Keutamaan Puasa Arafah Menurut Hadist Nabi

Keutamaan puasa Arafah menurut Hadits Nabi Muhammad. Dalam beberapa hadits Rasulullah tercantum keutamaan puasa Arafah adalah sangat besar. Yang jika diamalkan orang yang beriman, niscaya akan memiliki pelbagai manfaat.

Keutamaan Puasa Arafah

Di antara amal yang bisa menghapus dosa ialah melakukan kebaikan, dan di antara kebaikan yang tinggi nilainya adalah puasa. Sebagaimana titah Rasulullah Saw yang memerintahkan kita untuk mengiringi kebaikan, jika telah melakukan kesalahan.

Maka dalam rangka menyambut bulan Dzulhijjah, marilah kita melakukan ibadah puasa yang suda jamak, yaitu puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah atau 9 Juni 2022 (versi Kemenag dan PBNU).

Terlebih fadilah puasa arafah ini sangatlah besar, yaitu bisa menghapus dosa selama 2 tahun. Baginda Rasulullah saw bersabda dalam hadits:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ

“Puasa hari Arafah saya berharap kepada Allah dapat menghapuskan (dosa) tahun sebelum dan tahun sesudahnya.” (HR. Muslim)

Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ غُفِرَ لَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ

Barangsiapa berpuasa pada hari Arafah, maka ia diampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang (HR. Ibnu Umar).

Dan masih banyak lagi keutamaan puasa arafah yang lain. Lalu timbul pertanyaan dalam benak, mengapa keutamaan puasa Arafah bisa menghapus dosa selama dua tahun, sedang puasa hari Asyura’ yang notabenne hari agung seluruh nabi, hanya menghapus dosa selama satu tahun saja. Syekh Abi Bakar Syatha Al-Dimyathi menjawab;

(فائدة) الحكمة في كون صوم يوم عرفة بسنتين وعاشوراء بسنة، أن عرفة يوم محمدي – يعني أن صومه مختص بأمة محمد – صلى الله عليه وسلم – – وعاشوراء موسوي، ونبينا محمد أفضل الأنبياء – صلوات الله عليهم أجمعين – فكان يومه بسنتين. اه مغنى.

Faedah: hikmah mengapa keutamaan puasa Arafah adalah menghapus dosa selama 2 tahun, sedang puasa Asyura (10 Muharram) hanya menghapus dosa selama satu tahun, adalah bahwa arafah merupakan hari Muhammadi.

Yakni puasanya khusus bagi ummatnya Rasulullah Saw, sedangkan Asyura merupakan harinya Nabi Musa As. Memandang Nabi kita baginda Muhammad saw adalah paling utamanya para nabi, tentunya ia mendapatkan sesuatu yang lebih dari pada lainnya, termasuk dala hal penghapusan dosa ini.

Puasa Arafah Menghapus Dosa Besar?

Demikian dahsyatnya keutaman puasa hari arafah, maka sungguh merugi mereka yang tidak menunaikannya. Memandang keutamaan puasa arafah yang bisa menghapus dosa selama 2 tahun.

Apakah lantas juga menghapus dosa besar? Jawabannya adalah khilaf, namun menurut qaul mu’tamad adalah tidak. Mengapa bisa demikian? Berikut penjelasan ulama;

(ويسن) متأكدا (صوم يوم عرفة) لغير حاج، لانه يكفر السنة التي هو فيها والتي بعدها – كما في خبر مسلم – وهو تاسع ذي الحجة، والاحوط صوم الثامن مع عرفة. والمكفر: الصغائر التي لا تتعلق بحق الآدمي، إذ الكبائر لا يكفرها إلا التوبة الصحيحة.  وحقوق الآدمي متوقفة على رضاه، فإن لم تكن له صغائر زيد في حسناته.

“Sunnah muakkad bagi yang tidak berhaji untuk puasa di hari arafah, sebab keutamaannya bisa menghapus dosa selama dua tahun, sebagaimana yang telah Imam Muslim riwayatkan. Hari arafah ini jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah, hanya saja seyogyanya berhati-hati dengan berpuasa di hari ke-8 juga.

Adapun dosa yang Allah hapus dalam konteks keutamaan puasa ini adalah dosa kecil, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak sesama. Sebab dosa besar tidak bisa terhapus kecuali dengan taubat nasuha, dan hak sesama tergantung atas kerelaan pemiliknya.

Namun jika ia tidak memiliki dosa kecil pada tahun tersebut, niscaya keutamaan puasa arafahnya akan Allah konvensi menjadi pahala baginya.

Hanya saja anotasi Fath al-Muin yang berjudul Tarsyih al-mustafidin karya Sayyid Alwi Al-Segaf mengatakan sebaliknya, bahwa Musonnif kitab Nihayat al-Muhtaj berpandangan bahwa puasa arafah juga menghapus dosa besar, sebab ampunan Allah sangatlah luas, dan tidak seyogyanya membatasi apa yang mutlak.

