Bolehkah Penderita Maag Berpuasa?

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Departemen Ilmu Panyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Ari Fahrial Syam mengatakann hikmah dari puasa Ramadan yaitu ‘berpuasalah agar kamu sehat’. “Jadi jelas jawabannya bagi orang yang sakit maag apalagi yang tidak mempunyai sakit maag diwajibkan berpuasa agar menjadi sehat,” kata Ari dalam pesan tertulis kepada Tempo, Kamis, 31 Mei 2017.

Namun, pertanyaan berikutnya apakah ini berlaku bagi semua yang sakit maag? “Tentu kalau seseorang sedang mengalami sakit maag yang akut, sedang mual dan muntah, bahkan muntah darah atau buang air besar hitam mereka jelas tidak boleh berpuasa,” ujar Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Jaya ini.

Ari menjelaskan, secara umum sakit maag dengan istilah medis yang sering digunakan Dispepsia dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu sakit maag fungsional dan sakit maag organik. “Kepastian pembagian ini tentu selelah dilakukan peneropongan dengan alat yang disebut endoskopi,” kata Ari yang juga menjadi Ketua Umum PB Perhimpunan Gastrointestinal Indonesia (PEGI).

Dispepsia fungsional terjadi apabila pada pemeriksaan lebih lanjut dengan endoskopi (teropong saluran pencernaan atas) tidak didapatkan kelainan secara anatomi. Adapun dispepsia organik adalah secara pemeriksaan lebih lanjut dengan endoskopi didapatkan kelainan secara anatomi.

“Misalnya luka dalam atau luka lecet pada kerongkongan, lambung atau usus dua belas jari, polip pada kerongkongan, lambung atau usus dua belas jari serta kanker pada organ pencernaan tersebut,” kata dia.

Menurut Ari, pada saat berpuasa, terutama setelah 6-8 jam perut kosong akan terjadi peningkatan asam lambung yang dapat menyebabkan gejala sakit maag. “Keadaan ini biasanya berlangsung hanya pada satu pekan puasa pertama dan gejala ini Insya Allah tidak dirasakan lagi pada minggu-minggu berikutnya,” ujarnya.

Pada orang yang sehat, Ari melanjutkan, keadaan ini dapat diatasi dengan pilihan makan yang tepat saat berbuka dan sahur, dan kegiatan yang tidak menyebabkan terjadinya peningkatan udara di dalam lambung, serta peningkatan asam lambung. Adapun pada orang yang memang terdapat kelainan organik, puasa akan memperberat kondisi sakit lambungnya jika tidak diobati dengan tepat.

Namun, jika sakit lambungnya diobati, mereka yang mempunyai sakit lambung tadi dapat melakukan ibadah puasa seperti orang normal umumnya. “Karena itu, saya sampaikan bagi para penderita sakit maag agar pergi ke dokter untuk mengevaluasi apakah sakit maag yang diderita, termasuk yang mempunyai kelainan organik atau fungsional,” kata Ari.

 

AFRILIA SURYANIS/TEMPO

Menu Berbuka Puasa Ala Rasul

Momen berbuka puasa menjadi saat yang paling dinantikan umat muslim, ketika menjalani ibadah puasa di bulan Suci Ramadhan. Suara adzan magrib yang berkumandang, menjadi tanda yang mengakhiri ibadah tersebut.

Ketika momen tersebut tiba, biasanya kita sering mengonsumsi makanan dan minuman secara berlebihan. Padahal, kebiasaan tersebut sangat tidak dianjurkan oleh Rasulullah Saw. Berlebihan-lebihan hanya membawa efek yang buruk bagi kesehatan tubuh kita.

Dalam hal tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan umat muslim untuk berbuka dengan buah kurma. Bila tidak ada buah kurma yang didapat, bisa digantikan dengan satu tegukan air. Anjuran yang diberikan Rasulullah Saw ini merupakan bentuk kasih sayang terhadap seluruh umatnya.

Mengapa Rasul memilih kurma dan air menjadi menu berbuka puasa yang baik? Tenyata banyak manfaat yang terkandung dalam buah asal tanah Arab ini. Manfaat pertama, kurma dapat menyehatkan sistem pencernaan. Kurma mengandung sejumlah serat larut dan asam amino yang bermanfaat membantu proses pencernaan makanan berlangsung lebih baik dan efisien. Sehingga mampu meringankan kerja sistem pencernaan seseorang.

