Roja’ bin Haiwah, Ulama’ Terkemuka di Syam

“Sesungguhnya di Kindah terdapat tiga lelaki, karena merekalah Allah menurunkan hujan. Dan karena mereka pula, Allah menangkan kaum muslimin atas musuh mereka. Salah satu dari mereka adalah Roja’ bin Haiwah” ( Maslamah bin Abdul Malik )

Pada masa tabi’in terdapat tiga lelaki yang tak ada seorangpun yang menandingi mereka karena ilmu dan ketakwaan mereka. Ketiganya adalah Muhammad bin Siirin dari Iraq. Al Qoshim bin Muhammad bin Abi Bakr dari bumi Hijaz. Dan yang terakhir Roja’ bin Haiwah dari bumi Syam.

Roja’ lahir di Palestina. Saat itu kaum muslimin sedang dipimpin oleh Usman bin Affan. Ia berasal dari kabilah Kindah. Seolah ia adalah lelaki berkebangsaan palestina, namun berasal dari Arab, dan dididik dari kabilah Kindah.

Sejak kecil ia tumbuh menjadi pemuda yang taat kepada Allah. Allah mencintainya dan menjadikan para mahluk juga cinta padanya. Ia juga telah pergi menuntut ilmu sejak belia, berharap dapat menguasai al Qur’an dan Hadits.

Ia memiliki syiar hidup yang sangat indah, yang isinya,
“Betapa indahnya islam jika diiringi dengan iman
Betapa indahnya iman jika diiringi ketakwaan
Betapa indahnya takwa jika diiringi ilmu
Betapa indahnya ilmu jika diiringi amal
Betapa indahnya amal jika diiringi kelemah lembutan”

Roja’ merupakan mentri dari para Khalifah Umayyah. Yaitu dari masa Abdul Malik bin Marwan sampai masa Umar bin Abdul Aziz. Ia begitu dekat dengan para khalifah karena kejujurannya, keikhlasan serta kepandaiannya

Ia berkisah, “Suatu hari aku bersama Sulaiman bin Abdul Malik dan beberapa orang bersama kami. Tiba tiba seorang lelaki mendekatiku. Penampilannya sungguh menarik dan elok dipandang. Lalu ia berkata,
“Wahai Roja’, engkau di uji dengan lelaki ini,” sambil menunjuk kepada Kholifah.

“Berdekatan dengannya terdapat kebaikan juga keburukan,”tambahnya.
Ia kembali menasehatiku, “Jadikanlah kedekatanmu dengan kholifah kebaikan bagimu, bagi kholifah juga bagi kaum muslimin. Ketahuilah wahai Roja’ barang siapa yang memiliki kedudukan dalam sebuah kekuasaan, lalu ia membantu yang lemah, maka ia akan bertemu dengan Allah mudahkan hisabnya. Ketahuilah wahai Roja’ barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Dan amal yang paling di cintai Allah adalah membahagiakan saudaranya muslim.”

Ketika aku merenungi perkataannya, kholifah memanggilku. Ia menanyaiku tentang sesuatu, lalu aku pun menjawabnya. Namun ketika aku menoleh ke lelaki tersebut ia telah menghilang. Aku terus mencarinya namun tak jua mendapatinya.

Dikisahkan ada seorang lelaki yang tidak menyukai kekuasaan Dinasti Umayyah. Mengetahui hal tersebut Kholifah Abdul Malik bin Marwan berusaha menangkapnya, lalu ia akan di hukum mati. Tidak lama setelah itu kholifah berhasil menangkapnya. Namun Roja’ berkata,

“Wahai amirul mukminin, sesungguhnya Allah telah memberikan apa yang engkau cintai berupa kekuasaan, maka berikan apa yang di cintai Allah berupa sifat pemaaf.”

Maka hati khalifah menjadi tenang dan memaafkan lelaki tersebut.
Roja’ sangat dekat dengan khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Ia adalah penasehat terpercaya bagi khalifah. Bahkan ketika sang khalifah mendekati ajalnya, ia meminta pendapat Roja’ mengenai penggantinya. Maka Roja’ pun memilih Umar bin Abdul Aziz karna ketakwaan dan ilmunya. Khalifah juga memilih Roja’ untuk membawa surat wasiat khalifah. Sampai akhirnya di bacakan dihadapan kaum muslimin.
Sungguh mulia khalifah kaum muslimin, Sulaiman bin Abdul Malik
Ia telah melaksanakan tanggung jawabnya dengan memilih seorang lelaki sholih sebagai penggantinya.

Sungguh mulia penasehat para khalifah, Roja’ bin Haiwah
Ia telah menasehati karena Allah dengan sebaik baik nasehat demi kepentingan kaum muslimin.

Semoga Allah menerima amal sekelompok manusia sholih dan memberi mereka sebaik-baik balasan.

Disarikan dari kitab Suwar min Hayatit Tabi’in

 

Oleh: Renny Istiqomah

sumber: Bumi Syam