Dokter: Puasa Itu Menyehatkan

Berpuasa di Bulan Ramadhan bermanfaat besar bagi kesehatan. Kepala pelayanan kesehatan Islamic Medical Servieces (IMS), dr Juni Cahyati mengatakan, puasa menyehatkan karena tubuh khususnya pencernaan juga perlu diistirahatkan.

“Puasa itu menyehatkan. Jadi kenapa kita disuruh berpuasa, itu sebenarnya kalau dari sisi kesehatan karena kita butuh istirahat, makanya organ tubuh kita juga butuh istirahat,” ujar dr Juni saat dihubungi Republika.co.id, Kamis ( 24/5).

Menurut dia, pada saat berpuasa, sistem penceranaan akan diistirahatkan seharian, sehingga meregenerasi sel dan memperbaiki daya serapnya. Selain itu bisa menurunkan kadar gula darah dalam tubuh.

Dia menuturkan, hampir setahun umat telah memakan segala macam jenis makanan yang juga terdapat zat adiktif yang biasa digunakan sebagai hiasan, pemanis, ataupun pewarna makanan. Padahal, zat tambahan tersebut tidak diperlukan karena juga mengandung racun.

“Itu kan sebenarnya racun untuk tubuh. Itu biasanya akan diakumulasi di jaringan lemak, nah pada saat berpuasa ini akan lebih banyak dibakar lemaknya. Jadi termasuk zat yang tidak berguna atau beracun itu akan turut terbakar,” ucapnya.

Menurut dia, dengan melaksanakan ibadah puasa, semua organ tubuh seperti hati atau ginjal akan melakukan proses detoksifikasi, yaitu proses mengeluarkan racun secara alami dari dalam tubuh. Bahkan, menurut dia, jika ada yang menderita penyakit kencing manis maka gula darahnya akan lebih terkontrol.

“Terus yang gemuk juga gitu. Kalau puasa kan kita tetap boleh berolahraga, sehingga target untuk menjadi lebih sehat dan lebih langsing itu bisa tercapai,” katanya.

Dia mengatakan, sebenarnya berpuasa itu juga membiasakan umat untuk mempunyai pola hidup yang lebih baik dengan makan yang lebih sehat. Selain itu, lanjut dia, di bulan puasa ini, organ tubuh tidak terus mengolah makanan.

“Jadi secara kesehatan ini membantu menyehatkan tubuh kita dan membentuk pola hidup yang lebih baik dan lebih sehat,” jelasnya.

Namun, tambah dia, masih banyak orang yang cara puasanya keliru. Dia mencontohkan seperti anjuran untuk berbuka puasa dengan yang manis-manis. Tapi, justru malah kebanyakan berbuka dengan yang manis-manis. Sudah makan kurma, masih makan es cendol, soda gembira, dan makanan manis lainnya.

“Kalau kita makan manis-manisnya terlalu banyak, maka kalau tidak terbakar semua sebagai sumber energi, gula itu akan masuk ke hati dan oleh hati akan diubah menjadi lemak. Jadi bukannya turun berat badannya tapi malah naik,” kata dr Juni.

Karena itu, dr Juni menganjurkan agar umat Islam tidak berlebihan saat berbuka puasa ataupun saat sahur. Agar stamina tetap terjaga dan tetap bugar, kata dia, umat hendaknya mengonsumi makanan empat sehat lima sempurna dan mengurangi makanan berminyak.

“Makannya juga harus empat sehat lima sempurna. Kalau perlu juga harus konsumsi multivitamin dan kalsium sebagai tambahan suplemen supaya tetap sehat,” ucapnya.

 

REPUBLIKA

Sering Dilakukan, 7 Kebiasaan Ini Bisa Bikin Puasa ‘Tak Berguna’

Ramadhan bukan hanya tentang “tidak makan apa-apa” tetapi memiliki banyak arti yang akan menguntungkan kamu baik secara fisik maupun rohani. Bukan hanya tentang menjauhi makanan, namun banyak aspek yang akan kamu pahami di bulan suci ini.

Selalu dikatakan jika kamu memiliki pikiran yang sehat maka kamu memiliki tubuh yang sehat. Ramadhan memurnikan pikiran dan jiwa saat kamu bertobat untuk dosa-dosa dan mengendalikan semua keinginan tidak sehat.

Di bulan Ramadhan, kamu punya waktu untuk memurnikan jiwa saat doa kamu didengarkan dengan cepat dan semua dosa dileburkan. Dengan mengendalikan semua keinginan duniawi, kamu lebih dekat dengan Allah SWT.

Kamu jadi tahu arti sebenarnya dari kemanusiaan dan kebahagiaan ketika membantu orang lain dengan menyumbang uang dan makanan. Ramadhan juga akan membuat kamu menyadari penderitaan orang lain yang tidak memiliki uang untuk membeli makanan.