Manfaat kedua, kurma mampu menjadi meningkatkan stamina dan energi dalam tubuh. Saat berpuasa, kita pun tetap melakukan aktivitas rutin. Di Akhir Aktivitas pekerjaan yang dilakukan seseorang, rasa letih, lesu, capek tentu menjadi masalah yang sering dialami semua orang. Kurma mengandung kadar gula alami yang cukup tinggi (glukosa, sukrosa dan fruktosa) yang bermanfaat untuk mengembalikan energi tubuh yang terkuras saat beraktivitas padat.

Dengan memberi sesuatu yang manis (kurma) pada perut yang kosong, maka tubuh akan lebih siap menerima dan mendapatkan manfaatnya, terutama tubuh yang sehat, akan bertambah kuat dengannya. Dan bahwasanya puasa itu menghasilkan keringnya tubuh, maka air akan membasahinya, hingga sempurnalah manfaat makanan.

Bila tidak ada kurma, Rasul pun memberikan alternative pilihan bagi umatnya untuk berbuka puasa dengan seteguk air (air putih). Dalam ilmu kesehatan, air putih pun memiliki manfaat yang sangat besar bagi kondisi tubuh manusia. Manfaat pertama, air putih penangkal racun alami di dalam tubuh.. Air putih akan membantu membuang racun-racun yang ada dalam tubuh anda melalui urine yang anda keluarkan. Untuk itulaha, minum air putih 2-3 liter perhari sangat dianjurkan untuk tubuh anda.

Manfaat kedua, air putih mampu membantu melancarkan sistem pencernaan. Sama seperti halnya kurma, air putih juga ikut membantu proses pencernaan makanan yang kita makan berjalan dengan baik. Sehingga sangat dianjurkan minum air putih yang cukup bagi tubuh kita.

Semoga dengan menu berbuka puasa sehat yang dianjurkan Rasulullah Saw tersebut, dapat menjadi kebiasaan baik yang selalu diterapkan umat muslim di seluruh penjuru dunia ketika saat berbuka puasa. Selamat mencoba.

 

DOMPET DHUAFA

Inilah Manajemen Ramadhan Ala Rasulullah

Agar Ramadhan menjadi bulan rahmat, ampunan dan keselamatan dari neraka maka momentum yang penuh berkah ini perlu dijadikan sebagai momentum Training Manajemen Syahwat, dan sekaligus menjadi Training Manajemen Ibadah. Inilah yang dilakukan Rasul Saw. Sebab itu, kita perlu menelusuri bagaimana Rasulullah Saw. dan generasi Islam pertama, generasi terbaik umat ini, menjalankan manajemen Ramadhan.

Untuk mendapatkan gambaran utuh dari manajamen Ramadhan Rasul Saw. ada empat  situasi yang perlu kita perhatikan. Pertama, sebelum memasuki Ramadhan. Kedua, saat memasuki Ramadhan. Ketiga, setelah memasuki Ramadhan. Keempat, ketika memasuki 10 hari terakhir.

Pertama, sebelum memasuki Ramadhan

Para Sahabat dan generasi setelah mereka (Tabi’in) selalu merindukan kedatangan Ramadhan. Mereka selalu berdoa agar diberi Allah kesempatan menemui Ramadhan sejak enam bulan sebelum Ramadhan tiba. Imam Malik, misalnya, sering minta izin pada Sahabatnya setelah pengajian untuk mempelajari bagaimana Sahabat memenej kehidupan ini, termasuk hal-hal yang terkait dengan Ramadhan mereka. Kendati Beliau tidak hidup bersama para Sahabat, namun Beliau mampu meneladani mereka melalui sejarah hidup mereka.

Ma’la Bin Fadhal berkata : Dulu Sahabat Rasul Saw. berdoa kepada Allah sejak enam bulan sebelum masuk Ramadhan agar Allah sampaikan umur mereka ke bulan yang penuh berkah itu. Kemudian selama enam bulan sejak Ramadhan berlalu, mereka berdoa agar Allah terima semua amal ibadah mereka di bulan itu. Di antara doa mereka ialah : Yaa Allah, sampaikan aku ke Ramadhan dalam keadaan selamat. Yaa Allah, selamatkan aku saat Ramadhan dan selamatkan amal ibadahku di dalamnya sehingga menjadi amal yang diterima.

