Menyaksikan Detik-Detik Kehancuran Zionis-Yahudi

Secara ringkas, Barat sepakat mendukung siasat palsu Yahudi untuk mendirikan negaranya di Tanah Palestina

Oleh: Qosim Nurseha Dzulhadi

ORANG yang beriman dari kalangan nabi Musa sejak dahulu diminta oleh Allah untuk masuk ke Tanah Suci (al-Ardh al-Muqaddasah): Baitul Maqdis, Palestina (QS Surat Al-Maidah [5]:21).

يٰقَوْمِ ادْخُلُوا الْاَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِيْ كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوْا عَلٰٓى اَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوْا خٰسِرِيْنَ

“Wahai kaumku! Masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi orang yang rugi.” (QS: Al-Maidah : 21)

Ini menegaskan bahwa Tanah Suci yang kita kenal dengan Palestina itu bukan milik Yahudi. Sebaliknya, ia milik kaum beriman.

Maka, dalam Al-Quran Sural a-Maidah [5]:21 sejatinya bukan dalil yang menguatkan klaim kaum Yahudi atas kepemilikan Baitul Maqdis.

Dalam ayat yang lain Allah menegaskan bahwa Dia telah mengambil sumpah setia dan ikatan teguh dari kaum nabi Musa untuk beriman kepada Nabi Muhammad ketika beliau diutus (al-mītsāq) (QS:3:81).

Ini menjadi dalil kuat bahwa Risālah kenabian akan pindah dari Yahudi ke tangan kaum Arab, asal nenek-moyang Nabi Muhammad ﷺ.

Adapun klaim Yahudi bahwa Palestina adalah tanah yang dijanjikan (the promised land) untuk mereka adalah klaim dusta. Tidak berdasar sama sekali.

Klaim palsu mereka ini hanya digunakan sebagai alasan untuk menjajah dan merebut tanah Palestina. Dalam bahasa Roger Garaudy, ini adalah klaim bid‘ah. Karena Yahudi menjadikan teks agama sebagai landasan kepentingan politikpolitik.

Di antara klaim dusta itu adalah yang disampaikan oleh Golda Meir (1898-1978) pada 1969:

“Palestina adalah tanah tanpa tuan. Dia untuk tuan tanpa tanah” (Yahudi). Dengan dasar Kitab Kejadian (15: 18-19), mereka mengklaim bahwa Palestina adalah tanah yang dijanjikan oleh Allah untuk mereka. (Roger Garaudy, al-Asāthīr al-Mu’assisah li al-Siyāsah al-Isrā’īliyyah, terj. Muhammad Hisyām (Kairo: Dār al-Syurūq, cet. IV, 1422 H/2002 M), 223).

Secara ringkas, Barat sepakat mendukung siasat palsu Yahudi untuk mendirikan negaranya di Tanah Palestina. Maka, kembalilah kaum Yahudi ke tanah Palestina berbondong-bondong.

Dan pada 1948 terjadilah apa yang kemudian dikenal dengan ‘Nakba’ pertama. Yaitu, pengusiran besar-besaran kaum Muslimin dari tanah air mereka. Barat diam. Negara Arab tak mampu melawan. Meskipun mereka merespon dengan perang. Negara-negara Arab dibuat ‘KO’ oleh Yahudi.

Bayangkan, tiga kali perang antara negara-negara Arab dengan  Yahudi dimenangkan oleh Yahudi. Tahun 1948, 1956 dan 1967.

Lebih menyakitkan, kekalahan negara Arab tahun 1956 lebih menyakitkan dari perang 1948. Dan kekalahan tahun 1967 lebih menyakitkan dari kekalahan tahun 1956.

Sebab kekalahannya hanya satu: negara-negara Arab saat itu sudah kehilangan ruh Islam. (Syekh Muhammad al-Ghazālī, al-Yahūd al-Mu‘tadūn wa Dawlatuhum Isrā’īl, ed. Muhammad ‘Alī Dawlah (Damaskus: Dār al-Qalam, cet. III, 1440 H/2019 M), 19).

