Pesona Memandang Ka’bah

Rasa haru dan bahagia ketika memandang Ka’bah hanyalah dapat dirasakan bagi mereka yang memiliki hati yang bersih. Banyak sekali terlihat di antara jamaah haji yang menangis ketika memandang Ka’bah. Mengapakah bisa demikian? Apakah yang kita bayangkan ketika memandangnya?

Pada saat Ka‘bah telah tampak di depan mata, hendaknya kita menghadirkan keagungan Rumah Allah tersebut dalam hati kita. Banyak ulama yang mengatakan, ketika memandang Ka’bah hendaklah membayangkan seolah-olah sedang memandang Sang Pemilik Ka’bah itu sendiri, yaitu Allah SWT.

Ketika memandang Ka’bah dan membayangkan Sang Pemilik Ka’bah, hendaklah berharap semoga di Akhirat kelak mendapatkan anugrah untuk memandang wajah Allah SWT.

Kesempatan memandang wajah Allah di surga kelak adalah suatu kesempatan dan anugrah tertinggi bagi seorang mu’min. Kesempatan agung tersebut jauh lebih tinggi dari segala kenikmatan yang ada di surga. Tidak semua orang yang bisa mendapatkan kesempatan tersebut.

Ketika melihatnya, hendaklah memperbanyak doa. Diperbolehkan berdoa menurut apa yang disukai. Dalam sunnah, doa yang masyhur dibaca ketika memandang Ka’bah adalah;

Allahumma zid hazal baita tasyrifan wata’zlman wataknman wamahabatan wazid man syarrafahu wa azzamahu wa karramahu mimman hajjahu awi’tamarahu tasyrifan wa ta’zTman wa taknman wabirran.”

Artinya; “Ya Allah tambahkanlah kemuliaan, keagungan, kehormatan dan kehebatan pada Baitullah ini dan tambahkanlah pada orang-orang yang memuliakannya dan mengagungkannya dari orang-orang yang berhaji dan umrah kemuliaan, kebesaran, kehormatan dan kebaikan.”

Ketika berdoa, hendaklah mencari posisi multazam, yaitu posisi antara hajar aswad dan pintu ka’bah. Sebagaimana diriwayatkan dari banyak hadist, multazam adalah salah satu tempat yang mustajabah (dijamin terkabulnya doa) bagi orang yang berdoa disana.

Selanjutnya, bersyukurlah kepada Allah SWT atas karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan untuk mengunjungi rumah-Nya. Banyak sekali orang yang merindukan untuk berangkat haji, namun belum juga kesampaian. Begitu juga orang yang hidup bergelimang harta, namun belum juga terpanggil hatinya untuk menunaikan haji.

 

sumber:Republika Online