Kaidah Rezeki: Jika Satu Pintu Rezeki Ditutup, Harus Yakin Masih Ada Pintu yang Lain

Kaidah rezeki berikut sangat manfaat sekali. Jika kita memahaminya dengan baik, kita akan jadi orang yang optimis, semangat kerja, cepat move on dalam hal rezeki.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

“Fokuskanlah pikiranmu untuk memikirkan apapun yang diperintahkan Allah kepadamu. Jangan menyibukkannya dengan rezeki yang sudah dijamin untukmu. Karena rezeki dan ajal adalah dua hal yang sudah dijamin, selama masih ada sisa ajal, rezeki pasti datang. Jika Allah -dengan hikmahNya- berkehendak menutup salah satu jalan rezekimu, Dia pasti –dengan rahmatNya- membukan jalan lain yang lebih bermanfaat bagimu.

Renungkanlah keadaan janin, makanan datang kepadanya, berupa darah dari SATU JALAN, yaitu pusar.

Lalu ketika dia keluar dari perut ibunya dan terputus jalan rezeki itu, Allah membuka untuknya DUA JALAN REZEKI yang lain (yakni dua puting susu ibunya), dan Allah mengalirkan untuknya di dua jalan itu; rezeki yang lebih baik dan lebih lezat dari rezeki yang pertama. Itulah rezeki susu murni lagi lezat.

Lalu ketika masa menyusui habis, dan terputus dua jalan rezeki itu dengan sapihan, Allah membuka EMPAT JALAN REZEKI lain yang lebih sempurna dari yang sebelumnya; yaitu dua makanan dan dua minuman. Dua makanan yaitu dari hewan dan tumbuhan. Dan dua minuman yaitu dari air dan susu serta segala manfaat dan kelezatan yang ditambahkan kepadanya.

Lalu ketika dia meninggal dunia, terputuslah empat jalan rezeki ini, Namun Allah –Ta’ala– membuka baginya -jika dia hamba yang beruntung- DELAPAN JALAN REZEKI, itulah pintu-pintu surga yang berjumlah delapan, dia boleh masuk surga dari mana saja yang ia kehendaki.

Dan begitulah Allah Ta’ala, Dia tidak menghalangi hamba-Nya untuk mendapatkan sesuatu, kecuali Dia berikan sesuatu yang lebih afdhal dan lebih bermanfaat baginya. Dan itu tidak diberikan kepada selain orang mukmin, karenanya Dia menghalanginya dari bagian yang rendahan dan murah, dan Dia tidak rela hal tersebut untuknya, untuk memberinya bagian yang mulia dan berharga.” (Al-Fawaid, hlm. 94)

Intinya, kalau satu pintu rezeki ditutup, akan dibuka pintu rezeki yang lain. Karena rezeki itu sudah dijamin oleh Allah.

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ

Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR. Ibnu Majah no. 2144, dikatakan sahih oleh Syaikh Al Albani).

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ رُوْحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا ، فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ ، وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتَبْطَاءَ الرِّزْقُ أَنْ تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِي اللهَ ؛ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرِكُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ

Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8: 166, hadits sahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2866).

Dalam hadits disebutkan bahwa kita diperintah untuk mencari rezeki dengan cara yang baik atau diperintahkan untuk “ajmilu fit tholab”. Apa maksudnya?

  1. Janganlah berputus asa ketika belum mendapatkan rezeki yang halal sehingga menempuh cara dengan maksiat pada Allah. Jangan sampai kita berucap, “Rezeki yang halal, mengapa sulit sekali untuk datang?”
  2. Jangan sampai engkau mencelakakan dirimu untuk sekedar meraih rezeki.

Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan rezeki pada kita semua.

Muhammad Abduh Tuasikal

Sumber https://rumaysho.com/29071-kaidah-rezeki-jika-satu-pintu-rezeki-ditutup-harus-yakin-masih-ada-pintu-yang-lain.html

6 Amalan Pembuka Pintu Rezeki

Coba amalkan 6 amalan berikut ini, moga Allah bukakan pintu rezeki yang banyak bagi kita.

Pertama: Istighfar

Allah Ta’ala berfirman,

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)

Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)

Terdapat sebuah atsar dari Hasan Al Bashri rahimahullah yang menunjukkan bagaimana faedah istighfar yang luar biasa.

أَنَّ رَجُلًا شَكَى إِلَيْهِ الْجَدْب فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر الْفَقْر فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر جَفَاف بُسْتَانه فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر عَدَم الْوَلَد فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، ثُمَّ تَلَا عَلَيْهِمْ هَذِهِ الْآيَة

“Sesungguhnya seseorang pernah mengadukan kepada Al-Hasan tentang musim paceklik yang terjadi. Lalu Al-Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.

Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kemiskinannya. Lalu Al-Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.

Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kekeringan pada lahan (kebunnya). Lalu Al-Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.

Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau karena sampai waktu itu belum memiliki anak. Lalu Al-Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.

Kemudian setelah itu Al-Hasan Al-Bashri membacakan surat Nuh di atas. (Riwayat ini disebutkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar di Fath Al-Bari, 11: 98)

Kedua: Menjalin silaturahim

Silaturahim adalah menjalin hubungan dengan kerabat yang pernah putus atau terus menjalin yang telah selama ini ada.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturahim.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557).

Kata Imam Nawawi dilapangkan rezeki adalah diluaskan atau diperbanyak rezekinya. Juga bisa maksudnya adalah Allah berkahi rezekinya. (Syarh Shahih Muslim, 16: 104)

Ibnu Hajar dalam Al-Fath menjelaskan, “Silaturahmi dimaksudkan untuk kerabat, yaitu yang punya hubungan nasab, baik saling mewarisi ataukah tidak, begitu pula masih ada hubungan mahrom ataukah tidak.”

Ketiga: Memperbanyak sedekah

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya).” Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim, no. 2588)

Makna hadits di atas sebagaimana dijelaskan oleh Yahya bin Syarf An Nawawi rahimahullah ada dua penafsiran:

  • Harta tersebut akan diberkahi dan akan dihilangkan berbagai dampak bahaya padanya. Kekurangan harta tersebut akan ditutup dengan keberkahannya. Secara inderawi dan realita bisa dirasakan.
  • Walaupun secara bentuk harta tersebut berkurang, namun kekurangan tadi akan ditutup dengan pahala di sisi Allah dan akan terus ditambah dengan kelipatan yang amat banyak. (Syarh Shahih Muslim, 16: 128)

Keempat: Bertakwa pada Allah

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا , وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan kita penjelasan menarik mengenai pengertian takwa. Beliau rahimahullah berkata,

“Takwa adalah seseorang beramal ketaatan pada Allah atas cahaya (petunjuk) dari Allah karena mengharap rahmat-Nya dan ia meninggalkan maksiat karena cahaya (petunjuk) dari Allah karena takut akan siksa-Nya. Tidaklah seseorang dikatakan mendekatkan  diri pada Allah selain dengan menjalankan kewajiban yang Allah tetapkan dan menunaikan hal-hal yang sunnah. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang Aku cintai. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya.” Inilah hadits shahih yang disebut dengan hadits qudsi diriwayatkan oleh Imam Bukhari.” (Majmu’ Al-Fatawa, 10: 433)

Kelima: Melakukan haji dan umrah

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِى الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ

Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak.” (HR. An-Nasai no. 2631, Tirmidzi no. 810, Ahmad 1: 387. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

Keenam: Memperbanyak doa minta rezeki

Doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia menyatakan:

Setiap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat Shubuh, setelah salam, beliau membaca do’a berikut,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

Allahumma innii as-aluka ‘ilman naafi’a, wa rizqon thoyyibaa, wa ‘amalan mutaqobbalaa.

Artinya:

“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).” (HR. Ibnu Majah, no. 925 dan Ahmad 6: 305, 322. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Juga do’a lainnya dari hadits ‘Ali, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengajarkan doa berikut,

اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika ‘amman siwaak.

Artinya:

“Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.” (HR. Tirmidzi no. 3563. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

Yang Jelas: Jangan Sampai Tempuh Cara yang Haram

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ رُوْحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا ، فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ ، وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتَبْطَاءَ الرِّزْقُ أَنْ تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِي اللهَ ؛ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرِكُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ

“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8: 166, hadits shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2866).

Dalam hadits disebutkan bahwa kita diperintah untuk mencari rezeki dengan cara yang baik atau diperintahkan untuk “ajmilu fit tholab”. Apa maksudnya?

  • Janganlah berputus asa ketika belum mendapatkan rezeki yang halal sehingga menempuh cara dengan maksiat pada Allah. Jangan sampai kita berucap, “Rezeki yang halal, mengapa sulit sekali untuk datang?”
  • Jangan sampai engkau mencelakakan dirimu untuk sekedar meraih rezeki.

Intinya karena tidak sabar. Seandainya mau bersabar mencari rezeki, tetap Allah beri karena jatah rezeki yang halal sudah ada. Coba renungkan perkataan Ibnu ‘Abbas berikut ini. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

ما من مؤمن ولا فاجر إلا وقد كتب الله تعالى له رزقه من الحلال فان صبر حتى يأتيه آتاه الله تعالى وإن جزع فتناول شيئا من الحرام نقصه الله من رزقه الحلال

“Seorang mukmin dan seorang fajir (yang gemar maksiat) sudah ditetapkan rezeki baginya dari yang halal. Jika ia mau bersabar hingga rezeki itu diberi, niscaya Allah akan memberinya. Namun jika ia tidak sabar lantas ia tempuh cara yang haram, niscaya Allah akan mengurangi jatah rezeki halal untuknya.” (Hilyah Al-Auliya’, 1: 326)

Semoga bermanfaat.