Puasa Ramadhan adalah satu rukun Islam dan tanpa itu kamu tidak bisa disebut Muslim yang baik. Puasa selama ramadhan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.

 

Diantaranya menurunkan gula darah tinggi, menghilangkan kolesterol, menjaga jantung sehat, membersihkan hati dan tubuh. Ada banyak manfaat spiritual juga.

Jiwa dimurnikan dan pikiran dibersihkan dari semua pikiran jahat. Kamu mendekati Allah SWT dan melupakan perbuatan jahat. Ramadhan adalah waktu berkah dan semua setan terikat oleh Allah yang Maha Kuasa sehingga mereka tidak akan mengganggu Ramadhan.

Namun semua manfaat Ramadhan ini tak akan berguna juga kamu masih melakukan kebiasaan ini. Dilansir TribunTravel.com dari laman boldsky.com, 7 kebiasaan yang buat puasa kamu tak berguna.

1. Hindari menatap lawan jenis

Jaga pandangan jika kamu seorang Muslim sejati.

Menatap lawan jenis akan mengisi pikiran dengan hal negatif dan kamu mungkin melakukan dosa.

Khususnya di bulan Ramadhan, yang merupakan bulan berkah, hindari dosa-dosa seperti itu, kamu tidak akan mendapatkan manfaat dari Rozah.

2. Jangan emosi

Ramadhan adalah waktu kesabaran dan menunjukkan kemanusiaan terhadap orang lain.

3. Hindari pakaian yang mengundang nafsu

Dalam Islam, kita harus berpakaian dengan benar demi kesopanan dan itu mencegah para lawan jenis tertarik melihat ke arahmu. Sebab ini juga dapat merusak puasa mereka.

Perempuan harus menutupi tubuh mereka dan kepala dengan benar dan begitu juga laki-laki.

Ini akan melindungi kamu dari mata jahat orang lain dan mencegah anggota pria terpesona oleh pakaian kamu.

4. Jangan makan berlebihan

Ramadhan juga mengajarkan kita bagaimana perasaan orang lain ketika mereka lapar dan lemah sehingga kita bisa tahu betapa sulitnya kelaparan.

Muslim kemudian akan menyadari dan akan bermurah hati terhadap orang miskin.

Jika kamu makan berlebihan, kamu akan kehilangan manfaat itu.

5. Jangan tertawa keras

Tertawa seperti orang gila bukanlah hal yang etis untuk dilakukan.

Nabi Muhammad saw biasanya memberikan senyuman yang indah dan tidak pernah tertawa keras.

ni menambah pesona kepribadian dan mencerminkan kesalehan kamu.

Di bulan Ramadhan jika tertawa keras, puasa Anda makruh (perbuatan tidak suka atau menyinggung).

6. Jangan berniat untuk menurunkan berat badan

Jika niat untuk berpuasa di bulan Ramadhan didasarkan pada motif menurunkan berat badan atau hanya untuk pamer, puasa sia-sia di hadapan Allah.

Niat harus murni dan harus berpuasa demi Allah yang Maha Kuasa dan tidak ada yang lain.

7. Jangan berbohong dan melakukan tindakan setan

Nabi Muhammad saw mengatakan, memfitnah, berbohong senonoh dan berdebat merusak puasa.

Bukhari berkata, “Dia juga mengatakan bahwa kamu tidak perlu meninggalkan makanan atau minuman jika kamu berbohong.

TRIBUNNEWS

 

Mau Bayar Fidyah untuk Ganti Puasa? Begini Caranya

Berpuasa di bulan Ramadan adalah wajib bagi umat Islam. Tetapi ada pula yang diperbolehkan tidak menjalankan kewajiban ini.

Orang yang tidak berpuasa karena suatu hal saat bulan Ramadan bisa menggantinya di lain waktu. Namun bisa pula utang puasa diganti dengan membayar fidyah.

“Orang yang berat baginya berpuasa (QS Al-Baqarah: 184) seperti karena sakit yang tidak ada harapan sembuh, terlalu tua,” kata Direktur Urusan Agama Islam Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Juraidi, kepada detikcom, Senin (21/5/2018).

Ketentuan tentang siapa yang boleh tak berpuasa ada dalam surat Al Baqarah ayat 184. Berikut kutipan terjemahan surat Al Baqarah ayat 184:

(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Direktur Dewan Pakar Pusat Studi Alquran Prof Dr M Quraish Shihab pada Juli 2015 kepada detikcom pernah menjabarkan tentang siapa saja yang boleh mengganti puasa dengan fidyah. Menurut Quraish Shihab, sahabat Nabi bernama Ibnu Abbas memasukkan wanita hamil dan menyusui dalam kategori sesuai Surat Al-Baqarah ayat 184, sebagaimana diriwayatkan oleh pakar hadis Al-Bazzar.

