Lima Amalan yang Pahalanya Setara dengan Ibadah Haji

Haji merupakan amalan ibadah yang paling utama setelah jihad di jalan Allah Ta’ala. Amal ibadah yang membutuhkan harta, kesehatan, dan persiapan yang matang untuk melaksanakannya. Terlebih lagi di Indonesia, haji membutuhkan masa tunggu yang tidaklah sebentar. Di sebagian daerah, bahkan kita dapati memiliki masa tunggu sampai 30 tahun lamanya.

Tidak mengherankan bila kita sering mendengar seseorang telah Allah Ta’ala panggil dan Allah wafatkan terlebih dahulu, sedangkan ia belum sempat melaksanakan haji yang didambakannya. Selain faktor masa tunggu yang lama, kondisi badan yang tak lagi prima, dan keterbatasan harta, juga menjadi penghalang seseorang sehingga ia belum dimampukan untuk melaksanakannya.

Oleh karena itu, Allah Ta’ala dengan hikmah-Nya telah mensyariatkan beberapa amal ibadah yang jika dilakukan oleh seorang hamba, maka pahalanya dapat menyamai pahala haji ataupun umrah. Amalan-amalan yang perlu untuk kita ketahui, lalu kita amalkan. Sehingga bisa menjadi tabungan amal kita di akhirat nanti.

Perlu kita garis bawahi, maksud dari amalan-amalan yang setara dengan ibadah haji ini adalah setara dalam hal pahala dan balasan, bukan pada pengesahan, pencukupan, dan pengguguran kewajiban sebuah ibadah. Kewajiban haji tidak akan gugur dari seseorang yang telah mampu serta tidak memiliki penghalang, meskipun ia telah melakukan amalan-amalan yang pahalanya setara dengan ibadah haji ini.

Saat seseorang benar-benar sudah tidak mampu melaksanakan ibadah haji karena adanya penghalang, baik itu karena sakit, adanya wabah, ataupun penghalang-penghalang lainnya, maka melakukan amalan-amalan yang pahalanya setara dengan pahala ibadah haji ini lebih ditekankan untuk dilakukan. Lalu, amalan apa saja yang akan memberikan seorang hamba pahala yang setara dengan pahala ibadah haji ini?

Pertama: Niat yang tulus untuk menunaikan ibadah haji

Niat yang tulus memiliki kedudukan yang sangat penting dalam ibadah seorang hamba. Diriwayatkan dari sahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

كُنَّا مع النَّبيِّ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ في غَزَاةٍ، فَقالَ: إنَّ بالمَدِينَةِ لَرِجَالًا ما سِرْتُمْ مَسِيرًا، وَلَا قَطَعْتُمْ وَادِيًا، إلَّا كَانُوا معكُمْ؛ حَبَسَهُمُ المَرَضُ. وفي رواية: إلَّا شَرِكُوكُمْ في الأجْرِ

“Kami berada bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam suatu peperangan. Kemudian beliau bersabda, ‘Sesungguhnya di Madinah itu ada beberapa orang lelaki yang kalian tidaklah menempuh suatu perjalanan dan tidak pula menyeberangi suatu lembah, melainkan orang-orang tadi ada besertamu (yakni sama-sama memperoleh pahala). Mereka itu terhalang oleh sakit (maksudnya uzur karena sakit, sehingga andaikan tidak sakit pasti ikut berperang).’”

Dalam salah satu riwayat dijelaskan, “Melainkan mereka (yang tertinggal dan tidak ikut berperang) berserikat denganmu dalam hal pahala.” (HR. Muslim no. 1911)

An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Di dalam hadis ini terdapat keutamaan niat untuk melakukan kebaikan. Dan sesungguhnya bagi siapapun yang berniat ikut berperang ataupun melakukan amal kebaikan lainnya, lalu ia mendapati uzur yang menghalanginya (dari melakukan amal tersebut), maka ia tetap mendapatkan pahala atas apa yang telah ia niatkan.” (Syarh Shahih Muslim)

Di hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan hal yang semakna,

من سألَ اللَّهَ الشَّهادةَ صادقًا بلَّغَه اللَّهُ منازلَ الشُّهداءِ وإن ماتَ علَى فراشِه

“Barangsiapa memohon dengan jujur kepada Allah agar mati syahid, maka Allah akan sampaikan ia kepada kedudukan para syuhada walaupun ia mati di atas ranjangnya.” (HR. Abu Dawud no. 1520)

Sungguh Allah Ta’ala tidak akan membiarkan niat tulus yang datang dari seorang dalam hal ibadah dan amal. Allah Ta’ala menilai seseorang berdasarkan apa yang ada di hatinya dan apa yang diniatkannya.

Kedua: Menjaga salat lima waktu secara berjemaah di masjid

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَن خرَجَ مِن بيتِه متطهِّرًا إلى صلاةٍ مكتوبةٍ، فأجْرُه كأجرِ الحاجِّ المُحرِمِ، ومَن خرَجَ إلى تسبيحِ الضُّحى لايُنصِبُه إلَّا إيَّاهُ، فأجْرُه كأجرِ المُعتمِرِ، وصلاةٌ على أثَرِ صلاةٍ لا لَغْوَ بينَهما كتابٌ في عِلِّيِّينَ

“Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk salat wajib berjemaah, maka pahalanya seperti pahala orang yang berhaji dan sedang berihram. Dan siapa saja yang keluar untuk salat sunah Duha yang dia tidak melakukannya kecuali karena itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang berumrah. Dan (yang melakukan) salat setelah salat lainnya, tidak melakukan perkara sia-sia antara keduanya, maka pahalanya ditulis di ‘illiyyin (kitab catatan amal orang-orang saleh).” (HR. Abu Daud no. 558)

Baca juga: Apakah Shalat Jama’ah Wajib di Masjid?

