Apa Saja Keutamaan Puasa Senin-Kamis?

Apa sebenarnya keutamaan puasa Senin-Kamis? Apa yang menjadikannya istimewa dibanding amalan puasa yang lain? 

Dijauhkan dari api neraka

Sebagaimana dijelaskan Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya, setiap puasa yang dikerjakan dengan niat tulus karena Allah akan diganjar dengan balasan yang besar. Dalam sebuah hadist bahkan diberi garansi bahwa orang yang berpuasa akan dijauhkan dari siksaan neraka. 

Seperti dikutip dari Elbalad,i Abu Sa’id RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَامَ يَوْمًا فِى سَبِيلِ اللَّهِ بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا

“Barangsiapa melakukan puasa satu hari di jalan Allah (dalam melakukan ketaatan pada Allah), maka Allah akan menjauhkannya dari neraka sejauh perjalanan 70 tahun.” (HR. Bukhari). 

Waktu pintu surga dibuka

Selain keutamaan umum yang diraih bagi orang yang berpuasa di atas, puasa Senin-Kamis menjadi istimewa karena dilakukan di hari di waktu pintu surga dibuka. Rasulullah SAW bersabda:

تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلاَّ رَجُلاً كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا

Artinya: “Pintu surga dibuka pada hari Senin dan kamis. Setiap hamba yang tidak berbuat syirik pada Allah sedikit pun akan diampuni (pada hari tersebut) kecuali seseorang yang memiliki percekcokan (permusuhan) antara dirinya dan saudaranya. Nanti akan dikatakan pada mereka, akhirkan urusan mereka sampai mereka berdua berdamai, akhirkan urusan mereka sampai mereka berdua berdamai.” (HR. Muslim).

Hari amalan dihadapkan kepada Allah

Rasulullah SAW sangat menganjurkan puasa Senin-Kamis karena menjadi hari di mana amalan-amalan manusia dihadapkan kepada Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi:

تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ

Artinya: “Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi). 

IHRAM

Mengisi Hari Libur Puasa Dawud dengan Puasa Senin Kamis?

Bismillahirrahmanirrahim….

Puasa Dawud adalah puasa sunnah yang paling utama. Dasarnya adalah cakupan makna umum dari hadis sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya,

صُم من الشَّهر ثلاثةَ أيام

“Puasalah tiga hari dalam sebulan!”

Aku sungguh mampu melakukan puasa lebih banyak dari itu, wahai Nabi.” Kata ‘Abdullah bin ‘Amr.

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan,

صُم يومًا وأفطِر يومًا؛ فذلك صيام داودَ، وهو أفضل الصيام

Puasalah sehari, berbukalah sehari! Itu adalah puasa Dawud. Dan itu adalah puasa yang paling utama.”

‘Abdullah bin ‘Amr kembali menanggapi, “Aku mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah.”

لا أفضلَ من ذلك

“Tidak ada puasa (sunnah) yang lebih utama dari itu. Jawab Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menerangkan,

قوله: ( وَأَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ ) يقتضي ثبوت الأفضلية مطلقا، ورواه الترمذي من وجه آخر عن أبي العباس عن عبد الله بن عمرو بلفظ: ( أفضل الصيام صيام داود )، وكذلك رواه مسلم من طريق أبي عياض عن عبد الله، ومقتضاه أن تكون الزيادة على ذلك من الصوم مفضولة

Hadis Nabi (yang berbunyi), “Puasa (sunnah) yang paling dicintai Allah adalah puasa Dawud” menunjukkan bahwa puasa Dawud adalah puasa (sunnah) yang paling utama secara mutlak. Pada riwayat yang lain, yaitu riwayat Tirmidzi, dari Abul ‘Abbas dari ‘Abdullah bin ‘Amr dengan lafadz, “Puasa yang paling utama adalah puasa Dawud.” Keterangan yang sama juga ada dalam hadis riwayat Muslim dari jalur Abu ‘Iyadh dari ‘Abdullah. Ini menunjukkan bahwa puasa tambahan dari rutinitas puasa Dawud, statusnya sebagai puasa yang mafdhul (kurang utama).” (Fathul Bari, 4: 220-221)

Saat sedang berada di hari libur puasa dalam siklus puasa Dawud, bertepatan dengan hari Senin dan Kamis. Apakah dianjurkan juga untuk puasa Senin Kamis?

