Stroke, Bekam Yuk!

Rusmanir (71), baru saja tiba di rumah usai menghadiri acara pengajian di Masjid Agung Palembang, Sumatera Selatan. Tapi Rusmanir tak menyangka, tak lama setelah tiba di rumah, tubuhnya terasa lemas. Tak hanya itu, tangan kanan dan bagian tubuh kanan lainnya kaku tak bisa digerakkan.

Sontak kejadian itu membuat anak Rusmanir kaget. Tanpa berpikir panjang, ia langsung membawa Rusmanir ke rumah sakit terdekat. Setelah diperiksa, dokter menyatakan Rusmanir terserang stroke. Syukurlah, penyakit yang dikenal berbahaya itu tak merenggut nyawanya saat itu. Semenjak itu, berbagai terapi dan pengobatan ia lakukan, termasuk bekam yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW. Bahkan tiap hari, menurut putra Rusmanir, ayahnya rajin olahraga jalan kaki sejauh 2 km. Kini, meski tak lagi gagah seperti dulu, sebagai penderita stroke, Rusmanir jauh lebih baik.

Rusmanir merupakan salah satu dari 500 ribu penduduk Indonesia yang diperkirakan menderita stroke. Dari jumlah tersebut, menurut Dokter Wadda A Umar, penulis buku kesehatan, sepertiganya bisa pulih kembali dan sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang. “Sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur,” ujarnya.

Berdasarkan survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh nomor satu di rumah sakit pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Dan dahsyatnya, jumlah penderita stroke terus meningkat setiap tahunnya. Tidak hanya menyerang mereka yang berusia tua, tetapi juga orang-orang muda pada usia produktif. “Dahulu kala, stroke hanya menyerang orangtua yang berusia 50 tahun ke atas. Namun sekarang, usia 40 tahun sudah banyak yang terserang stroke. Padahal usia tersebut merupakan usia bekerja,” ujar Wadda.

Waspada Stroke!

Apa sih yang dimaksud dengan penyakit stroke? Mungkin masih banyak di antara kita yang belum tahu tentang penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker ini. Padahal penyakit ini biasanya berakhir dengan kematian atau cacat.

Menurut Wadda, penulis buku “Bebas Stroke dengan Bekam”, stroke adalah serangan pada otak yang timbul secara mendadak di mana terjadi gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh sebagai akibat dari gangguan aliran darah yang disebabkan oleh sumbatan atau pecahnya pembuluh darah tertentu di otak. “Hal itu menyebabkan sel-sel otak kekurangan darah dan oksigen serta zat makanan. Akhirnya menimbulkan kematian sel-sel tersebut dalam waktu relatif singkat,” ujarnya. Maka wajar, kadangkala serangan stroke terjadi sangat cepat dan tiba-tiba.

Fungsi oksigen yang dibawa oleh darah bagi otak sangat vital. Wadda menjelaskan, kehilangan darah (termasuk oksigen di dalam darah) sekitar 7-10 detik saja sudah dapat menyebabkan kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki. Bila lebih lama dari 6-8 menit, bisa terjadi  luka yang tidak dapat dipulihkan, bahkan bisa berakhir dengan kematian.

Secara medis, stroke terbagi dua macam, yaitu stroke iskemik, yang disebabkan penyumbatan pembuluh darah dan stroke hemorragik, yang disebabkan pecahnya pembuluh darah.

Stroke iskemik, jelas Wadda, disebut juga stroke sumbatan. “Sekitar 80 persen, stroke jenis ini disebabkan oleh aterosklerosis atau menumpuk dan mengerasnya lemak yang mengandung kolesterol dalam pembuluh darah arteri yang menuju otak,” jelas dokter yang juga praktek di RS Muhammadiyah Paciran, Lamongan, Jawa Timur ini.

Sementara stroke hemorragik disebut juga stroke pendarahan. Pada stroke ini, kata Wadda, selalu terjadi pendarahan di dalam jaringan otak dan di ruang sub araknoid otak. “Biasanya sekitar 50 persen kasus stroke hemorragik berujung kematian,” ulasnya.

Berbekamlah

Tapi jangan khawatir, meski memang membahayakan masih ada celah untuk mencegah agar tidak terkena penyakit tersebut. Ada beberapa saran yang disampaikan dokter yang juga anggota Ikatan Bekam Medis Indonesia ini. Pertama, pencegahan primer dengan cara hidup sehat sejak dini, seperti pola makan yang sehat, olahraga rutin, tidak merokok; baik aktif maupun pasif, dan memperbanyak pengetahun tentang stroke.