Tetapi ada pandangan lain, kata Quraish, bahwa dalam mazhab Hambali disebutkan bahwa wanita hamil/menyusui tak wajib membayar fidyah, tetapi mengganti puasa. Kemudian menurut mazhab Ahmad dan Syafi’i, jika wanita hamil/menyusui hanya khawatir dengan bayi yang dikandungnya/disusukannya saja maka dia harus membayar fidyah dalam saat yang sama mengganti puasanya. Sedangkan jika khawatir akan dirinya sendiri, maka ibu hamil/menyusui cukup mengganti puasa dan tidak membayar fidyah.

Bagaimana cara membayar fidyah?

Direktur Urusan Agama Islam Kemenag Juraidi menyatakan fidyah dibayarkan dalam bentuk makanan pokok. Ia merujuk pada Surat Al-Baqarah ayat 184.

“Dalam bentuk makanan pokok, ada yang membolehkan diganti dengan uang senilai makan yang bersangkutan satu hari untuk satu fidyah,” tutur Juraidi.

Pembayaran fidyah lebih utama dilakukan dalam bulan puasa sampai sebelum salat Id. Juraidi juga mengatakan pembayaran fidyah bisa dilakukan lewat lembaga yang mengelola zakat.

Diwawancarai terpisah, Deputi Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Arifin Purwakananta menjelaskan besaran pembayaran fidyah. Meski besaran fidyah bisa berbeda-beda, Baznas memberikan patokan.

“Secara fikih, dia disebutkan memberi makan kepada orang miskin selama satu hari. Ada orang yang makan sehari dua kali, ada pula yang sehari tiga kali. Sehingga Baznas menetapkan sehari itu dibayarkan ke orang miskin sebanyak Rp 50 ribu,” tutur Arifin.

Baznas dan lembaga pengelola zakat lainnya akan menyalurkan fidyah yang dibayarkan kepada fakir miskin. Menurut Arifin, Baznas memakai standar Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menentukan kategori fakir miskin.

Begini prosedur pembayaran fidyah berupa uang:

1. Menghitung jumlah hari tak puasa
2. Diniatkan untuk membayar fidyah
3. Mendatangi pengelola zakat atau ke kantor Baznas setempat
4. Menyampaikan maksud untuk membayar fidyah ke panitia zakat
5. Panitia zakat akan membaca doa sebagai tanda fidyah telah dibayarkan.

 

DETIK

Jimak setelah Makan Sahur, Kenapa Tidak?

ALLAH membolehkan kaum muslimin untuk melakukan segala yang membatalkan puasa di malam hari sampai masuk subuh. Baik makan, minum, maupun hubungan badan.

Allah berfirman:

Makan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu terbit fajar. (QS Al-Baqarah: 187)

Ayat ini menegaskan bahwa Allah memberikan izin untuk makan, minum, atau melakukan hubungan badan sampai kita benar-benar yakin, fajar telah terbit. Dan ini ditandai dengan masuknya waktu subuh.

An-Nawawi mengatakan,

“Apabila fajar terbit ada orang yang masih melakukan hubungan badan, jika dia lepas seketika maka puasanya sah. Jika tidak, puasanya batal.” (Al-Majmu Syarh Muhadzab, 7/400).

Bagaimana dengan mandinya?

Mandi junub bisa ditunda setelah masuk subuh, karena bukan syarat sah puasa, harus suci hari hadats. Dan jika dia hendak shalat subuh, dia harus mandi terlebih dahulu.

Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

 

INILAH MOZAIK

Agar Setan Terbelenggu

Dalam hadits Nabi SAW dinyatakan apabila bulan puasa tiba, maka terbuka pintu-pintu surga, tertutup pintu-pintu neraka, dan setan-setan terbelenggu,. Namun, kenyataannya masih banyak orang yang berbuat maksiat di Bulan Ramadhan, yang mana sebagian orang menganggap bahwa perbuatan maksiat itu dilakukan karena godaan setan.

Ahli tafsir Indonesia, M Quraish Shihab menjelaskan tentang makna ‘setan terbelenggu’ dalam hadis tersebut. Menurut dia, hadis tersebut dapat dipahami dalam pengertian majazi dan dapat juga secara hakiki.

Dalam pengertian majazi, menurut dia, hadits tersebut mengandung makna bahwa bulan puasa adalah bulan ibadah dan pendekatan diri kepada Allah. Di dalamnya Allah melimpahkan ganjaran yang luar biasa serta membuka pintu-pintu ampunan-Nya.