Berdasarkan dalil tentang keutamaan puasa Dawud di atas dan keterangan para ulama tentang masalah menggabungkan puasa Dawud dengan puasa-puasa sunnah lainnya, dapat dibagi menjadi dua rincian berikut ini:

Pertama, menambah puasa sunnah yang dapat mengubah ciri khas (tatanan) puasa Dawud secara terus-menerus. Seperti menambah puasa Dawud dengan puasa Senin dan Kamis atau puasa Ayyamul Bidh.

Maka puasa Dawud sudah mencukupi, tidak perlu lagi menambah dengan puasa sunnah Senin Kamis atau Ayyamul Bidh. Karena kalau ditambah dengan puasa itu, tatanan puasa Dawud yang sehari puasa sehari tidak, menjadi hilang.

Dasarnya adalah keumuman sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang puasa Dawud,

لاَ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ

“Tidak ada puasa sunnah yang lebih utama dari puasa Dawud.”

Hadis ini merupakan dalil bahwa puasa Dawud secara mutlak adalah puasa sunnah yang paling utama. Sehingga semua puasa sunnah selain puasa Dawud saat disandingkan dengan puasa Dawud statusnya menjadi puasa yang mafdhul (kurang utama). Mafdhul adalah lawan kata dari afdhol. Afdhol itu ungkapan hiperbola yang artinya adalah paling utama. Sehingga mafdhul adalah kebalikannya yaitu, kurang utama. Sementara semua memaklumi bahwa sesuatu yang derajatnya mafdhul tidak boleh ‘merusak’ isi (ciri khas) dari sesuatu yang afdhol.

Kedua, menambah puasa sunnah yang dapat mengubah ciri khas/tatanan puasa Dawud secara terus-menerus seperti menyisipkan puasa Asyura dan puasa Arafah.

Maka hukumnya boleh.

Hal ini karena tidak mengubah tatanan puasa Dawud secara terus-menerus. Karena puasa seperti itu sangat jarang dalam satu tahun. Sesuatu yang jarang, tidak dinilai keberadaannya, sebagaimana diterangkan dalam kaidah fikih,

النادر لا حكم له

Suatu yang jarang, tidak memiliki hukum.” (Islamqa.info)

Demikian, semoga dapat mencerahkan.

Wallahu a’lam bis showab.

***

Penulis: Ahmad Anshori, Lc.

Sumber: https://muslim.or.id/68299-mengisi-hari-libur-puasa-dawud-dengan-puasa-senin-kamis.html

Niat Puasa Senin Kamis, Tata Cara, Keutamaan dan Manfaatnya

Puasa Senin Kamis memiliki keutamaan istimewa dan manfaat luar biasa. Bagaimana tata cara dan niatnya serta apa saja keutamaan dan manfaatnya? Berikut ini pembahasannya.

Puasa Senin Kamis hukumnya sunnah. Dalam Fikih Manhaji ditegaskan, dalil sunnahnya puasa ini adalah berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha. Ia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu menjaga Puasa Senin dan Kamis. (HR. Tirmidzi dan Ahmad; shahih lighairihi)

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu memasukkan puasa ini dalam puasa sunah yang disepakati para ulama.

Keutamaan Puasa Senin Kamis

Puasa Senin Kamis memiliki sejumlah keutamaan yang semestinya membuat kita lebih bersemangat untuk mengamalkannya. Berikut ini keutamaannya:

1. Rasulullah selalu mengerjakannya

Sebagaimana hadits dari Aisyah radhiyallahu ‘anha di atas, Rasulullah senantiasa mengerjakan puasa ini. Beliau senantiasa menjaganya.

كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- يَتَحَرَّى صَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu menjaga Puasa Senin Kamis. (HR. Tirmidzi dan Ahmad; shahih lighairihi)

2. Hari Senin adalah hari istimewa

Salah satu keutamaan puasa pada hari Senin adalah karena hari itu istimewa. Pada hari Senin Rasulullah dilahirkan dan pada hari Senin pula Rasulullah mendapatkan wahyu.

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الاِثْنَيْنِ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ

Nabi ditanya tentang puasa pada hari Senin, maka beliau bersabda, “Itu adalah hari kelahiranku dan pada hari itu wahyu diturunkan kepadaku.” (HR. Muslim)

3. Amal diperlihatkan pada Senin dan Kamis

Pada hari Senin dan Kamis, amal-amal diperlihatkan/dilaporkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka betapa beruntungnya ketika saat itu seorang hamba sedang berpuasa.

تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ

“Diperlihatkan amal-amal pada setiap hari Kamis dan Senin. Maka aku ingin amalku diperlihatkan saat aku berpuasa.” (HR. Tirmidzi; shahih lighairihi)

Diperlihatkan amal-amal pada setiap hari Kamis dan Senin. Maka Allah Azza wa Jalla pada hari itu mengampuni setiap orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, kecuali orang yang bermusuhan dengan saudaranya. Maka dikatakan, “Biarkan keduanya hingga berdamai, biarkan keduanya hingga berdamai.” (HR. Muslim)

4. Pintu surga dibuka

Pada hari Senin dan Kamis pula, pintu surga dibuka. Ini menunjukkan betapa mulianya hari itu dan betapa beruntungnya orang-orang yang berpuasa di dalamnya.

تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلاَّ رَجُلاً كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ

“Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu diampuni kecuali seseorang yang antara dirinya dengan saudaranya terdapat permusuhan.” (HR. Muslim)

Baca juga: Puasa Daud

Tata Cara Puasa Senin Kamis

Tata cara puasa Senin Kamis tidak berbeda dengan puasa pada umumnya, baik puasa Ramadhan maupun puasa sunnah lainnya. Yakni sebagai berikut:

1. Niat

Niat puasa Senin Kamis sebaiknya dilakukan di malam hari, sebelum terbit fajar. Namun karena ini adalah puasa sunnah, maka jika terlupa, boleh niat di pagi hari asalkan belum makan apa-apa dan tidak melakukan hal apapun yang membatalkan puasa.

2. Makan Sahur

Makan sahur merupakan salah satu sunnah puasa yang jika dilakukan akan mendapat pahala dan keberkahan. Namun jika tidak dilakukan, misalnya karena bangunnya terlambat, puasanya tetap sah.

3. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan

Yakni menahan diri dari makan, minum, berhubungan dengan istri dan hal-hal lainnya yang dapat membatalkan puasa. Waktunya dimulai sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Perlu juga menahan diri dari yang membatalkan pahala puasa. Antara lain bohong, ghibah, dan segala bentuk kemaksiatan. (Baca: Yang Membatalkan Pahala Puasa)

4. Berbuka

Buka puasa waktunya ketika matahari terbenam, yakni saat masuknya waktu sholat Maghrib. Menyegerakan buka puasa merupakan salah satu sunnah puasa.

Niat Puasa Senin Kamis

Di dalam hadits, tidak ditemukan bagaimana lafadz niat puasa Senin Kamis. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat beliau biasa mengerjakan amal dengan niat tanpa dilafalkan.

Dalam Fiqih Islam wa Adilatuhu dijelaskan, semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafalkan niat bukanlah syarat, namun jumhur ulama berpendapat hukumnya sunnah dengan maksud membantu hati dalam menghadirkan niat. Sedangkan menurut mazhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat karena tidak bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Lafadz niat puasa Senin adalah sebagai berikut:

niat puasa senin kamis
Niat puasa hari Senin

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ الْإِثْنَيْنِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

(Nawaitu shouma yaumal itsnaini sunnatan lillaahi ta’aalaa)

Artinya: saya niat puasa sunnah hari Senin, sunnah karena Allah Ta’ala

Sedangkan lafadz niat puasa Kamis adalah sebagai berikut:

niat puasa kamis
Niat puasa hari Kamis

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ الْخَمِيْسِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

(Nawaitu shouma yaumal khomiisi sunnatan lillaahi ta’aalaa)

Artinya: saya niat puasa sunnah hari Kamis, sunnah karena Allah Ta’ala

Manfaat Puasa Senin Kamis

Syaikh Abdurrahman Al Juzairi dalam Fikih Empat Madzhab mengungkapkan: “Di antara puasa yang dianjurkan adalah puasa Senin Kamis. Banyak sekali faedah yang akan didapatkan oleh seseorang jika membiasakan diri melakukan puasa sunnah ini, terutama sekali bagi tubuhnya.”

Selain keutamaan dengan pahala luar biasa di atas, puasa sunnah ini juga memiliki manfaat kesehatan yang banyak. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan metabolisme

Sejumlah penelitian menemukan bahwa puasa Senin Kamis dapat meningkatkan metabolisme dengan menaikkan kadar neurotransmitter atau epinefrin. Hal ini kemudian terbukti menurunkan berat badan.