Ketiga: Umrah di bulan Ramadan

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam baru saja kembali dari hajinya, beliau bertanya kepada Ummu Sinan Al-Anshariyyah radhiyallahu ‘anha,

ما مَنَعَكِ مِنَ الحَجِّ؟

“Apa yang menghalangimu untuk menunaikan haji?”

Perempuan tersebut menjawab,

أبو فُلَانٍ -تَعْنِي زَوْجَهَا- كانَ له نَاضِحَانِ، حَجَّ علَى أحَدِهِمَا، والآخَرُ يَسْقِي أرْضًا لَنَا

“Bapak si fulan, yang ia maksud suaminya, memiliki dua ekor unta yang salah satunya sering digunakan untuk menunaikan haji, sedangkan unta yang satunya lagi digunakan untuk mencari air minum buat kami.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda,

فإنَّ عُمْرَةً في رَمَضَانَ تَقْضِي حَجَّةً -أوْ حَجَّةً مَعِي-.

“Umrah pada bulan Ramadan sebanding dengan haji atau haji bersamaku.” (HR. Bukhari no. 1863 dan Muslim no. 1256)

Keempat: Zikir setelah salat

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengisahkan,

جاءَ الفُقَراءُ إلى النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فقالوا: ذَهَبَ أهْلُ الدُّثُورِ مِنَ الأمْوالِ بالدَّرَجاتِ العُلا، والنَّعِيمِ المُقِيمِ يُصَلُّونَ كما نُصَلِّي، ويَصُومُونَ كما نَصُومُ، ولَهُمْ فَضْلٌ مِن أمْوالٍ يَحُجُّونَ بها، ويَعْتَمِرُونَ، ويُجاهِدُونَ، ويَتَصَدَّقُونَ، قالَ: ألا أُحَدِّثُكُمْ إنْ أخَذْتُمْ أدْرَكْتُمْ مَن سَبَقَكُمْ ولَمْ يُدْرِكْكُمْ أحَدٌ بَعْدَكُمْ، وكُنْتُمْ خَيْرَ مَن أنتُمْ بيْنَ ظَهْرانَيْهِ إلَّا مَن عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وتَحْمَدُونَ وتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلاةٍ ثَلاثًا وثَلاثِينَ، فاخْتَلَفْنا بيْنَنا، فقالَ بَعْضُنا: نُسَبِّحُ ثَلاثًا وثَلاثِينَ، ونَحْمَدُ ثَلاثًا وثَلاثِينَ، ونُكَبِّرُ أرْبَعًا وثَلاثِينَ، فَرَجَعْتُ إلَيْهِ، فقالَ: تَقُولُ: سُبْحانَ اللَّهِ، والحَمْدُ لِلَّهِ، واللَّهُ أكْبَرُ، حتَّى يَكونَ منهنَّ كُلِّهِنَّ ثَلاثًا وثَلاثِينَ.

“Ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka berkata, ‘Orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan nikmat yang tiada hingga. Mereka (orang-orang kaya) salat sebagaimana kami salat, puasa sebagaimana kami puasa. Namun, mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad, serta bersedekah.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lantas bersabda, ‘Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya menjadi terdepan dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir salat sebanyak tiga puluh tiga kali.’

(Abu Hurairah mengatakan), “Kami pun berselisih. Sebagian kami bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh empat kali. Aku pun kembali padanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ucapkanlah subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar, sampai tiga puluh tiga kali.’” (HR. Bukhari no. 843)

Kelima: Menghadiri majelis ilmu dan mengajarkannya

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَن غدا إلى المسجدِ لا يُرِيدُ إلَّا أن يتعلَّمَ خيرًا أو يُعلِّمَه كان له كأجرِحاجٍّ تامًّا حجَّتُه

“Barangsiapa berangkat ke masjid, tidak ada yang ia inginkan kecuali untuk mempelajari satu kebaikan atau mengetahui ilmunya, maka ia akan mendapatkan pahala haji yang sempurna.” (HR. Thabrani 8: 111 dan dihukumi hasan sahih oleh Syekh Albani dalam kitabnya Shahih At-Targib)

Semoga Allah Ta’ala menuliskan kita sebagai salah satu hamba-Nya yang diberi kesempatan untuk berhaji dan mengunjungi rumah-Nya yang penuh dengan kemuliaan, menakdirkan kita untuk menjadi salah satu manusia yang bisa merasakan nikmatnya wukuf di padang Arafah, berjalan-jalan di antara tenda-tenda Mina, dan merasakan langsung atmosfer Makkah yang penuh kerinduan.

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/84818-lima-amalan-yang-pahalanya-setara-dengan-ibadah-haji.html

Ulama Ingatkan Hal Ini karena Bisa Hilangkan Pahala Haji

Anggota dewan ulama senior Al Azhar dan mantan Mufti Mesir, Syekh Ali Jum’ah menyebut ada beberapa hal yang terkadang dianggap biasa oleh jamaah haji, tapi menjadi kesalahan yang serius. Kesalahan ini bahkan akan berakibat kepada batalnya haji seseorang.