Dengan sedikit amal saja, kata dia, manusia dapat memperoleh ganjaran yang banyak untuk mengantarnya ke surga, sehingga surga dalam bulan puasa itu bagaikan selalu terbuka, sedangkan neraka karena banyaknya pengampunam Allah bagaikan tertutup.

Alumni Al Azhar Mesir ini mengatakan, karena kesadaran manusia begitu tinggi setan-setan bagaikan terbelenggu. Jika hadits tersebut dipahami secara hakiki, maka dapat dikatakan bahwa kedurhakaan muncul akibat godaan setan dan rayuan nafsu.

“Di bulan puasa, memang setan terbelenggu. tapi ada orang-orang yang hawa nafsunya tidak terkendali, mereka itulah yang melakukan kedurhakaan,” ujar Quraish seperti dikutip dalam bukunya berjudul ‘M. Quraish Shihab Menjawab-1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui’, Jumat (18/5).

Dia menambahkan, ulama-ulama telah menjelaskan bahwa ada perbedaan antara godaan setan dan rayuan nafsu. Menurut dia, setan menggoda dengan tujuan merugikan manusia atau paling tidak menjadikannya tidak beruntung.

“Karena itu, setan dapat mengubah dari saat ke saat rayuannya jika dia gagal dalam rayuan pertama. Sehingga bila dia menginginkan sesuatu, dia tidak akan mengubah dan terus mendesak hingga keinginannya tercapai,” jelas Quraish.

Displin

Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), KH Ahmad Satori Ismail menyampaikan, salah satu tujuan puasa Ramadhan untuk mendisiplinkan diri. Sebab untuk mendapatkan keutamaan puasa Ramadhan seorang Muslim harus disiplin dalam menjalankan seluruh aktivitas ibadahnya selama Ramadhan.

KH Satori mengatakan, seorang Muslim ketika berpuasa akan menjauhi segala sesuatu yang dapat membatalkan puasanya. Pikirannya akan selalu siap siaga untuk menjaga diri dari sesuatu yang dapat membatalkan puasa dan mengurangi pahala puasa.

“Ketika pikirannya selalu waspada maka akan menjadi orang yang betul-betul disiplin,” kata KH Satori kepada Republika.co.id, Jumat (18/5).

Di bulan Ramadhan semua amal dilipat gandakan, bahkan yang sunah dilaksanakan seperti melaksanakan yang wajib. Shalat berjamaah dilakukan dengan disiplin. Selain itu, shalat sunah menjadi rajin sehingga akan terbiasa melaksanakan shalat sunah meski Ramadhan telah berlalu.

Saat tiba waktu buka puasa, Muslim disarankan menyegerakan buka puasa. Sahur pun disarankan tepat waktu. Maksudnya agar setelah sahur bisa langsung mempersiapkan diri untuk melaksanakan shalat subuh. “Semua ini harus dilakukan dengan disiplin untuk mendapatkan keutamaan puasa Ramadhan,” ujarnya.

KH Satori juga menerangkan, puasa berkaitan dengan keimanan seseorang. Orang yang imannya kuat puasanya akan lebih baik kualitasnya. Oleh sebab itu di dalam Alquran dikatakan, ya ayyuhalladzina amanu kutiba ‘alaikumush shiyamu kama kutiba ‘alal ladzina min qablikum la’allakum tattaqun.

“Karena ini (puasa Ramadhan) berkaitan dengan keimanan, kalau orang imannya kuat puasanya akan semakin kuat,” ujarnya.

KH Satori juga menceritakan betapa disiplinnya Rasulullah. Menjelang tiba waktunya bulan Ramadhan, Nabi Muhammad SAW senantiasa menunggu datangnya bulan Ramadhan. Rasulullah sangat disiplin sepanjang hari termasuk saat sahur dan buka puasa.

Rasulullah sangat takut sekali waktu di bulan Ramadhan hilang meski hanya satu detik. Maka seluruh waktu dimanfaatkan oleh Rasulullah untuk ibadah kepada Allah SWT. Rasulullah pun meningkatkan sedekah dan amalnya saat bulan Ramadhan. “Tidak ada waktu kosong kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah,” kata KH Satori.

 

REPUBLIKA

Ramadhan Bulan Madrasah

Berbahagialah orang beriman yang berkesempatan kembali bertemu dengan Ramadhan. Bulan yang penuh berkah, setiap Muslim ditempa dan dididik untuk menjadi insan mulia. Segala puji bagi Allah SWT, kita sudah memasuki hari keenam dari sebulan lamanya jam pelajaran madrasah Ramadhan.

Mereka yang bersungguh-sungguh mengisi waktu Ramadhan dengan berbagai ibadah wajib dan sunah, disertai ilmunya, penuh ikhlas, akan terus naik kelas kemuliaan, meraih prestasi spiritual, dan menikmati lezatnya buah ketakwaan.