Kedua, pengendalian faktor-faktor risiko stroke yang disebabkan oleh beberapa penyakit, seperti tekanan darah tinggi, diabetes melitus, kolesterol tinggi, dan penyakit jantung.

Ketiga, melakukan tes kesehatan (medical check up) secara rutin dan berkala, seperti pemeriksaan tekanan darah, kolesterol, kadar gula darah, menimbang berat badan, jika perlu pemeriksaan jantung dengan EKG. Yang juga tidak kalah penting, keempat, kembali ke pola kehidupan Nabi; ibadah sehari-hari, mengelola makanan, mengikuti pola hidup sehari-hari, dan melakukan bekam.

Bekam, terang Wadda, sangat bisa digunakan untuk mengobati pasien stroke. “Terutama untuk mengembalikan agar bagian-bagian tubuh yang lemah atau lumpuh bisa membaik kembali,” jelas dokter yang juga anggota Asosiasi Bekam Indonesia ini.  Lebih lanjut ia menjelaskan, bekam (hijamah) pada penderita stroke berfungsi memperbaiki organ hati, ginjal, kandung empedu, dan kandung kemih. “Bekam juga memperbaiki meridian pada organ tersebut. Serta dapat memperbaiki fungsi motorik dan sensorik,” ulasnya.

Menurut Wadda, dalam pengobatan tradisional, pasien stroke mengalami kekurangan qi di meridian hati dan terlalu banyak qi di meridian kandung empedu, juga adanya kelemahan ginjal. Maka perlu dilakukan perawatan dan pengobatan di meridian hati dan ginjal. “Organ hati bertanggung jawab atas bekerjanya tendon dan syaraf dan mengatur gerakan tangan dan kaki. Selain itu, hati berfungsi untuk menjaga aliran darah ke seluruh tubuh, hati berhubungan luar dalam dengan kandungan empedu, sehingga bila ada gangguan di hati, maka akan terjadi juga gangguan di kandung empedu,” ungkap Wadda.

Sementara organ ginjal, masih kata Wadda, mengurusi bagian kaki dan tangan, sehingga bila ginjal lemah, terjadi pula kelemahan pada kaki dan tangan. Ginjal juga berhubungan luar dalam dengan kandung kemih. “Kelainan di kandung kemih ditandai dengan tidak bisa mengontrol kencing dan beraknya, sehingga mudah mengompol,” katanya.

Ada beberapa titik yang umumnya disasar oleh para pembekam untuk penderita stroke, antara lain: ummu mughits (puncak kepala atau ubun-ubun), akhda’aini (leher kiri dan kanan dari urat leher), qowahduwah (tulang kepala bagian belakang), kahil (tonjolan leher belakang), yafukh (di tengah-tengah kepala), hundread meetings (kepala agak belakang), titik hati, dan titik ginjal.

Namun, untuk mendapatkan terapi yang maksimal, ada baiknya Anda menghubungi terapis bekam yang berpengalaman.

HIDAYATULLAH

Jintan Hitam dan Pembuktian Medis Sabda Nabi Muhammad SAW

Jintan hitam merupakan salah satu obat yang dianjurkan Nabi Muhammad.

Jintan hitam (habbatassauda’) dengan nama ilmiahnya nigella sativa. Tanaman ini ditemukan di seluruh India dalam bentuk semak-semak, dengan bunga biru dengan tinggi sekitar setengah meter.

Dilansir di aboutislam.net awalnya tanaman ini berasal dari Turki dan Italia, dan dibawa ke India oleh dokter untuk dibudidayakan. Bijinya berwarna hitam dan berbentuk segitiga, memiliki bau menyengat yang kuat, dan mengandung banyak minyak.

Tidak benar bahwa orang Arab belajar tentang manfaatnya dari orang Yunani karena, sebelum kedatangan Islam, tidak ada catatan penggunaannya. Penggunaan untuk pengobatan dimulai setelah Nabi Muhammad SAW menyebutkan kemanjurannya dan fungsinya untuk penyembuhan.

Abu Hurairah menyatakan, “Saya telah mendengar Rasulullah mengatakan bahwa ada obat untuk setiap penyakit dalam biji hitam kecuali kematian.”