Dia mengingatkan satu kesalahan yang banyak ditemuinya dan dianggap biasa. Kesalahan itu adalah berdiam diri di masjid Namirah selama hari arafah. 

“Jamaah yang tinggal di masjid Namira sepanjang hari Arafah dikhawatirkan akan tidak ada haji untuknya,” katanya, dilansir dari Elbalad, Rabu (22/6/2022).

Kesalahan ini dibuat oleh banyak peziarah untuk menghindari panasnya terik matahari. Karena meyakini masjid berada di dalam wilayah Arafah. 

Syekh Ali menambahkan, masjid Namira sebenarnya terletak di luar perbatasan Arafah, kecuali hanya tiga meter yang berada di dalam perbatasan Arafah. “Barangsiapa mendengarkan khutbah imam, dan sholat zhuhur dan sholat ashar bersama-sama, maka hendaklah ia keluar dari masjid dan masuk ke wilayah Arafah, dan tidak wajib berdiri di atas Bukit Rahmat, karena Nabi SAW berdiri di atasnya, dan berkata: Saya berdiri di sini dan Arafat semua berdiri,” ungkapnya. 

“Peziarah boleh berdiri di bawah gunung atau di sekitarnya. Penting untuk dicatat bahwa dia tidak berdiri di luar batas Arafat, dan dia harus membaca Alquran dan berdoa seperti yang dia inginkan untuk pengampunan dan kebebasan dari api dan permohonan apa pun yang dia inginkan,” tambahnya. 

IHRAM

Jangan Putus Asa Gagal Haji, Lakukan Ini Pahalanya Sama dengan Ibadah Haji

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas memastikan pemerintah Indonesia tidak akan memberangkatkan jemaah haji Indonesia 1442 H/2021 M.

Menurutnya, di tengah pandemi Corona Virus Disease-19 (Covid-19) yang melanda dunia, masalah kesehatan, dan keselamatan jiwa jemaah lebih utama dan harus dikedepankan.

“Karena masih pandemi dan demi keselamatan jemaah, Pemerintah memutuskan bahwa tahun ini tidak memberangkatkan kembali jemaah haji Indonesia,” tegas Menteri Agama dalam telekonferensi di Jakarta, Kamis 3 Juni 2021.

Namun bagi calon jemaah haji yang ingin mendapatkan pahala sesuai ibadah haji, berikut ada beberapa ibadah yang jika dilaksanakan, pahalanya sebanding dengan pahala ibadah haji.

Mengutip dari artikel Harakah.id yang disusun oleh Hilmy Firdaus, Rabu (10/6/2020), ada empat amalan yang pahalanya setara dengan pahala ibadah haji. Bahkan, beberapa amalan diantaranya tanpa kita sadari sering kita lakukan.

1. Salat Lima Waktu Berjemaah

Dalam hadis riwayat Imam al-Tabrani, disebutkan orang-orang yang menunaikan salat wajib secara berjemaah memiliki pahala bernilai seperti haji.

“Barang siapa yang berjalan menuju jamaah salat maktubah, maka hal itu seperti haji. Barang siapa yang berjalan untuk melaksanakan salat sunnah, maka hal itu seperti umrah”

Sementara itu, dalam riwayat lainnya yang disampaikan oleh Imam Abu Dawud juga menyampaikan keutamaan salat wajib secara berjamaah yang bernilai seperti pahala orang berhaji.

“Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan keadaan suci guna melaksanakan salat maktubah, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berhaji. Barangsiapa berkehendak untuk melaksanakan shalat Sunnah Dluha, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berumrah.” (HR. Abu Daud/558)

2. Iktikaf di Masjid dari Subuh hingga Dhuha

Selain salat berjamaah, melakukan iktikaf di masjid sejak subuh hingga terbit matahari dan masuk dalam waktu ibadah salat dhuha juga bernilai sama seperti haji.

Dalam hadis riwayat Imam al-Tabrani disebutkan:
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat subuh berjama’ah di masjid, lalu dia tetap diam [berdzikir, beriktikaf] di masjid sampai masuk waktu pelaksanaan Shalat Dhuha, maka ia seperti akan mendapat pahala seperti pahala orang yang berhaji atau berumroh secara sempurna.”

3. Mengajar, Belajar, Menghadiri Pengajian Ilmu

Amalan setara pahala haji yang lainnya adalah menuntut ilmu. Terus berupaya untuk menambah ilmu dan mengembangkan diri memiliki pahala bernilai seperti haji.

Mengikuti kajian secara daring hingga belajar ataupun mengajar sama besar pahalanya seperti berhaji. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut:

“Barang siapa yang berangkat ke masjid dengan niatan untuk mempelajari kebaikan, atau mengajari kebaikan, maka ia akan memperoleh pahala seperti pahala orang haji yang sempurna.”

4. Berbakti kepada Orang Tua

Berbakti kepada kedua orang tua juga memiliki amalan setara dengan berhaji. Hal ini dikonfirmasi langsung oleh sebuah riwayat yang datang dari Nabi Muhammad SAW.

“Seorang Sahabat curhat kepada Nabi bahwa ia “punya keinginan kuat untuk melakukan jihad, tapi dirinya tidak mampu”. Lalu Nabi bertanya, “apakah orang tuamu masih ada?” Dia menjawab, “ada, ibuku…” Nabi pun bersabda, “berkhidmahlah kepada Allah dengan berbakti kepada ibumu. Jika kamu lakukan itu, maka engkau sejatinya adalah orang yang berhaji, orang yang umroh dan orang yang berjihad sekaligus.”

