Allah Janjikan Pahala Puasa Tanpa Batas, Kenapa?

ALLAH Taala berfirman dalam surah Az Zumar: “Hanyalah mereka orang-orang yang bersabar yang Allah akan tunaikan ganjaran pahala untuk mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10)

Subhaanallah, orang-orang yang bersabar, pahala mereka tanpa batas. Demikian pula dengan orang-orang yang melaksanakan ibadah puasa, pahala mereka tanpa batas. Ayat ini banyak dijadikan dalil oleh para ulama tentang pahala-pahala ibadah puasa yg begitu besar tanpa batas.

Kenapa? Karena orang-orang yang berpuasa, mereka telah mengumpulkan semua jenis kesabaran. Ibadah puasa ibarat sebuah kanvas yang di atasnya tergambar semua lukisan tentang kesabaran. Kita tahu kesabaran itu ada 3:

1. Sabar di atas ketaatan
2. Sabar menahan diri dari kemaksiatan
3. Sabar di atas cobaan, ujian, dan penderitaan yang Allah Taala turunkan kepadanya.

Seseorang harus bersabar di atas ketaatan, melaksanakan perintah Allah Taala, untuk berpuasa, melaksanakan kewajiban-kewajiban selama berpuasa, termasuk sholat 5 waktu, kemudian dia harus bersabar menahan diri dari kemaksiatan yg bisa menghanguskan pahala puasanya, dia harus bersabar diri untuk tidak melakukan ghibah, tidak melakukan nammah, propaganda, dst. Dia harus bersabar menahan letihnya, menahan rasa laparnya, dan juga rasa dahaganya.

Semua kesabaran ini, ada dalam ibadah puasa, sehingga tidak heran Allah Taala juga mengatakan: “Ibadah puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yg akan memberikan balasannya.”

Kenapa? Kata Al Imam Badaruddin Al Hanafi rahimahullahu: “Karena, besarnya ganjaran, besarnya pemberian menunjukkan kebesaran dan keagungan Dzat Yang Memberi, yaitu Allah Taala, karena Allah sendiri yang akan memberikan ganjaran secara langsung bagi orang-orang yang berpuasa.”

Maka tentu saja anugerah Allah Taala sebanding dengan keMahabesaranNya, keAgunganNya. Karena, BESARNYA PEMBERIAN MENUNJUKKAN KEBESARAN DZAT YANG MEMBERI. Semoga ini memberikan kita motivasi untuk menyempurnakan ibadah puasa kita di atas kesabaran yang sempurna. [Al-Hujjah]

 

INILAH MOZAIK

Berpuasalah karena Iman dan Mengharapkan Pahala

NABI kita Shallallhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadn karena imn dan mengharapkan pahala, maka ia diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hadts Riwayat Bukhri nomor 37, versi Fathul Bari nomor 38 dan Muslim nomor 1268, versi Syarh Muslim nomor 760)

Kalau kita cermati dari sabda Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam diatas, maka betapa besar pahala yang dijanjikan oleh Raslullh shallallhu ‘alayhi wa sallam bagi yang berpuasa Ramadn

Betapa tidak bahwa dia akan mendapatkan ganjaran berupa ampunan dosa dari seluruh dosanya, baik yang telah lalu maupun yang akan datang.

Namun kalau kita cermati lebih dalam bahwa ternyata untuk mendapatkan ampunan dosa dengan sebab puasa tidak semudah yang dibayangkan. Karena di dalamnya ada dua persyaratan yang disyaratkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallhu ‘alayhi wa sallam yaitu :

1. Imnan (dengan landasan keimnan)
2. Ihtisban

Apakah yang dimaksud dengan 2 (dua) persyaratan tersebut ?

*Keimanan*

Maka untuk dikatakan seseorang itu bahwa puasanya dilandasi dengan keimnan yang bersama dia berimn secara umum dalam arti bahwa orang yang berpuasa tersebut harus orang yang berimn.

Artinya secara pribadi dia memiliki keimanan yang sah.

