Apakah Boleh Puasa Tarwiyah Saja?

Apakah boleh puasa Tarwiyah saja? Inilah sebagian pertanyaan yang banyak persoalan di tengah umat Islam. Nah berikut penjelasan ulama terkait apakah boleh puasa Tarwiyah saja?

Adapun puasa sunah pada tanggal 9 Dzulhijjah, namanya adalah Arafah. Begitu juga dengan puasa tarwiyah atau hari Dzulhijjah sebelum tarwiyah, keduanya sunnah melakukannya.

Sehingga meninggalkannya pun tidak apa-apa dan sah-sah saja. Hanya saja, menjadi tanggung jika hanya puasa tarwiyah saja. Sebab puncaknya berada di hari setelahnya, yakni hari Arafah.

Keutamaan Puasa Tarwiyah

Keutamaan puasa Tarwiyah hanya sebatas menghapus dosa selama satu tahun, sedang puasa arafah bisa menghapus dosa selama dua tahun. Rasulullah saw bersabda:

صَوْمُ يَوْمِ التَّرْوِيَّةِ كَفَّارَةُ سَنَةٍ وَصَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ

“Puasa hari Tarwiyah menghapus dosa setahun dan Puasa Arafah menghapus dosa dua tahun” HR Ibnu Hibban dan Ibnu an-Najjar dari Ibnu Abbas No. 5056. (Imam Al-Munawi, Faidh al-Qadir, Juz 4 hal. 211)

Bahkan lebih dari itu, ada anjuran untuk berpuasa juga pada tanggal 1 Dzulhijjah hingga 7 Dzulhijjah. Yang kemudian disambung dengan Puasa Tarwiyah dan Arafah. Dijelaskan:

وَيُسَنُّ صَوْمُ الثَّمَانِيَةِ أَيَّامٍ قَبْلَ يَوْمِ عَرَفَةَ كَمَا صَرَّحَ بِهِ فِي الرَّوْضَةِ سَوَاءٌ فِي ذَلِكَ الْحَاجُّ وَغَيْرُهُ، أَمَّا الْحَاجُّ فَلَا يُسَنُّ لَهُ صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ يَلِ يُسْتَحَبُّ لَهُ فِطْرُهُ وَلَوْ كَانَ قَوِيًّا لِلِاتِّبَاعِ.

Sunnah hukumnya untuk berpuasa selama 8 hari sebelum datangnya hari Arafah, sebagaimana penjelasan ulama Imam Al-Nawawi dalam kitab Al-Raudhat. Kesunnahan ini berlaku bagi yang haji atau tidak, hanya saja bagi yang berhaji, tidak sunnah hukumnya baginya untuk berpuasa di hari Arafah.

Bahkan baginya justru sunnah hukumnya untuk tidak berpuasa, meskipun ia kuat. Yang demikian adalah dalam rangka mengikuti praktik Nabi Muhammad saw. (Syamsuddin Al-Ramli, Nihayat al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj, Juz 3 hal. 206)

Pernyataan serupa, berasal dari ulama asal Nusantara, Syekh Nawawi Al-Bantani mengatakan:

وَالثَّامِن صَوْم الثَّمَانِية أَيَّام قبل يَوْم عَرَفَة سَوَاء فِي ذَلِك الْحَاج وَغَيره

Puasa sunnah yang ke-8 adalah puasa delapan hari sebelum hari Arafah. Puasa ini ada anjuran melaksanakannya bagi mereka yang sedang melaksanakan ibadah haji maupun mereka yang tidak melaksanakan ibadah haji,” (Syekh Nawawi Banten, Nihayat al-Zain  hal. 197)

Dengan demikian, seyogianya bagi orang yang berhaji atau tidak, untuk melaksanakan ibadah puasa dari tanggal 1 Dzulhijjah sampai tanggal 8. Hanya saja bagi orang yang berhaji, tidak sunnah (atau khilaful aula) baginya untuk puasa meski ia kuat, sebagaimana praktik Rasulullah saw.