SUARAcom

Jangan Bersedih, Ini Amalan yang Pahalanya Sama dengan Haji atau Umrah

Mungkin, sebagian kita, masyarakat Indonesia, dan mungkin juga di dunia, merasa sedih karena tidak bisa berangkat haji di tahun ini akibat keputusan Pemerintah Indonesia untuk tidak melaksanakan haji dulu di tahun ini akibat pandemi Covid-19. Khususnya, tentu mereka yang kemungkinan dipastikan berangkat di tahun ini, karena seperti diketahui keberangkatan haji di Indonesia daftar antrinya lumayan panjang. Bahkan ada yang sampai belasan tahun. Meskipun ini tidak berarti akan terus berhenti sekian tahun kedepan. Harapan semua masyarakat dunia, tentunya pandemi Covid-19 ini segera berakhir, dan umat Muslim bisa melaksanakan ibadahnya yang membutuhkan bepergian jauh, seperti haji dan umrah.

Tapi sebenarnya tidak perlu bersedih. Justru kita harusnya bersyukur, karena Nabi Saw. justru sudah pernah menjelaskan persoalan tidak bisa berhaji ini dengan jawaban ada amalan yang pahalanya setimpal dengan pahala haji atau umrah. Berikut ini sekian riwayat, baik yang bersumber dari hadis Nabi Saw., sahabat Nabi, dan para tabi’in tentang amalan yang pahalanya sama dengan haji atau umrah.

  1. Zikir Sesudah Shalat (Tasbih, Tahmid, Takbir)

Ini bersumber dari hadis riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anha. Satu ketika pernah orang-orang fakir curhat kepada Nabi Saw. kalau orang kaya bisa dengan mudah melaksanakan berbagai ibadah sementara mereka tidak bisa, misalnya mereka bisa haji umrah, sedekah, hingga jihad.

جاء الفقراء إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالوا: ذهب الدثور من الأموال بالدرجات العلى والنعيم المقيم يصلون كما نصلي ويصومون كما نصوم ولهم فضل أموال يحجون بها ويعتمرون ويجاهدون ويتصدقون؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “ألا أحدثكم بمال لو أخذتم به لحقتم من سبقكم، ولم يدرككم أحد بعدكم، وكنتم خير من أنتم بين ظهرانيه إلا من عمل مثله: تسبحون وتحمدون وتكبرون خلف كل صلاة ثلاثا وثلاثين”. رواه البخاري.

Sekelompok orang fakir bertemu Rasulullah lalu berkata: “harta yang banyak membuat orang kaya mencapai tingkat dan nikmat yang lebih tinggi dan tetap. Mereka shalat, kami pun shalat. Mereka puasa, kami pun puasa. (Namun) mereka punya harta berlebih lalu menggunakannya untuk haji, umrah, jihad dan sedekah.” Rasulullah Saw. lalu menjawab: “Hei, maukah kalian aku beritahu dengan kekayaan, yang kalau kalian ambil ini, kalian bisa menyusul orang-orang mendahului kalian. Tidak ada seorangpun yang bisa menyusul kalian. Dan kalian menjadi yang terbaik diantara mereka, kecuali mereka melakukan hal yang sama dengan kalian. (Kekayaan itu) adalah kalian menyucikan Allah (tasbih), memuji-Nya (tahmid), menyatakan kebesaran-Nya (takbir) setiap selesai shalat masing-masing 33 kali

  1. Umrah di Bulan Ramadhan

Dasarnya adalah kisah sebagian perempuan yang kehilangan kesempatan berhaji di satu waktu, lalu mereka bertanya apa ibadah yang setara dengan haji? Rasulullah menjawab: “umrahlah di bulan Ramadan, sesungguhnya ia sama dengan sekali haji atau berhaji bersama aku.”

Aisyah di lain kesempatan pernah bertanya kepada Nabi Saw. soal pria yang punya kesempatan berjihad sementara perempuan tidak. Rasulullah menjawab:

جهادكن الحج والعمرة

“Jihad kalian itu haji dan umrah.”

  1. Shalat Subuh Berjamaah dan Berzikir sampai Terbit Matahari

Kisah ini diantaranya disebutkan di dalam Sunan At-Tirmidzi,

من صلى الصبح في جماعة ثم جلس في مصلاه يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كان له مثل أجر حجة وعمرة تامة

Siapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian duduk di tempat shalatnya, berzikir kepada Allah sampai terbit matahari, lalu shalat dua rakaat, maka baginya setara dengan pahala haji dan umrah yang benar-benar sempurna (disebutkan dalam riwayat at-Tirmidzi, kata taaamah yang berarti sempurna diulang sampai tiga kali).

  1. Keluar ke Masjid untuk Menunaikan Shalat Fardhu

Kisahnya diriwayatkan dalam hadis riwayat Abu Dawud dalam kitab Sunan-nya,

عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: “من تطهر في بيته ثم خرج إلى المسجد لأداء صلاة مكتوبة فأجره مثل أجر الحاج المحرم ومن خرج لصلاة الضحى كان له مثل أجر المعتمر

Dari Nabi Saw. beliau bersabda: “siapa yang bersuci dari rumahnya, lalu keluar ke masjid untuk menunaikan shalat fardhu, maka pahalanya setara dengan pahala haji, dan yang keluar ke masjid untuk menunaikan shalat dhuha, pahalanya setara dengan pahala umrah.”