Maka, penting dicatat bahwa rahasia kemenangan Yahudi dalam perang tiga itu adalah ‘agama’ (keyakinan). Karena hanya dengan agama ghirah kebangkitan dalam melawan kemustahilan bisa dimaksimalkan.

Inilah yang dilupakan oleh negara-negara Arab itu. Apakah saat ini ruh agama belum kembali ke tempatnya?

Hemat penulis, sudah kembali. Tapi, belum sempurna. Buktinya, al-Quds belum kembali.

Dalilnya, Baitul Maqdis masih dijajah. Yahudi merasa kembali ke tanah yang dijanjikan Ilahi. Meskipun ini klaim palsu. Tapi intinya mereka kembali.

Kembali untuk Musnah

Tentang klaim kembalinya Yahudi ke Palestina, menarik untuk menghayati pernyataan Syekh Muhammad al-Ghazālī berikut,

إنهم سيعودون فعلا، ولكن ليفنوا لا ليحيوا، ولتنتهي رسالتهم فى هذه الدنيا لا لتتجد

“Ya, memang Yahudi akan kembali ke Palestina. Tetapi, mereka kembali untuk musnah (hancur) bukan untuk hidup. Mereka kembali untuk mengakhiri peran mereka di dunia ini, bukan kembali untuk eksis kembali.”

Maka, di dalam sebuah hadits shahih Rasulullah ﷺ menyatakan bahwa akan terjadi perang hebat antara umat Islam dengan Yahudi. Dan umat Islam akan membunuh mereka.

Bahkan, meskipun mereka sembunyi di balik sebuah batu, maka batu itu akan berkata: “Hai Muslim, ini Yahudi sedang sembunyi, ayo ke sini dan bunuh dia.” (HR. al-Bukhārī dan Muslim).

Ya, sekali lagi, memamg Yahudi akan berkumpul setelah mereka bercerai-berai. Namun kembalinya mereka ke Palestina hanya untuk merealisasikan firman Allah yang berbunyi:

وَاِذۡ تَاَذَّنَ رَبُّكَ لَيَبۡعَثَنَّ عَلَيۡهِمۡ اِلٰى يَوۡمِ الۡقِيٰمَةِ مَنۡ يَّسُوۡمُهُمۡ سُوۡٓءَ الۡعَذَابِ‌ ؕ اِنَّ رَبَّكَ لَسَرِيۡعُ الۡعِقَابِ ‌ ‌ۖۚ وَاِنَّهٗ لَـغَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa sungguh, Dia akan mengirim orang-orang yang akan menimpakan azab yang seburuk-buruknya kepada mereka (orang Yahudi) sampai hari Kiamat. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS: al-A’raf [7]: 167).

Namun harus segera dicatat bahwa takdir Allah yang berlaku terhadap Yahudi itu bukan oleh orang Arab karena  mereka Arab. Tetapi, mereka akan dihancurkan oleh Arab setelah mereka kembali kepada (pandangan alam) Islam, secara lahir dan batin.

Itulah mengapa panggilan ketika perang bunyinya: “Hai Muslim!” Sini, ini ada Yahudi, bunuh dia!” Syekh Muhammad al-Ghazālī, al-Yahūd al-Mu‘tadūn, 108-109).

Maka, marilah kembali kepada Islam: lahir dan batin.  Hal ini agar umat Islam memahami dengan baik siapa dirinya dan siapa musuhnya sampai akhir masa.

Sehingga mereka harus senantiasa menyusun strategi dan menyiapkan kekuatan semaksimal mungkin. Karena hanya dengan melakukan persiapan dan memaksimalkan kesiapan musuh Allah dan musuh umat menjadi gentar (QS:25:60).

Dan ingat-ingatlah pesan Syekh Muhammad al-Ghazālī bahwa Yahudi memang kembali ke Palestina. Tapi, kembali untuk mati, bukan untuk hidup.