Lain halnya dengan yang tidak berhaji, ia tetap sunnah, bahkan terdapat anjuran untuk berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah atau yang populer dengan puasa Arafah. Selagi masih ada kesempatan untuk berpuasa, alangkah baiknya jika kita tidak menyia-nyiakannnya.

Demikian penjelasan apakah boleh puasa tarwiyah saja. terkait semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Puasa Khusus 8 Dzulhijjah

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum, Adakah puasa sunah pada tanggal 8 Dzulhijah? Masyarakat di kampung saya banyak yg melakukannya.

Arriqa Fauqi 

Jawaban:

Wa ‘alaikumussalam
Mengkhususkan puasa pada hari tarwiyah, karena keyakinan memiliki keutamaan tertentu, termasuk perbuatan yang tidak ada dasarnya. Karena dalil yang menganjurkan puasa secara khusus pada tanggal 8 Dzulhijjah adalah hadis palsu. hadis ini menyatakan,

وله بصوم يوم التروية سنة

“Orang yang berpuasa pada hari tarwiyah maka baginya pahala puasa satu tahun.”
Imam Ibnul Jauzi menegaskan bahwa hadis ini adalah hadis palsu (Al-Maudhu’at 2:198). Demikian pula keterangan As-Suyuthi dalam Al-Lali’ Al-Masnu’ah, 2:107.

Oleh karena itu, tidak disyariatkan berniat khusus untuk puasa pada tanggal 8 Dzulhijjah. Namun jika seseorang berpuasa pada tanggal 8 Dzulhijjah karena mengamalkan anjuran memperbanyak ibadah di 10 hari pertama bulan Dzulhijah maka diperbolehkan.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)

Read more https://konsultasisyariah.com/8241-puasa-khusus-8-dzulhijjah.html

Menggugat Puasa Tarwiyah Sebelum Puasa Arafah

ADA kaum Muslim yang berpuasa selama dua hari pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijah. Pada tanggal 8 Dzulhijah disebut puasa Tarwiyah, dan tanggal 9 Dzulhijah disebut puasa Arafah. bagaimana hukumnya?

Tentang puasa Arafah tentu sudah dengan jelas kita ketahui bersama bahwa hukumnya sunah muakkad. Ada dalil-dalil sahih yang menguatkan, ditambah dengan keutamaannya yang amat besar.

Namun tidak demikian dengan puasa Tarwiyah (8 Dzulhijah). Mari kita simak beberapa penjelasan berikut.

Tentang puasa Tarwiyah, tidak ada satu hadis pun yang ‘jelas dan tegas’ menyatakan disunahkan berpuasa pada hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzulhijah). Dengan demikian, tidak ada dalil yang sah untuk melakukan puasa Tarwiyah.

Dikatakan, ada hadis yang menyatakan, “Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan (dosa) satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun”.

Namun dikatakan bahwa hadis ini dhoif alias lemah. Namun, setelah diteliti sesuai “dirooyah” (cabang dari ‘Ulumul Hadits yang mengkaji analisa perawi dan sanad) maka ulama menyimpulkan bahwa hadis ini sampai pada tingkatan maudhu, atau tertolak alias palsu.

Berkaitan dengan hadis dhoif (bukan maudhu) terdapat dua pendapat:

1. Boleh diamalkan/digunakan sebagai dalil jika itu HANYA TERKAIT FADHILAH AMAL yang tidak menyangkut aqidah dan hukum halal haram (pendapat ini lebih kuat).

2. Tetap tidak boleh diamalkan/digunakan.

Nah, sedangkan hadis maudhu’ adalah jenis hadis dhoif dengan tingkatan terendah sehingga banyak ulama juga membagi dalam tingkatan hadis tersendiri di bawah dhoif, artinya hadis terburuk (karena sebenarnya sama sekali bukan hadis, yaitu berasal dari perawi dusta). Wallahu alam.