  1. Berbakti Kepada Orang Tua

عن أنس أن النبي صلى الله عليه وسلم وصى رجلاً ببر أمه وقال له “أنت حاج ومعتمر ومجاهد” ويعني: إذا برها

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Nabi Saw. berwasiat kepada laki-laki yang berbakti kepada ibunya dengan sabda: “engkau (sama dengan) orang berhaji, umrah, dan mujahid”, maksudnya: ketika berbakti kepada sang ibunda

  1. Shalat Isya Berjamaah

Ada satu riwayat yang disebutkan oleh Imam Ahmad, bahwa Abu Hurairah radhiyallahu ‘anha pernah mengatakan kepada Rasulullah Saw.,

بكورك إلى المسجد أحب إلي من غزوتنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم

bersegera kamu ke masjid lebih saya sukai dibanding peperangan kita bersama Rasulullah Saw.

Akhir kata, itu semua bisa lakukan. Memang tidak berarti apabila kita melakukan itu semua, kita terbebas dari kewajiban haji, apalagi jika kita dianugerahi kemampuan baik fisik (istitha’ah) dan harta finansial (zaad).

BINCANG SYARIAH

Perbandingan Pahala Haji Berjalan Kaki dan Naik Kendaraan

Berangkat ibadah haji ke Baitullah dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau menaiki kendaraan dari tempat mulai keberangkatan.

Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi mengatakan, berangkat haji dengan berjalan kaki lebih utama dibandingkan menaiki kendaraan.   

Hal ini seperti dikatakan, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan secara marfu’ bahwa barangsiapa yang pergi berhaji ke Makkah dengan berjalan kaki hingga dia kembali, maka setiap langkah dituliskan baginya satu kebaikan dari kebaikan-kebaikan tanah Haram. Seseorang bertanya,“Apa itu kebaikan-kebaikan tanah Haram?” Rasulullah SAW menjawab, “Satu kebaikan menyamai seratus ribu kebaikan.” (HR Hakim) 

Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi menerangkan hadits di atas, menurutnya, berdasarkan perhitungan ini, tujuh ratus kebaikan menyamai tujuh puluh juta kebaikan. “Ini adalah pahala dari setiap langkah. Dengan demikian, bisakah pahala seluruh perjalanannya dihitung?” kata Syekh Maulana Muhammad Zakariyya dalam kitabnya Fadhila Haji. 

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma ketika hendak meninggal dunia berwasiat kepada putra-putrinya supaya pergi berhaji dengan berjalan kaki. Kemudian dia menerangkan hadits di atas.  

Dalam beberapa riwayat dinukilkan dari Rasulullah ﷺ bahwa pahala satu shalat di Masjidil Haram menyamai seratus ribu sholat. Hasan Bashri berkata, “Pahala satu puasa di tanah Haram menyamai pahala puasa seratus ribu kali. Dan bersedekah satu dirham mendapat pahala bersedekah seratus ribu dirham. Begitu juga setiap kebaikan yang dikerjakan di tanah Haram menyamai seratus ribu kebaikan di luar tanah Haram.”  

Syekh Zakariyya mengingatkan, bahwa terdapat satu perkara yang sangat penting untuk diperhatikan, yaitu sebagaimana pahala satu kebaikan di tanah Haram sama dengan seratus ribu kebaikan, begitu juga adzab terhadap dosa yang dilakukan di sana juga sangat banyak.  

“Oleh karena itu, sebagian ulama menulis bahwa bermukim di tanah Haram hukumnya makruh, karena seseorang pasti melakukan kesalahan dan dosa,” katanya. 

Sedangkan melakukan dosa di sana sangat keras hukumannya. Ibnu Abbas berkata, “Jika aku melakukan 70 dosa di ruqyah (nama sebuah tempat di luar tanah Haram), maka itu lebih baik daripada aku melakukan satu dosa di Makkah-Mukarramah.”   

IHRAM

4 Amalan yang Pahalanya Setara dengan Haji dan Umroh

Terdapat amalan yang pahalanya bila dikerjakan sama dengan haji umroh

Dalam sejumlah riwayat, Nabi Muhammad SAW menyebut, haji dan umroh adalah amalan yang memiliki berbagai keutamaan. 

Kendati demikian, ada beberapa amalan yang dijelaskan juga setara dengan amalan haji dan umroh. Hal ini dijelaskan Lembaga Fatwa Mesir, Dar ifta seperti yang dilansir dari Elbalad: 

Pertama, niat dan tekad yang tulus untuk haji dan umroh. Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ عَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَيَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالًا فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ يَقُولُ لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ وَلَا يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَلَا يَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالًا وَلَا عِلْمًا فَهُوَ يَقُولُ لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ 

Artinya: “Sesungguhnya dunia itu untuk empat orang; Pertama, seorang hamba yang dikaruniai Allah harta dan ilmu, dengan ilmu ia bertakwa kepada Allah dan dengan harta ia menyambung silaturahim dan ia mengetahui Allah memiliki hak padanya dan ini adalah tingkatan yang paling baik. 

Kedua, selanjutnya hamba yang diberi Allah ilmu tapi tidak diberi harta, niatnya tulus, ia berkata: Andai saja aku memiliki harta niscaya aku akan melakukan seperti amalan si fulan, maka ia mendapatkan apa yang ia niatkan, pahala mereka berdua sama. 