  • Jadi dia bukan orang kafir, bukan orang yang telah batal imannya disebabkan tindakan atau perilaku, walaupun dia asalnya muslim (misalnya) tapi ternyata pada dirinya ada kekafiran sehingga tidak layak dia mendapatkan predikat orang yang berimn.
  • Dia beriman tentang wajibnya puasa Ramadhn tersebut. Ini terkait dengan syarat keimanan.

*Ihtisban*

*Ihtisaban yaitu mengharapkan ganjaran.*

Bahwa yang dimaksudkan seseorang yang berpuasa meniatkan dengan puasanya mendapatkan pahala, yaitu pahala akhirat. Dan pahala akhirat yang terbesar adalah melihat Allh Ta’la di surga. Jadi dia mengharapkan ganjaran dimana Allh Ta’la mengganjarnya di akhirat.

Maka bukanlah puasanya hanya semata-mata dia mengikuti kebanyakan kaum muslimin berpuasa. Tidak enak kalau tidak puasa atau berpuasa dalam rangka untuk supaya sehat atau berpuasa demi mendapatkan kenikmatan duniawi tetapi dia berpuasa untuk mengharapkan pahala akhirat.

Ganjaran yang disediakan oleh Allh diakhirat. Di surga kelak. Dan apabila ternyata dia puasanya tidak memenuhi dua persyaratan diatas, maka dia tidak mendapatkan ampunan dosa. Apakah ada disana orang yang berpuasa yang tidak mendapatkan ganjaran? Banyak.

Sebagaimana sabda Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam :

Telah menceritakan kepada kami Amr bin Raafi, telah menceritakan kepada kami Abdullaah bin Al-Mubaarak, dari Usaamah bin Zaid, dari Saiid Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda,

“Berapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain rasa lapar, dan berapa banyak orang yang shalat malam namun tidak mendapatkan apa-apa dari shalat malamnya selain menahan kantuk.” (Sunan Ibnu Maajah no. 1690] Sanadnya hasan. Syaikh Al-Albaaniy berkata “hasan shahih” dalam Shahiih Ibnu Maajah no. 1380)

“Betapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidaklah dia dapatkan dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.” (Hadts Riwayat At- Tabrani dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Syaikh Al-Albniy rahimahullh dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadts ini shahh ligoirihi yaitu shahh dilihat dari jalur lainnya)

Sebagaimana juga beliau bersabda :

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan yang dusta, yang buruk dan mengamalkan amalan yang buruk, maka tidak ada kepentingan terkait dengan dia meninggalkan makan dan minumnya.” (Hadts Riwayat Bukhri nomor 1770, versi Fathul Baru nomor 1903)

Artinya tidak mendapatkan sedikitpun dari makan dan minumnya, tidak mendapatkan ganjaran sama sekali. Ini menunjukan bahwa di sana ada orang-orang yang dia telah lapar dan dahaga dengan puasanya tapi yang dia dapatkan, hanya lapar dan dahaga.

Di samping dua syarat di atas tentang keimanan dan juga ihtisb dengan penjelasan yang telah disampaikan tentunya dia juga harus memenuhi syarat dan rukunnya puasa sehingga dia sah secara fiqih dan juga dia layak untuk mendapatkan ganjaran yang besar yaitu berupa ampunan Allh Ta’ala atas dosa-dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang.

Mudah-mudahan kita bisa menyiapkan diri untuk menghadapi Ramadhn dengan keimanan yang benar dan dengan betul-betul mengharapkan pahala dari sisi Allh Ta’ala.

Demikian mudah-mudahan bermanfa’at bagi kita semuanya. Wa billhi taufiq wal hidayah. [Ustadz Abu Isa Abdullah bin Salam]

 

INILAH MOZAIK

Tujuh Pencuri di Bulan Ramadan

BERIKUT beberapa pencuri di bulan Ramadan yang kita biarkan berkeliaran di hidup kita:

1. TV, ini merupakan pencuri yang berbahaya, yang bisa merusak puasa orang-orang dan mengurangi pahala mereka berupa film sinetron dan iklan murahan.

2. Pasar, juga merupakan pencuri spesial dalam menghabiskan uang dan waktu tanpa batas. Maka tentukan belanjaanmu begitu pergi ke pasar.

3. Begadang, pencuri yang mengambil waktu yang paling berharga, pencuri yang mengambil salat tahajjud dari seorang hamba di sepertiga malam terakhir, dan mencuri kesempatan tuk istighfar serta taubat.