Jika direnungi lebih mendalam, ada banyak mata pelajaran penting da lam madrasah Ramadhan. Pertama, pelajaran keikhlasan. Hanya ikhlas yang membawa pada suasana hati riang gembira menjalankan ibadah jasmani yang melelahkan tersebut. Membuat ibadah yang terkesan memberatkan ini sangat ringan dan menyenangkan.

Adakah yang tahu apakah kita sedang beribadah shaum atau tidak? Ha nya kita dan Allah SWT yang mengetahuinya. Tetapi, hebatnya, dengan ju jur kita berusaha sekuat tenaga bertahan dari berbagai godaan untuk berbuka, membatalkan ibadah hingga waktunya tiba. Pelajaran kejujuran yang luar biasa. Ihsan yang nyata, keyakinan diri bahwa Allah SWT selalu bersama kita walau pancaindra ini tak sanggup mengetahuinya.

Mata pelajaran selanjutnya adalah menahan diri dari berbagai hal yang membatalkan dan menghilangkan nilai shaum. Haus dan lapar itu jangan sam pai sia-sia. Menjadi benteng dari api neraka. “Puasa itu bagaimana benteng (yang mencegah) dari api neraka, seperti benteng (perisai) yang (mencegah kalian) dari pembunuhan.” (HR Ahmad).

Shaum merupakan ibadah yang tak ada bandingannya. Sahabat Rasulullah SAW, Abu Umamah al-Bahili RA, berkata, “Saya pernah bertanya kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, suruhlah aku mengerjakan suatu perbuatan yang semoga dengan per buatan itu Allah memberikan manfaatnya kepadaku’, Rasul lalu berkata kepadanya: Kamu mesti shaum, sesungguhnya shaum itu tiada ada yang sebanding dengannya.” (HR an-Nasa’i).

Dari shaum kita belajar tentang keadilan. Adil pada diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan Allah SWT. Adil pada diri sendiri, di kala waktunya tiba berbuka, segeralah berbuka. Di kala waktunya sahur, makan dan minumlah, agar badan ini kuat hingga waktunya berbuka.

Haus dan lapar membuat kita belajar peduli kepada sesama. Lahir kesadaran bahwa ada saudara yang untuk makan malam atau sahur saja, dibuat bingung dan bersedih hati. Hidup serbakekurangan dan menjadi ke wajiban kita untuk membantu mereka.

Sikap merasa cukup dan terdorong untuk menunaikan kewajiban mem bersihkan harta. Selesai menjalankan ibadah shaum sebulan penuh, tibalah waktunya membayar zakat fitrah, infak, dan sedekah. Sungguh Ramadhan merupakan madrasah yang penuh keutamaan di dunia dan akhirat. Hanya orang beriman yang sanggup menunaikan tugas pendidikan diri yang luar biasa tersebut. Wallaahualam.

 

OLEH: Prof Mahmud

REPUBLIKA

10 Keutamaan Ramadhan Berdasarkan Hadits-Hadits Shahih

Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling istimewa. Disebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai sayyyidusy syuhur. Ini 10 keutamaan Ramadhan berdasarkan hadits-hadits shahih.

1. Bulan yang penuh barakah

Ini keutamaan Ramadhan yang pertama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mensabdakan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh barakah.

قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ

“Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah…” (HR. Ahmad)

Barakah artinya adalah ziyadatul khair; bertambahnya kebaikan. Di bulan Ramadhan, banyak kebaikan yang bertambah. Banyak kebaikan yang meningkat.

Kita lihat, Ramadhan memang penuh dengan keberkahan. Meningkatnya omset para pedagang dan pengusaha serta THR bagi karyawan dan pegawai mungkin adalah bagian dari keberkahan bulan Ramadhan. Sedangkan meningkatnya ibadah, puasa Ramadhan, shalat tarawih, semakin banyak tilawah dan sedekah adalah bagian dari keberkahan Ramadhan yang lebih besar lagi.

2. Diwajibkannya puasa

Salah satu keutamaan Ramadhan, di bulan ini umat Islam diwajibkan berpuasa. Sehingga Ramadhan juga disebut sebagai syahrush shiyam. Puasa menjadikan Ramadhan istimewa karena ia adalah rukun Islam yang tidak ada di bulan-bulan lainnya.