Sayyid Alwi Al-Segaf pun mengamini pendapat ini, lain halnya dengan Ibnu Hajar yang tidak sependapat dengan Musonnif kitab Nihayat al-Muhtaj (Imam Al-Ramli). (Baca: Istri Hendak Puasa Arafah, Apa Harus Izin Suaminya Dulu?)

Komentator Fath Al-muin yang lain pun juga berpandangan demikian, setelah beliau menjelaskan panjang lebar posisi ulama dalam hal peleburan dosa besar, Syekh Abi Bakar Syatha berpedoman bahwasanya keutamaan puasa Arafah juga berlaku pada peleburan dosa besar, sebab rahmat Allah sangatlah luas.

BINCANG SYARIAH

Menggugat Puasa Tarwiyah Sebelum Puasa Arafah

ADA kaum Muslim yang berpuasa selama dua hari pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijah. Pada tanggal 8 Dzulhijah disebut puasa Tarwiyah, dan tanggal 9 Dzulhijah disebut puasa Arafah. bagaimana hukumnya?

Tentang puasa Arafah tentu sudah dengan jelas kita ketahui bersama bahwa hukumnya sunah muakkad. Ada dalil-dalil sahih yang menguatkan, ditambah dengan keutamaannya yang amat besar.

Namun tidak demikian dengan puasa Tarwiyah (8 Dzulhijah). Mari kita simak beberapa penjelasan berikut.

Tentang puasa Tarwiyah, tidak ada satu hadis pun yang ‘jelas dan tegas’ menyatakan disunahkan berpuasa pada hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzulhijah). Dengan demikian, tidak ada dalil yang sah untuk melakukan puasa Tarwiyah.

Dikatakan, ada hadis yang menyatakan, “Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan (dosa) satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun”.

Namun dikatakan bahwa hadis ini dhoif alias lemah. Namun, setelah diteliti sesuai “dirooyah” (cabang dari ‘Ulumul Hadits yang mengkaji analisa perawi dan sanad) maka ulama menyimpulkan bahwa hadis ini sampai pada tingkatan maudhu, atau tertolak alias palsu.

Berkaitan dengan hadis dhoif (bukan maudhu) terdapat dua pendapat:

1. Boleh diamalkan/digunakan sebagai dalil jika itu HANYA TERKAIT FADHILAH AMAL yang tidak menyangkut aqidah dan hukum halal haram (pendapat ini lebih kuat).

2. Tetap tidak boleh diamalkan/digunakan.

Nah, sedangkan hadis maudhu’ adalah jenis hadis dhoif dengan tingkatan terendah sehingga banyak ulama juga membagi dalam tingkatan hadis tersendiri di bawah dhoif, artinya hadis terburuk (karena sebenarnya sama sekali bukan hadis, yaitu berasal dari perawi dusta). Wallahu alam.

 

INILAH MOZAIK

Puasa Arafah, Niat dan Keutamaan Disertai 7 Hadits Shahih

Puasa Arafah adalah salah satu puasa sunnah yang sangat dianjurkan (sunnah muakkadah) bagi kaum muslimin yang tidak sedang berhaji. Keutamaannya sangat luar biasa, dijelaskan dalam banyak hadits shahih.

Hukum Puasa Arafah

Bagi kaum muslimin yang tidak sedang mengerjakan ibadah haji, puasa arafah hukumnya sunnah muakkadah. Sedangkan bagi kaum muslimin yang sedang berhaji, tidak ada keutamaan untuk puasa pada hari arafah.

عَنْ عِكْرِمَةَ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى أَبِى هُرَيْرَةَ فِى بَيْتِهِ فَسَأَلْتُهُ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ بِعَرَفَاتٍ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ بِعَرَفَاتٍ

Dari Ikrimah, ia mengatakan: “aku masuk ke rumah Abu Hurairah lalu bertanya tentang puasa hari Arafah bagi (jamaah haji yang sedang) di Arafah.” Lalu Abu Hurairah menjawab, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang puasa hari Arafah di Arafah” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)

Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah mencantumkan hadits tersebut kemudian mengutip penjelasan Imam Tirmidzi. “Para ulama memandang sunnah berpuasa pada hari arafah kecuali apabila berada di Arafah,” kata penyusun Sunan Tirmidzi itu.

Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adilatuhu menjelaskan, “bagi orang yang sedang menunaikan haji, tidak disunnahkan berpuasa hari Arafah. Bahkan disunnahkan untuk tidak berpuasa meskipun ia kuat agar tersedia kekuatan untuk berdoa dan juga mengikuti sunnah.”

“Sedangkan menurut mazhab Hanafi,” lanjut Syaikh Wahbah, “orang yang sedang berhaji boleh berpuasa hari arafah jika ia kuat.”