Dari sikap dan doa yang mereka lakukan, jelas bagi kita bahwa para Sahabat dan generasi setelahnya sangat merindukan kedatangan Ramadhan. Mereka sangat berharap dapat menjumpai Ramadhan agar mereka meraih semua janji dan tawaran Allah dan Rasul-Nya dengan berbagai keistimewaan yang tidak terdapat di bulan-bulan lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa para Sahabat dan generasi setelahnya memahami dan yakin betul akan keistimewaan dan janji Allah dan Rasul-Nya yang amat luar biasa seperti rahmah (kasih sayang), maghfirah (ampunan) dan keselamatan dari api neraka. Inilah yang diungkapkan Imam Nawawi : Celakalah kaum Ramadhaniyyin. Mereka tidak mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan. Sungguh Rasulullah, Sahabat dan generasi setelahnya mengenal Allah sejak jauh-jauh hari sebelum Ramadhan dan di bulan Ramadhan pengenalan kepada Allah lebih mereka tingkatkan.

Kedua, saat memasuki Ramadhan

Saat hilal muncul di ufuk pertanda Ramadhan tiba, Rasul dan para Sahabat melihat dan menyambutnya dengan suka cita sambil membacakan doa seperti yang diceritakan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu dalam hadits berikut :

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِصلى الله عليه وسلمإِذَا رَأَى الْهِلاَلَ قَالَ : اللَّهُ أَكْبَرُ ، اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالأَمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَالإِسْلاَمِوَالتَّوْفِيقِ لِمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى ، رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللَّهُ

Dari Ibnu Umar dia berkata : Bila Rasul Saw. melihat hilal (anak bulan) dia berkata : Allah Maha Besar. Ya Allah, jadikanlah hilal ini bagi kami membawa keamanan, keimanan, keselamatan, keislaman dan taufik kepada yang dicintai Robb kami dan diridhai-Nya. Robb kami dan Robbmu (hilal) adalah Allah. (HR. Addaromi).

Itulah contoh nyata dari Rasul Saw. dan para Sahabat ketika meyambut kedatangan Ramadhan. Bukan dengan hiruk pikuk pawai di jalanan sambil keliling kota memukul beduk dan sebagainya. Tidak pula dengan pesta petasan yang jelas-jelas menimbulkan keributan dan mubazir. Bukan pula dengan ajang promosi produk dan iklan diri agar dikenal dan dipilih masyarakat untuk jadi pejabat. Namun, keyakinan, pikiran, perasaan, kerinduan dan hati mereka tertuju hanya pada kebesaran Ramadhan yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Dengan harapan, jika amal ibadah Ramadhan dijalankan dengan ikhlas dan khusyu’, mereka akan meraih rahmat, ampunan dan terbebas dari api neraka. Ketiga nikmat itu tidak akan ternilai harganya bagi mereka dibandingkan dengan dunia dan seisinya. 

Ketiga, setelah memasuki Ramadhan

Apa yang dilakukan Rasul dan para Sahabat setelah memasuki Ramadhan? Setelah memasuki bulan Ramadhan, sejak hari pertama dan sampai hari terakhir, Rasulullah dan para Sahabat meningkatkan kemampuan menahan diri dari berbagai syahwat, seperti syahwat telinga, syahwat mata, syahwat lidah, syahwat perut (makan dan minum), syahwat kemaluan, syahwat cinta dunia, syahwat kesombongan dan berbagai syahwat yang memalingkan mereka dari mengingat dan mencintai Allah serta akhirat. Latihan mengendalikan dan menundukkan berbagai syahwat ini dilakukan sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari. Inilah inti shaum (puasa)  Ramadhan yang diwajibkan Allah.

Apakah setelah sepanjang hari bergulat dengan dorongan-dorongan berbagai syahwat tersebut malam harinya digunakan untuk istirahat, makan, minum dan sebagainya? Ternyata tidak. Di malam harinya Rasulullah dan para Sahabat memanfaatkannya untuk qiyam (berdiri beramal ibadah) seperti shalat taraweh, berzikir, membaca dan tadabbur Al-Qur’an dan berbagai ibadah lainnya. Artinya, selama Ramadhan, Rasul dan para Sahabat benar-benar menfokuskan diri bertaqorrub kepada Allah melalu training manajemen syahwat dan sekaligus training manajemen ibadah. Dua hal inilah yang harus dimiliki oleh setiap hamba yang ingin mendapat ridha Allah di dunia dan bertemu dengan-Nya di syurga.

