Menjadi Muslim yang Kaffah setelah Ramadan

Ramadan telah berlalu dengan berbagai latihan yang telah sukses dijalankan oleh umat Islam. Pertanyaannya sudah kita memanfaatkan bulan Ramadan dengan maksimal? Ramadan sebenarnya ibadah yang menggerakkan seluruh anggota badan hingga hati dan nafsu. Ramadan adalah riyadah menjadi muslim yang kaffah.

Setelah menjalani bulan latihan Ramadan diharapkan umat Islam memiliki pribadi muslim yang kaffah. Pribadi muslim yang tidak hanya menampilkan keshalehan simbolik, formalitas dan tampilan semata, tetapi pribadi yang menyelami makna keimanan, keislaman dan keihsanan yang total.

Ibadah puasa berpotensi disemarakkan hanya dengan tampilan semata. Karena diselenggarakan secara serentak dan selama sebulan penuh, muncul pribadi muslim dadakan. Tampil islami hanya sebulan dan seolah menjadi pribadi yang shaleh sebatas satu bulan saja. Kenapa itu terjadi?

Bulan Ramadan sejatinya bulan latihan yang ingin mencetak pribadi muslim yang kaffah. Secara karakter merupakan satu-satunya ibadah yang terbebas dari riya’. Ibadah lain bisa jadi termotivasi karena ada puja-puji dan mimpi duniawi, tetapi puasa merupakan ibadah rahasia yang hanya Allah dan hambaNya yang mengetahui. Ibadah yang tidak perlu ditampakkan tetapi butuh keikhlasan.

Ibadah puasa mengajarkan manusia bahwa melakukan ibadah tidak penting untuk dilihat dan dipuji orang lain, karena sesungguhnya ibadahmu adalah untuk Tuhanmu. Namun, dampak dari ibadah ini memunculkan kesalehan sosial yang luar biasa. Ibadah puasa mampu menjaga seluruh anggota badan mulai dari lisan, mata, mulut, anggota badan lain hingga hati. Inilah corak muslim yang kaffah yang seluruh anggota badan dan hatinya dijaga dari keburukan.

Karena itulah, Nabi Nabi Bersabda : “Puasa adalah benteng, jika seseorang dari kalian berpuasa, maka janganlah berkata keji dan bersikap bodoh. (HR Bukhari). Puasa akan menjadi benteng untuk mencetak pribadi yang kaffah. Jika berpuasa berarti tidak bisa berkata bohong, mencela, dan memaki, apalagi melakukan tindakan kekerasan.

Pribadi muslim yang kaffah tidak hanya mementingkan pada aspek formal saja, tetapi subtansi dari ajaran agama. Orang yang benar-benar berpuasa tidak hanya menilai apakah puasa yang telah dijalani sudah sah secara hukum syar’I, tetapu juga harus selalu dievaluasi penuh harap apakah puasa yang sudah dijalani seharian akan diterima oleh Allah. Karena itulah, bukan sekedar ingin sah memenuhi syarat dan rukun saja, tetapi ingin amal dan ibadah diterima oleh Allah.

Muslim yang kaffah adalah pribadi muslim yang tidak hanya mementingkan aspek tampilan dalam beragama, tetapi aspek tujuan dari syariah itu sendiri. Tidak hanya melihat puasa semata menahan lapar dan minum, tetapi tujuan untuk mencetak pribadi yang berpuasa seluruh anggota badan hingga hati. Itulah pribadi yang bertakwa sesuai tujuan dari ibadah puasa.

Jika ibadahmu hanya ingin dilihat dan dipuji orang bukan tipe pribadi yang kaffah. Jika cara ibadahmu justru tidak menjadi benteng dirimu untuk berbuat keburukan, itu juga bukan jati diri pribadi yang kaffah. Jika ibadahmu hanya untuk terlihat shaleh tampilan, tetapi buruk secara perilaku, itu juga bukan karakter muslim yang kaffah.

Pelajaran dari Ramadan bagi muslim yang kaffah adalah bahwa beribadah dan beragama harus dijalankan secara ikhlas dan total. Beribadah tidak sekedar tampilan semata, tetapi ingin meraih ridha Allah. Pada akhirnya beragama ingin memperbaiki akhlak bukan sekedar menjalani rutinitas ritual semata. Beragama adalah menjadi pribadi yang baik untuk diri sendiri dan kepada orang lain. Itulah muslim yang kaffah hasil didikan bulan suci Ramadan.

ISLAM KAFFAH