Ketiga, selanjutnya hamba yang diberi harta oleh Allah tapi tidak diberi ilmu, ia melangkah serampangan tanpa ilmu menggunakan hartanya, ia tidak takut kepada Rabbinya dengan harta itu dan tidak menyambung silaturrahimnya serta tidak mengetahui hak Allah padanya, ini adalah tingkatan terburuk. Keempat, selanjutnya orang yang tidak diberi Allah harta atau pun ilmu, ia bekata: Andai aku punya harta tentu aku akan melakukan seperti yang dilakukan si fulan yang serampangan meneglola hartanya, dan niatnya benar, dosa keduanya sama.”  (HR  Tirmizi).

Dapat dipahami dari hadits ini bahwa seorang hamba yang niatnya tulus memperoleh pahala ibadah yang dia tidak mampu dilakukannya, atau ada penghalang yang menghalanginya untuk melakukannya, dan haji dan umrah termasuk di antara ibadah-ibadah itu. 

Kedua, berbakti kepada orang tua. Menghormati orang tua adalah salah satu amalan yang pahalanya sama dengan pahala haji dan umroh. Rasulullah SAW bersabda:

فقد أَتَى رَجُلٌ رَسُولَ اللهِ ﷺ، فَقَالَ: إِنِّي أَشْتَهِي الْجِهَادَ، وَإِنِّي لَا أَقْدِرُ عَلَيْهِ، فَقَالَ: «هَلْ بَقِيَ أَحَدٌ مِنْ وَالِدَيْكَ؟» قَالَ: أُمِّي، قَالَ: «فَاتَّقِ اللهَ فِيهَا، فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ فَأَنْتَ حَاجٌّ وَمُعْتَمِرٌ، وَمُجَاهِدٌ، فَإِذَا دَعَتْكَ أُمُّكَ فَاتَّقِ اللهَ وَبِرَّهَا». [أخرجه البيهقي في شُعب الإيمان]

Artinya: “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan berkata: Saya menginginkan jihad, dan saya tidak mampu melakukannya.” Dia berkata: Apakah mungkin bagi Anda?. Dia berkata: Ibuku, dia berkata: Takutlah kepada Tuhan di dalamnya, dan jika kamu melakukan itu, maka kamu adalah seorang yang melakukan haji dan umroh dan seorang mujahid, maka bertakwalah kepada Allah dan berbakti kepada ibumu.  [Diriwayatkan oleh al-Bayhaqi dalam Shu`ab al-Iman]

Ketiga, duduk menunggu untuk sholat dhuha setelah sholat subuh. Duduk setelah sholat Subuh hingga matahari terbit, kemudian sholat dua rakaat dhuha, maka baginya seperti pahala haji dan umroh. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ , تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ  (رواه الترمذي)

Artinya: “Siapa yang sholat Shubuh berjamaah, kemudian duduk berzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian duduk dua rakaat, maka baginya pahala bagaikan pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR Tirmidzi) 

Keempat, sholat jamaah di masjid. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لَا يَنْصِبُهُ إِلَّا إِيَّاهُ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ وَصَلَاةٌ عَلَى أَثَرِ صَلَاةٍ لَا لَغْوَ بَيْنَهُمَا كِتَابٌ فِي عِلِّيِّينَ

Artinya: “Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk melaksanakan sholat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang yang haji yang sedang ihram, dan barangsiapa yang keluar dari rumahnya untuk melaksanakan sholat Dluha, dia tidak mempunyai niat kecuali itu, maka pahalanya seperti orang yang sedang umroh.

Dan menunggu sholat hingga datang waktu shalat yang lain yang tidak ada main-main di antara keduanya, maka pahalanya ditulis di ‘Iliyyin (kitab yang mencatat segala perbuatan orang-orang yang berbakti.” (HR Bukhari). 

KHAZANAH REPUBLIKA

Amalan Setara Haji

Rasulullah SAW menunjukkan beberapa amalan yang insya Allah diganjar pahala setara berhaji.

Dalam pekan ini, masyarakat Muslim di Tanah Air menerima kabar yang kurang menyenangkan. Pada Kamis (3/6) lalu, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas telah memastikan bahwa pemerintah tidak memberangkatkan jamaah haji Indonesia untuk tahun 1442 H/2021 M.

Menurutnya, di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia, kesehatan dan keselamatan jiwa jamaah lebih utama dan harus dikedepankan.

Ada yang kecewa atau mungkin pasrah dengan keputusan pemerintah itu. Memang, haji merupakan sebuah ibadah yang selalu diidam-idamkan setiap Muslim. Setiap orang Islam ingin menjadi tamu-Nya di Baitullah. Melihat Ka’bah dari dekat sekali tentu menimbulkan perasaan haru dalam diri insan yang beriman.

Akan tetapi, Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW telah menyatakan, pergi haji adalah bagi yang mampu. Kesanggupan itu pun mencakup perkara-perkara yang luas, tidak hanya dalam aspek finansial, tetapi juga kesehatan fisik dan mental.

Untuk itu, Rasulullah SAW menunjukkan beberapa amalan yang insya Allah diganjar pahala setara berhaji. Berikut adalah kebajikan-kebajikan itu.

Anak Berbakti

Dari Anas RA, dikatakan bahwa seseorang mendatangi Rasulullah SAW. Lelaki ini sangat ingin pergi berjihad, tetapi sayangnya tidak mampu. Nabi SAW pun bertanya kepadanya, “Apakah salah satu dari kedua orang tuamu masih hidup?”

“Ibuku masih ada,” jawabnya.

Rasulullah SAW pun bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dengan berbuat baik kepada ibumu. Jika engkau berbuat baik kepadanya, statusnya adalah seperti berhaji, berumrah dan berjihad.” (HR ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam al-Ausath).