Lanjutan hadits di atas berbunyi:

قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ

“Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa…” (HR. Ahmad)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertaqwa” (QS. Al Baqarah: 183)

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang haq dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kalian hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa…” (QS. Al Baqarah: 185)

3. Pintu surga dibuka

Pada bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lanjutan hadits di atas:

قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ

“Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga…” (HR. Ahmad)

4. Pintu neraka ditutup

Di samping pintu-pintu surga dibuka, pada bulan Ramadhan, pintu-pintu neraka ditutup. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lanjutan hadits di atas:

قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ

“Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka…” (HR. Ahmad)

5. Syetan dibelenggu

Di antara keutamaan Ramadhan, syetan-syetan dibelenggu pada bulan ini sebagaimana Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

”Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Juga lanjutan hadits riwayat Imam Ahmad sebelumnya:

قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ

“Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta syetan-syetan dibelenggu” (HR. Ahmad)

 

6. Lailatul Qadar

Keutamaan Ramadhan yang tidak kalah luar biasa adalah lailatul qadar. Yakni malam yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan. Lailatul qadar hanya ada di salah satu malam bulan Ramadhan, tidak dijumpai di bulan-bulan lainnya.

قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

“Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta syetan-syetan dibelenggu. di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang/terjauhkan (dari kebaikan)” (HR. Ahmad)

Dengan adanya lailatul qadar ini, umat Nabi Muhammad bisa mengejar ketertinggalan waktu beramal dari umat-umat sebelumnya. Seperti diketahui, umat terdahulu usianya relatif lebih panjang. Bisa ratusan hingga seribu tahun. Dengan mendapatkan lailatul qadar, amal mereka bisa terkejar karena satu kali lailatul qadar setara dengan 83 tahun. Sepuluh kali mendapatkan lailatul qadar, bisa mengejar 833 tahun amal umat terdahulu.

7. Penghapus dosa

Ibadah dan amal-amal shalih yang dilakukan di bulan Ramadhan merupakan penghapus dosa dari Ramadhan sebelumnya hingga Ramadhan saat ini. Ini salah satu keutamaan Ramadhan, sebagaimana sabda Rasulullah:

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

“Sholat lima waktu, antara shalat Jum’at ke Shalat Jum’at dan Ramadhan ke Ramadhan penghapus dosa diantara kesuanya, jika dijauhi dosa-dosa besar” (HR. Muslim)

8. Penghapus dosa yang telah lalu

Bukan hanya penghapus dosa antara Ramadhan satu ke Ramadhan berikutnya, bahkan salah satu keutamaan Ramadhan adalah menghapus dosa-dosa yang telah lalu. Ini diperoleh jika melakukan puasa Ramadhan dengan dilandasi iman dan mengharap perhitungan pahala dari Allah semata.

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (Muttafaq ‘Alaih)

9. Waktu dikabulkannya doa

Berbeda dengan bulan lainnya, pada bulan Ramadhan banyak waktu mustajabah untuk berdoa. Di antaranya adalah waktu menjelang berbuka. Bahkan sepanjang waktu puasa mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari adalah waktu yang mustajabah untuk berdoa. Berdoa di waktu puasa Ramadhan ini lebih dikabulkan Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Tiga orang yang doanya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang dizholimi” (HR. Tirmidzi; hasan)

10. Pembebasan dari neraka

Salah satu keutamaan Ramadhan adalah setiap harinya Allah membebaskan hambaNya dari neraka. Mereka yang hampir saja masuk neraka, dengan kemurahan Allah di bulan Ramadhan, mereka diampuni oleh Allah dan dibebaskan dari neraka. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ

”Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.” (HR. Al Bazaar dengan para perawi yang tsiqah)

Demikian 10 Keutamaan Ramadhan yang luar biasa dan semestinya kita syukuri. Sebab umat sebelum Nabi Muhammad tidak mendapatkan keutamaan-keutamaan ini. Dan semoga keutamaan-keutamaan ini memacu kita untuk lebih giat beribadah dan melakukan amal shalih di bulan Ramadhan ini. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

 

BERSAMA DAKWAH

10 Hal yang Membuat Puasa Sia-Sia

Puasa memiliki banyak keutamaan sebagaimana telah dijelaskan dalam Keutamaan Puasa. Namun, ada 10 hal yang membuat puasa sia-sia. Jangankan keutamaan besar seperti diampuninya dosa yang telah lalu, pahala pun nggak dapat.

1. Tidak Ikhlas

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan tentang banyaknya orang yang puasanya sia-sia:

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa baginya kecuali rasa lapar” (HR. An-Nasai dan Ibnu Majah)

Siapa saja mereka? Yang pertama adalah orang yang mengerjakan puasa namun tidak ikhlas, tidak karena Allah.

Ibadah hanya akan diterima Allah jika ikhlas. Demikian pula puasa. Termasuk keutamaannya, hanya bisa didapatkan kalau didasari iman dan hanya mengharap balasan dari Allah.

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (Muttafaq ‘Alaih)

2. Berkata Keji

Orang yang berkata keji alias rafats, yang secara mudahnya berarti pornografi, puasanya juga bisa sia-sia.

