Rina Buka Suara Mengapa Lepas Hijabnya

Keputusan artis Rina Nose untuk menanggalkan hijabnya memang mengejutkan. Rina mengaku bahwa hal itu bukanlah sebuah keputusan yang mudah.  Melepas hijab katanya pun dengan pertimbangan dan pergelutan batin yang panjang.

Sekitar enam atau tujuh bulan yang lalu dirinya mengalami pergulatan batin dan akhirnya keinginan untuk melepas hijabnya itu sekitar lima bulanan lalu.

“Setelah mencari berbagai macam ilmu, bukan hanya ilmu agama saja. Aku baca ilmu falsafat , dan menemukan keyakinan dengan Tuhan yang menciptakan aku, akhirnya aku memilih jalan ini,” kata pembawa acara dangdut di Jakarta Barat, Sabtu (11/11/2017)

Rina meminta kepada siapapun untuk menghargai keputusannya. “Jadi keputusan semua ini berdasar dialog antara aku dengan Tuhan. Pokoknya kalau alasan mah, sudah saya saja yang tahu. Sebenarnya semuanya ada di hati, Tuhan itu maha penyayang, maha baik. Jadi apapun keputusan saya, saya yakin beliau yang lebih tahu.” kata Rina Nose.

Keputusan melepas hijab murni dari dirinya bukan karena desakan pihak lain, dan juga bukan dikarenakan ada masalah pelik yang sedang menimpanya.

“Ini murni keputusan pribadi, bukan karena ada masalah di rumah atau apa. Saya tekankan di sini saya tidak memiliki masalah apapun. Ini murni keputusan pribadi, bukan karena ada masalah di rumah atau apa. Saya tekankan di sini saya tidak memiliki masalah apapun,” kata Rina seperti dilansir Bintang.

 

BERSAMA DAKWAH

Curhat Rina Nose: Aku Putuskan Berhijab Setelah Lihat Ceramah Zakir Naik

Hidayah memang mutlak milik Allah. Namun sebagai manusia, kita harus berupaya untuk menjemputnya. Tidak duduk tinggal diam sembari menyalahkan keadaan. Hal itu pula yang dilakukan oleh artis yang juga presenter acara variety show, Rina Nose.

Rina yang terkenal dengan humor segarnya dan pandai menyanyi itu mencurahkan proses hijabnya kepada sebuah stasiun televisi swasta nasional. Ia mulai menjalankan kewajiban berhijab sebagai seorang muslimah 11 September 2016 lalu, berikut kisah lengkapnya:

***

Mulainya itu tanggal 11 September kemarin, mulai pertama. Tapi kalau rencana persiapannya sih sebulan sebelumnya. Karena kerjaan aku kan menyangkut banyak orang, jadi mulai dari acara bajunya, acaranya. Takutnya pas udah disusun jadwalnya takutnya mereka kaget (aku berhijab). Aku kasih tahu jauh-jauh hari sebelumnya. Ini sempat dua kali pengunduran (untuk berhijab) karena harus menyesuaikan ke orang di sekelilingku dulu.

Jadi, aku bilang pokoknya pas tanggal segini aku akan pakai (hijab). Dan akhirnya sekarang sudah

Sebetulnya keinginan ini sudah datang dua atau tiga tahun lalu. Bahkan semenjak kuliah ada keinginan, tiba-tiba ada (keinginan), tiba-tiba nggak ada lagi. Jadi kalau ngomong soal hidayah, hidayah itu datang berkali-kali kepadaku. Aku dengan arogannya menolak hidayah itu. Kembali ke diri sendiri. Sebetulnya aku sudah dipilih untuk mendapatkan hidayah tapi aku menolak itu. Aku mencari banyak pertanyaan-pertanyaan itu. Kenapa harus pakai hijab? Kenapa perempuan diwajibkan untuk berhijab? Aku cari-cari tahu, aku lihat-lihat video ceramah terutama dari Doktor Zakir Naik. Terus dari buku-buku filsafatnya aku baca bahkan dari buku sejarah Tuhan. Wah, itu menarik sekali semua. Jadi yang aku pelajari tentang Islamnya, bukan tentang hijabnya dulu.

Sukses Karir Tapi Terasa Hampa

Yang paling utama itu setelah aku pulang kerja, capek banget. Sampai di rumah aku mikir seseuatu, sebenarnya yang kukejar apa sih? Mau duit? Mau ganti mobil baru? Pengin punya rumah baru? Pengin punya ini itu, terus buat apa? Ya udah akhirnya aku mencari tahu apa tujuan Allah menciptakan manusia di dunia ini. Kenapa kalau memang Tuhan menciptakan manusia untuk beribadah? Kenapa diciptakan perasaan iri dan dengki? Kenapa diciptakan rasa marah seperti ini? Kok nyusahin sih?

Perasaan itu semua berkecamuk. Akhirnya aku cari tahu semua. Makanya aku baca buku-buku agama dan filsafat. Akhirnya aku menemukan jawaban bahwa memang kita dilahirkan nggak lain untuk beribadah sama Allah.

Bersyukur Terpilih Meski Ada Ketakutan

Berhijab termasuk ketakutan awalnya. Mau pakai hijab tapi Jakarta panas. Kembali aku berpikir, kalau berpikiran seperti itu terus nggak akan pakai-pakai hijab. Ntar ada aja lagi alasannya. Setelah pakai, terutama hati dulu, setelah ikhlas dan menjalaninya dengan hati, ternyata nggak gimana-gimana (ketakutan sebelumnya). Panas ya tapi ya sudah biasa aja gitu. Perasaan nggak ada apa-apa gitu, ntar kalau wudhu ribet lagi, eh nggak, udah jalan biasa saja begitu.

Aku bersyukur, karena aku merasa menjadi orang yang dipilih (Allah). Baik banget lho Allah. Aku berpikir, oh ya ya, kemarin kemana aja?. Kalau pertolongan Allah datang tidak akan ada yang bisa menghalangi. Ya mungkin ini salah satu pertolongan Allah.

 

BERSAMA DAKWAH