Sumber https://rumaysho.com/13115-6-amalan-pembuka-pintu-rezeki.html

Inilah Kunci Membuka Pintu Rezeki dalam Islam

KETAHUILAH Islam itu sudah mengajarkan cara-cara untuk membuka pintu rezeki:

1. Memperbanyak istighfar
2. Menjalin silaturahim
3. Memperbanyak sedekah dengan ikhlas cari ridha Allah
4. Memperbanyak doa minta rezeki

Namun kuncinya sebenarnya pada iman dan takwa.

Allah Taala berfirman,

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

[Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman/Muhammad Abduh Tuasikal]

INILAH MOZAIK

Apa Saja Delapan Pintu Rezeki?

Ada delapan pintu rezeki yang disebutkan dalam Alquran

Allah SWT adalah satu-satunya Zat Yang Mahapengasih dan Mahapenyayang. Dia memberikan rezeki kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Dia menyuruh umat manusia untuk banyak-banyak bersyukur, jangan kufur nikmat yang mana justru dapat mendatangkan murka-Nya.

Dalam hidup ini, seseorang kadang diberikan kelapangan rezeki. Sebaliknya, terkadang rezeki dirasakan sempit, sehingga orang yang lemah hatinya kemudian berkeluh-kesah. Padahal, pintu-pintu rezeki amat luas.

Berikut ini adalah penjelasan Alquran tentang delapan pintu rezeki, sebagaimana dilansir dari lama resmi organisasi masyarakat (ormas) Persatuan Islam yang diakses Ahad (28/4).

 

Rezeki yang Telah Dijamin

Dalilnya adalah Alquran surah Hud ayat enam. Artinya, “Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” Sebagai contoh, seorang anak yatim piatu akan tetap hidup sampai besar, padahal orang tuanya telah tiada. Allah membuatnya bertemu dengan pihak panti asuhan atau keluarga lain yang bersedia mengurusnya.

 

Rezeki Hasil Usaha

Dalilnya adalah surah an-Najm ayat ke-39. Terjemahannya, “Dan bahwasannya seorang manusia tiada memeroleh selain apa yang telah diusahakannya.” Misalnya, bangsa-bangsa yang maju di dunia hari ini karena keuletan pemerintah dan rakyatnya dalam berusaha. Bandingkan dengan bangsa-bangsa yang miskin karena pemerintah dan rakyatnya yang kurang berinisiatif, padahal tanahnya subur.

 

Rezeki karena Bersyukur

Alquran surah Ibrahim ayat tujuh menjelaskan hal itu. Artinya, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” Misalnya, suatu negeri yang menerapkan syariat Islam secara utuh karena pemimpin dan rakyatnya bersyukur atas nikmat Allah. Selanjutnya, negeri itu menemukan ladang energi gas baru dengan kapasitas yang banyak.

 

Rezeki tak Terduga

Surah at-Thalaq ayat dua dan tiga telah menegaskannya. Terjemahannya, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” Misal, kondisi geografis Makkah dan Madinah cenderung gersang. Namun, siapa sangka pada abad modern ditemukan kandungan minyak yang begitu banyak di bawah tanah Arab Saudi, sehingga penduduk dua kota itu merasakan manfaat yang besar.

 

Rezeki karena Istighfar

Alquran surah Nuh ayat 10 dan 11 menjelaskan pentingnya memohon ampun kepada Allah. Terjemahannya, “Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Mahapengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat.” Sebagai gambaran, yakni kaum Nabi Yunus. Mereka bertaubat kepada Allah, sehingga Dia mengaruniakan kepadanya kemakmuran berpuluh-puluh tahun lamanya.

 

Rezeki karena Menikah

Menikah tak sekadar sebagai jalan yang mulia untuk menyalurkan hasrat biologis. Menikah juga menyimpan hikmah bagi mereka yang berharap rezeki nan berkah. Surah an-Nur ayat ke-32 telah memaparkan hal itu.

Artinya, “Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak dari hamba sahayamu, baik laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, maka Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Ambil contoh, pasca-hijrah dari Makkah ke Yastrib (Madinah), Abdurrahman bin Auf dalam beberapa waktu belum menikah. Setelah menikah, dia berangsur-angsur menjadi pedagang yang kaya raya lagi, seperti halnya sebelum hijrah.