 

INILAH MOZAIK

Puasa Sebelum Idul Adha dan Keistimewaannya

Sepuluh hari di awal bulan Dzulhijjah menjadi momen yang penting bagi umat Islam. Di antara waktu tersebut, ada dua hari di mana muslim dianjurkan berpuasa, yakni puasa Tarwiyah pada 8 Dzulhijjah dan puasa Arafah pada 9 Dzulhijjah. Kedua puasa dilakukan sebelum perayaan hari raya Idul Adha yang jatuh 10 Dzulhijjah.

Kedua puasa mengusung keistimewaan masing-masing. Tarwiyah diyakini akan menghapus dosa yang dibuat tahun lalu, sementara puasa Arafah kerap identik dengan puasa sehari yang menghapus dosa dua tahun.

Berkat keistimewaannya itu juga banyak umat Islam kemudian jarang melewatkannya. Mengutip HR Muslim disebutkan, “Puasa Arafah bisa menghapuskan dosa setahun lalu dan setahun yang akan datang.”

“Puasa sunah Tarwiyah dan Arafah sangat dianjurkan bagi umat muslim sedunia, agar kita dapat turut merasakan nikmatnya seperti yang dirasakan oleh para jama’ah haji. Namun, bagi jamaah haji sendiri haram hukumnya untuk berpuasa di hari Arafah 9 Dzulhijjah,” ungkap ustaz H.M Lutfi saat dihubungi, pada Selasa (29/8).

Ia menambahkan, yang dimaksud dengan puasa Arafah adalah (Mengetahui) puasa yang dilaksanakan pada hari Arafah yakni pada tanggal 9 Dzulhijjah yaitu hari pada saat jama’ah haji melakukan wukuf di padang Arafah.

Tahun ini, puasa Arafah jatuh pada Kamis (31/8), ketika Kementerian Agama Indonesia menetapkan 1 Dzulhijjah jatuh pada Rabu (23/8) lalu. Sementara Hari Raya Idul Adha sendiri jatuh pada Jumat (1/9).

 

Puasa sebelum Idul Adha

Berbeda dari puasa Arafah, kata Ustaz Lutfi, puasa Tarwiyah adalah ‘Merenung atau berpikir’, puasa yang dilaksanakan pada hari tarwiyah yakni 8 Dzulhijjah, hari sebelum hari wukuf.

Berdasarkan Hadis Nabi Muhammad SAW, barang siapa yang menjalankan Puasa Tarwiyah akan dihapus dosa satu tahun yang lalu yang telah terlewati. Sedangkan yang berpuasa di hari Arafah akan dihapus dosa dua tahun (1 tahun yang lalu dan 1 tahun yang akan datang).

“Dan yang melaksanakan dua puasa ini akan dianugrahi oleh Allah SWT dengan 10 macam kemuliaan,” ujarnya.

Kesepuluh kemuliaan itu, yakni Allah akan memberi keberkahan pada kehidupannya, bertambah harta, dijamin kehidupan rumah tangganya, dibersihkan dirinya dari segala dosa dan kesalahan yang telah lalu, dan dilipatgandakan amal dan ibadahnya.

Selain itu, mereka yang berpuasa juga dimudahkan kematiannya, diterangi kuburnya selama di alam Barzah, diberatkan timbangan amal baiknya di Padang Mahsyar, diselamatkannya dari kejatuhan kedudukan di dunia, serta dinaikkan martabatnya di sisi Allah SWT. (rah)

 

CNN INDONESIA

Inilah Kebiasaan Rasulullah di Bulan Dzulhijjah

Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ ». فقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ؟ قَالَ: “وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ”.