Syaikh Musthofa Al Bugho dalam Nuzhatul Muttaqin menjelaskan, “Pada hari Arafah, orang-orang yang tidak melakukan haji disunnahkan melakukan puasa Arafah, sedangkan orang-orang yang sedang melakukan haji tidak disunnahkan puasa karena dapat menyebabkan badannya lemah sehingga amalan-amalan ibadah yang lain terganggu.”

Waktu Puasa Arafah

Puasa arafah disunnahkan bagi kaum muslimin yang tidak sedang mengerjakan ibadah haji. Waktunya bertepatan dengan waktu wukuf. Jadi, saat jamaah haji sedang wukuf di arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, kaum muslimin yang tidak sedang mengerjakan haji disunnahkan untuk puasa arafah.

Keutamaan Puasa Arafah

Keutamaan puasa sunnah ini sangat luar biasa sehingga sangat merugi jika ditinggalkan atau terlewatkan.

Berikut ini tujuh hadits shahih yang menjelaskan keutamaannya.

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ

Rasulullah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau bersabda: “Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.” (HR. Muslim)

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ

Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah Dia menghapuskan dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya (HR. Muslim)

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ إِنِّى أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ

Puasa hari Arafah, sesungguhnya aku berharap kepada Allah, Dia menghapuskan dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah; shahih)

مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ غُفِرَ لَهُ سَنَةٌ أَمَامَهُ وَسَنَةٌ بَعْدَهُ

Barangsiapa berpuasa pada hari Arafah, maka ia diampuni dosa-dosanya setahun yang di depannya dan setahun setelahnya (HR. Ibnu Majah; shahih)

مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ غُفِرَ لَهُ ذَنْبُ سَنَتَيْنِ مُتَتابِعَتَيْنِ

Barangsiapa berpuasa pada hari Arafah, maka dosanya diampuni selama dua tahun berurut-turut. (HR. Abu Ya’la; shahih)

مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ غُفِرَ لَهُ سَنَةٌ أَمَامَهُ وَسَنَةٌ خَلْفَهُ

Barangsiapa berpuasa pada hari Arafah, maka ia diampuni tahun depannya dan tahun belakangnya. (HR. Thabrani dalam Al Mu’jam Al Ausath; shahih lighairihi)

سَأَلَ رَجُلٌ عَبْدَ اللَّهِ بن عُمَرَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ ؟ فَقَالَ : كُنَّا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعْدِلُهُ بِصَوْمِ سَنَتَيْنِ

Seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Umar tentang puasa hari Arafah, dia menjawab, “Kami dulu bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyamakannya dengan puasa dua tahun.” (HR. Thabrani dalam Al Mu’jam Al Ausath; hasan lighairihi)

Niat Puasa Arafah

Di dalam hadits, tidak dijumpai bagaimana lafal niat puasa arafah. Rasulullah dan para sahabat biasa mengerjakan amal dengan niat tanpa dilafalkan.

Syaikh Wahbah dalam Fiqih Islam wa Adilatuhu menjelaskan, semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafalkan niat bukanlah syarat, namun ia disunnahkan oleh jumhur ulama selain mazhab Maliki dengan maksud membantu hati dalam menghadirkan niat. Sedangkan menurut mazhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat karena tidak bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dalam mazhab Syafi’i, lafal niat puasa Arafah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ لِلَّهِ تَعَالَى

(Nawaitu shouma ‘arofata lillaahi ta’aalaa)

Artinya: saya niat puasa sunnah Arafah karena Allah Ta’ala

Kapan waktu niat puasa Arafah ini? Sebaiknya, niatnya di waktu malam sebelum terbit fajar. Namun karena ini adalah puasa sunnah, maka jika terlupa, boleh niatnya di pagi hari asalkan belum makan apa-apa dan tidak melakukan hal apapun yang membatalkan puasa.

Sebagaimana Rasulullah pernah puasa sunnah dengan niat di waktu pagi seperti pada hadits berikut ini:

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ هَلْ عِنْدَكُمْ شَىْءٌ. فَقُلْنَا لاَ. قَالَ فَإِنِّى إِذًا صَائِمٌ. ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أُهْدِىَ لَنَا حَيْسٌ. فَقَالَ أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا . فَأَكَلَ

Dari Aisyah Ummul Mukminin, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemuiku pada suatu hari lantas beliau bertanya, “Apakah kalian memiliki sesuatu untuk dimakan?” Kami pun menjawab, “Tidak ada.” Beliau pun bersabda, “Kalau begitu saya puasa.” Kemudian di hari lain beliau menemui kami, lalu kami katakan pada beliau, “Kami baru saja dihadiahkan hays (jenis makanan berisi campuran kurman, samin dan tepung).” Lantas beliau bersabda, “Berikan makanan tersebut padaku, padahal tadi pagi aku sudah berniat puasa.” Lalu beliau menyantap makanan tersebut. (HR. Muslim).

Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Maraji’:

  • Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq
  • Fiqih Islam wa Adillatuhu karya Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili
  • Nuzhatul Muttaqin syarah Riyadhus Shalihin karya Dr. Musthafa Al Bugho, Dr. Musthafa Said Al Khin, Muhyidin Mistu, Ali Asy Syirbaji dan Muhammad Amin Luthfi
  • Shahih at Targhib wa at Tarhib karya Syaikh Muhammad Nasiruddin Al Albani
  • Kitab Fadhail A’mal karya Ali Muhammad Al Maghribi

 

BERSAMA DAKWAH

Puasa Sebelum Idul Adha dan Keistimewaannya

Sepuluh hari di awal bulan Dzulhijjah menjadi momen yang penting bagi umat Islam. Di antara waktu tersebut, ada dua hari di mana muslim dianjurkan berpuasa, yakni puasa Tarwiyah pada 8 Dzulhijjah dan puasa Arafah pada 9 Dzulhijjah. Kedua puasa dilakukan sebelum perayaan hari raya Idul Adha yang jatuh 10 Dzulhijjah.

Kedua puasa mengusung keistimewaan masing-masing. Tarwiyah diyakini akan menghapus dosa yang dibuat tahun lalu, sementara puasa Arafah kerap identik dengan puasa sehari yang menghapus dosa dua tahun.

Berkat keistimewaannya itu juga banyak umat Islam kemudian jarang melewatkannya. Mengutip HR Muslim disebutkan, “Puasa Arafah bisa menghapuskan dosa setahun lalu dan setahun yang akan datang.”

“Puasa sunah Tarwiyah dan Arafah sangat dianjurkan bagi umat muslim sedunia, agar kita dapat turut merasakan nikmatnya seperti yang dirasakan oleh para jama’ah haji. Namun, bagi jamaah haji sendiri haram hukumnya untuk berpuasa di hari Arafah 9 Dzulhijjah,” ungkap ustaz H.M Lutfi saat dihubungi, pada Selasa (29/8).

Ia menambahkan, yang dimaksud dengan puasa Arafah adalah (Mengetahui) puasa yang dilaksanakan pada hari Arafah yakni pada tanggal 9 Dzulhijjah yaitu hari pada saat jama’ah haji melakukan wukuf di padang Arafah.

Tahun ini, puasa Arafah jatuh pada Kamis (31/8), ketika Kementerian Agama Indonesia menetapkan 1 Dzulhijjah jatuh pada Rabu (23/8) lalu. Sementara Hari Raya Idul Adha sendiri jatuh pada Jumat (1/9).

 

Puasa sebelum Idul Adha

Berbeda dari puasa Arafah, kata Ustaz Lutfi, puasa Tarwiyah adalah ‘Merenung atau berpikir’, puasa yang dilaksanakan pada hari tarwiyah yakni 8 Dzulhijjah, hari sebelum hari wukuf.

Berdasarkan Hadis Nabi Muhammad SAW, barang siapa yang menjalankan Puasa Tarwiyah akan dihapus dosa satu tahun yang lalu yang telah terlewati. Sedangkan yang berpuasa di hari Arafah akan dihapus dosa dua tahun (1 tahun yang lalu dan 1 tahun yang akan datang).

“Dan yang melaksanakan dua puasa ini akan dianugrahi oleh Allah SWT dengan 10 macam kemuliaan,” ujarnya.

Kesepuluh kemuliaan itu, yakni Allah akan memberi keberkahan pada kehidupannya, bertambah harta, dijamin kehidupan rumah tangganya, dibersihkan dirinya dari segala dosa dan kesalahan yang telah lalu, dan dilipatgandakan amal dan ibadahnya.

Selain itu, mereka yang berpuasa juga dimudahkan kematiannya, diterangi kuburnya selama di alam Barzah, diberatkan timbangan amal baiknya di Padang Mahsyar, diselamatkannya dari kejatuhan kedudukan di dunia, serta dinaikkan martabatnya di sisi Allah SWT. (rah)

 

CNN INDONESIA

Inilah Kebiasaan Rasulullah di Bulan Dzulhijjah

Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ ». فقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ؟ قَالَ: “وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ”.

Tidak ada hari-hari di mana amal saleh di dalamnya lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada hari–hari yang sepuluh ini”. Para sahabat bertanya, “Tidak juga jihad di jalan Allâh ? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak juga jihad di jalan Allâh, kecuali orang yang keluar mempertaruhkan jiwa dan hartanya, lalu tidak kembali dengan sesuatupun.” [HR al-Bukhâri no. 969 dan at-Tirmidzi no. 757, dan lafazh ini adalah lafazh riwayat at-Tirmidzi]

Dalam riwayat yang lain, salah seorang istri Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَصُوْمُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ

Adalah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan puasa sembilan hari bulan Dzulhijjah [HR. Abu Daud dan Nasa’i. Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan Abi Daud, no. 2129 dan Shahih Sunan Nasa’I, no. 2236] [1]

Hadits ini sangat gamblang menjelaskan keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan keutamaan amal shalih yang dilakukan pada masa-masa itu dibandingkan dengan hari-hari yang lain selama setahun.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah pernah ditanya tentang mana yang lebih utama antara sepuluh hari (pertama) bulan Dzulhijjah ataukah sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan ? Beliau rahimahullah menjawab, “Siang hari sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah lebih utama daripada siang hari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhân, dan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan lebih utama daripada sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah.” (Majmû Fatâwâ, 25/287)[2] Ibnul Qayyim rahimahullah juga setuju dengan perkataan guru beliau tersebut.