‘Aisyah meriwayatkan : Rasulullah adalah orang yang paling dermawan. Di bulan Ramadhan Beliau lebih dermawan lagi ketika bertemu Jibril. Jibril menemui Beliau setiap malam Ramadhan untuk mengajarkan (mudarosah) Al-Qur’an. Sebab itu, kederwawanan Rasul Saw. di bulan Ramadhan lebih  kencang dari (tiupan) angin. (HR. Bukhari).

Inilah contoh nyata dari Rasul Saw. dan para Sahabat ketika mereka memasuki bulan Ramadhan. Hampir tak satupun syahwat yang tidak dapat mereka tundukkkan dan kendalikan dan tak satupun kebaikan dan amal sholeh yang mereka tinggalkan. Ramadhan benar-benar menjadi sistem penyeimbang dalam hidup ini sehingga mereka berhasil terbebas dari pengaruh syahwat buruk, karena merekalah yang mengendalikannya. Pada waktu yang sama, mereka berhasil meningkatkan kualitas diri dengan berbagai amal ibadah yang mereka lakukan dalam rangka taqorrub ilallah. Dengan demikian tercapai janji Rasul Saw. Siapa yang shaum (puasa) di bulan Ramadhan dan dia mengetahui aturannya (batas-batasnya), dia menjaga apa yang seharusnya dijaga maka akan dihapus dosa-dosa sebelumnya. (HR. Ahmad dan Baihaqi).

Keempat, ketika memasuki 10 hari terakhir Ramadhan

Jika kita teliti perilaku hidup Rasul Saw. dan para Sahabat di bulan Ramadhan, kita menemukan berbagai keajaiban. Di antaranya ialah, saat memasuki 10 hari terakhir Ramadhan. Apa yang mereka lakukan sangat kontras dengan apa yang terjadi di masyarakat Muslim hari ini. 10 Hari terakhir Ramadhan mereka habiskan di masjid, bukan di pasar, tempat kerja, di pabrik, kunjungan daerah dan sebagainya.

Menurut presepsi dan perilaku kebanyakan masyarakat Muslim Indonesia, 10 terakhir Ramadhan itu adalah kesempatan berbelanja untuk mempersiapkan keperluan lebaran dan pulang kampung, kendati mengakibatkan harga-harga semua barang naik dan membubung. Anehnya, mereka ikhlas dan tetap semangat berbelanja. Sebab itu, mereka meninggalkan masjid-masjid di malam hari dan tumpah ruah ke tempat-tempat perbelanjaan sejak dari yang tradisional sampai ke mall-mall moderen.

Lalu apa  yang terjadi? Berbagai syahwat cinta dunia tidak berhasil dikendalikan, dan bahkan cenderung dimanjakan di bulan yang seharusnya dikendalikan. Pada waktu yang sama, semangat beramal ibadahpun tidak terbangun dengan baik sehingga kehilangan banyak momentum dan keistimewaan yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Coba bayangkan, terhadap janji Allah yang bernama Lailatul Qadr yang nilainya lebih baik dari 1.000 bulan saja belum tertarik? Jika tertarik, tentu mereka mengejarnya di masjid pada 10 hari terakhir Ramadhan dengan cara beri’tikaf di dalamnya secara penuh seperti yang dicontohkan Rasul Saw. Ini yang terjadi pada salah seorang teman ketika ditanya kenapa gak jadi i’tikaf? Dia katakan : saya sedang sibuk-sibuknya sosialisasi ke daerah. Lalu saya katakana : Mana yang lebih mahal menurut Rasulullah, i’tikaf di masjid 10 hari terakhir Ramadhan atau sosialiasi pencalegan Anda? Kemudian Anda bisa jamin umur Anda akan sampai pada 10 terakhir Ramadhan yang akan datang? Sungguh terkadang kita berlagak seakan lebih pintar, lebih hebat dan lebih sibuk berjuang dari Rasul Saw.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari, Abu Daud dan Ibnu Majah bahwa Rasul Saw. beri’tikaf 10 hari terakhir Ramadhan. Pada tahun terakhir berjumpa Ramadhan, Beliau i’tikaf selama 20 hari. Kebiasaan I’tikaf ini diteruskan oleh para Sahabat dan istri-istrinya setelah peninggalan Beliau.