Khalid Ibn Sa’ad menyatakan bahwa dia bepergian dengan Ghalib bin Jabr ketika dia (Ghalib) jatuh sakit selama perjalanan. Ibn Abi Ateeq (keponakan Aisyah) datang untuk menemui kami. Saat melihat yang tertekan, dia mengambil lima atau tujuh biji hitam, menumbuknya, mencampurkannya dalam minyak zaitun, dan menjatuhkannya ke lubang hidungnya (Ghalib). Ghalib Ibn Jabr menjadi sehat dengan perawatan ini.

Aisyah mengatakan kepada kami bahwa Nabi Muhammad menyatakan bahwa ada obat dalam biji hitam untuk semua penyakit kecuali sam. Saya bertanya kepadanya, “Apa itu sam?” Dia berkata, “Kematian.”

Jintan hitam mengandung 1,5 persen minyak atsiri dan 37,5 persen non minyak atsiri. Selain albumen, gula, asam organik, glukosida, melanthin, metarbin, dan zat pahit juga ditemukan. Glukosida bersifat toksik karena itu dalam dosis besar dan untuk waktu yang lama dapat berbahaya.

Tanaman ini dapat menghilangkan penyumbatan bagian tubuh mana pun, mengeluarkan gas dan memperkuat perut. Selain anti cacing, jika dikonsumsi dengan cuka dan bermanfaat untuk masuk angin kronis.

Inhalasi bermanfaat dalam pengobatan flu biasa. Minyaknya efektif dengan alopecia (rambut rontok). Jika direbus dalam air, sangat membantu untuk asma dan mengurangi efek racun sengatan lebah dan tawon.

Penggunaan benih secara terus-menerus efektif untuk gigitan anjing gila. Paralisis, kelumpuhan wajah, migrain, amnesia, dan jantung berdebar juga merupakan penyakit yang mendapat manfaat darinya.

Ini juga dapat digunakan sebagai ekspektoran dan antipiretik, menormalkan sekresi lambung dan pankreas. 

Ini sangat efektif dalam pengobatan Diabetes Mellitus. Dapat menghilangkan batu di ginjal dan kandung kemih jika ditambah dengan madu.

Efektif untuk penyakit kuning ketika dikonsumsi bersama susu. Bubuknya, ketika diminum dengan air, bagus untuk wasir. 

Jika biji direbus dalam cuka dan kemudian dioleskan ke gigi dan gusi, itu mengurangi peradangan dan rasa sakit pada gusi.

Hal ini juga dilaporkan bahwa bubuk halusnya efektif jika diterapkan pada tahap awal katarak. Juga digunakan untuk gangguan kulit, minyak juga efektif untuk sakit telinga. 

KHAZANAH REPUBLIKA

Adab Berobat dalam Islam

Setiap penyakit pasti ada obatnya. Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk berobat bila sedang sakit. Pada dasarnya, setiap Muslim pasti pernah sakit baik ringan maupun berat. Semua itu merupakan ketentuan dari Sang Khalik. Saat ini, berbagai jenis penyakit berkembang di tengah-tengah masyarakat.

Berbagai cara dilakukan dan ditempuh untuk mengobati penyakit yang diderita. Ada yang berobat ke dokter, bahkan tak sedikit pula yang melakukan pengobatan secara tradisional.  Sebagai agama yang sempurna, Islam ternyata telah mengatur adab berobat (at-tadaawi) bagi seorang Muslim. Lalu bagaimanakah adab berobat itu?

Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitab Mausuu’atul Aadaab al-Islamiyah, mengungkapkan, ada beberapa perkara yang perlu diperhatikan umat Islam berkaitan dengan proses pengobatan.  Pertama, saat akan berobat, seorang Muslim harus meluruskan niatnya.

”Orang yang sakit berniat untuk menjaga kesehatannya agar ia tetap kuat melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT,” tutur Syekh Abdul Azis. Sedangkan orang yang mengobati harus berniat untuk membantu saudaranya sesama Muslim dan menolong semampunya.  Pengobatan yang dilakukannya semata-mata untuk mendapatkan pahala dari Allah serta memberi manfaat bagi saudaranya sesuai dengan perintah agama.

