut Nabi Muhammad SAW merupakan pemimpin militer jenius.

Elmenshawy menuturkan, ketika menelusuri toko Barnes and Noble di Washington DC, matanya langsung tertarik dengan tulisan berjudul “Military History Quarterly”. Buku itu menuliskan nama Muhammad di sampul halaman depan.

“Saya penasaran, jadi saya ambil majalah tersebut dan membaca sisa judulnya,” ujarnya.

Ia pun membutuskan membeli majalah yang juga dibaca oleh petinggi angkatan bersenjata AS. Khususnya mereka yang tertarik dengan sejarah dan merefleksikannya dengan situasi saat ini.

Studi yang menyebutkan nama Nabi Muhammad ini ditulis oleh sejarawan militer AS Richard A Gabriel. Ia telah menulis 41 buku dan telah bertugas mengcover berbagai pos pemerintahan dan Badan Intelijen AS.

Gabriel yakin tanpa kejeniusan militer dan visi Nabi Muhammad SAW, Islam tidak akan bertahan dan berkembang setelah kematiannya.

Ia juga mengatakan, jika bukan karena keberhasilan Muhammad sebagai pemimpin, Muslim tidak akan pernah mampu menaklukan Byzantium, dan Kekaisaran Persia. Kepemimpinan militer Nabi Muhammad, kata Gabriel, telah menjadi konsep banyak pihak.

Nabi Muhammad merupakan pemikir militer kelas atas yang selama satu dekade memimpin delapan pertempuran, melancarkan 18 serangan, dan merencanakan 38 kali operasi militer.

Gabriel tidak hanya menggambarkan Nabi Muhammad sebagai sosok pemimpin militer. Nabi juga merupakan pemikir strategis, pejuang revolusioner, dan menjadi pelopor perang gerilya.

Majalah itu diketahui memiliki oplah hingga 22 ribu eksemplar dan menjadi salah satu media cukup lama dalam meliput hubungan militer. Sejarawan militer Amerika termasuk yang ikut menulis di majalah itu

 

sumber: Republika Online