Pertanyaannya adalah : Bukankah Rasulullah orang yang paling sibuk berdakwah dan mengurusi umatnya? Bukankah para Sahabat orang yang  paling giat berdakwah dan berjihad di jalan Allah? Lalu, kenapa mereka bisa melaksanakan i’tikaf pada 10 terakhir Ramadhan? Jawabanya ialah : itulah jalan yang harus ditempuh sebagai bagian dari sistem Allah yang menyampaikan hamba-Nya ke tingkat taqwa, tak terkecuali Rasulullah dan para Sahabatnya. Lalu bagaimana dengan kita? Sudah pasti jalannya sama jika menginginkan sampai ke peringkat yang sama pula (taqwa).

 

Oleh : Ustadz Fatuddin Jaffar

ERA MUSLIM

Segala Amal akan Digandakan di Bulan Suci Ramadhan

Sangatlah beralasan bila sebagai umat Islam,  kita sepatutnya bersyukur karena dipertemukan kembali dengan Bulan Suci Ramadhan. Mengapa? Karena segala perbuatan baik yag kita lakukan, nilainya akan berlipat ganda, dan tentu saja ini kesempatan bagi kita untuk mengumpukan pahala sebanyak-banyaknya.

Hal ini seperti dinyatakan dalam salah satu satu hadits:

عَنْ سَلْمَان الفَارِسِيdمَرْفُوعاً : مَنْ تَطَوَّعَ فيِ شَهْرِ رَمَضَان بِخَصْلَةٍ مِنْ خِصَالِ الخَيْرِكَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاُه، وَمَنْ أَدَّى فِيْهِ فَرِيْضَةً كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ

Dari Salman Al-Farisy radhiyallahu ‘anhu yg diriwayatkan secara marfu’, “Siapa yg mengerjakan amal sunnah meski kecil, sama seperti orang yg mengerjakan amal fardhu. Siapa yg mengerjakan amal fardhu, seperti mengerjakan 70 amal fardhu.”(Hadis Riwayat: Al-Baihaqi)

عَنْ أَنَسٍ  مَرْفُوعاً: أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ صَدَقَةٌ فيِ رَمَضَان

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu yg diriwayatkan secara marfu’, “Sedekah yg paling afdhal adalah yang diberikan di bulan Ramadhan.” (HR Tirmizy)

Kesempatan beramal kecil tapi diganjar dengan pahala yg besar, tentu saja jarang-jarang terjadi. Karena itu, Bulan Ramadhan ini ibarat bulan diskon gede-gedean?

Bagaimana mungkin kita tidak bergembira?

Hal-Hal Penting Ketika Menjalankan Puasa Ramadhan

Puasa merupakan salah satu hal terbesar untuk menuju pada ketaqwaan, karena orang yang berpuasa telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Hal ini, seperti dinyatakan di dalam surat Al Baqarah ayat 183. Ayat yang mulia tersebut berbunyi:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)

 

Dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan,tentu saja terdapat hal-hal penting, yang sepatutnya kita pahami, seperti dikatakan oelh Syaikh Abdullah bin Jarillah, di antaranya:

  1. Mengenal hukum-hukum puasa. Banyak kaum Muslimin yg memasuki bulan puasa, tanpa bekal ilmu tentang puasa sama sekali. Celakanya, mereka juga tidak begitu merasa perlu utk belajar. Padahal Allah ta berfirman: “Bertanyalah kpd para ulama, kalau kamu sekalian tidak  mengetahui.” (An-Nahl: 43)
  2. Menyambut puasa dgn hura-hura, bukan dengan banyak berdzikir, beristigfar & mensyukuri nikmat Allah SWT. Klimaksnya, bulan yg penuh berkah ini tidaklah menggiring mereka untuk semakin bertaqwa; justru sebaliknya, semakin terbuai  seribu satu kemaksiatan.

Selain itu, kita juga perlu memahami nasehat-nasehat dalammenjalankan ibadh Puasa Ramadhan, seperti berikut:


  1. Berpuasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala Allah ta’âla agar Dia mengampuni dosa mu yang telah lalu.
  2. Jangan sampai engkau tdk puasa tanpa uzur, sesungguhnya itu termasuk dosa besar.
  3. Bangunlah pd malam Ramadhan utk melakukan shalat tarawih dan tahajud, terlebih lagi pada malam lailatul qodar dgn iman dan mengharap pahala agar Dia mengampuni dosamu yg telah lalu.
  4. Hendaknya makanan, minuman, dan pakaianmu dari harta yang halal agar amalmu dan doamu diterima. Jangan sampai engkau memuasai sesuatu yg halal tetapi berbuka dgn yg diharamkan.