Tidak ada hari-hari di mana amal saleh di dalamnya lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada hari–hari yang sepuluh ini”. Para sahabat bertanya, “Tidak juga jihad di jalan Allâh ? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak juga jihad di jalan Allâh, kecuali orang yang keluar mempertaruhkan jiwa dan hartanya, lalu tidak kembali dengan sesuatupun.” [HR al-Bukhâri no. 969 dan at-Tirmidzi no. 757, dan lafazh ini adalah lafazh riwayat at-Tirmidzi]

Dalam riwayat yang lain, salah seorang istri Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَصُوْمُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ

Adalah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan puasa sembilan hari bulan Dzulhijjah [HR. Abu Daud dan Nasa’i. Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan Abi Daud, no. 2129 dan Shahih Sunan Nasa’I, no. 2236] [1]

Hadits ini sangat gamblang menjelaskan keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan keutamaan amal shalih yang dilakukan pada masa-masa itu dibandingkan dengan hari-hari yang lain selama setahun.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah pernah ditanya tentang mana yang lebih utama antara sepuluh hari (pertama) bulan Dzulhijjah ataukah sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan ? Beliau rahimahullah menjawab, “Siang hari sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah lebih utama daripada siang hari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhân, dan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan lebih utama daripada sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah.” (Majmû Fatâwâ, 25/287)[2] Ibnul Qayyim rahimahullah juga setuju dengan perkataan guru beliau tersebut.

Hadits ini seharus sudah cukup memberikan motivasi kepada kaum Muslimin untuk berlomba melakukan amal shalih pada waktu-waktu yang diisyaratkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut. Terlebih lagi diantara waktu yang disebutkan itu ada waktu yang teramat istimewa yang juga dijelaskan keutamaannya secara khusus oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu hari Arafah. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ ؟

Tidak ada hari di mana Allâh Azza wa Jalla membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada hari Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para malaikat dan berkata: Apa yang mereka inginkan?” [HR. Muslim no. 1348]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menjelaskan tentang keutamaan berpuasa pada hari ini bagi kaum Muslimin yang sedang tidak melakukan ibadah haji. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ

Puasa hari Arafah aku harapkan dari Allâh bisa menghapuskan dosa setahun sebelumnya dan setahun setelahnya. [HR. Muslim no. 1162]

Alangkah naifnya, kalau hari-hari yang penuh keutamaan ini kita sia-siakan begitu saja. Sudah menjadi keharusan bagi setiap kaum Muslimin yang mengimani hari akhir untuk meneladani Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memanfaat waktu-waktu yang memiliki nilai lebih ini. Semoga Allâh Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk diantara para hamba-Nya bisa memanfaatkan masa-masa ini dan semoga Allâh Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk para hamba-Nya yang dibebaskan dari api neraka.

Ya Allah, Terimalah Amal Ibadah Kami,…

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهَا أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ اْلأَيَّامِ – يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ ؟ قَالَ: وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ رَجُلاً خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

Tidak ada hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari tersebut (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah).” Para Sahabat pun bertanya : “Wahai Rasulullah, tidak juga jihad di jalan Allah ?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak ada yang kembali sedikitpun (karena mati syahid).”

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini memberikan gambaran keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Ada beberapa amalan yang disyari’atkan pada sepuluh hari pertama bulan ini, di antaranya :

1. Puasa Arafah.
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa Arafah, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ

Puasa Arafah menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan yang akan datang. [HR. Muslim]

Puasa ini disunahkan bagi yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji. Bagi mereka yang sedang berhaji, tidak diperbolehkan berpuasa. Pada hari itu mereka harus melakukan wukuf. Mereka harus memperbanyak dzikir dan doa pada saat wukuf di Arafah. Sehingga, keutamaan hari Arafah bisa dinikmati oleh orang yang sedang berhaji maupun yang tidak sedang berhaji. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan keutamaan hari Arafah dalam sebuah hadits shahîh riwayat Imam Muslim.