Hadis di atas menunjukkan, bakti seorang anak kepada orang tuanya adalah amalan yang mulia. Bahkan, kebajikan itu insya Allah diganjar dengan pahala setara pergi ke Baitullah.

Bagaimana dengan seorang yatim atau piatu? Bukti baktinya dapat ditunjukkan dengan kebiasaan mendoakan kebaikan bagi orang tuanya. Sebab, salah satu amalan yang tak putus mengalirkan pahala ialah doa dari anak yang saleh.

Majelis Ilmu

Dari Abu Umamah RA, diketahui bahwa Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang berangkat ke masjid, sedangkan yang diinginkannya hanyalah belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, ia akan mendapatkan pahala haji yang sempurna hajinya.” (HR ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam al-Kabir).

Menurut hadis tersebut, seorang penuntut ilmu-ilmu agama dapat memperoleh pahala setara berhaji ke Tanah Suci. Itu insya Allah terjadi ketika dirinya menghadiri kajian-kajian keislaman di masjid.

Rasulullah SAW memuji umatnya yang suka menuntut ilmu. Beliau bersabda kepada para sahabatnya, “Apabila kalian berjalan melewati taman-taman surga, perbanyaklah berzikir.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman surga itu?” Nabi SAW menjawab, “Yaitu halaqah-halaqah zikir (majelis ilmu).”

Berzikir

Ada kaum miskin menghadap Nabi SAW. Mereka berkata, “Orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka shalat, seperti kami shalat. Mereka puasa, seperti kami berpuasa. Namun, mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad serta bersedekah.”

Rasulullah bersabda, “Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengannya kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian itu dan dengannya pula dapat terdepan dari mereka? Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir shalat sebanyak 33 kali.”

Seorang sahabat bertanya tentang bacaan zikir. Nabi menjelaskan, “Ucapkanlah subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar, sampai 33 kali.” (HR Bukhari).

OLEH HASANUL RIZQA

KHAZANAH REPUBLIKA

7 Amalan yang Pahalanya Setara Haji dan Umroh

Pergi ke tanah suci merupakan impian semua umat Muslim. Namun, untuk melaksanakan ibadah haji atau umroh tidak semua orang mempunyai kesempatan yang sama.

Dilansir dari laman rumahfiqih.com oleh Ustadz Hanif Luthfi, dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda, “Ibadah umroh ke ibadah umroh berikutnya adalah penggugur (dosa) di antara keduanya, dan haji yang mabrur tiada balasan (bagi pelakunya) melainkan surga, (HR Bukhari dan Muslim).

Ustadz Hanif Luthfi menjelaskan ada tujuh amalan yang jika diamalkan bisa berpahala haji atau umroh. Amalan ini ada yang ringan dan bisa dilakukan kapanpun.

1. Umroh di bulan Ramadhan

Dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata Rasulullah pernah bertanya pada seorang wanita, “Apa alasanmu sehingga tidak ikut berhaji bersama kami?”. Wanita itu menjawab “Aku punya tugas untuk memberi minum pada seekor unta di mana unta tersebut ditunggangi oleh ayah fulan dan anaknya yang ditunggangi suami dan anaknya. Ia meninggalkan unta tadi tanpa diberi minum, lantas kamilah yang bertugas membawakan air pada unta tersebut. Kemudian Rasulullah bersabda, “Jika Ramadhan tiba, berumrohlah saat itu karena umroh Ramadhan senilai dengan haji,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Imam Nawawi berkata, “Yang dimaksud adalah umrah Ramadhan mendapati pahala seperti pahala haji. Namun bukan berarti umrah Ramadhan sama dengan haji secara keseluruhan. Sehingga jika seseorang punya kewajiban haji, lalu ia berumrah di bulan Ramadhan, maka umrah tersebut tidak bisa menggantikan haji tadi,”(Syarh Shahih Muslim, 9:2).

2. Berbakti kepada orang tua

Dari Anas bin Malik r.a., ia berkata “Ada seseorang yang mendatangi Rasulullah SAW dan ia sangat ingin pergi berjihad namun tidak mampu. Rasulullah bertanya, apakah salah satu dari kedua orang tuanya masih hidup, ia menjawab ibunya masih hidup.

Rasul pun berkata kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah dengan berbuat baik pada ibumu. Jika engkau berbuat baik padanya, maka statusnya adalah seperti berhaji, berumroh, dan berjihad,” (HR Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Ausath 5/234/4463 da n Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman 6/179/7835).

3. Sholat fardhu jamaah di Masjid

Dari Abu Umamah r.a., Nabi Muhammad SAW bersabda, “Siapa yang berjalan menuju shalat wajib berjamaah, maka ia seperti berhaji. Siapa yang berjalan menuju shalat sunnah, maka ia seperti melakukan umrah yang sunnah,”(HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir).

Dalam hadits lain, dari Abu Umamah r.a., Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci menuju shalat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang yang berhaji. Barangsiapa keluar untuk shalat Sunnah dhuha, yang dia tidak melakukannya kecuali karena itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang berumroh. Dan (melakukan) shalat setelah shalat lainnya, tidak melakukan perkara sia-sia antara keduanya, maka pahalanya ditulis di ‘illiyyin (kitab catatan amal orang-orang shalih),”(HR. Abu Daud; Ahmad).