 


Dari berbagai sumber

Ternyata Banyak Manfaat Luar Biasa Puasa untuk Kecantikan, Ini Buktinya

Puasa ternyata tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan melainkan juga untuk untuk kecantikan. Puasa juga mempunyai segudang keuntungan untuk kecantikan Anda.

Menurut ahli medis dari redaksi Doktercantik.com, berikut manfaat puasa untuk kecantikan:

Sebenarnya manfaat puasa untuk kecantikan tubuh Anda tentu sudah tergambar dari betapa pentingnya puasa untuk kesehatan Anda, misalnya seperti dalam hal-hal berikut ini:

Mengganti Sel Tubuh, Memperbaiki Rambut dan Kuku

Ketika Anda berpuasa, kulit mengalami dehidrasi akibat kekurangan cairan, terutama jika simpanan air dalam tubuh Anda kurang mencukupi, sehingga kulit terlihat kusam dan kering.

Namun, kulit kusam dan kering tersebut akan mengalami regenerasi sel yang terjadi secara rutin setiap harinya.

Alhasil kulit Anda akan selalu terbentuk oleh sel-sel baru selama Anda berpuasa dan berbuka di waktu yang tepat dan dengan asupan nutrisi yang baik.

Demikian pula dengan rambut rontok dan kuku yang rusak, maka regenerasi sel akan memperbaikinya.

Membersihkan kulit dan menjernihkan mata

Detoksifikasi atau proses pembersihan racun dari dalam tubuh akan berlangsung selama Anda menjalankan puasa, sehingga racun pada setiap sel tubuh akan dikeluarkan secara bertahap, termasuk kuman penyebab jerawat.

Kulit pun menjadi lebih bersih dan segar

Mata Anda juga akan terlihat lebih jernih dan bersih, karena racun dalam tubuh yang mempengaruhi kesehatan mata dapat dikeluarkan.

Mempertahankan berat badan ideal

Yang ini sudah jelas, puasa mampu menjaga berat badan Anda.

Waktu makan dan menahan makan-minum secara teratur, serta asupan gizi seimbang, akan mengendalikan porsi makanan-minuman yang Anda konsumsi.

Membuat Awet Muda, Menormalkan Kewanitaan

Istirahatnya organ-organ tubuh selama berpuasa akan menunda proses penuaan, sehingga Anda terlihat lebih muda dari usia sebenarnya.

Menurut Dr Yuri Nikolayev, penemuan terbesar dalam abad ini ialah kemampuan seseorang membuat dirinya tetap awet muda secara fisik, mental, dan spiritual, melalui puasa yang rasional.

Alvenia M Fulton, Direktur Lembaga Makanan Sehat “Fultonia” di Amerika Serikat menyatakan bahwa puasa adalah cara terbaik untuk memperindah dan mempercantik wanita secara alami.

Puasa menghasilkan kelembutan pesona dan daya pikat

Puasa menormalkan fungsi-fungsi kewanitaan dan membentuk kembali keindahan tubuh.

Manfaat Puasa untuk “Inner Beauty”

Selain bermanfaat untuk kecantikan fisik, puasa juga dapat mempercantik batin Anda.

Cantik luar dalam adalah dambaan setiap lelaki yang ingin memiliki pasangan sempurna, bukan?

Puasa dapat menenangkan jiwa dan perasaan

Orang yang berpuasa akan lebih mampu mengendalikan pikiran dan perasaannya, dengan cara bersabar, mengontrol hawa nafsu, dan pikiran-pikiran negatif.

Jiwa menjadi lebih tenang, terhindar dari rasa takut, stres, dan depresi.

Sesuai Hadis Nabi, ”Ketahuilah di dalam tubuh itu……..” 

Kecantikan hati terpancar dari hati yang bersih karena ketaatan beribadah.

Orang yang taat beribadah akan memandang segala hal dengan ikhlas, tidak berprasangka dan pemaaf.