4. Dapur, merupakan pencuri yang banyak mengambil waktu yang panjang untuk membuat beragam jenis masakan berupa makanan dan minuman, hampir-hampir semuanya tidaklah lewat di mulut kecuali sejenak saja.

5. HP, sebagian orang hanya sekedar menjawab panggilan masuk, iapun diserang dengan dosa berupa ghibah, namimah, dusta, memuji diri atau orang lain, membeberkan rahasia, berdebat tanpa ilmu, ikut campur urusan orang, dan sebagainya dari kesalahan-kesalahan mulut yang banyak yang juga merupakan majlis yang kosong dari zikir.

6. Kikir, sedekah akan melindungimu dari neraka, dan sebaik-baik sedekah adalah di bulan Ramadan maka bersedekahlah secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi.

7. Majelis yang kosong dari mengingat Allah. Pencuri ini adalah yang mempersiapkan bagimu penyesalan di hari kiamat, semoga Allah melindungi kita semua.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidaklah suatu kaum bermajelis, tidak mengingat Allah padanya, tidak juga berselawat kepada Nabi mereka, kecuali mereka meninggalkan penyesalan, bila Allah mau maka Allah akan menyiksa mereka, atau Allah akan mengampuni mereka bila Allah kehendaki.

Dan “at tirah” adalah penyesalan. Maka lakukanlah amalan sesuai yang Allah perintahkan. “Ingatlah Allah, baik berdiri, duduk atau berbaring”

Adapun pencuri besar adalah FACEBOOK atau WHATSAPP apabila tidak digunakan dengan benar dalam kebaikan.

Dalam menyambut tamu yang berharga ini (Ramadan). Aku wasiatkan diriku dan kelalaian untuk bersiap-siap menyambut bulan mulia ini; kalaulah anda mendapatinya pada tahun ini, maka belum tentu kamu dapatkan pada tahun yang akan datang. [Ustaz Zainal Abidin]

 

INILAH MOZAIK

Awas! Puasa tapi Seperti Orang yang Tak Berpuasa

IMAM Ibnul Qoyyim -rahimahullah- berkata:

Orang yang berpuasa itu adalah orang yang anggota badannya berpuasa dari perbuatan dosa. Lidahnya berpuasa dari perkataan bohong, keji dan dusta.

Perutnya berpuasa dari makan dan minum. Dan farjinya dari berhubungan badan. Jika ia berbicara, maka ia tidak berbicara dengan perkataan yang dapat merugikan puasanya.

Jika ia berbuat, maka ia tidak melakukan perbuatan yang dapat merusak puasanya. Lisannya hanya mengucapannya setiap yang bermanfaat dan baik saja.

Demikian juga amalnya seperti minyak wangi yang mana setiap orang yang duduk bersamanya akan mencium wanginya. Seperti itulah siapa saja yang berteman dengan orang yang berpuasa, ia dapat mengambil manfaat darinya.

Dan selamat dari kedustaan, kebohongan, kemaksiatan dan kedzaliman. Inilah puasa yang disyariatkan, tidak hanya menahan makan dan minum saja.

Maka puasa itu adalah puasanya anggota badan dari dosa. Dan puasanya perut dari makan dan minum.

Seperti halnya makanan dan minuman dapat menghancurkan dan merusaknya, begitu pula dosa dapat melenyapkan pahala dan merusak hasilnya. Sehingga menjadikannya seperti orang yang tidak berpuasa.

[Al Wabilush Sayyib: 32/31]

INILAH MOZAIK

Masak saat Puasa, Bolehkah Dicicipi?

ADA sejumlah persoalan yang sering menjadi perselisihan di antara kaum muslimin seputar pembatal-pembatal puasa.

Di antaranya memang ada yang menjadi permasalahan yang diperselisihkan di antara para ulama, namun ada pula hanya sekedar anggapan yang berlebih-lebihan dan tidak dibangun di atas dalil.