 

Rezeki karena Anak

Anak-anak merupakan karunia Allah yang begitu besar. Keberadaan mereka juga dapat mendatangkan rezeki yang berkah. Karena itu, Alquran telah menegaskan larangan menolak hadirnya buah hati. Lihat surah al-Isra ayat ke-31. Artinya, “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kami-lah yang akan menanggung rezeki mereka dan juga (rezeki) bagimu.” Sebagai contoh, Nabi Yakub waktu masih muda hijrah dari rumahnya. Dia pun menjadi pengembala kambing. Setelah menikah dan memiliki 12 orang anak, justru kambing-kambingnya makin bertambah banyak.

 

Rezeki karena Sedekah

Dalam surah al-Baqarah ayat ke-245, Allah berfirman. Artinya, “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” Sebagai misal, salah seorang sahabat yang mulia, Utsman bin Affan. Dia pernah berinfak dengan hartanya. Sampai kini, namanya tercatat sebagai pemilik warisan dan tabungan, bahkan terekam di salah satu bank syariah di Arab Saudi.

Demikianlah, hidup seorang Muslim hendaknya tak diliputi kekhawatiran dalam urusan rezeki. “Kalaulah anak Adam lari dari rezekinya, sebagaimana dia lari dari kematian, niscaya rezekinya itu akan mengejarnya sebagaimana kematian itu akan mengejarnya,” itulah sabda Nabi Muhammad SAW.

Sumber : Persatuan Islam (Persis)

 

REPUBLIKA

Islam Sudah Ajarkan Cara Membuka Pintu Rezeki

KETAHUILAH Islam itu sudah mengajarkan cara-cara untuk membuka pintu rezeki:

1. Memperbanyak istighfar
2. Menjalin silaturahim
3. Memperbanyak sedekah dengan ikhlas cari ridha Allah
4. Memperbanyak doa minta rezeki

Namun kuncinya sebenarnya pada iman dan takwa.

Allah Taala berfirman,

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

[Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman/Muhammad Abduh Tuasikal]

 

 

INILAH MOZAIK

 

 

—————————————————————-
Artikel keislaman di atas bisa Anda nikmati setiap hari melalui smartphone Android Anda. Download aplikasinya, di sini!

Mendapat Rezeki Karena Giat Membantu Para Penuntut Ilmu

Adalah suatu keutamaan jika setiap muslim bisa membantu para santri atau para penuntut ilmu agama agar mereka mudah untuk konsentrasi dalam belajar sehingga terus bisa menjaga agama ini. Bahkan orang yang lancar mendapatkan rezeki bisa jadi karena banyak membantu untuk membiayai orang-orang yang berjuang di jalan Allah.

Keutamaannya tersebut disebutkan oleh Imam Nawawi ketika membahas masalah tawakkal dan yakin dalam kitab Riyadhus Sholihin. Beliau membawakan hadits berikut ini,

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ أَخَوَانِ عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَكَانَ أَحَدُهُمَا يَأْتِى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- وَالآخَرُ يَحْتَرِفُ فَشَكَا الْمُحْتَرِفُ أَخَاهُ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « لَعَلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Pada masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada dua orang bersaudara, yang satu suka datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (untuk menuntut ilmu agama) dan yang lainnya giat bekerja (supaya saudaranya bisa mendapatkan rezeki, -pen). Kemudian orang yang giat bekerja mengadu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang keadaan saudaranya itu. Lantas beliau bersabda, “Barangkali engkau mendapatkan rezeki karena sebab saudaramu (yang rajin belajar itu).” (HR. Tirmidzi no. 2345. Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Kata Imam Nawawi sanadnya shahih sesuai syarat Muslim).

Beberapa faedah dari hadits di atas:

1- Siapa saja yang berkonsentrasi dalam menuntut ilmu dan ingin menjaga syari’at Islam, maka Allah berarti akan mempermudah dirinya dengan ada yang akan membantu memenuhi hajatnya.

2- Hadits ini berisi dorongan untuk membantu para ulama dan penuntut ilmu.

3- Manusia bisa saja dimudahkan rezeki karena sebab membantu saudaranya yang belajar agama.

4- Boleh mengadukan suatu permasalah kepada penguasa yang mengatur urusan sebagaimana dalam hadits ini ada yang melaporkan keadaan saudaranya kepada Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

5- Urusan agama lebih mulia daripada urusan dunia.

6- Namun tetap seorang penuntut ilmui itu bekerja dan tidak terus bergantung pada orang lain, serta kita tahu bahwa tangan yang di atas lebih mulia daripada tangan yang di bawah.

7- Yakin dan tawakkal sebab utama mendapatkan kemudahan dari Allah.

Wallahu a’lam. Moga bermanfaat dan semakin menyemangati kita untuk terus beramal sholih.

Sumber : https://rumaysho.com/3462-mendapat-rezeki-karena-giat-membantu-para-penuntut-ilmu.html