Hadits ini seharus sudah cukup memberikan motivasi kepada kaum Muslimin untuk berlomba melakukan amal shalih pada waktu-waktu yang diisyaratkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut. Terlebih lagi diantara waktu yang disebutkan itu ada waktu yang teramat istimewa yang juga dijelaskan keutamaannya secara khusus oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu hari Arafah. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ ؟

Tidak ada hari di mana Allâh Azza wa Jalla membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada hari Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para malaikat dan berkata: Apa yang mereka inginkan?” [HR. Muslim no. 1348]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menjelaskan tentang keutamaan berpuasa pada hari ini bagi kaum Muslimin yang sedang tidak melakukan ibadah haji. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ

Puasa hari Arafah aku harapkan dari Allâh bisa menghapuskan dosa setahun sebelumnya dan setahun setelahnya. [HR. Muslim no. 1162]

Alangkah naifnya, kalau hari-hari yang penuh keutamaan ini kita sia-siakan begitu saja. Sudah menjadi keharusan bagi setiap kaum Muslimin yang mengimani hari akhir untuk meneladani Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memanfaat waktu-waktu yang memiliki nilai lebih ini. Semoga Allâh Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk diantara para hamba-Nya bisa memanfaatkan masa-masa ini dan semoga Allâh Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk para hamba-Nya yang dibebaskan dari api neraka.

Ya Allah, Terimalah Amal Ibadah Kami,…

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهَا أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ اْلأَيَّامِ – يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ ؟ قَالَ: وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ رَجُلاً خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

Tidak ada hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari tersebut (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah).” Para Sahabat pun bertanya : “Wahai Rasulullah, tidak juga jihad di jalan Allah ?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak ada yang kembali sedikitpun (karena mati syahid).”

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini memberikan gambaran keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Ada beberapa amalan yang disyari’atkan pada sepuluh hari pertama bulan ini, di antaranya :

1. Puasa Arafah.
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa Arafah, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ

Puasa Arafah menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan yang akan datang. [HR. Muslim]

Puasa ini disunahkan bagi yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji. Bagi mereka yang sedang berhaji, tidak diperbolehkan berpuasa. Pada hari itu mereka harus melakukan wukuf. Mereka harus memperbanyak dzikir dan doa pada saat wukuf di Arafah. Sehingga, keutamaan hari Arafah bisa dinikmati oleh orang yang sedang berhaji maupun yang tidak sedang berhaji. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan keutamaan hari Arafah dalam sebuah hadits shahîh riwayat Imam Muslim.

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنْ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ

Tidak ada satu hari yang pada hari itu Allah membebaskan para hamba dari api neraka yang lebih banyak dibandingkan hari Arafah. [HR. Muslim]

Hadits ini dengan gamblang menunjukkan keutamaan hari Arafah.

2. Berkurban Pada Hari Raya Kurban Dan Hari-hari Tasyriq.
Anas Radhiyallahu anhu menceritakan :

ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا

Nabi berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu. [Muttafaq ‘Alaihi]

3. Ibadah Haji Dengan Segala Rangkaiannya.
Sudah tidak asing lagi bagi kaum Muslimin, baik yang belum berkesempatan melaksanakan ibadah haji maupun yang sudah melaksanakannya, tentang keadaan ibadah yang agung ini. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ

Tidak balasan lain bagi haji mabrûr kecuali surga [HR. al-Bukhâri Muslim]

Itulah di antara ibadah-ibadah yang disyari’atkan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Setelah melakukan berbagai amal shalih di atas, kita jangan lupa berdo’a agar Allah Azza wa Jalla berkenan menerima amal ibadah yang telah lakukan, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrâhîm Alaihssallam dan Nabi Ismâ’îl Alaihissallam. Ketika akan selesai melaksanakan perintah Allah Azza wa Jalla untuk membangun Ka’bah, mereka berdo’a :

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Ya Rabb kami, terimalah daripada kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [al-Baqarah/2:127]

Ini merupakan wujud kehati-hatian, barangkali dalam pelaksanaan ibadah yang Allah Azza wa Jalla perintahkan kepada kita ada yang kurang syarat atau lain sebagainya.

Kalau Nabi Ibrâhîm Alaihissallam dan Nabi Ismâ’îl Alaihissallam saja berdo’a agar amalan mereka diterima, maka kita tentu lebih layak untuk berdo’a demikian.