4. Melakukan sholat dhuha atau isyraq

Sholat dua rakaat di waktu awal hari, dimulai dengan shalat shubuh berjamaah di masjid, tidak pulang ke rumah melainkan duduk berdzikir, sampai matahari benar-benar terbit, maka pahalanya setara haji dan umroh. Dijelaskan dari hadits dari Abu Umamah r.a., Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mengerjakan shalat shubuh dengan berjamah di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan shalat sunnah dhuha, maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumroh secara sempurna,” (HR Thabrani).

5. Menghadiri majelis imu di masjid

Dari Abu Umamah r.a., Nabi Muhammad SAW bersabda, “Siapa yang berangkat ke masjid yang ia inginkan hanyalah untuk belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, ia akan mendapatkan pahala haji yang sempurna hajinya,” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir).

6. Membaca tasbih, tahmid, dan takbir setelah sholat

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, “Ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi SAW. Mereka berkata, orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami shalat. Mereka puasa sebagaimana kami berpuasa. Namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad serta bersedekah. Nabi Muhammad lantas berkata, “Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.” Kami pun berselisih. Sebagian kami bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh empat kali. Aku pun kembali padanya. Rasulullah SAW bersabda, “Ucapkanlah subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar, sampai tiga puluh tiga kali,” (HR. Bukhari, no. 843).

7. Bertekad untuk berhaji

Bagi umat Muslim yang memiliki uzur namun mempunyai tekad kuat dan sudah ada usaha untuk melakukannya, maka dicatat seperti melakukannya. Misal, ada yang sudah mendaftarkan diri untuk berhaji, namun ia meninggal dunia sebelum berangkat, maka ia akan mendaptkan pahala haji.

Sama seperti yang Rasulullah SAW katakan, dari Jabir r.a., ia berkata, dalam suatu peperangan (perang tabuk) kami pernah bersama Nabi Muhammad SAW, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya di Madinah ada beberapa orang yang tidak ikut melakukan perjalanan perang, juga tidak menyeberangi suatu lembah, namun mereka bersama kalian (dalam pahala). Padahal mereka tidak ikut berperang karena mendapatkan uzur sakit,” (HR. Muslim). 

Sumber: https://www.rumahfiqih.com/fikrah-578-7-amalan-pahalanya-setara-ibadah-haji-dan-umrah-.html

IHRAM



10 Perbuatan yang Pahalanya Setara Ibadah Haji

Salah satunya beramal sholeh pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.

Tidak diragukan lagi, tidak ada perbuatan yang sebenarnya setara dengan ritual haji yang suci dan sakral, juga tidak akan memberikan hati Anda tingkat kepuasan spiritual yang sama dengan haji. Tetapi Allah sesungguhnya Maha Penyayang dan Maha Pemurah.

Berikut 10 tindakan mudah yang dapat Anda lakukan untuk mendapat imbalan seperti yang diperoleh oleh orang-orang muslim yang bertandang ke Mekah menjalankan ibadah haji, dilansir dari AboutIslam:

1. Memohon kepada Allah dari Subuh Hingga Isyraq
Rasulullah (SAW) bersabda:
“Barangsiapa yang sholat subuh berjamaah, kemudian dia tetap duduk sambil berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit dan kemudian sholat dua rakaat, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah”, beliau menekankan kata ‘sempurna’ tiga kali.

2. Menuntut Ilmu
Nabi Muhammad SAW berkata:
“Orang yang pergi ke masjid hanya ingin belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka ia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang menunaikan ibadah haji lengkap”.

3. Sholat Berjamaah
Nabi Muhammad (SAW) bersabda:
“Tidakkah Allah memberikan kepadamu (pahala) sholat Isya berjamaah sama dengan ibadah haji, dan sholat Subuh berjamaah sama dengan umrah?” (Muslim)

4. Menghadiri Sholat Jumat
 Sa’id bin al-Musayyib mengatakan bahwa melaksanakan sholat Jum’at adalah “lebih disukai bagi-Ku (Allah SWT) daripada haji nafl”.

5. Mendirikan Sholat Id
Salah satu sahabat berkata:
“Pergi sholat Idul Fitri sama dengan melaksanakan umrah dan pergi sholat Idul Adha sama dengan melakukan haji”.

6. Memenuhi Kebutuhan Sesama Muslim
Hasan al-Basri berkata:
“Pergi memenuhi kebutuhan sesama muslim lebih baik bagimu daripada ibadah haji yang kedua kali (dilakukan berkali-kali)”.

7. Taat Pada Orang Tua
Nabi memerintahkan salah satu sahabat untuk berbuat baik kepada ibunya. Beliau berkata: “Anda seperti seorang jamaah haji, seseorang yang melakukan umrah, dan seseorang yang berjuang demi Allah (mujahid)”.

8. Dzikir
Salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW mengabarkan: “Dia yang membaca Subhanallah 100 kali di pagi hari dan 100 kali lagi di malam hari adalah seperti orang yang melakukan haji 100 kali!”.

9. Menahan Diri dengan Tegas dari Tindakan Terlarang
Beberapa orang saleh mengatakan: “Menjauhkan diri dari kesalahan sedikit lebih baik dari lima ratus (nafl) haji”.

10. Perbuatan Baik Selama 10 Hari Pertama Dzulhijjah
Beramal sholeh selama 10 hari pertama Dzulhijjah akan diganjar pahala yang sangat besar.

Semoga Allah memberi kita kemampuan untuk melakukan semua perbuatan baik ini dan ibadah haji yang berkali-kali, insya Allah.

KHAZANAH REPUBLIKA