Dari Makkah, Menggerakkan Sedekah untuk Masjid di Papua (2-habis)

Sekadar informasi, di Mappuru, kepala Kantor Kementrian Agama bukan Muslim. Jadi, membangun masjid di sana, murni swadaya masyarakat Muslim yang jumlahnya masih di bawah 100 KK dan pekerjaan utama tani dan nelayan.

Lokasi Masjid Al-Ma’rifat adalah di Jalan Poros Timika, Pomako Mappurujaya, Kecamatan Mimika Timur, Kabupaten Mimika, Papua.

Melalui BBM, Enha menulis pesan kepada para sahabat Istana Yatim, “Sebentar lagi saya akan memimpin thawaf wada’. Akan saya dedikasikan doa khusus bagi sahabat yang mau membantu masjid di Tanah Papua. Langsung saja  ya, chat me now! Dari sini, dari Masjidil Haram yang dimuliakan:  Bismillah untuk masjid di Papua. Alfatihah.

Dalam waktu sekitar tiga jam, Enha mengirimkan BC yang mengabarkan sudah terkumpul Rp 4,7 juta untuk membangun masjid di Mappuru, Papua tersebut. Satu jam kemudian, jumlahnya melonjak. “4 jam: Rp 28 juta.” Kurang dari satu jam kemudian, jumlahnya bertambah lagi menjadi Rp 40 juta.

Beberapa sahabat Istana Yatim mengirimkan BBM yang isinya nadzar. Kalau usaha mereka berhasil, mereka akan menyisihkan sedekah untuk Istana Yatim dan Masjid Al-Ma’rifat.

Kira-kira satu jam kemudian, Enha mengirimkan BC, “Sudah tembus Rp 43,6 juta untuk masjid Papua. Semoga malam ini, malam Jumat penuh berkah, bisa ditutup Rp 50 juta. Bantu doa ya untuk sahabat yang bernadzar.” Tengah malam waktu setempat, jumlah dana yang terkumpul telah menembus Rp 50 juta.

Pada Jumat (27/3) siang waktu setempat, Enha bersama jamaah umrah Kafilah Rindu Haromain kembali ke Tanah Air. Mereka menumpang pesawat Garuda Indonesia langsung dari Jeddah ke Bandara Soekarno Hatta Tangerang, Banten.

Begitu mendarat di Tanah Air, Jumat (27/3) sekitar pukul 20.30, Enha segera mengonfirmasi jumlah dana yang terkumpul sudah terakumuluasi mencapai Rp 68 juta lebih.

“Allah Mahakuasa mempertemukan 66 sahabat yang tidak saling mengenal satu sama lain dalam spirit batin yang sama: membangun rumah Allah di wilayah minoritas, Papua,” ujarnya penuh syukur.

Sabtu (28/3) sebelum Zhuhur dana tersebut sudah menembus Rp 80 juta. Enha mengaku sangat bersyukur kepada Allah. Ia berniat mengantarkan sendiri dana tersebut ke Papua. Kalau bisa, juga bersama da’I lainnya tentunya.

Enha pun mengirimkan BC sebagai berikut: “Tinggal ngundang investor akhirat nih yang mau membiayai perjalanan dakwah menuju Papua, berkenan? Kalau da’i nya siapa yang siap berjuang ke Papua? Hayuuuu ngacuuuung.

 

REPUBLIKA

Dari Makkah, Menggerakkan Sedekah untuk Masjid di Papua (1)

Bagi kaum Muslimin di Jawa pada umumnya, tidak sulit mencari tempat ibadah. Masjid dan mushalla bertebaran di mana-mana.

Tidak demikian halnya dengan di Papua. Di wilayah paling timur Indonesia itu masih banyak daerah yang belum ada masjidnya. Termasuk di antaranya daerah Mappuru Jaya, Timika, Papua.

Hal itulah yang mendorong Pimpinan Pondok Pesantren Istana Yatim Bekasi, Jawa Barat, Ustadz Nurul Huda mengajak para sahabat Istana Yatim dan kaum Muslimin pada umumnya mengumpulkan dana untuk membangun masjid di  Mappuru Jaya tersebut.

Apalagi selama Ramadhan 1436 H lalu, sekitar dua minggu dai yang biasa dipanggil Ustadz Enha tersebut berdakwah di Papua.

Caranya bukan dengan mengirimkan proposal ke sana ke mari. Sebab, seperti tekadnya sejak awal mengembangkan Istana Yatim, Enha tidak mau menyebar proposal.

Dia hanya mau menggunakan Black Berry Messenger (BBM). Begitu pula dalam mengumpulkan dana untuk membangun masjid di Mappuru Jaya tersebut.