Melalui tulisan ini akan dikupas beberapa permasalahan yang oleh sebagian umat dianggap sebagai pembatal puasa namun sesungguhnya tidak demikian. Keterangan-keterangan yang dibawakan nantinya sebagian besar diambilkan dari kitab Fatawa Ramadhan -cetakan pertama dari penerbit Adhwaa As-salaf- yang berisi kumpulan fatwa para ulama seperti Asy-Syaikh Ibnu Baz, Asy-Syaikh Al-Utsaimin, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan, dan lain-lain rahimahumullahu ajmain.

Mencicipi masakan tidaklah membatalkan puasa, dengan menjaga jangan sampai ada yang masuk ke kerongkongan. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Abbas radiyallahu anhu dalam sebuah atsar:

“Tidak apa-apa bagi seseorang untuk mencicipi cuka dan lainnya yang dia akan membelinya.” (Atsar ini dihasankan As-Syaikh Al-Albani rahimahullah di Al-Irwa no. 937)

Demikian beberapa hal yang bisa kami ringkaskan dari penjelasan para ulama. Yang paling penting bagi setiap muslim, adalah meyakini bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentu telah menjelaskan seluruh hukum-hukum yang ada dalam syariat Islam ini.

Maka, kita tidak boleh menentukan sesuatu itu membatalkan puasa atau tidak dengan perasaan semata. Bahkan harus mengembalikannya kepada dalil dari Al Qur`an dan As Sunnah dan penjelasan para ulama. Wallahu alam bish-shawab. [Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc]

INILAH MOZAIK

Hukum Suntik, Obat Tetes Mata dan Hidung saat Puasa

ADA sejumlah persoalan yang sering menjadi perselisihan di antara kaum muslimin seputar pembatal-pembatal puasa.

Di antaranya memang ada yang menjadi permasalahan yang diperselisihkan di antara para ulama, namun ada pula hanya sekedar anggapan yang berlebih-lebihan dan tidak dibangun di atas dalil.

Melalui tulisan ini akan dikupas beberapa permasalahan yang oleh sebagian umat dianggap sebagai pembatal puasa namun sesungguhnya tidak demikian. Keterangan-keterangan yang dibawakan nantinya sebagian besar diambilkan dari kitab Fatawa Ramadhan -cetakan pertama dari penerbit Adhwaa As-salaf- yang berisi kumpulan fatwa para ulama seperti Asy-Syaikh Ibnu Baz, Asy-Syaikh Al-Utsaimin, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan, dan lain-lain rahimahumullahu ajmain.

Keluar darah bukan karena keinginannya seperti luka atau karena keinginannya namun dalam jumlah yang sedikit tidaklah membatalkan puasa. Berkata Asy-Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah dalam beberapa fatwanya:

a. “Keluarnya darah di gigi tidaklah mempengaruhi puasa selama menjaga agar darahnya tidak ditelan”.

b. “Pengetesan darah tidaklah mengapa bagi orang yang berpuasa yaitu pengambilan darah untuk diperiksa jenis golongan darahnya dan dilakukan karena keinginannya maka tidak apa-apa”.

c. “Pengambilan darah dalam jumlah yang banyak apabila berakibat dengan akibat yang sama dengan melakukan berbekam, seperti menyebabkan lemahnya badan dan membutuhkan zat makanan, maka hukumnya sama dengan berbekam (yaitu batal puasanya)” (Fatawa Ramadhan, 2/460-466).

Maka orang yang keluar darahnya akibat luka di giginya baik karena dicabut atau karena terluka giginya tidaklah batal puasanya. Namun dia tidak boleh menelan darah yang keluar itu dengan sengaja.

Begitu pula orang yang dikeluarkan sedikit darahnya untuk diperiksa golongan darahnya tidaklah batal puasanya. Kecuali bila darah yang dikeluarkan dalam jumlah yang banyak sehingga membuat badannya lemah, maka hal tersebut membatalkan puasa sebagaimana orang yang berbekam (yaitu mengeluarkan darah dengan cara tertentu dalam rangka pengobatan).

Meskipun terjadi perbedaan pendapat yang cukup kuat dalam masalah ini, namun yang menenangkan tentunya adalah keluar dari perbedaan pendapat. Maka bagi orang yang ingin melakukan donor darah, sebaiknya dilakukan di malam hari, karena pada umumnya darah yang dikeluarkan jumlahnya besar. Kecuali dalam keadaan yang sangat dibutuhkan, maka dia boleh melakukannya di siang hari dan yang lebih hati-hati adalah agar dia mengganti puasanya di luar bulan Ramadhan.