Kedua, menurut Syekh Abdul Azis,  dalam beberapa hadis dianjurkan agar umat Islam menggunakan obat-obatan syar’i untuk mengatasi penyakit tertentu.  Ada beberapa obat  dan pengibatan yang disebutkan dalam hadis, seperti habbbatus saudaa (jintan hitam),  madu, bekam, daun inai serta ruqyah.

Keutamaan  habbbatus saudaa, misalnya, diungkapan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Rasulullah SAW bersabda, ”Habbbatus saudaa adalah obat semua penyakit kecualias-saam (kematian).”

Sedangkan keutamaan dan keistimewaan  madu sebagai dijelaskan dalam Alquran surat an-Nahl ayat 69. Allah SWT berfirman, ”… Di dalamnya (madu) terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia…” Selain itu, Nabi SAW juga biasa menggunakan daun inai (<i<al-hinaa) untuk=”” mengobati=”” luka=”” atau=”” terkena=”” duri.<=”” p=””></i<al-hinaa)>

Untuk terapi pengobatan, Rasulullah SAW menganjurkan bekam dan ruqyah. Rasulullah SAW bersabda, ”Terapi terbaik untuk kalian adalah bekam dan al-qusthul bahri ( cendana laut.” (HR Bukhari (5696) dan Muslim (1577).  Selain itu, Rasulullan SAW juga bersabda, ”Barang siapa mengeluarkan darah dengan berbekam, maka tidak akan memadharatkan jika ia tak berobat dengan menggunakan obat lain.” (HR Abu Dawud).

Selain itu, terapi lainnya yang diajarkan Rasulullah SAW adalahruqyah al-masyuu’ah yakni ruqyah yang sesuai syariat, seperti ruqyah dengan bacaan Alquran dan lainnya yang tak mengandung kesyirikan. Rasulullah SAW bersabda, ”Tidak mengapa melakukan ruqyah, selama tidak mengandung kesyirikan.” (HR Muslim).

”Meruqyah dengan membaca surat al-Fatihah, ayat Kursi, beberapa ayat pada akhir surat al-Baqarah, surat al-Kaafiruu, al-Mu’awwizaat dan ayat-ayat lainnya. Dibolehkan juga membaca do’a-do’a yang sahih dari Rasulullah SAW,” papar Syekh Abdul Aziz.

Adab berobat yang ketiga, tidak menggunakan obat-obatan yang diharamkan. Menurut Syekh Abdul Azis, obat-obatan atau pengobatan yang diharamkan, misalnya, meruqyah dengan lafaz-lafaz yang mengandung kesyirikan. ”Menggunakan ruqyah jenis ini hukumnya haram, bahkan bisa jadi dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam,” tutur Syekh Abdul Azis.

Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Dawud, Rasululllah SAW  melarang umatnya berobat dengan obat-obatan yang kotor. Suatu ketika, seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang menggunakan khamer (arak) sebagai obat. Laki-laki itu berkata, ”Khamer itu obat.” Rasulullah SAW kemudian bersabda, ”Khamer itu bukan obat, tetapi penyakit.”

”Tak sepantasnya seorang Muslim berpaling dari sabda Rasulullah SAW, dikarenakan pendapat orang lain,”  ujar Syekh Abdul Azis.

Adab keempat, berkonsultasi dengan ahli medis. Seorang Muslim yang berobat hendaknya berkonsultasi dengan kalangan orang-orang yang diketahui bertakwa kepada Allah SWT  dan mengetahui ilmu pengobatan. Hal itu ditegaskan dalam Alquran surat an-Nahl ayat 43. ”… Maka bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui.”

Tidak semua orang mengetahui ilmu pengobatan. Rasulullah SAW pernah bersabda, ”Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menurunkan penyakit kecuali Dia menurunkan obatnya, ada yang mengetahuinya dan ada juga yang tidak, keciali penyakit as-saam,yaitu kematian.” Oleh karena itu, orang yang sakit hendaknya berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis penyakit serta obatnya yang cocok.

Adab berobat yang kelima, meyakini bahwa kesembuhan datangnya hanya dari Allah SWT.  Orang yang sakit serta dokter wajib meyakini bahwa kesembuhan datangnya hanya dari Allah SWT. Sedangkan obat dan terapi merupakan sebab dari kesembuhan. ”Jika Allah menginginkan, Dia akan menjadikan obat itu bermanfaat dan jika tidak, maka obat tersebut tak akan memberikan pengaruh.”

 

REPUBLIKA