Cara Nabi Muhammad Mencegah Virus Masuk dalam Tubuh (2)

Ada sejumlah anjuran dari Nabi Muhammad untuk mencegah penyakit masuk dalam tubuh.

Dr. F. G. Sakeyt, dari Fakultas Pertanian Universitas Colorado melakukan eksperimen dengan menyimpan berbagai macam kuman dan virus ke dalam madu asli. Setelah menunggu beberapa jam dan hari, virus dan kuman tersebut mati dan hilang. Di antara virus yang mati tersebut adalah virus penyebab demam thypus yang mati setelah 48 jam, virus penyebab demam tyfud dan Parotyfud mati setelah 24 jam serta virus penyebab radang paru-paru mati pada hari keempat.

Selain itu, dalam buku “Terapi Herbal dan Pengobatan Cara Nabi SAW” Madu lebah diangggap dapat mengatasi flu, radang lubang hidung, radang tenggorokan, luka pada lambung dan usus 12 jari, jantung , hati, urat syaraf, mata, keracunan alkohol, batuk-batuk, masalah kulit, luka-luka, dan mengatasi ngompol. Tidak hanya itu, madu juga dapat mengurangi penyakit mata jika dicampur dengan bawang putih, jika dicampur dengan amonia dapat membersihkan lepra dan penyakit balak. Jika dicampur dengan lemak biji adas (habbah barokah) dapat menghilangkan nyeri punggung dan persendian. Jika dicampur dengan cuka dan garam dapat membersihkan bintik-bintik kotor dan hitam serta menghilangkan bengkak. Jika dilarutkan dalam air lalu diminum dapat meredakan mulas-mulas dan menghilangkan haus. Jika dioleskan pada wanita yang sedang nifas dapat mengatasi kemungkinan bahaya nifas.

Ibnu Qoyyim dalam kitabnya, Zaadul Ma’ad mengatakan, “Seseungguhnya madu adalah gizi dari segala gizi, obat dari segala obat, minuman dari segala minuman, manis dari segala yang manis, salep dari segala obat salep (gosok), menyegarkan dari segala yang menyegarkan. Tidaklah Allah menciptakan segala sesuatu yang lebih baik atau sebaik atau hampir mendekati baik dari madu. Tidaklah orang-orang terdahulu mengawalinya kecuali dengan madu, dan Nabi meminumnya dengan air sebelum sarapan.”

Apa sebaiknya yang dilakukan seorang muslim ketika di serang wabah penyakit? Rasulullah, sudah jauh-jauh menekankan prinsip dasar untuk melindungi dari penyebaran penyakit. Islam memiliki banyak cara untuk mencegah datangnya penyakit. Sebagaimana yang telah Rasulullah ajarkan, bahwa mencegah datangnya suatu penyakit adalah yang lebih baik dari apapun.

Rasulullah bersabda, “Jika kamu mendengar  terdapat Tha’un di sebuah tempat, jangan kamu masuk ke daerah itu, dan jika kamu sedang berada di tempat yang terdapat tha’un, jangan kamu keluar dari tempat itu.”.

Dalam hal mencegah penyakit pikiran, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada tempat paling buruk yang dipenuhi bani Adam kecuali perutnya. Cukuplah mereka mengkonsumsi makanan beberapa suap saja untuk menguatkan tulang rusuknya. Jika mesti makan, maka sepertiganya untuk makanan, sepertiga untuk minuman, sepertiga untuk bernapas,” (HR Tirmidzi)

Pada kesempatan yang lain, Rasulullah juga menasihati umatnya agar tidak mengonsumsi setiap binatang buas yang bergigi taring. Serta Rasulullah juga mengarahkan umatnya agar tidak menguras kondisi badannya. Dalam riwayat disebutkan, bahws beliau mendengar kabar Abdullah bin Amr bin Ash yang selalu membebani diri dengan shaum pada siang hari dan pada malam hari sholat sepanjang malam. Untuk itu Rasulullah berkata kepadanya, “Jangan kamu lakukan itu, tetapi shaumlah kamu dan berbukalah, sholat malamlah kamu dan tidurlah, karena badanmu juga memiliki hak untuk istirahat,”

Nasihat Nabi ini sebagaimana dianjurkan dalam ilmu kedokteran, bahwa kurang tidur dan membebani tubuh dengan beban berlebihan akan mengundang berbagai macam penyakit.