Sebagaimana dikutip dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Ketahuilah di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pulalah seluruh perbuatannya. Dan, apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh perbuatannya. Ketahuilah itu adalah hati.” (doktercantik.com).

dikutip dari Tribun News.com

Allah dan Para Malaikat-Nya Bershalawat pada Orang Bersahur

JAKARTA — Nabi Muhammad SAW menganjurkan kepada kaumnya untuk bersahur sebagai pembeda dari puasanya Ahli Kitab terdahulu. Selain itu, ada keberkahan dalam ibadah sunnah makan sahur.

Seperti diriwayatkan Abu Sa’id Al Khudari Ra dari kitab Shahih Al Jami’ Ash Shaghir, Rasulullah SAW bersabad: ‘’Makan Sahur seluruhnya berkah, janganlah kalian meninggalkannya meskipun hanya minum seteguk air. Karena, Allah dan para malaikat-Nya bershalawat pada orang-orang yang bersahur.’’

Dalam riwayat lain seperti diriwayatkan Abu Hurairah Ra, Nabi Muhammas SAW pernah berkata,’’Sesungguhnya Allah menjadikan keberkahan dalam sahur dan literan.’’

Sementara Sulaiman Ra, seperti dimuat dalam kitab ‘Shahih At Targhib wat Tarhib, meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,’’Keberkahan terdapat dalam tiga yakni dalam kebersamaan (jamaah), makan roti campur sop, dan dalam makan sahur.’’ (Sumber: Berpuasa seperti Rasulullah terbitan Gema Insani)

Tips Selalu Sehat dan Bugar Saat Puasa Ramadhan

JAKARTA– Bulan Ramadhan telah datang, seringkali kita mendapati suasana bulan puasa identik dengan pemandangan orang-orang yang lemas dan tidak bersemangat. namun bila kita perhatikan, ada segelintir orang yang walau berpuasa namun tetap bugar, apa ya rahasianya?

Alangkah nikmatnya dikala melakukan ibadah mulia ini (berpuasa) kita tetap dapat menjalani aktifitas sehari-hari dengan kondisi yang segar bugar. Bagi sebagian orang yang dalam keseharian puasanya bermalasan dirumah atau tidur mungkin tidak terasa berat, namun bagaimana dengan kita yang rutin bekerja seharian pada saat menahan haus dahaga? Ini dia tips untuk berpuasa tetap bugar selagi produktivitas kerja juga tetap maksimal.

Ketika Sahur

  • Ketika sahur sebaiknya hindari makanan yang manis atau terlalu banyak gula, karena asupan makanan/minuman yang manis akan menyebakan tubuh yang lemas pada siang hari saat berpuasa.
  • Paling baik ketika sahur adalah meminum susu, karena susu akan mencegah anemia yang menyebabkan badan lemas pada siang harinya.
  • Menu yang disajikan sebaiknya yang mengandung air yang banyak atau buah sekalian sehingga tubuh tidak dehidrasi parah saat berpuasa nanti. Kurma juga dapat membuat tubuh bugar seharian.
  • Bila tidak menyukai buah saat sahur, meminum jus buah saja pun cukup baik untuk kelancaran BAB.
  • Sebaiknya hindari fast-Food, gorengan atau makanan pedas saat sahur karena akan mengganggu pencernaan pada siang harinya.

Saat Berpuasa

  • Kerjakan tugas-tugas Anda dengan perlahan tapi pasi. Jangan menumpuk pekerjaan yang dapat membuat stress, karena stress juga menyebabkan otak lelah dan akhirnya perut terasa lebih lapar.
  • Istirahatlah sejenak, bila pada saat jam istirahat lebih baik Anda pakai untuk tidur sejenak, setalah sholat zuhur adalah waktu terbaik untuk tidur sejenak. Tidur selama 15 menit saja sudah dapat membangkitkan kembali semangat.
  • Melakukan olahraga ringan seperti peregangan atau berjalan kaki saat berpuasa sangat disarankan. Selain membantu menjaga berat badan, olahraga juga berfungsi untuk memperlancar peredaran darah dan menjaga kebugaran tubuh anda.

Waktu Berbuka

  • Segerakan berbuka, namun jangan kalap. Setelah berbuka dengan yang manis, dahulukan sholat Magrib agar perut tidak kaget, barulah makan makanan kesukaan Anda!
  • Jika kebetulan Anda berbuka dijalan, jangan lupa menyiapkan ta’jil dari sebelum Anda berangkat pulang ya. Kurma adalah makanan ta’jil terbaik untuk membatalkan puasa.

 

sumber: Blog Lazada Id

Puasa itu untuk Allah

Assalamualaikum wr wb.

