5 Cara Melindungi Jiwa dari Godaan Setan

Setiap Muslim memiliki potensi untuk dipengaruhi atau dikuasai setan. Sehingga sudah sepantasnya jika seorang Muslim untuk selalu memohon kepada Allah SWT agar diberikan perlindungan dari godaan setan yang terkutuk.

Setidaknya ada lima amalan yang bisa dilakukan sebagai cara untuk terlindungi dari setan, sebagaimana dilansir dari laman Mawdoo.

Pertama, tidak henti-hentinya memohon perlindungan kepada Allah SWT dari godaan setan. Karena memohon perlindungan kepada Allah SWT punya dampak yang luar biasa besar dalam menahan dan mengendalikan godaan setan.

Allah SWT telah memerintahkan hambanya untuk terus memohon perlindungan dari setan sehingga dijauhkan perbuatan-perbuatan yang dilarang agama. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Araf ayat 200: 

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ “Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sungguh, Dia Mahamendengar, Mahamengetahui.” 

Kedua, adalah berkomitmen tidak lalai menunaikan ibadah sholat dan mengerjakannya tepat waktu. Sholat adalah ibadah yang utama dan memiliki pengaruh terhadap diri seorang Muslim. Setan pun tidak punya kekuatan merasuki jamaah Muslim yang sedang mengerjakan sholat.  

Dalam hadits shahih yang diriwayatkan Ibn Hibban melalui jalur Abu Ad-Dar, Nabi Muhammad SAW memberi peringatan soal keutamaan sholat berjamaah. Nabi SAW bersabda: 

ما مِن ثلاثةٍ في قريةٍ ولا بدوٍ لا تُقامُ فيهم الصَّلاةُ إلَّا استحوذ عليهم الشَّيطانُ فعليك بالجماعةِ فإنَّما يأكُلُ الذِّئبُ القاصيةَ

“Tiga orang berada di suatu kampung atau perkampungan badui dan mereka tidak melaksanakan sholat berjamaah. Maka setan telah merasuki mereka. Karena itu, lakukan sholat berjamaah, karena serigala hanya memakan kambing yang memisahkan diri dari jamaah.” 

Ketiga, istiqamah dalam membaca Alquran seperti membaca permulaan dan akhir surat Al-Baqarah, ayat Kursi, dan konsisten mengucapkan dzikir pagi, sore, dan menjelang tidur. Jika Muslim melakukan ini; Dia membentengi dirinya dan keluarganya dari setan.

Keempat, konsisten mencari pertolongan dari Allah SWT dan berpegang teguh pada-Nya serta menjalankan perintah-Nya baik dalam perkataan maupun perbuatan. Dalam surat Al-Hijr Ayat 39-40, dinyatakan bahwa:

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ

إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

“Iblis berkata, ‘Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas beribadah kepada-Mu'”.

Kelima, taat dan patuh menjalankan apa yang diperintahkan Allah SWT dan Rasul-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Dalam hadits shahih riwayat Ibnu Hibban dari jalur Abu Hurairah, disebutkan, Rasulullah SAW berkata:

إذا قرَأ ابنُ آدَمَ السَّجدةَ فسجَد اعتزَل الشَّيطانُ يبكي ويقولُ: يا ويلَه أُمِر ابنُ آدَمَ بالسُّجودِ فسجَد فله الجنَّةُ وأُمِرْتُ بالسُّجودِ فأبَيْتُ فلِيَ النَّارُ

“Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, maka setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata: “Celakalah aku. Anak Adam disuruh sujud, dia pun bersujud, maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri diperintahkan untuk sujud, namun aku enggan, sehingga aku pantas mendapatkan neraka.” 

KHAZANAH REPUBLIKA

Mengapa Kita Harus Meminta Perlindungan kepada Allah?

Sebelum menjawab pertanyaan dalam judul diatas, kita akan mengutip sebuah surat yang tentu sudah kita hafal bersama. Yaitu Surat An-Nas, Allah swt berfirman :

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.

مَلِكِ النَّاسِ

Raja manusia.

إِلَٰهِ النَّاسِ

Sembahan manusia.

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ

dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,

الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ

yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

dari (golongan) jin dan manusia. (QS.an-Nas:1-6)

Manusia berpotensi melakukan penyimpangan setiap waktu. Hidupnya tak pernah lepas dari bisikan dan godaan sang musuh. Pada ayat diatas, Allah menyuruh nabi-Nya untuk meminta perlindungan dari bisikan setan. Padahal nabi Muhammad saw terjaga dari segala bentuk kesalahan dan penyimpangan dengan penjagaan Allah yang sempurna.

Ya, pasti perintah ini ditujukan untuk umatnya, dan itu adalah bukti bahwa manusia dapat terjerumus dalam bisikan setan yang tersembunyi. Lalu jika nabi saja diperintahkan untuk berlindung, bagaimana dengan kita? Yang setiap saat bisa tergoda. Yang setiap waktu bisa lalai kapan saja.

Namun kita tidak boleh putus asa dihadapan bisikan dan godaan yang selalu datang. Disaat kita tergoda, segera-lah bertaubat dan kembali kepada-Nya. Karena orang-orang mukmin tidak sendirian dalam mengahadapi peperangan dalam hatinya. Jika ada setan yang selalu menggoda, ada pula Malaikat yang selalu mengiringi orang-orang mukmin yang sedang berjalan di jalan-Nya. Tidak hanya mengiringi, para Malaikat itupun menjaga hamba tersebut.