Mereka kembali untuk musnah, bukan untuk eksis. Bukankah para Mujahidin di Gaza sudah buktikan itu di hadapan mata kita?*/Medan, 6 Januari 2024

Dosen dan Guru di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah dan Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan

HIDAYATULLAH

Mereka Diubah Menjadi Kera Yang Hina

Ada faidah menarik mengenai kisah Bani Israil yang berbuat hiilah (mengakali ajaran agama) terkait larangan mengambil ikan di hari Sabtu. Kisah ini disebutkan dalam Al Qur’an:

وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لَا يَسْبِتُونَ لَا تَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ

Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik” (QS. Al A’raf: 163).

Namun mereka melanggar larangan ini dengan membuat hiilah (tipu daya). Yaitu dengan memasang jaring di hari Jum’at dan mengangkatnya di hari Ahad dalam keadaan penuh dengan ikan-ikan. Yang dengan ini, sebenarnya mereka telah melanggar larangan Allah. Maka Allah ta’ala befirman:

فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ

“Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: “Jadilah kamu kera yang hina” (QS. Al A’raf: 166).

Allah ta’ala juga berfirman:

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ

Dan engkau telah mengetahui tentang orang-orang dari kalian yang melanggar batasan Allah pada hari Sabtu, maka kami katakan para mereka: ‘jadilah kalian kera-kera yang hina’” (QS. Al Baqarah: 65).

Dijelaskan oleh Ibnu Abbas radhiallahu’anhu bahwa sebagian mereka juga dijadikan babi. Beliau mengatakan:

فجعل [ الله ] منهم القردة والخنازير . فزعم أن شباب القوم صاروا قردة والمشيخة صاروا خنازير

“Allah ta’ala menjadikan mereka sebagai kera dan babi. Disebutkan bahwa yang masih muda dari kaum tersebut dijadikan kera, dan yang sudah tua dijadikan babi” (Tafsir Ibnu Katsir).

Dan diubahnya kaum tersebut menjadi babi dan kera, ini terjadi kepada laki-laki maupun wanitanya. Qatadah rahimahullah mengatakan:

فصار القوم قرودا تعاوى لها أذناب بعد ما كانوا رجالا ونساء

“Mereka menjadi kera-kera yang suka melolong, dan mereka punya ekor. Padahal sebelumnya mereka manusia lelaki dan wanita” (Tafsir Ibnu Katsir).

Dan kata “khasi’in” sebagian salaf menafsirkan: ukuran mereka kecil. Disebutkan riwayat dari Mujahid rahimahullah:

عن مجاهد في قوله: (كونوا قردة خاسئين) قال: صاغرين

“Dari Mujahid, ketika menafsirkan [jadilah kalian kera-kera yang khasi’in], ia berkata: maksudnya mereka berukuran kecil” (Tafsir Ath Thabari).

Sebagian salaf mengatakan, mereka dijadikan kera betulan dan hidup selama 3 hari. Sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Al Baghawi:

قال قتادة : صار الشبان قردة والشيوخ خنازير فمكثوا ثلاثة أيام ثم هلكوا ولم يمكث مسخ فوق ثلاثة أيام ولم يتوالدوا

“Qatadah berkata: mereka dijadikan kera-kera muda dan babi-babi tua, kemudian mereka tetap hidup selama 3 hari lalu dibinasakan, tidak ada yang bertahan lebih dari 3 hari, dan mereka tidak ber-reproduksi”.

Wal ‘iyyadzubillah. Semoga menjadi pelajaran bagi kita semua agar tidak meniru kelakuan mereka, yaitu suka mengakali ajaran agama demi mencari dunia.
Semoga Allah memberi taufik.

Penulis: Yulian Purnama

Artikel Muslimah or.id

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/13183-mereka-diubah-menjadi-kera-yang-hina.html

Al-Aqsa Menangis Lagi !!!

Jumat pagi, 14 Juli 2017, selepas shalat Subuh, suasana halaman Masjidil Aqsa dikejutkan dengan tembakan bertubi-tubi yang dikeluarkan oleh aparat keamanan Zionis Israel. Suara itu berasal dari tembakan polisi Zionis Israel ke arah pemuda-pemuda Palestina yang tengah membela kiblat pertama umat Islam. Terlihat ketiga pemuda Palestina, Muhammad Ahmad Jabbaren (29 tahun), Muhammad Hamed Jabbaren (19), dan Muhammad Ahmad Mufadhal Jabbaren (19), bersimbah darah dan sudah bernyawa lagi.