2. Meningkatkan kesehatan jantung

Times of India menyebutkan, salah satu manfaat puasa adalah bisa meningkatkan kesehatan jantung. Puasa dalam delapan pekan secara bergantian dapat mengurangi kadar kolesterol “jahat” LDL sebesar 25 persen dan trigliserida darah sebesar 32 persen.

3. Mengontrol gula darah

Puasa dapat mengontrol gula darah yang bisa sangat berguna bagi orang yang memiliki risiko diabetes. Berpuasa secara intermiten jangka pendek bisa membantu turunkan kadar gula darah.

Bahkan sebuah penelitian yang dikutip Tirto.id menemukan bahwa sebagian sampel berhasil menurunkan kadar gula darah dalam waktu singkat semenjak berpuasa. Berpuasa dapat mengurangi kadar insulin dan sel glukosa dalam darah bergerak secara aktif.

4. Meningkatkan kekebalan tubuh

Jika kita lihat orang yang rajin puasa Senin Kamis jarang sakit, itu sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan puasa membantu kekebalan tubuh. Manfaat ini sama dengan jenis diet Fasting Mimicking Diet (FMD) karena pelakunya diminta untuk berpuasa di tengah-tengah bulan selama lima hari sementara puasa Senin Kamis jika ditotal adalah 8 hari dalam sebulan.

Demikian pembahasan dan panduan Puasa Senin Kamis, mulai keutamaan, tata cara, niat hingga manfaatnya. Semoga bermanfaat dan kita semua dimudahkan untuk mengamalkannya.

[Muchlisin BK/BersamaDakwah]



Kenapa Nabi Muhammad Rutin Puasa Senin-Kamis?

Nabi Muhammad biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis.

Hari Senin merupakan hari yang dihormati dan dimuliakan Rasulullah saw. Sebab, terdapat sejumlah keutamaan dan peristiwa bersejarah yang terjadi di hari Senin. Salah satunya, adalah dilahirkannya beliau pada hari tersebut, wafatnya, dan diturunkannya Alquran kepadanya untuk pertama kalinya. Karena itulah, Rasulullah menghormatinya dengan melakukan amalan ibadah.

Pada hari Senin, Rasulullah saw kerap berpuasa dan juga melakukannya pada hari Kamis. Rasulullah saw ditanya tentang anjuran berpuasa di hari Senin. Lalu beliau menjawab, “Itu adalah hari di mana aku dilahirkan, hari di mana aku diutus atau diturunkannya wahyu kepadaku.” (HR. Muslim)

Rasulullah saw memang menekankan perhatiannya terhadap puasa Senin dan Kamis. Sangat jarang beliau meninggalkannya, karena manfaat dan keutamaan berpuasa pada Senin dan Kamis tersebut. Sebab, Nabi Muhammad SAW ingin ketika amalannya diangkat ke hadapan Allah swt beliau dalam keadaan shaum.

Aisyah ra mengatakan, “Rasulullah saw biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR. An Nasai dan Ibnu Majah).

Hal ini juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, di mana Rasulullah saw bersabda, “Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi).

Lantas apa keutamaan orang yang melaksanakan puasa sunah tersebut?

Septian El Syakir dalam buku berjudul “Islamic Hypnoparenting: Mendidik Anak Masa Kini ala Rasulullah”, menyebutkan keutamaan orang yang berpuasa. Hal itu di antaranya, ampunan dan pahala yang sangat besar, puasa adalah tameng terhadap api neraka, puasa adalah pemutus syahwat, orang yang berpuasa mendapat ganjaran khusus di sisi Allah.

Adapun cara puasa Senin dan Kamis pada dasarnya sama dengan puasa pada umumnya. Namun demikian, puasa di hari Senin adalah amalan tersendiri, demikian pula puasa pada hari Kamis. Sehingga, Rasulullah saw tidak mensyaratkan bahwa puasa harus dilakukan pada Senin dan Kamis dan tidak boleh melewatkan salah satu hari tersebut.

KHAZANAH REPUBLIKA

Ternyata Dapat Dua Pahala, Puasa Syawal Digabungkan dengan Puasa Senin Kamis

Ternyata dapat dua pahala puasa jika kita mengerjakan puasa Syawal bertepatan dengan Senin – Kamis, yaitu mendapatkan pahala puasa Syawal enam hari dan puasa Senin – Kamis.

 

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid hafizhahullah ditanya, “Apakah puasa enam hari di bulan Syawal boleh dilakukan pada hari Senin dan Kamis lantas mendapatkan pahala puasa Senin dan Kamis?”