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا الَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS.Fussilat:30)

Pada intinya, jangan pernah menganggap diri kita tidak butuh dengan bantuan dan penjagaan Allah. Jangan pernah acuh dengan peringatan dari-Nya. Karena  musuh manusia tidak pernah tidur untuk menggoda dan menyesatkannya, maka mari kita berupaya untuk selalu sadar dan mengingat-Nya. Dan tak lupa untuk selalu meminta perlindungan kepada-Nya.

Semoga bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN

Ta’awudz

Allah SWT memerintahkan hambanya agar senantiasa memohon perlindungan kepada-Nya. Memohon perlindungan dalam bahasa Arab disebut dengan ta’awudz. Lafaznya sangat populer, yakni “A’uudzubillahi minas syaithan ar rajiim”. Kalimat ini biasa diucapkan sebelum membaca Alquran berdasarkan surah an-Nahl: 98, “Apabila kamu membaca Alquran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”

Dua surah terakhir dalam Alquran mengandung perintah memohon perlindungan. Oleh karena itu, surah al-Falaq dan an-Naas disebut juga al-Mu’awwidzataani. Dalam surah al-Falaq, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk memohon perlindungan kepada Allah hanya satu kali dari empat hal. Perlindungan dari keburukan makhluknya, malam apabila gelap gulita, kejahatan tukang sihir yang meniup buhul-buhul, dan dari orang yang dengki.

Dalam surah an-Naas, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT sebanyak tiga kali, yakni sebagai Rabb, Malik, dan Ilah manusia. Tiga kali permohonan ini guna melindungi manusia hanya dari satu hal, yakni keburukan bisikan yang tersembunyi, yang membisikkan ke dalam dada manusia, baik dari bangsa jin maupun manusia.

Dua surah di atas mengajarkan kepada kita bahwa ancaman yang paling berbahaya bagi manusia bukanlah yang berasal dari luar dirinya. Hal ini tampak saat Allah SWT hanya memerintahkan ta’awudz sebanyak satu kali untuk empat ancaman. Namun, ancaman yang sesungguhnya adalah dari dalam diri manusia sendiri, yakni hawa nafsu dan bisikan setan. Isyaratnya adalah Allah SWT memerintahkan manusia memohon perlindungan tiga kali hanya untuk satu ancaman.

Pada kenyataannya, banyak manusia yang tergelincir ke lembah dosa bukan karena dorongan eksternal, tapi karena ketidakmampuan mengendalikan dirinya sendiri. Seorang manusia sering kali menang melawan tantangan-tantangan yang berasal dari luar dirinya. Namun, banyak orang yang justru terjerumus karena menuruti hawa nafsu dan setan yang menggodanya.

Saat diusir dari surga, Iblis berkata, “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).\” (QS al-A’raf: 16–17).

Iblis kembali berkata, “Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan semua manusia, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlasin (ikhlas).” (QS Shaad: 81-82). Artinya, ada segolongan manusia yang tidak dapat disesatkan oleh setan, yakni hamba-hamba yang diikhlaskan oleh Allah SWT (mukhlashin).

Hidayah dan rahmat Allah yang membuat manusia selamat dari godaan setan. Hal tersebut bisa didapat jika kita senantiasa membiasakan memohon perlindungan kepada-Nya.

Oleh: Robby Karman

 

REPUBLIKA

Berlindung dari 4 Perkara pada Tasyahud Akhir

ADA doa yang disunnahkan diamalkan setelah membaca tasyahud akhir sebelum salam.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian bertasyahud, hendaklah ia meminta perlindungan kepada Allah dari empat perkara dengan mengucapkan, ALLAHUMMA INNI AUDZU BIKA MIN ADZAABI JAHANNAM, WA MIN ADZABIL QOBRI, WA MIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAAT, WA MIN SYARRI FITNATIL MASIIHID DAJJAAL (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal).” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 588]

Penjelasan:

  1. Dianjurkan membaca doa ini pada tasyahud akhir, bukan tasyahud awal karena biasa tasyahud awal lebih singkat bacaannya. Dalam Sunan Abu Daud disebutkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasul shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang dari kalian selesai dari tasyahud akhir, maka mintalah perlindungan dari empat perkara ” (HR. Abu Daud, no. 983; shahih)
  2. Seorang hamba yang beriman hendaklah meminta perlindungan pada Allah dari Jahannam.
  3. Siksa dan nikmat kubur benar adanya. Hal ini didukung dengan dalil Al-Quran, As-Sunnah dan ijmak.
  4. Yang dimaksud berlindung dari fitnah ketika hidup adalah tergoda dengan dunia, syahwatnya, kebodohan di dalamnya, yang paling besar adalah godaan saat akan meninggal dunia. Sedangkan fitnah mati adalah ujian setelah kematian. Ada juga ulama yang menerangkan bahwa fintah hidup adalah cobaan ketika hidup dan hilangnya kesabaran, sedangkan fitnah mati adalah pertanyaan di alam kubur. Inilah penjelasan hadits no. 983 dari Sunan Abi Daud dalam Aun Al-Mabud.
  5. Al-Masih Ad-Dajjal adalah musibah besar yang ada di akhir zaman sehingga seorang muslim wajib meminta perlindungan pada Allah dari-Nya.

[Riyadhus Sholihin, Kitab Al-Adzkar, Bab Keutamaan Dzikir dan Dorongan untuk Berdzikir (Hadits no. 1423)/Muhammad Abduh Tuasikal]

 

INILAH MOZAIK