Ustaz, mengapa dalam hadis disebutkan Allah SWT menegaskan bahwa ibadah puasa untuk-Nya dan hanya Dia sendiri yang membalasnya? Bukankah semua amal ibadah kita itu untuk Allah dan Allah jugalah yang membalas semua amal ibadah kita?

Imakyadi Jakarta

—————————————————-

 

Waalaikumussalam wr wb.

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda, ‘Setiap amalan kebaikan yang dilakukan manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga 700 kali lipat. Allah SWT berfirman, ‘Kecuali, amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabb-nya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi. (HR Bukhari dan Muslim, ini lafaz Muslim).

Hadis di atas menjelaskan keutamaan dan kelebihan ibadah puasa dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya. Ada beberapa penjelasan ulama tentang maksud dari hadis di atas.

Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari menyebutkan penjelasan ulama tentang makna hadis dan mengapa puasa diberi keutamaan ini.

Di antara alasan yang paling kuat, pertama, ibadah puasa itu tidak terkena riya sebagaimana ibadah lainnya berpotensi terkena riya.

Al-Qurtubi berkata, Ketika amalan-amalan yang lain dapat terserang penyakit riya, puasa tidak ada yang dapat mengetahui amalan tersebut, kecuali Allah, maka Allah sandarkan ibadah puasa itu kepada Diri-Nya.
Karena itu, dikatakan dalam hadis, ‘Ia meninggalkan syahwatnya karena diri-Ku.’

Ibnu Al-Jauzi berkata, ‘‘Semua ibadah terlihat amalannya. Dan, sedikit sekali yang selamat dari godaan, yakni terkadang bercampur dengan sedikit riya, berbeda dengan ibadah puasa.

Kedua, maksud ungkapan Aku yang akan membalasnya, adalah bahwa pengetahuan tentang kadar pahala dan pelipatan kebaikannya hanya Allah yang mengetahuinya.

Al-Qurtuby berkata, Artinya amalan ibadah lainnya telah terlihat kadar pahalanya untuk manusia. Bahwa, dia akan dilipatgandakan dari sepuluh sampai 700 kali sampai sekehendak Allah, kecuali puasa, Allah sendiri yang akan memberi pahalanya tanpa batasan.

Ketiga, makna Puasa untuk-Ku, maksudnya adalah bahwa dia termasuk ibadah yang paling Allah cintai dan paling mulia di sisi-Nya.

Ibnu Abdul Bar berkata, Cukuplah ungkapan ‘puasa untuk-Ku’ menunjukkan keutamaannya dibandingkan ibadah-ibadah lainnya. Keempat, penyandaran di sini adalah penyandaran kemuliaan dan keagungan. Sebagaimana ungkapan Baitullah (rumah Allah) meskipun semua rumah milik Allah.

Az-Zain bin Munayyir berkata, Pengkhususan pada teks keumuman seperti ini tidak dapat dipahami melainkan untuk pengagungan dan pemuliaan. Kemudian, Ibnu Hajar menjelaskan, makna yang paling kuat adalah makna yang pertama.

Sedangkan, Ibnu Abdil Barr menjelaskan, makna ungkapan puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya adalah bahwa ibadah puasa seseorang itu tidak terlihat melalui perkataan ataupun perbuatannya karena dia merupakan amalan hati yang tidak diketahui, kecuali oleh Allah.

Puasa bukan sesuatu yang terlihat sehingga bisa ditulis oleh malaikat pencatat sebagaimana ibadah-ibadah lain, seperti dzikir, shalat, sedekah, dan ibadah lainnya.

Hal itu karena puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga saja tanpa adanya niat melakukannya karena Allah SWT. Dengan demikian, siapa yang tidak berniat menahan lapar dan dahaga karena Allah  maka dia bukanlah orang yang berpuasa.

Hal tersebut ditegaskan dalam hadis Nabi. Puasa haruslah dilakukan dengan penuh keimanan dan hanya mengharap balasan dari Allah SWT.

Karena itu, seharusnya ibadah puasa kita adalah amalan yang  paling jauh dari segala unsur riya dan pamer karena hanya Allah yang mengetahui puasa kita. Ini mendidik kita memurnikan keikhlasan hanya untuk Allah. Wallahu a’lam bish shawab.

Ustaz Bachtiar Nasir

 

 

sumber:Republika Online