الصِّيَامُ جُنَّةٌ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى صَائِمٌ

Puasa adalah perisai, maka barang siapa sedang berpuasa janganlah berkata keji dan mengumpat, jika seseorang mencela atau mengajaknya bertengkar hendaklah dia mengatakan: aku sedang berpuasa. (Muttafaq ’alaih)

3. Mengumpat dan marah

Sebagaimana hadits di atas, mengumpat juga membuat pahala puasa berkurang bahkan hilang sama sekali. Ia juga bisa membuat puasa menjadi sia-sia.

Demikian pula marah, ia juga bisa membuat puasa menjadi sia-sia. Mengumpat dan marah adalah setali tiga uang.

4. Mencela dan mengajak bertengkar

Jika ada orang yang mencela atau mengajak berkelahi, Rasulullah menuntunkan agar orang yang berpuasa menahan diri. Cukup menjawab bahwa dirinya sedang berpuasa: innii shooim.

Jika ada yang mengajak berkelahi saja kita disuruh menahan diri, bagaimana jika kita yang mencela dan mengajak bertengkar? Pahala puasa bisa melayang. Bahkan puasa menjadi sia-sia.

5. Ghibah

Ghibah alias membicarakan keburukan orang lain juga bisa membuat puasa sia-sia. Ia sejenis dengan berkata keji, mengumpat dan mencela, yakni sama-sama penyakit lisan.

Bahkan ghibah diibaratkan memakan daging saudara sendiri yang telah meninggal. Dan di neraka, siksa untuk orang suka ghibah juga seperti firman Allah ini:

وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al Hujurat: 12)

6. Berdusta

Berbohong atau berdusta secara tegas disebutkan oleh Rasulullah sebagai penyebab puasa sia-sia. Allah tidak membutuhkan kepada puasa orang yang berdusta.

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan palsu dan pengamalannya, maka Allah tidak mempunyai keperluan untuk meninggalkan makanan dan minumannya” (HR. Bukhari)

7. Kesaksian palsu

Memberikan kesaksian palu juga merusak pahala puasa dan menjadikan puasa sia-sia. Ia merupakan bentuk lain dari kebohongan bahkan lebih parah dari sekedar berdusta biasa.

8. Fitnah

Membicarakan keburukan orang lain yang benar-benar terjadi tanpa kehadiran orang tersebut dan jika ia mengetahuinya orang tersebut tidak suka, itu namanya ghibah.

Sedangkan yang lebih besar dosanya dari itu adalah fitnah. Yakni jika seseorang mengatakan keburukan orang lain padahal orang itu tidak melakukannya. Ini juga membuat puasa sia-sia.

9. Korupsi

Jika berdusta, kesaksian palsu dan fitnah adalah kebohongan lisan, maka korupsi termasuk yang disebutkan Rasulullah dalam hadits di atas; wal ‘amala bihi. Korupsi, selain merupakan dosa besar, juga menyebabkan puasa menjadi sia-sia.

10. Maksiat lainnya

Seluruh kemaksiatan bisa menjadi penyebab puasa sia-sia. Karenanya kita perlu waspada dan bermujahadah agar diri kita terhindar dari segala bentuk kemaksiatan yang sebenarnya harus kita jauhi tidak hanya di bulan Ramadhan tapi juga di sepanjang waktu. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

 

BERSAMA DAKWAH

Masak saat Puasa, Bolehkah Dicicipi?

ADA sejumlah persoalan yang sering menjadi perselisihan di antara kaum muslimin seputar pembatal-pembatal puasa.

Di antaranya memang ada yang menjadi permasalahan yang diperselisihkan di antara para ulama, namun ada pula hanya sekedar anggapan yang berlebih-lebihan dan tidak dibangun di atas dalil.

Melalui tulisan ini akan dikupas beberapa permasalahan yang oleh sebagian umat dianggap sebagai pembatal puasa namun sesungguhnya tidak demikian. Keterangan-keterangan yang dibawakan nantinya sebagian besar diambilkan dari kitab Fatawa Ramadhan -cetakan pertama dari penerbit Adhwaa As-salaf- yang berisi kumpulan fatwa para ulama seperti Asy-Syaikh Ibnu Baz, Asy-Syaikh Al-Utsaimin, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan, dan lain-lain rahimahumullahu ajmain.

Mencicipi masakan tidaklah membatalkan puasa, dengan menjaga jangan sampai ada yang masuk ke kerongkongan. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Abbas radiyallahu anhu dalam sebuah atsar:

“Tidak apa-apa bagi seseorang untuk mencicipi cuka dan lainnya yang dia akan membelinya.” (Atsar ini dihasankan As-Syaikh Al-Albani rahimahullah di Al-Irwa no. 937)

Demikian beberapa hal yang bisa kami ringkaskan dari penjelasan para ulama. Yang paling penting bagi setiap muslim, adalah meyakini bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentu telah menjelaskan seluruh hukum-hukum yang ada dalam syariat Islam ini.