Untuk mencegah penyakit datang atau tertular, Nabi juga mengajarkan untuk menjaga kebersihan dan memelihara kesucian (mandi dan berwudhu) dalam setiap keadaan. Selain menjaga kesucian Nabi juga menganjurkan memotong kuku dan bersiwak. Nabi bersabda, “Potonglah kuku kalian karena setan tinggal di balik kuku-kuku yang panjang,” tujuan Nabi adalah menjauhkan setan sebagai musuh bagi manusia juga menghindari kuman-kuman yang akan merusak kesehatan.

Begitu juga dengan perintah bersiwak, Nabi bersabda “Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali sebelum sholat,” hadits ini menyiratkan sejauh mana pentingnya kebersihan gigi.

KHAZANAH REPUBLIKA

Ramuan dari Nabi Muhammad Bagi Penderita Penyakit Jantung

Nabi Muhammad meletakkan tangannya ke dada penderita penyakit jantung.

Banyak sekali hadits yang menceritakan tentang masalah pengobatan dari Nabi Muhamad SAW. Di antara hadits tersebut, Nabi memberikan rekomendasi obat dari pelbagai jenis tumbuhan, hewan, madu, bekam, kay, dan lainnya.

Nabi juga selalu menggunakan obat-obatan sesuai takarannya maupun dosisnya. Yang paling utama adalah mengidentifikasi penyakit serta penyebabnya. Bahkan, dalam sebuah hadits, Nabi diceritakan pernah memberikan ramuan kepada sahabat yang menderita penyakit jantung.

Dari Sa’ad mengisahkan, “Pada suatu hari aku menderita sakit, kemudian Rasulullah SAW menjengukku. Beliau meletakkan tangannya di tengah dadaku, sampai-sampai jantungku merasakan sejuknya tangan beliau. Kemudian, beliau bersabda, ‘Kamu menderita penyakit jantung. Temuilah al-Harits bin Kaladah dari Bani Tsaqif karena sesungguhnya dia adalah seorang tabib (dokter), dan hendaknya dia (al-Harits bin Kaladah) mengambil tujuh buah kurma ‘ajwah, kemudian ditumbuk beserta biji-bijinya, kemudian meminumkanmu dengannya.’” (HR Abu Daud).

Dalam bukunya yang berjudul Islam & Teknologi, Ustaz Ahmad Sarwat menjelaskan, dalam hadits tersebut Rasulullah mengetahui ramuan obat apa yang sebaiknya diminum oleh penderta penyakit jantung.

Namun, Nabi Muhammad tetap meminta Sa’ad untuk menemui seorang dokter bernama al-Harits bin Kaladah. Hal ini karena Rasulullah hanya mengetahui ramuan obat secara umum. Sementara itu, al-Harits dianggap mengetahui lebih detail terkait komposisi, cara meracik, kombinasi, dan indikasinya.

Menurut Ustaz Sarwat, pengobatan ala Nabi SAW itu juga tidak seperti kisah Nabi Isa Alaihissalam dalam mengobati orang sakit. Sebab, Nabi Isa hanya dengan mengusap orang sakit, orang sakit itu langsung sembuh. Bahkan, yang mati pun bisa hidup lagi. Sebagaimana dikatakan dalam Alquran:

“Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah”. (QS Ali Imran: 49)

Ustaz Sarwat mengatakan, proses penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa itu memang semata-mata mukjizat kenabian. Karena itu, boleh jadi Nabi Isa sama sekali tidak tahu teknis sesungguhnya dalam urusan pengobatan. Sementara itu, pengobatan ala Rasulullah ini, menurut dia, 100 persen murni ilmu pengetahuan, bukan mukjizat.

KHAZANAH REPUBLIKA