ALMANHAJ

Jangan Lupa Puasa Tarwiyah dan Puasa Arafah Mulai Besok, Baca Keutamannya

Puasa Arafah adalah puasa pada hari Arafah, yaitu hari kesembilan dari bulan Dzulhijjah.

Puasa ini sangat dianjurkan bagi umat muslim yang tidak pergi haji, sebagaimana terdapat dalam riwayat dari Rasulullah SAW tentang puasa Arafah:

“Dari Abu Qatadah Al-Anshariy (ia berkata), ‘Sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah di tanya tentang (keutamaan) puasa pada hari Arafah?’ Maka dia menjawab, ‘Menghapuskan (kesalahan) tahun yang lalu dan yang sesudahnya.” (HR Muslim nomor 1162 dalam hadits yang panjang) ”

Di dalam hadits yang mulia ini terdapat dalil dan hujjah yang sangat kuat tentang waktu puasa Arafah, yaitu pada hari Arafah ketika manusia wukuf di Arafah karena puasa Arafah ini terkait dengan waktu dan tempat.

Bukan dengan waktu saja seperti umumnya puasa-puasa yang lain.

Oleh karena puasa Arafah itu terkait dengan tempat, sedangkan Arafah hanya ada di satu tempat yaitu di Saudi Arabia di dekat kota Mekkah bukan di Indonesia atau di negeri-negeri yang lainnya, maka waktu puasa Arafah adalah ketika kaum muslimin wuquf di Arafah.

Sebelum melaksanakan puasa Arafah, dapat menunaikan puasaTarwiyah.

 

Puasa Tarwiyah dilakukan berkelanjutan dengan puasaDzulhijjah, yaitu pada tanggal 8 Dzulhijjah.

Keutamaan puasa Tarwiyah adalah dapat menghapuskan dosa selama satu tahun.

Sebuah hadist mengatakan:

“Puasa pada hari tarwiyah (8 Dzulhijjah) merupakan penghapus dosa selama setahun dan puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah) merupakan penghapus dosa selama dua tahun.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Asy Syaikh dan Ibnu An Najjar dari Abdullah Ibnu Abbas secara marfu’.

Diriwayatkan pula oleh Ad Dailami di dalam kitab Musnad Al Firdaus (2/248) dari jalur Abu Asy Syaikh dari Ali bin Ali Al Himyari dari Al Kalbi dari Abu Shalih dari Abdullah bin Abbas.

Selain itu, pada bulan Djulhijjah juga dapat ditunaikan puasaDzulhijjah.

Puasa Dzulhijjah

Puasa Dzulhijjah dilakukan sejak pada tanggal 1 Dzulhijjah hingga tanggal 7 Dzulhijjah.

Adapun niat untuk melaksanakan puasa Dzulhijjah adalah:

Nawaitu Shauma Syahri Dzilhijjah sunnatan lillahita’aala’ artinya ‘Niat saya puasa bulan Dzulhijjah Sunnah karena Allah Ta’ala.

Puasa Dzulhijjah memiliki keutamaan tersendiri di setiap harinya seperti:

Tanggal 1 Dzulhijjah

Allah mengampuni Nabi Adam di Arafah, maka yang berpuasa di hari inipun akan diampuni dosa-dosanya.

Tanggal 2 Dzulhijjah

Allah mengabulkan doa Nabi Yunus dan mengeluarkannya dari perut ikan nun, maka orang yang berpuasa di hari ini sama seperti beribadan dan berpuasa 1 tahun tanpa maksiat.

Tanggal 3 Dzulhijjah

Allah mengabulkan doa Nabi Zakariya, maka orang yang berpuasa di hari ini akan dikabulkan do’anya.

Tanggal 4 Dzulhijjah 

Nabi Isa dilahirkan, Maka orang yang berpuasa di hari ini akan dihilangkan kesusahan dan juga dikumpulkan bersama orang mulia di hari kiamat.

Tanggal 5 Dzulhijjah

Nabi Musa dilahirkan dan dimuliakan munajatnya, maka orang yang berpuasa di hari ini akan terlepas dari sifat munafik dan siksa kubur.

Tanggal 6 Dzulhijjah

Allah membukakan pintu kebaikan semua Nabi, maka orang yang berpuasa di hari ini akan dipandang Allah dengan penuh rahmat dan kasih sayang.

Tanggal 7 Dzulhijjah

Pintu neraka jahannam dikunci dan tidak akan dibuka sebelum berakhir pada 10 Dzulhijjah, maka orang yang berpuasa di hari ini akan dihindarkan dari 30 pintu kemelaratan dan kesukaran dan dibukakan 30 pintu kemudahan untuknya.(daily moslem/wilkipedia)

 

 

sumber: Tribun News

Puasa Arafah Sudah Ada Sebelum Ada Wukuf?