Akhir pekan lalu, saat menunaikan ibadah umrah di Tanah Suci, Ustadz Enha terkejut saat bertemu dengan para penggerak dan pengurus masjid tersebut di Makkah.

Subhanallah. Tidak terduga saya bertemu dengan para jamaah dan pengurus masjid dari Papua di sini, di Tanah Suci ini,” ungkapnya kepada Republika, Ahad (29/3).

”Bu Farida yang didapuk sebagai ketua panitia pembangunan Masjid Al-Mar’rifat menuturkan penuh haru perjuangan membangun masjid di Mappuru Jaya, Timika, Papua,” kata Enha melanjutkan.

Ia kemudian mengutip pernyataan Farida, “Alhamdulillah Ustadz,bantuan dari sahabat Ustadz di BB sangat membantu kelancaran pembangunan masjid setelah saat itu setahun lebih mandek karena keterbasan dana. Sekarang sudah 60 persen lebih dan yang mendesak kubah utama, karena saat ini bagian tengah masih ditutup seng, kalau hujan suka bocor.”

Farida mengungkapkan kepada Enha, teman-temannya yang muallaf asal Suku Kumoro yang berjumlah 13 orang sekarang intens belajar Islam setiap Jumat.

“Bu Farida juga mendesak saya soal Istana Yatim Cabang Papua agar segera dibangun. Tanah seluas tujuh hektar sudah disiapkan di sana. Bu Farida mengatakan kepada saya, ‘Kami butuh pesantren, Ustadz, agar cahaya Islam bisa menerangi Mappuru Jaya,” tutur Enha.

Mendengar permintaan Farida, Enha pun menjawab, “Ya, Bu, insya Allah semua impian kita akan pesantren di Mappuru akan terwujud. Saya masih fokus penyelesaian masjid  dan asrama putri di Istana Yatim Bekasi. Segera setelah ini kita akan ke Mappuru, semoga Allah SWT memudahkan semuanya.”

Namun, begitu mendengar Masjid Al-Ma’rifat masih bocor bila hujan, Enha mengaku terharu. “Rasanya ingin membantu, meskipun masjid di Istana Yatim Bekasi juga belum selesai. Karena itu, dari Kota Makkah Al-Mukarramah ini saya mengajak para sahabat Istana Yatim untuk menyelesaikan dulu kubah Masjid Al-Ma’rifat Mappuru yang menurut Bu Farida butuh Rp 130 juta,” paparnya.

 

REPUBLIKA

Begini Kondisi Terakhir Muslim Korban Penyerangan Shalat Ied di Tolikara

Sebanyak 153 korban kebakaran di Karubaga, Ibu Kota Kabupaten Tiom, hingga kini masih mengungsi ke tempat aman, kata Kepala Polda Papua Irjen Pol Yotje Mende.

“Para korban kebakaran yang terjadi Jumat (17/7) ditampung di sekitar Koramil Karubaga, di dalam tenda yang didirikan di sekitar halaman koramil,” katanya di Jayapura, Sabtu (18/7) malam.

Dia mengatakan para korban saat ini membutuhkan bantuan, terutama pakaian karena mereka hanya memiliki pakaian yang di badan.

“Kami masih menunggu data lengkap dari Polres Tolikara tentang korban kebakaran terutama jenis kelamin dan usia karena hingga kini belum ada,” katanya.

Ia mengemukakan pentingnya partisipasi masyarakat dalam membantu mereka.

Berdasarkan laporan yang diterimanya saat pertemuan dengan Bupati Tolikara Usman Wanimbo, Presiden GIDI Dorman Wandikbo, unsur pimpinan daerah, serta Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Fransen Siahaan, kebakaran menghanguskan 53 kios yang juga tempat tinggal dan mushalla.

Khusus mushalla, katanya, dari keterangan Presiden GIDI, tidak dibakar, namun karena letaknya berada di kawasan kios sehingga ikut terbakar.

“Mushalla ikut terbakar karena memang letaknya berada di lingkungan kios yang dibakar, ” kata Mende yang didampingi Wakapolda Papua Brigjen Pol Rudolf Roja dan Kabid Humas Polda Papua Kombes Patrige.

Dia mengatakan dua kompi aparat keamanan yang terdiri atas brimob dan TNI AD saat ini sudah diturunkan kee Karubaga.

Penambahan pasukan itu dilakukan karena jumlah personel Polres Tolikara terbatas, hanya sekitar 100 orang, kata Kapolda Papua Irjen Pol Yotje Mende.

sumber: Republika Online