Selain itu, pengobatan yang dilakukan melalui suntik, tidaklah membatalkan puasa, karena obat suntik tidak tergolong makanan atau minuman. Berbeda halnya dengan infus, maka hal itu membatalkan puasa karena dia berfungsi sebagai zat makanan.

Begitu pula pengobatan melalui tetes mata atau telinga tidaklah membatalkan puasa kecuali bila dia yakin bahwa obat tersebut mengalir ke kerongkongan. Terdapat perbedaan pendapat apakah mata dan telinga merupakan saluran ke kerongkongan sebagaimana mulut dan hidung, ataukah bukan.

Namun wallahu alam yang benar adalah bahwa keduanya bukanlah saluran yang akan mengalirkan obat ke kerongkongan. Maka obat yang diteteskan melalui mata atau telinga tidaklah membatalkan puasa. Meskipun bagi yang merasakan masuknya obat ke kerongkongan tidak mengapa baginya untuk mengganti puasanya agar keluar dari perselisihan. (Fatawa Ramadhan, 2/510-511)

[Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc]

 

INILAH MOZAIK

Tiga Tips Jaga Tetap Fit Saat Puasa

Ada banyak cara tetap fit selama berpuasa di bulan Ramadhan. Salah satunya dengan berolahraga.

Dikutip dari Al Arabiya, Ahad (20/5), berolahraga saat puasa namun dapat menjadi kontra-produktif. Karena bisa menyebabkan hormon stres meningkat yang mengubah suasana hati dan memperlambat metabolisme dalam jangka panjang.

Disarankan berolahraga setelah berbuka puasa sebab akan mempertahankan metabolisme yang sehat tanpa membakar otot tubuh untuk energi. Perhatikan jika ingin fit selama bulan puasa.

Durasi latihan

Kurangi waktu dan intensitas latihan rutin tidak lebih dari 45 menit. Tekankan pada pemanasan dan pendinginan. Jika melakukan latihan beban, kurangi jumlah pengulangan dan habiskan waktu istirahat lebih lama di antara set latihan

Dukung latihan dengan asupan makanan yang benar

Kebanyakan orang justru bertambah beratnya selama Ramadhan. Penyebabnya karena malam hari dihabiskan untuk memanjakan diri dengan makan.

Makan makanan besar sekaligus dapat membebani sistem perencanaan, menyebabkan Anda merasa lelah dan menstimulasi penurunan gula darah. Akibatnya metabolisme jadi lebih lambat sehinggat berat badan bertambah.

Sering makan dalam porsi kecil akan mendukung metabolisme dengan menjaga kadar gula darah tetap stabil. Makanlah makanan dengan porsi kecil setiap dua hingga tiga jam. Ini akan memungkinkan Anda mencerna makanan dengan lebih baik. Juga akan memberi Anda kesempatan untuk aktif.

Lebih aktif

Puasa bisa menjadi tantangan mental yang berat selama musim panas. Karena siang hari terasa lebih lama dan Anda memiliki lebih sedikit waktu untuk makan. Jangan biarkan puasa membuat Anda hanya terdiam di rumah lalu berujung memunculkan pikiran negatif.

Lebih baik berjalan-jalan, membuat jantung berdetak lebih cepat, sirkulasi darah berputar ke semua organ, termasuk otak.

Aktivitas yang seimbang ini dapat dilakukan saat berpuasa karena tidak perlu mencurahkan banyak usaha untuk berjalan-jalan. Perhatian kita bebas untuk fokus pada lingkungan. Kegiatan ini dapat mengalihkan perhatian dari pemikiran negatif.

 

REPUBLIKA

Hari Pertama Ramadhan, Umat Diminta Perbanyak Ibadah

Umat Islam Indonesia akan melaksanakan ibadah puasa Bulan Ramadhan 1439 H/2018 M secara serentak pada Kamis (17/6). Di hari pertama Ramadhan ini, sejumlah tokoh ormas Islam di Indonesia mengimbau agar umat memperbanyak ibadah, baik ibadah mahdhah maupun ibadah sosial (ibadah ghairu mahdhah).