Ada yang bertanya tentang benar tidaknya pandangan bahwa puasa Arafah sudah ada sebelum adanya wukuf di arafah. Untuk pertanyaan itu, Ustadz Ammi Nur Baits menjawab sbb:

Terdapat beberapa riwayat yang menunjukkan bahwa puasa arafah sudah ada sebelum Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melakukan wukuf di Arafah.

Diantaranya, hadis riwayat Nasai dari salah satu istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam,

“Bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam terbiasa berpuasa tanggal 9 Dzulhijjah, hari Asyura, tiga hari setiap bulan, senin pertama setiap bulan, dan dua kali kamis. (HR. Nasai 2429 dan dishahihkan al-Albani).

Kemudian, dalam hadis dari Maimunah Radhiyallahu anha, beliau menceritakan,

“Manusia ragu apakah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berpuasa ketika hari Arafah. Kemudian aku membawakan segelas susu ke tempat beliau wukuf. Lalu beliau meminumnya dan orang-orang melihatnya. (HR. Bukhari 1989 & Muslim 2692).

Keterangan:

Para sahabat ragu apakah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berpuasa ataukah tidak puasa, karena mereka meyakini bahwa hari itu adalah hari untuk puasa sunah Arafah. Sehingga mereka bertanya-tanya, apakah beliau ketika wukuf itu puasa ataukah tidak. Kemudian oleh Maimunah ditunjukkan bahwa beliau tidak puasa.

Seperti yang kita tahu dalam buku sejarah, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melaksanakan haji di tahun 10 Hijriyah, sementara beliau wafat bulan Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah. Artinya, bulan Dzulhijjah tahun 10 H, adalah Dzulhijjah terakhir yang beliau jumpai. Karena di tahun 11 H, beliau meninggal di awal tahun, di bulan ketiga (Rabiul Awal).

Sehingga para ulama memahami, hadis riwayat Nasai yang menyebutkan bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam rutin melakukan puasa tanggal 9 Dzulhijjah, itu terjadi sebelum Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melaksanakan haji wada.

Keberangkatan Haji Pertama dalam Islam

Di bulan Dzulqadah (bulan ke-11) tahun 6 Hijriyah, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersama para sahabat datang ke Mekah untuk melakukan Umrah. Namun dihalangi orang musyrikin dan beliau dilarang masuk kota Mekah. Hingga terjadilah perjanjian Hudaibiyah. Dengan salah satu poin perjanjian, kaum muslimin harus kembali tahun itu, dan baru boleh datang tahun depan untuk hanya tinggal di Mekah selama 3 hari.

Di tahun 7 Hijriyah, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam balik ke Mekah untuk melakukan Umrah qadha. Mengqadha umrah tahun sebelumnya digagalkan oleh orang musyrikin Quraisy. Beliau memerintahkan semua yang umrahnya gagal, untuk turut serta.

Kemudian di tahun 8 Hijriyah tepatnya bulan Ramadhan (bulan ke-9), terjadilah penaklukan kota Mekah (fathu Mekah). Selanjutnya, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam disibukkan dengan perang Hunain, dan perang thaif. Kemudian setelah masuk bulan Dzulqadah (th. 8 H) dari Thaif beliau mengambil miqat di Jiranah dan melakukan umrah. Setelah itu beliau balik ke Madinah.

Bulan Rajab, 9 hijriyah, beliau melakukan penyerangan ke Tabuk untuk menaklukan sebagian wilayah romawi. Setelah kembali ke Madinah, di bulan Dzulqadah, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan Abu Bakar sebagai amirul haj (pemimpin haji). Beliau berangkat bersama 300 kaum muslimin. Dan inilah haji pertama dalam islam. Selama di Mekah dan awal dakwah di Madinah, kaum muslimin tidak melakukan haji. Kaum muslimin baru bisa melaksanakan haji, setelah kota Mekah ditaklukkan.

Puasa Arafah sudah ada sebelum adanya wukuf?

Kami tidak bisa memastikan hal ini, karena kita tidak tahu kapan tepatnya adanya anjuran puasa Arafah? Dan apakah haji yang dipimpin Abu Bakar as-Shidiq juga melakukan wukuf di Arafah?

Hanya saja, ada penggalan hadis yang bisa kita garis bawahi, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam terbiasa berpuasa tanggal 9 Dzulhijjah. Kalimat ini menunjukkan bahwa puasa arafah termasuk rutinitas beliau. Dan sesuatu iti disebut rutinitas jika dilakukan beberapa kali.

Bulan Dzulhijjah tahun 9 H, Abu Bakr berhaji, dan pada Dzulhijjah tahun 10 H, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berangkat haji.

Andai puasa arafah harus dilakukan bertepatan dengan kegiatan wukuf di arafah, dan kita menganggap bahwa haji yang dilakukan Abu Bakr juga ada wukuf di Arafah, berarti puasa Arafah yang dilakukan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam baru SEKALI. Tepatnya, ketika hajinya Abu Bakr Radhiyallahu anhu. Dan semacam ini tidak tepat jika disebut kebiasaan.

