Perpecahan Umat Akibat Dangkalnya Pemahaman Islam

Memahami Islam dengan sebenar-benarnya menjadi jalan bersatunya umat Islam di seluruh dunia. Hal ini disampaikan Dosen Pembimbing Makalah Quran, Universitas Malik Abdul Aziz di Jeddah, Dr Muafak bin Abdullah saat Pertemuan Ulama dan Dai se-Asia Tenggara, Eropa serta Afrika di Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar).

Dr. Muafak sebagai ulama ahli aqidah dan dakwah memaparkan sejarah Islam di depan ratusan ulama dan dai dari berbagai negara. Dia menjelaskan awal mula Islam dan perkembangannya sampai saat ini. Dia juga menjelaskan aspek-aspek penting yang harus dipegang teguh umat Islam.

Sebab, menurut dia, barang siapa memahami Islam dan mempraktikkan dengan sebenar-benarnya, maka akan terjalin persatuan umat. “Sebenarnya belum bersatunya umat Islam di zaman ini bukan karena perbedaan yang ada di antara para ulama. Akan tetapi, karena umat yang dangkal pengetahuan Islamnya,” kata Dr. Muafak kepada Republika.co.id usai menjadi pembicara pada pertemuan ulama dan dai di Hotel Grand Inna Padang, Rabu (19/7).

Ia berpesan, dai-dai diharapkan menjadikan Alquran dan sunah sebagai rujukan berdakwah. Sebab, untuk mempersatukan umat Islam perlu memberikan pemahaman yang benar kepada umat. Sehingga dapat terjalin persatun sesama umat Islam.

Ia mengungkapkan, melalui pertemuan ulama dan dai dapat mempersatukan semangat para ulama untuk mengagungkan agama Islam. Sebab, Islam sangat sempurna. Melalui acara ini juga diharapkan umat Islam dapat menjauhi segala sesuatu yang dapat mengakibatkan perpecahan.

Dr. Muafak juga menyampaikan, perbedaan pendapat adalah rahmat dari Allah SWT. “Umat diharapkan mengedepankan aspek tauhid, umat Islam menyembah Allah Yang Maha Esa, maka perbedaan lain seperti masalah fikih tidak terlalu menjadi masalah asalkan umat ini bersatu dalam akidah,” ujarnya.

Persatuan umat yang diinginkan, dikatakan dia, umat Islam yang sama-sama menyambah Allah SWT dan mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir. Juga persatuan umat yang mengakui sesama Muslim adalah saudara. Maka sesama Muslim tidak boleh ada rasa benci satu sama lain. “Maka akan terjalin kesatuan umat Islam di seluruh dunia,” ujarnya.

 

REPUBLIKA

2 Hadis tentang Fitnah Perpecahan Umat dan Obatnya (Hadis Kedua)

BAGAIMANA jalan keluar dari kenyataan perpecahan yang merupakan sunnah kauniyah (ketetapan takdir) Allah? Allah tidak menurunkan suatu penyakit (yang merupakan sunnah kauniyah), kecuali pasti menurunkan obatnya yang merupakan sunnah syariyah (ketetapan syariat) Allah.

Kedua: Hadits tentang perpecahan umat. Bahwa kaum Yahudi terpecah menjadi 71 golongan, kaum Nasrani terpecah menjadi 72 golongan. Dan umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan. Semuanya masuk neraka, kecuali satu. Sebagaimana telah diriwayatkan oleh para Imam Ahli Hadits, di antaranya, Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Hakim dan lain-lain. Hadits ini adalah hadits hasan, dan telah diterima sebagai hujjah oleh para ulama Ahlul Hadits.

Golongan-golongan umat Islam yang sebanyak 73 kelompok ini, hanya satu yang ada di surga. Tujuhpuluh dua golongan lainnya ada di dalam neraka. Maksudnya, mereka adalah golongan yang diancam sebagai penghuni neraka, bukan golongan kafir yang kekal di dalam neraka. Sebab tidak setiap yang dinyatakan ada di dalam neraka, mesti kafir dan kekal di dalamnya. Ada bukti yang menunjukkan demikian, yaitu dalam hadits shahih. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.

“Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya. Yaitu; Suatu kaum yang membawa-bawa cemeti laksana ekor sapi yang digunakan untuk memukuli orang (maksudnya, para kaki tangan penguasa yang zhalim, pen.), dan kaum wanita yang berpakaian tetapi terlihat auratnya, congkak dan jalannya melenggang-lenggok, sedangkan kepalanya seperti punuk onta yang miring (karena rambutnya dimodel sedemikian rupa, pen.). Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya surga. Padahal baunya surga dapat dicium dari jarak sekian dan sekian”. (HR. Muslim)

Kaum penguasa zalim serta wanita penghuni neraka yang disebutkan dalam hadits di atas, tidak bisa dikatakan sebagai orang-orang kafir yang kekal di dalam neraka. “Kecuali mereka menghalalkan tindakannya itu setelah memahami keharamannya.” Seperti dikatakan oleh Imam Nawawi. Selanjutnya, hadits tentang perpecahan umat ini menjelaskan betapa dahsyat perpecahan di antara kaum Muslimin. Dan itu merupakan sunnatullah al kauniyah (ketetapan takdir Allah). Ini jelas merupakan penyakit, sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits Al Irbadh bin Sariyah.

Obatnya ialah sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pada bagian akhir hadits, ketika menjelaskan jalan apakah yang ditempuh oleh golongan yang selamat. Yaitu (menurut salah satu riwayat): “(Yaitu) apa yang hari ini, aku dan sahabatku berada di atasnya.”

Mengapa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “hari ini”? Sebab, pada hari ketika Nabi hidup itulah agama (Islam) sempurna. Sehingga mengikuti sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam serta para sahabatnya seperti pada saat beliau masih hidup, merupakan satu-satunya obat untuk menyembuhkan penyakit perpecahan umat. Artinya, pemahaman umat Islam harus dikembalikan kepada pemahaman seperti ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam masih hidup. Sebab pemahaman terhadap Islam sebagaimana pemahaman yang ada pada zaman Nabi Shallallahu alaihi wa sallam merupakan satu-satunya pemelihara bagi umat dari perpecahan.

Dalam hadits tersebut, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak hanya menyebutkan sunnah beliau saja, tetapi bahkan menyebutkan sunnah sahabat. Menunjukkan, bahwa sunnah beliau terwujud dalam sunnah para sahabatnya. Siapa yang ingin sampai kepada sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, maka harus menempuh sunnah para sahabat juga. Tetapi untuk kembali kepada jalan yang ditempuh oleh Nabi serta para sahabatnya memerlukan ilmu. Yaitu ilmu yang dapat mengantarkan menuju jalan yang ditempuh oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Dengan kata lain, ilmu harus didahulukan daripada logika. Itulah sebabnya, obat bagi penyakit perpecahan ialah:

“(Yaitu) apa yang hari ini, aku dan sahabatku berada di atasnya”. (Yakni, obatnya ialah Islam sebagaimana yang ditempuh oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya sebelum terjadi perpecahan-pen). Obatnya bukan seperti yang ditempuh oleh golongan hizbiyah, oleh madzhab, oleh gerakan, pendapat, politik atau yang lain-lainnya. Perselisihan dan perpecahan tetap terjadi dan semakin dahsyat. Allah tidak akan memberi anugerah untuk bisa tetap istiqamah berpijak pada jalan yang benar dan keluar dari fitnah ini, kecuali jika seseorang itu memahami bagaimana cara beristiqamah dan lepas dari fitnah tersebut.