Tembakan aparat keamanan Zionis Israel ini, dilakukan karena ketiga pemuda Palestina berupaya menyerang mereka dengan pisau. Dua polisi Israel pun berjatuhan setelah ditusuk oleh ketiga pemuda tersebut. Dua polisi Israel dikabarkan meninggal dunia akibat tusukan tersebut. Hari berikutnya, Sabtu 15 Juli, dikabarkan polisi Israel ketiga dikabarkan meninggal dunia juga akibat tusukan pemuda Palestina itu.  Jadi pas, tiga lawan tiga.

Untuk mengantipasi kejadian yang lebih buruk lagi, pihak pemerintah Zionis Israel menutup kiblat pertama umat Islam itu dari jamaah shalat Jumat. Bahkan azan pun dilarang dikumandangkan dari masjid suci itu. Sesuai rencana pemerintah Zionis Israel, penutupan ini akan dilanjutkan hingga Ahad depan (23/7). Tindakan Israel ini merupakan tindakan yang paling brutal selama setengah abad ini, sejak tahun 1969 lalu.

Reaksi dunia internasional

Saat tulisan ini ditulis, penulis belum mendengar pernyataan dari pemimpin dunia Islam manapun menanggapi atas kejadian di atas. Namun yang mengejutkan adalah pernyataan Presiden Palestina Mahmud Abbas yang mengecam aksi para pemuda Palestina itu. “Saya menentang segala bentuk kekerasan di tempat ibadah, termasuk aksi penyerangan kepada polisi Israel,” jelas Abbas. Tak satupun pemimpin dunia Islam mengecam aksi penutupan Masjidil Aqsha ini. Diam membisu. Termasuk dari Indonesia.

Strategi Israel perluas tanah jajahan dan kekuasaannya

Dalam sepak terjangnya di tanah jajahan Palestina, Israel selalu menjadikan isu-isu keamanan sebagai langkah untuk menguasai atau menerapkan strateginya dalam memperluas tanah jajahannya. Dalam catatan penulis ada beberapa peristiwa keamanan yang mereka jadikan alasan untuk memperluas wilayah jajahan dan kekuasaannya. Diantarannya adalah sebagai berikut:

Peristiwa pembantaian Masjid Ibrahimi. Pagi itu, Jumat 25 Pebruari 1994, terjadi pembantaian sadis di dalam masjid Ibrahimi di Kota Hebron, selatan Tepi Barat, tempat lahirnya Nabi Ibrahim alaihis salam. 29 orang jamaah shalat gugur dan 15 lainnya luka-luka. Akibat peristiwa itu, masjid umat Islam dibagi dua, satu untuk Yahudi dan bagian kecil lagi untuk umat Islam. Masuk ke masjid pun harus melalui syarat-syarat tertentu dan waktunya pun dibatasi.

Kuburan Rahel atau Masjid Bilal bin Robah. Rahel adalah nama ibu Nabi Yusuf alaihis salam, istri dari Nabi Yaqub alaihis salam. Dalam perjalanan Nabi Yaqub ke kota Betlehem, Rahel meninggal dunia. Untuk mengenang istrinya itu, Nabi Yaqub membangun semacam monumen mengenang istrinya. Saat itu tempat itu dikenal dengan nama kuburan Rahel.

Pada masa kejayaan Islam, tempat itu diganti dengan masjid Bilal bin Robah. Karena menurut riwayat hadis, Bilal pernah mengumandangkan azan di tempat itu saat bersama Khalifah Umar bin Khatab. Pada saat meletus Intifadah Aqsa tahun 2001, masjid Bilal bin Robah ini menjadi tempat ketegangan antara Israel dengan pemuda-pemuda Palestina. Dan pada tanggal 21 Pebruari 2010, pihak pemerintah Zionis Israel memasukkan Masjid Bilal bin Robah kedalam situs mereka. Karena mereka sebagai penguasa saat sekarang ini.