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Muhammad Sulton Fatoni mengatakan, Rasulullah SAW telah menganjurkan agar di bulan suci Ramadhan ini umat Islam memperbanyak ibadah. “Pesan di Ramadhan ini, sebagaimana anjuran Rasulullah hendaknya masyarakat memperbanyak ibadah, meningkatkan kuantitas ibadah di luar kewajiban Ramadhan (puasa),” ujar Sulton, Rabu (16/5).

Selama sebulan penuh umat Islam hendaknya melakukan tadarusan, yaitu dengan memperbanyak membaca Alquran. Selain itu, memperbanyak sedekah, memperbanyak zikir, dan melakukan shalat malam.

Di samping memperbanyak ibadah, lanjut dia, umat juga harus menjaga tutur kata, menjaga emosi, dan menahan diri dari godaan-godaan ibadah puasa lainnya. “Itu proses peningkatan kuantitas yang diharapkan bisa memberikan bekas atau output positif untuk pribadi Muslim pasca Ramadhan,” ucapnya.

Sementara, dalam konteks kebangsaan, menurut dia, umat juga harus meningkatkan ibadah sosial di bulan suci Ramadhan, serta meningkatkan rasa kepedulian dan keberpihakan terhadap rakyat kecil. “Yang paling penting di di situ, meningkatkan rasa keberpihakan dan kepedulian terhadap orang yang membutuhkan di sekeliling kita,” katanya.

Hal senada juga disampaikan Ketua PP Muhammadiyah, Anwar Abbas. Menurut dia, Bulan Ramadhan merupakan momentum bagi umat Islam untuk melakukan ibadah dengan penuh keimanan dan ketakwaan. “Ini kan momentum ini, tidak ada bulan seperti ini. Karena hidup kita tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat,” ujar Abbas saat dihubungi lebih lanjut.

Dia menuturkan, bulan suci ini merupakan peluang besar bagi umat Islam agar sadar sebagai makhluk yang mempunyai banyak kelemahan. Namun, di bulan Ramadhan ini, Allah telah berjanji mengampuni dosa hambanya yang melakukan ibadah dengan ikhlas.

“Tuhan menjanjikan barang siapa yang berpuasa pada Bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan diampunilah dosanya yang terdahulu,” jelasnya.

Selain persoalan ibadah, Abbas juga menyoroti gaya hidup umat Islam ketika Ramadhan datang. Menurut dia, di Bulan Ramadhan biasanya tingkat konsumsi umat Islam naik, sehingga harga kebutuhan pokok juga turut naik.

Karena itu, dia mengimbau agar umat Islam tidak berlebihan dalam mengonsumsi makanan di bulan puasa. “Imbauannya kita ini oleh nabi dilarang berlebih-lebihan termasuk dalam makan dan minum. Kita mengimbau agar supaya prinsip makan dan minum yang sehat yang diajarkan nabi hendaknya menjadi perhatian bagi umat dalam melaksanakan ibadah puasa,” katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua MUI Pusat, Yunahar Ilyas mengimbau agar umat mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh, baik secara ruhiyah maupun moril. Menurut dia, Bulan Ramadhan harus selalu disambut dengan kegembiraan.

“Sambutlah bulan Ramadhan ini dengan penuh kegembiraan. Siapkan diri untuk melaksanakan ibadah puasa, seperti shalat malam atau shalat tarawih, membaca Alquran, zikir, doa, perbanyak sedekah,” ucapnya.

Selain itu, menurut dia, selama melaksanakan puasa di Bulan Ramadhan ini, hendaknya umat Islam juga saling menghormati. Walaupun ada perbedaan-perbedaan kecil, tidak harus dijadikan persoalan. “Dan saling menghormati. Tidak mempersoalkan perbedaan-pebedaan,” kata Yunahar.

Dihubungi secara terpisah, Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Albertus Patty mengucapkan selamat kepada umat Islam yang akan menjalani ibadah puasa. Menurut dia, puasa hendaknya juga menjadi latihan bagi umat agama lain.