Jawab beliau, “Boleh seperti itu dan tidaklah masalah. Pahala yang diperoleh adalah pahala puasa Syawal enam hari dan puasa Senin Kamis.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,

” إِذَا اتَّفَقَ أَنْ يَكُوْنَ صِيَامُ هَذِهِ الأَيَّامِ السِّتَّةِ فِي يَوْمِ الاِثْنَيْنِ أَوِ الخَمِيْسِ فَإِنَّهُ يَحْصُلُ عَلَى أَجْرِ الاِثْنَيْنِ بِنِيَّةِ أَجْرِ الأَيَّامِ السِّتَّةِ ، وَبِنِيَّةِ أَجْرِ يَوْمِ الاِثْنَيْنِ أَوِ الخَمِيْسِ ، لِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى)” انتهى.

“Jika puasa enam hari Syawal bertepatan dengan puasa Senin atau Kamis, maka puasa Syawal juga akan mendapatkan pahala puasa Senin, begitu pula puasa Senin atau Kamis akan mendapatkan ganjaran puasa Syawal. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niat dan setiap orang akan mendapatkan pahala yang ia niatkan.” Demikian fatwa dari Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam Fatawa Islamiyyah, 2:154.”

 

Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab. Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid.

Sumber https://rumaysho.com/20662-ternyata-dapat-dua-pahala-puasa-syawal-digabungkan-dengan-puasa-senin-kamis.html

 

Puasa Senin Kamis, Niat, Tata Cara, Keutamaan dan Keajaiban

Puasa Senin Kamis merupakan salah salah satu puasa sunnah yang sangat populer. Ia memiliki sejumlah keutamaan dan faedah.

Berikut ini pembahasan lengkapnya mulai keutamaan, niat, tata cara dan keajaiban. Pembahasan ini bersumber dari sejumlah kitab Fikih dan kitab hadits, terutama yang berisi hadits-hadits fadhilah atau targhib.

Hukum Puasa Senin Kamis

Puasa Senin Kamis hukumnya sunnah. Dalam Fikih Manhaji ditegaskan, dalil sunnahnya puasa Senin Kamis adalah berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:

كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- يَتَحَرَّى صَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu menjaga Puasa Senin Kamis (HR. Tirmidzi dan Ahmad; shahih lighairihi)

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu memasukkan puasa Senin Kamis dalam puasa sunah yang disepakati para ulama.

“Puasa-puasa sunnah yang disepakati para ulama antara lain,” kata Syaikh Wahbah Az Zuhaili. “Puasa hari Senin dan Kamis setiap pekan berdasarkan perkataan Usamah bin Zaid: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa puasa pada hari Senin dan Kamis. Suatu ketika beliau ditanya tentang hal itu lalu beliau bersabda: ‘Sesungguhnya amal-amal manusia dibeberkan (kepada Allah) pada hari Senin dan Kamis.”

Keutamaan Puasa Senin Kamis

Puasa Senin Kamis memiliki sejumlah keutamaan yang semestinya membuat kita lebih bersemangat untuk mengamalkannya. Berikut ini keutamaannya:

1. Rasulullah selalu mengerjakannya

Sebagaimana dua hadits dari Aisyah radhiyallahu ‘anha dan Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu di atas, Rasulullah senantiasa mengerjakan puasa ini. Beliau senantiasa menjaganya.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu menjaga Puasa Senin Kamis (HR. Tirmidzi dan Ahmad; shahih lighairihi)

2. Hari Senin adalah hari istimewa

Salah satu keutamaan puasa pada hari Senin adalah karena hari itu istimewa. Pada hari Senin Rasulullah dilahirkan dan pada hari Senin pula Rasulullah mendapatkan wahyu.

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الاِثْنَيْنِ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ

Nabi ditanya tentang puasa pada hari Senin, maka beliau bersabda, “Itu adalah hari kelahiranku dan pada hari itu wahyu diturunkan kepadaku.” (HR. Muslim)

3. Amal diperlihatkan pada Senin dan Kamis

Pada hari Senin dan Kamis, amal-amal diperlihatkan/dilaporkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka betapa beruntungnya ketika saat itu seorang hamba sedang berpuasa.

تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ

“Diperlihatkan amal-amal pada setiap hari Kamis dan Senin. Maka aku ingin amalku diperlihatkan saat aku berpuasa.” (HR. Tirmidzi; shahih lighairihi)

Diperlihatkan amal-amal pada setiap hari Kamis dan Senin. Maka Allah Azza wa Jalla pada hari itu mengampuni setiap orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, kecuali orang yang bermusuhan dengan saudaranya. Maka dikatakan, “Biarkan keduanya hingga berdamai, biarkan keduanya hingga berdamai.” (HR. Muslim)

Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lebih sering pada hari Senin dan Kamis. Lalu ada sahabat yang bertanya tentang hal itu. Maka Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya seluruh amal akan dipersembahkan pada setiap hari Senin dan hari Kamis. Lalu Allah mengampuni setiap muslim atau setiap orang mukmin kecuali orang yang bermusuhan. Sebab Allah berfirman, ‘Tangguhkanlah amal kedua orang itu.’” (HR. Ahmad; shahih)

Dari Usamah bin Zaid, ia berkata, aku bertanya, “ Ya Rasulullah, sesungguhnya engkau berpuasa sampai hampir saja tidak berbuka dan engkau berbuka sampai hampir saja tidak berpuasa kecuali pada dua hari. Jika keduanya masuk dalam puasamu dan jika tidak begitu, engkau berpuasa pada keduanya.” Beliau bertanya, “Apakah nama dua hari itu?” Aku menjawab, “Hari Senin dan Kamis.” Beliau bersabda, “Itulah dua hari yang diperlihatkan amal padanya kepada Rabb semesta alam. Maka aku ingin diperlihatkan amalku saat sedang berpuasa.” (HR. An Nasa’i; hasan)

4. Pintu surga dibuka

Pada hari Senin dan Kamis pula, pintu surga dibuka. Ini menunjukkan betapa mulianya hari itu dan betapa beruntungnya orang-orang yang berpuasa.

تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلاَّ رَجُلاً كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ

“Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu diampuni kecuali seseorang yang antara dirinya dengan saudaranya terdapat permusuhan.” (HR. Muslim)

 

Tata Cara Puasa Senin Kamis

Tata cara puasa Senin Kamis tidak berbeda dengan puasa pada umumnya, baik puasa Ramadhan maupun puasa sunnah lainnya. Yakni sebagai berikut:

1. Niat

Niat puasa Senin Kamis sebaiknya dilakukan di malam hari, sebelum terbit fajar. Namun karena ini adalah puasa sunnah, maka jika terlupa, boleh niat di pagi hari asalkan belum makan apa-apa dan tidak melakukan hal apapun yang membatalkan puasa.

2. Makan Sahur

Makan sahur merupakan salah satu sunnah puasa yang jika dilakukan akan mendapat pahala dan keberkahan. Namun jika tidak dilakukan, misalnya karena bangunnya terlambat, puasanya tetap sah.

3. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan

Yakni menahan diri dari makan, minum, berhubungan dengan istri dan hal-hal lainnya yang dapat membatalkan puasa. Waktunya dimulai sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Perlu juga menahan diri dari yang membatalkan pahala puasa. Antara lain bohong, ghibah, dan segala bentuk kemaksiatan.

4. Berbuka

Buka puasa waktunya ketika matahari terbenam, yakni saat masuknya waktu sholat Maghrib. Menyegerakan buka puasa merupakan salah satu sunnah puasa.

Niat Puasa Senin Kamis

Di dalam hadits, tidak ditemukan bagaimana lafadz niat puasa Senin Kamis. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat beliau biasa mengerjakan amal dengan niat tanpa dilafalkan.

Dalam Fiqih Islam wa Adilatuhu dijelaskan, semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafalkan niat bukanlah syarat, namun jumhur ulama berpendapat hukumnya sunnah dengan maksud membantu hati dalam menghadirkan niat. Sedangkan menurut mazhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat karena tidak bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Lafadz niat puasa Senin adalah sebagai berikut:

Niat puasa hari Senin

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ الْإِثْنَيْنِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

(Nawaitu shouma yaumal itsnaini sunnatan lillaahi ta’aalaa)

Artinya: saya niat puasa sunnah hari Senin, sunnah karena Allah Ta’ala

Sedangkan lafadz niat puasa Kamis adalah sebagai berikut:

(Nawaitu shouma yaumal khomiisi sunnatan lillaahi ta’aalaa)

Artinya: saya niat puasa sunnah hari Kamis, sunnah karena Allah Ta’ala

Keajaiban Puasa Senin Kamis

Syaikh Abdurrahman Al Juzairi dalam Fikih Empat Madzhab mengungkapkan: “Di antara puasa yang dianjurkan adalah puasa Senin Kamis, yaitu berpuasa pada setiap hari Senin dan hari Kamis setiap pekannya. Banyak sekali faedah yang akan didapatkan oleh seseorang jika membiasakan diri melakukan puasa sunnah ini, terutama sekali bagi tubuhnya.”