Maka, kita tidak boleh menentukan sesuatu itu membatalkan puasa atau tidak dengan perasaan semata. Bahkan harus mengembalikannya kepada dalil dari Al Qur`an dan As Sunnah dan penjelasan para ulama. Wallahu alam bish-shawab. [Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc]

INILAH MOZAIK

Hukum Suntik, Obat Tetes Mata dan Hidung saat Puasa

ADA sejumlah persoalan yang sering menjadi perselisihan di antara kaum muslimin seputar pembatal-pembatal puasa.

Di antaranya memang ada yang menjadi permasalahan yang diperselisihkan di antara para ulama, namun ada pula hanya sekedar anggapan yang berlebih-lebihan dan tidak dibangun di atas dalil.

Melalui tulisan ini akan dikupas beberapa permasalahan yang oleh sebagian umat dianggap sebagai pembatal puasa namun sesungguhnya tidak demikian. Keterangan-keterangan yang dibawakan nantinya sebagian besar diambilkan dari kitab Fatawa Ramadhan -cetakan pertama dari penerbit Adhwaa As-salaf- yang berisi kumpulan fatwa para ulama seperti Asy-Syaikh Ibnu Baz, Asy-Syaikh Al-Utsaimin, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan, dan lain-lain rahimahumullahu ajmain.

Keluar darah bukan karena keinginannya seperti luka atau karena keinginannya namun dalam jumlah yang sedikit tidaklah membatalkan puasa. Berkata Asy-Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah dalam beberapa fatwanya:

a. “Keluarnya darah di gigi tidaklah mempengaruhi puasa selama menjaga agar darahnya tidak ditelan”.

b. “Pengetesan darah tidaklah mengapa bagi orang yang berpuasa yaitu pengambilan darah untuk diperiksa jenis golongan darahnya dan dilakukan karena keinginannya maka tidak apa-apa”.

c. “Pengambilan darah dalam jumlah yang banyak apabila berakibat dengan akibat yang sama dengan melakukan berbekam, seperti menyebabkan lemahnya badan dan membutuhkan zat makanan, maka hukumnya sama dengan berbekam (yaitu batal puasanya)” (Fatawa Ramadhan, 2/460-466).

Maka orang yang keluar darahnya akibat luka di giginya baik karena dicabut atau karena terluka giginya tidaklah batal puasanya. Namun dia tidak boleh menelan darah yang keluar itu dengan sengaja.

Begitu pula orang yang dikeluarkan sedikit darahnya untuk diperiksa golongan darahnya tidaklah batal puasanya. Kecuali bila darah yang dikeluarkan dalam jumlah yang banyak sehingga membuat badannya lemah, maka hal tersebut membatalkan puasa sebagaimana orang yang berbekam (yaitu mengeluarkan darah dengan cara tertentu dalam rangka pengobatan).

Meskipun terjadi perbedaan pendapat yang cukup kuat dalam masalah ini, namun yang menenangkan tentunya adalah keluar dari perbedaan pendapat. Maka bagi orang yang ingin melakukan donor darah, sebaiknya dilakukan di malam hari, karena pada umumnya darah yang dikeluarkan jumlahnya besar. Kecuali dalam keadaan yang sangat dibutuhkan, maka dia boleh melakukannya di siang hari dan yang lebih hati-hati adalah agar dia mengganti puasanya di luar bulan Ramadhan.

Selain itu, pengobatan yang dilakukan melalui suntik, tidaklah membatalkan puasa, karena obat suntik tidak tergolong makanan atau minuman. Berbeda halnya dengan infus, maka hal itu membatalkan puasa karena dia berfungsi sebagai zat makanan.

Begitu pula pengobatan melalui tetes mata atau telinga tidaklah membatalkan puasa kecuali bila dia yakin bahwa obat tersebut mengalir ke kerongkongan. Terdapat perbedaan pendapat apakah mata dan telinga merupakan saluran ke kerongkongan sebagaimana mulut dan hidung, ataukah bukan.

Namun wallahu alam yang benar adalah bahwa keduanya bukanlah saluran yang akan mengalirkan obat ke kerongkongan. Maka obat yang diteteskan melalui mata atau telinga tidaklah membatalkan puasa. Meskipun bagi yang merasakan masuknya obat ke kerongkongan tidak mengapa baginya untuk mengganti puasanya agar keluar dari perselisihan. (Fatawa Ramadhan, 2/510-511)

[Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc]

 

INILAH MOZAIK