Menurut dia, satu pesan berpuasa ini adalah untuk bisa mengontrol diri dan untuk mengatakan tidak pada egoisme. “Karena itu, apa yang dilakukan teman-teman umat Islam ini merupakan sesuatu yang seharusnya bahkan dilakukan oleh umat beragama lain termasuk Kristen ya. Kemampuan untuk belajar dan menahan diri dari segala hal,” kata Albertus.

Menjelang Ramadhan tahun ini, masyarakat Indonesia sempat dikagetkan dengan adanya aksi terorisme. Karena itu, menurut Albertus, di Bulan Ramadhan ini masyarakat hendaknya mengurangi kemarahan.

“Jadi kita harus saling memaafkan dan kita juga mengutangi kemarahan dan kebencian di bumi Indonesia. Biarkanlah kita jadi saudara bersama apapun agamanya dan etnisnya,” jelasnya.

 

REPUBLIKA

Konten Puasa dan Arti Kata Taqwa

Sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan. Ibarat  traveling,  kita akan menaiki pesawat Ramadhan Air. Sebelum kita menaikinya pastikan diri kita beriman,  karena hanya orang yang beriman-lah yang boleh menaiki pesawat tersebut  (QS.2 : 183).

Kemudian,  kenali pesawat yang akan kita tumpangi, yaitu apa itu Ramadhan? Ramadhan adalah Syahrul ‘azhim (bulan agung), Syahrul mubarok (bulan keberkahan), Syahrul shiyam (bulan berpuasa), Syahrul qiyam (bulan mengisi malamnya  dengan shalat, tadarus dan  i’tikaf), Syahrul nuzulul Qur’an (bulan diturunkan Alquran), Syahrul Musawwah(bulan berbagi dengan sesama) dan Syahrul shobri (bulan kesabaran).

Ada tiga konten yang kita harus lalui di bulan Ramadhan,  yaitu pertama,  sahur, karena Allah memberikan keberkahan pada orang yang melakukannya; kedua,  menahan diri dari segala yang membatalkan  puasa dan menghilangkan pahalanya;  ketiga mengisi malamnya dengan amal  saleh. Bila hal tersebut  telah kita lakukan maka kita akan sampai pada tujuan penerbangan yaitu mendapatkan derajat takwa (taqwa).

Mereka yang bertakwa (bertaqwa)  memiliki ciri sebagaimana kata yang membentuk kata itu. Huruf Ta,  maknanya tawadu artinya rendah hati;  Huruf Qof maknanya qona’ah artinya menerima takdir yang Allah tentukan kepadanya;  Huruf Wawu maknanya waro artinya teliti tentang hal-hal  yang kita makan, minum dan pakai dari kualitas kehalalannya, dan Huruf Yamaknanya yaqin,  artinya percaya bahwa puasa akan melahirkan segala kebaikan lahir dan batin.  Wallahu a’lam

 

Oleh Dr M Sudrajat MPd

 

REPUBLIKA

Menggunakan Obat Penghalang Haid Biar Lancar Puasa

DALAM Al-Mughni (1:450), Ibnu Qudamah rahimahullah menyebutkan, “Diriwayatkan dari Imam Ahmad rahimahullah, beliau berkata, Tidak mengapa seorang wanita mengkonsumsi obat-obatan untuk menghalangi haidh, asalkan obat tersebut baik (tidak membawa efek negatif).”

Syaikh Abu Malikpenulis kitab Shahih Fiqh As-Sunnahmenerangkan, “Haidh adalah ketetapan Allah bagi kaum hawa. Para wanita di masa Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah menyusahkan diri mereka supaya dapat berpuasa sebulan penuh (dengan mengahalangi datangnya haidh, pen).

Oleh karena itu, menggunakan obat-obatan untuk menghalangi datangnya haidh tidak dianjurkan.

Akan tetapi, jika wanita muslimah tetap menggunakan obat-obatan semacam itu dan tidak memiliki dampak negatif, maka tidak mengapa. Jika ia menggunakan obat tadi dan darah haidhnya pun berhenti, maka ia dihukumi seperti wanita yang suci, artinya tetap dibolehkan puasa dan tidak ada qadha baginya. Wallahu alam.” (Shahih Fiqh As-Sunnah, 2:128)

 

INILAH MOZAIK