Mereka yang biasa puasa Senin Kamis umumnya relatif lebih sehat wal afiat. Selain secara medis puasa terbukti membantu kesehatan pencernaan, secara psikologis puasa juga mampu menjaga emosi lebih stabil. Tidak mudah marah, tidak mudah depresi. Sebaliknya, ketenangan dalam puasa menghadirkan kebahagiaan dalam jiwa.

Demikian pembahasan dan panduan Puasa Senin Kamis, mulai dari hukum, keutamaan, tata cara, niat hingga keajaiban. Semoga bermanfaat dan kita semua dimudahkan untuk mengamalkannya. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Maraji’ Puasa Senin Kamis:

  • Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq
  • Fikih Empat Madzhab karya Syaikh Abdurrahman Al Juzairi
  • Fiqih Islam wa Adillatuhu karya Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili
  • Fikih Manhaji Kitab Fikih Lengkap Imam Asy Syafi’i karya Syaikh Mushthafa Al Bugha dkk
  • Kitab Fadhail A’mal karya Ali bin Muhammad Al Maghribi
  • Shahih At Targhib wa At Tarhib karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani

Dikaruniai Rezeki yang Tak Terduga

ALLAH Ta’ala berfirman dalam Alquran:

“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberikan rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS Ath-Thalaaq: 2-3)

Tentang ayat ini, al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “Maknanya, barang siapa yang bertakwa kepada Allah dengan melakukan apa yang diperintahkan-Nya dan apa yang dilarang-Nya, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar serta rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari arah yang tidak pernah terlintas dalam benaknya.”

Orang yang rajin mengerjakan puasa SeninKamis, niscaya ia akan terlatih menjadi orang yang bertakwa. Dan bagi orang yang bertakwa, Allah telah berjanji akan memberinya rezeki dari arah yang tak terduga dan disangka-sangkanya.

Ada dua hal hal untuk memahami ini:

Pertama, Allah adalah Zat yang menciptakan dan mengatur rezeki. Sumber rezeki itu datangnya dari Allah. Kita hanya mampu berusaha, sedangkan Dia yang berkuasa menentukan.

Kedua, Allah memiliki kehendak yang mutlak. Jika Allah berkehendak memberi, maka tidak ada seorang pun yang bisa menghalanginya. Sebaliknya, jika Allah berkehendak mencegah, maka tak ada seorang pun yang dapat menahannya.

Maka, ketika Allah mengatakan akan memberi rezeki yang tak terduga kepada hamba-Nya yang bertakwa, itu menjadi masuk akal dan bisa dipahami. Karena, sumber rezeki itu ada di tangan Allah, Dia sanggup mengirimkannya kapan saja, dimana saja dan dalam situasi apa saja.

Orang yang bertakwa yakin benar akan hal ini bahwa Allah Maha Kuasa atas segala-galanya. Bukan hal yang mustahil bagi Allah mendatangkan rezeki kepada hamba-Nya secara langsung. Sunguh tidak sedikit manusia di muka bumi yang mengalami keajaiban-keajaiban di luar kemampuan akal menangkapnya.

[Chairunnisa Dhiee]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2315045/dikaruniai-rezeki-yang-tak-terduga#sthash.K9FgQzap.dpuf

Menggabungkan Puasa Syawal dengan Puasa Senin Kamis

Assalamulaikum,

Bolehkah menggabungkan niat puasa syawal dengan puasa senin-kamis ? Terima kasih

Kang Bagus

Jawab:

Wa alaikumus salam wa rahmatullah,

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Dilihat dari latar belakang disyariatkannya ibadah, para ulama membagi ibadah menjadi dua,

Pertama, ibadah yang maqsudah li dzatiha, artinya keberadaan ibadah merupakan tujuan utama disyariatkannya ibadah tersebut. Sehingga ibadah ini harus ada secara khusus. Semua ibadah wajib, shalat wajib, puasa wajib, dst, masuk jenis pertama ini.

Termasuk juga ibadah yang disyariatkan secara khusus, seperti shalat witir, shalat dhuha, dst.