Demikian isi ceramah Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman yang kami nukil secara sangat ringkas dengan bahasa bebas. Intinya, perpecahan umat Islam merupakan sunnah kauniyah. Obatnya ialah dengan menjalankan sunnah syariyyah. Hanya kaum Muslimin yang berpegang teguh kepada sunnah Nabi dan para sahabatnya saja yang dapat selamat dari fitnah ganas tersebut. Dan itu harus diperjuangkan, yaitu dengan rajin mempelajari ajaran Islam dari sumbernya secara benar, melalui tangan atau kitab para ulama Ahlu Sunnah, dan dengan senantiasa memperhatikan nasihat para ulama tersebut. Membuang gagasan atau pemahaman baru. Tidak merasa congkak hanya bersandar pada logika atau pemikiran pribadi, kelompok ataupun jemaah tertentu. Apalagi mencerca dan memaki ulama serta merasa bangga dengan kegiatan golongannya dan murka jika mendapatkan kritik. Maka, mempelajari agama secara benar dengan sabar dan tekun merupakan jalan untuk sampai pada pemaham serta pengamalan yang benar, sehingga dapat terlepas dari penyakit perpecahan. Wallahu waliyyu at taufiq.

[Referensi: Majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun VII/1423H. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta/Ahmad Faiz bin Asifuddin/muhadharah Syaikh Masyhur Hasan Alu Salman]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2358651/2-hadis-tentang-fitnah-perpecahan-umat-dan-obatnya#sthash.1Jr3AHvs.dpuf

2 Hadis tentang Fitnah Perpecahan Umat dan Obatnya (Hadis Pertama)

BAGAIMANA jalan keluar dari kenyataan perpecahan yang merupakan sunnah kauniyah (ketetapan takdir) Allah? Allah tidak menurunkan suatu penyakit (yang merupakan sunnah kauniyah), kecuali pasti menurunkan obatnya yang merupakan sunnah syariyah (ketetapan syariat) Allah.

Untuk menjawab pertanyaan di atas Syaikh Masyhur Hasan Alu Salman, seorang Ulama dari Yordania dan pernah ke Surabaya dalam suatu daurah syariyyah, menyebutkan dua buah hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang menyebutkan penyakit serta obatnya. Pertama: Hadits Al Irbadh bin Sariyah. Di dalamnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla, dan untuk mendengar serta taat (kepada pimpinan) meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Sesungguhnya, barangsiapa yang berumur panjang di antara kalian (para sahabat), niscaya akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidun orang-orang yang mendapat petunjuk- sepeninggalku. Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian. Dan hati-hatilah kalian, jangan sekali-kali mengada-adakan perkara-perkara baru dalam agama, karena sesungguhnya setiap bidah adalah sesat”. (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Dalam hadis tersebut Rasulullah n memberitakan tentang penyakit dan obatnya. Beliau memberitakan tentang penyakit perpecahan yang merupakan sunnah kauniyah. Kemudian menyebutkan bagaimana cara pengobatannya (yang merupakan sunnah syariyah). Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam “Barangsiapa yang berumur panjang di antara kalian, niscaya akan melihat perselisihan yang banyak”. Perselisihan yang banyak ini merupakan penyakit. Dan kini hal itu betul-betul terbukti.

Bagaimanakah obatnya? Obatnya, ialah kelanjutan hadits tersebut, yaitu “Maka wajib bagi kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidun orang-orang yang mendapat petunjuk- sepeninggalku. Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian”. Dalam sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam “Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian”, beliau menggunakan dhamir “haa” pada “alaihaa” (menunjukkan satu), bukan “humaa atau alaihimaa” (menunjukkan dua). Sebab Sunnah para Khulafaur Rasyidun sebenarnya adalah Sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam juga. Jadi hanya satu sunnah saja.

Dengan kata lain, perpecahan merupakan sunnah kauniyah disebabkan oleh tidak berpegang kepada sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Begitu juga segala kemaksiatan lain, terjadi sesuai dengan kehendak kauniyah (ketetapan takdir) Allah. Bukan kehendak syariyah (ketetapan syariat) Allah. Perpecahan serta fitnah pasti terjadi sebagai sunnah kauniyah. Sedangkan obatnya adalah mengikuti sunnah syariyyah. Yaitu berpegang teguh pada sunnah Nabi dan sunnah para Khulafaur Rasyidun.

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2358648/2-hadis-tentang-fitnah-perpecahan-umat-dan-obatnya#sthash.Oe9SWEjI.dpuf