Terlebih, jika wukuf di Arafah pertama terjadi ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melakukan haji wada. Berarti Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah melakukan puasa Arafah, sekalipun belum ada kegiatan wukuf di Arafah.

Bisa jadi orang musyrik telah melakukan wukuf?

Kita tidak tahu bagaimana tata cara haji mereka. Dan andaipun mereka melakukan wukuf, tentu wukuf mereka tidak dianggap karena mereka orang musyrik. Lebih dari itu, kita tidak pernah mendapat riwayat bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam maupun para sahabat berusaha mencari tahu kapan hari wukufnya orang musyrikin, sehingga mereka jadikan acuan untuk pelaksanaan puasa Arafah. Sehingga puasa arafah yang dilaksanakan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat di Madinah, tidak dibarengi dengan kegiatan wukuf di Arafah.

Karena itu, kami berpendapat, bahwa puasa arafah adalah puasa di tanggal 9 Dzulhijjah sesuai daerah masing-masing. Sekalipun tidak bertepatan dengan kegiatan wukuf di Arafah. Karena puasa arafah tidak ada kaitannya dengan kegiatan wukuf di Arafah.Allahu alam.[ ]

Sumber Ustadz Ammi Nur Baits/konsultasisyariah –

 

See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2239478/puasa-arafah-sudah-ada-sebelum-ada-wukuf#sthash.rbcU1twq.dpuf

Keutamaan Puasa Arafah

Puasa Arafah merupakan salah satu puasa yang sangat dianjurkan. Hukumnya sunnah muakkad. Sunnah yang sangat dianjurkan.

Puasa Arafah dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, sehari sebelum Idul Adha. Pada saat jamaah haji melakukan wukuf di Arafah, kaum muslimin yang tidak sedang haji disunnahkan untuk melakukan puasa Arafah.

Puasa Arafah memiliki keutamaan yang luar biasa, lebih besar dari pada puasa Asyura. Jika puasa asyura dapat menghapus dosa setahun sebelumnya, keutamaan puasa Arafah bisa menghapus dosa selama dua tahun; satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya.

“Rasulullah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau menjawab, “Puasa itu menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya” (HR. Muslim)

: :

“Dari Abi Qatadah, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, seorang laki-laki bertanya kepada beliau, “Bagaimanakah puasa arafah?” Beliau menjawab, “Ia dicatat di sisi Allah dapat menghapus dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya” (HR. Ahmad)

Masya Allah demikianlah keutamaan besar puasa Arafah. Semoga kita termotivasi untuk mengerjakannya dan Allah memberikan kepada kita kemudahan serta ridhaNya.

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2239614/keutamaan-puasa-arafah#sthash.Dz1O7Mjy.dpuf

Amalan Sunnah Bulan Dzulhijah dan Niat Puasa Arafah Idul Adha 2015

Amalan Sunnah Bulan Dzulhijah dan Niat Puasa Arafah Idul Adha 2015. Ini Dia Bacaan Doa Niat Puasa Bulan Dzulhijjah Tarwiyah dan Arafah Idul Adha 2015, pemerintah Indonesia akhirnya memastikan bahwa hari raya Idul Adha akan jatuh pada  tanggal 24 september 2015.

Di hari tersebut, tentu saja seluruh ummat Islam akan melaksanakan ibadah shalat sunnah Idul Adha dan penyembelihan hewan Qurban.

Sebelumnya, sebagian umat Islam juga banyak yang melaksanakan puasa sunnah di sebelum tanggal 10 bulan Dzulhijjah.

Nah, lalu bagaimanakah bacaan doa niat puasa bulan Dzulhijjah atau niat puasa Arafah itu?.

KEUTAMAAN PUASA ARAFAH

Banyak sekali keterangan ulama yang menjelaskan keutamaan puasa Arafah, diantaranya adalah sebagai penggugur dosa dan yang lainnya.

BACAAN NIAT PUASA TARWIYAH

NIAT PUASA TARWIYAH:

نويت صوم ترويه سنة لله تعالى

Baca Juga:  Solidaritas Palestina Minta Warga Muslim Di Seluruh Dunia Tak Membeli Kurma Israel

Tulisan Latin: Nawaitu Sauma Tarwiyata Sunnatal Lillahi Ta’ala
artinya: “Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah ta’ala.”

BACAAN NIAT PUASA ARAFAH:

نويت صوم عرفة سنة لله تعالى

Tulisan Latin: Nawaitu Sauma ‘Arafata Sunnatal Lillahi Ta’ala
Artinya:“Saya niat puasa Arafah , sunnah karena Allah ta’ala.”

Tapi menurut sebagian ulama, niat tersebut bisa juga tidak dilafadzkan, karena tempatnya niat adalah dalam hati. Selamat menjalankan puasa Arafah untuk Anda yang melaksanakannya.

 

sumber: MajaahBerita.com