Termasuk jenis ibadah ini adalah ibadah yang menjadi tabi’ (pengiring) ibadah yang lain. Seperti shalat rawatib. Dan sebagian ulama memasukkan puasa 6 hari bulan syawal termasuk dalam kategori ini.

Kedua, kebalikan dari yang pertama, ibadah yang laisa maqsudah li dzatiha, artinya keberadaan ibadah itu bukan merupakan tujuan utama disyariatkannya ibadah tersebut. Tujuan utamanya adalah yang penting amalan itu ada di kesempatan tersebut, apapun bentuknya.

Satu-satunya cara untuk bisa mengetahui apakah ibadah ini termasuk maqsudah li dzatiha ataukah laisa maqsudah li dzatiha, adalah dengan memahami latar belakang dari dalil masing-masing ibadah.

(Liqa’ al-Bab al-Maftuh, Ibnu Utsaimin, volume 19, no. 51).

Kita akan lihat contoh yang diberikan ulama untuk lebih mudah memahaminya.

Contoh pertama, shalat tahiyatul masjid.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ المَسْجِدَ، فَلاَ يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ

Apabila kalian masuk masjid, jangan duduk sampai shalat 2 rakaat. (HR. Bukhari 1163)

Dalam hadis di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyarankan agar kita shalat 2 rakaat setiap kali masuk masjid sebelum duduk. Artinya, yang penting jangan langsung duduk, tapi shalat dulu. Tidak harus shalat khusus tahyatul masjid. Bisa juga shalat qabliyah atau shalat sunah lainnya. Meskipun boleh saja jika kita shalat khusus tahiyatul masjid.

Dari sini, shalat keberadaan ibadah shalat tahiyatul masjid itu bukan merupakan tujuan utama. Tapi yang penting ada amal, yaitu shalat 2 rakaat ketika masuk masjid. Apapun bentuk shalat itu.

 

Contoh kedua, puasa senin-kamis

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengapa beliau rajib puasa senin kamis, beliau mengatakan,

ذَانِكَ يَوْمَانِ تُعْرَضُ فِيهِمَا الْأَعْمَالُ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Di dua hari ini (senin – kamis), amalan dilaporkan kepada Allah, Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amalku dilaporkan, saya dalam kondisi puasa. (HR. Ahmad 21753, Nasai 2358, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).

Dalam hadis ini, siapapun yang melakukan puasa di hari senin atau kamis, apapun bentuk puasanya, dia mendapatkan keutamaan sebagaimana hadis di atas. Amalnya dilaporkan kepada Allah, dalam kondisi dia berpuasa. Baik ketika itu dia sedang puasa wajib, atau puasa sunah lainnya. Meskipun boleh saja ketika dia melakukan puasa khusus di hari senin atau kamis.

Menggabungkan Niat Dua Ibadah

Para ulama menyebutnya ”at-Tasyrik fin Niyah” atau ”Tadakhul an-Niyah” (menggabungkan niat).

Terdapat kaidah yang diberikan para ulama dalam masalah menggabungkan niat,

إذا اتحد جنس العبادتين وأحدهما مراد لذاته والآخر ليس مرادا لذاته؛ فإن العبادتين تتداخلان

Jika ada dua ibadah yang sejenis, yang satu maqsudah li dzatiha dan satunya laisa maqsudah li dzatiha, maka dua ibadah ini memungkinkan untuk digabungkan. (’Asyru Masail fi Shaum Sitt min Syawal, Dr. Abdul Aziz ar-Rais, hlm. 17).

 

Dari kaidah di atas, beberapa amal bisa digabungkan niatnya jika terpenuhi 2 syarat,

Pertama, amal itu jenisnya sama. Shalat dengan shalat, atau puasa dengan puasa.

Kedua, ibadah yang maqsudah li dzatiha tidak boleh lebih dari satu. Karena tidak boleh menggabungkan dua ibadah yang sama-sama maqsudah li dzatiha.

Menggabungkan Niat Puasa Syawal dengan Senin Kamis

Dari keterangan di atas, puasa syawal termasuk ibadah maqsudah li dzatiha sementara senin kamis laisa maqsudah li dzatiha.

Sehingga niat keduanya memungkinkan untuk digabungkan. Dan insyaaAllah mendapatkan pahala puasa syawal dan puasa senin kamis.

Dari Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (Muttafaq ’alaih)

Karena dia menggabungkan kedua niat ibadah itu, mendapatkan pahala sesuai dengan apa yang dia niatkan.

Allahu a’lam

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits

Artikel www.KonsultasiSyariahcom