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنْ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ

Tidak ada satu hari yang pada hari itu Allah membebaskan para hamba dari api neraka yang lebih banyak dibandingkan hari Arafah. [HR. Muslim]

Hadits ini dengan gamblang menunjukkan keutamaan hari Arafah.

2. Berkurban Pada Hari Raya Kurban Dan Hari-hari Tasyriq.
Anas Radhiyallahu anhu menceritakan :

ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا

Nabi berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu. [Muttafaq ‘Alaihi]

3. Ibadah Haji Dengan Segala Rangkaiannya.
Sudah tidak asing lagi bagi kaum Muslimin, baik yang belum berkesempatan melaksanakan ibadah haji maupun yang sudah melaksanakannya, tentang keadaan ibadah yang agung ini. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ

Tidak balasan lain bagi haji mabrûr kecuali surga [HR. al-Bukhâri Muslim]

Itulah di antara ibadah-ibadah yang disyari’atkan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Setelah melakukan berbagai amal shalih di atas, kita jangan lupa berdo’a agar Allah Azza wa Jalla berkenan menerima amal ibadah yang telah lakukan, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrâhîm Alaihssallam dan Nabi Ismâ’îl Alaihissallam. Ketika akan selesai melaksanakan perintah Allah Azza wa Jalla untuk membangun Ka’bah, mereka berdo’a :

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Ya Rabb kami, terimalah daripada kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [al-Baqarah/2:127]

Ini merupakan wujud kehati-hatian, barangkali dalam pelaksanaan ibadah yang Allah Azza wa Jalla perintahkan kepada kita ada yang kurang syarat atau lain sebagainya.

Kalau Nabi Ibrâhîm Alaihissallam dan Nabi Ismâ’îl Alaihissallam saja berdo’a agar amalan mereka diterima, maka kita tentu lebih layak untuk berdo’a demikian.

ALMANHAJ

Amalan Sunnah Bulan Dzulhijah dan Niat Puasa Arafah Idul Adha 2015

Amalan Sunnah Bulan Dzulhijah dan Niat Puasa Arafah Idul Adha 2015. Ini Dia Bacaan Doa Niat Puasa Bulan Dzulhijjah Tarwiyah dan Arafah Idul Adha 2015, pemerintah Indonesia akhirnya memastikan bahwa hari raya Idul Adha akan jatuh pada  tanggal 24 september 2015.

Di hari tersebut, tentu saja seluruh ummat Islam akan melaksanakan ibadah shalat sunnah Idul Adha dan penyembelihan hewan Qurban.

Sebelumnya, sebagian umat Islam juga banyak yang melaksanakan puasa sunnah di sebelum tanggal 10 bulan Dzulhijjah.

Nah, lalu bagaimanakah bacaan doa niat puasa bulan Dzulhijjah atau niat puasa Arafah itu?.

KEUTAMAAN PUASA ARAFAH

Banyak sekali keterangan ulama yang menjelaskan keutamaan puasa Arafah, diantaranya adalah sebagai penggugur dosa dan yang lainnya.

BACAAN NIAT PUASA TARWIYAH

NIAT PUASA TARWIYAH:

نويت صوم ترويه سنة لله تعالى

Baca Juga:  Solidaritas Palestina Minta Warga Muslim Di Seluruh Dunia Tak Membeli Kurma Israel

Tulisan Latin: Nawaitu Sauma Tarwiyata Sunnatal Lillahi Ta’ala
artinya: “Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah ta’ala.”

BACAAN NIAT PUASA ARAFAH:

نويت صوم عرفة سنة لله تعالى

Tulisan Latin: Nawaitu Sauma ‘Arafata Sunnatal Lillahi Ta’ala
Artinya:“Saya niat puasa Arafah , sunnah karena Allah ta’ala.”

Tapi menurut sebagian ulama, niat tersebut bisa juga tidak dilafadzkan, karena tempatnya niat adalah dalam hati. Selamat menjalankan puasa Arafah untuk Anda yang melaksanakannya.

 

sumber: MajaahBerita.com