Pembakaran Masjidil Aqsha. Tanggal 21 Agustus 1969 menjadi hari duka bagi kaum muslimin dengan dibakarnya masjidil Aqsa oleh orang Yahudi. Akibat kejadian itu, pihak Zionis Israel mengambil alih urusan penjagaan masjid dengan dalih untuk keamanan. Situs-situs dan tempat-tempat bersejarah yang ada di dalam Masjidil Aqsa juga mereka kuasai.

Dari tiga peristiwa bersejarah di atas, rencana Zionis Israel untuk membagi Al-Aqsa menjadi dua, satu milik Yahudi dan satu lagi milik umat Islam, akan menjadi kenyataan. Membagi waktu, dimana mereka akan memberikan hari khusus untuk orang-orang Yahudi menunaikan ritual ibadah mereka di masjid. Dan akan memberikan waktu lain kepada umat Islam untuk beribadah di dalam masjid. Itu akan menjadi kenyataan.

Dilema dunia Islam

Melihat situasi dunia Islam dewasa ini, sangat kecil mereka bisa memberikan solusi bagi Masjidil Aqsha. Mengembalikan Masjidil Aqsha ke pangkauan kaum muslimin, dan bukan ke pangkuan orang Palestina dan orang Arab saja. Karena Masjidil Aqsha adalah milik kaum muslimin di penjuru dunia. Bukan milik orang Palestina dan milik orang Arab saja. Dari catatan penulis, minimal ada tiga kendala bagi dunia Islam, khususnya di Timur Tengah, yang menghalangi umat Islam bisa berbuat sesuatu untuk Al-Aqsha, untuk saat-saat sekarang ini. Alasannya sebagai berikut:

Pertama: dunia Islam saat ini tengah sibuk dengan urusan dalam negeri mereka sendiri-sendiri. Di Timur Tengah, mereka sibuk dengan Arab Spring dan situasi pasca-Arab Spring. Suriah sibuk dengan agenda mereka sendiri. Yaman sibuk dengan perang saudara yang berkepanjangan. Libya porak poranda pasca-Khadafi. Mesir terpuruk sejak dipimpin oleh As-Sisi. Dan terbaru, boikot negara-negara Teluk, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir, atas Qatar. Di dunia Islam, khususnya Indonesia, pun nyaris sibuk dengan urusan dalam negeri sendiri. Mulai dari isu PKI hingga Perppu Ormas yang kontroversial itu. Dengan begitu, jangankan memikirkan Al-Aqsha, untuk memikirkan persoalan dalam negeri saja, sudah kuwalahan.

Kedua: persekutuan negara-negara Arab bersifat sementara dan cenderung sporadis serta parsial. Bukan berdasarkan pada persekutuan yang berdimensi jangka panjang, tidak berdasarkan pada kajian komprehensif. Sehingga sikap negara-negara Arab khususnya, cenderung disetir oleh kekuatan negara adi daya, seperti Amerika dan sekutu-sekutunya.

Ketiga: lemahnya negara-negara Islam dan Arab dalam memandang isu Palestina dan al-Aqsa. Sehingga kekuatan mereka tidak solid. Padahal isu Palestina adalah isu sentral umat Islam di dunia. Kalau negara-negara Islam dan Arab bisa menyatukan kekuatannya dalam bingkai “siapa yang menguasai kawasan Palestina, ia akan menguasai dunia”. Maka impian umat Islam untuk mengembalikan Masjidil Aqsa ke pangkuan kaum muslimin, bukanlah hayalan semata.

Lalu, berharap kepada siapa?

Tak ada kekuatan lain, setelah kekuatan Allah SWT tentunya, yang mampu mengembalikan Masjidil Aqsa ke pangkuan umat Islam, selain kekuatan sipil. Masyarakat sipil dan kekuatan rakyat lah yang akan memaksa Zionis Israel hengkang dari tanah Palestina. Segera memberikan tanah Palestina dan Masjidil Aqsa ke pangkuan umat Islam.

Ketika level pemerintah dan penguasa mentok, maka kekuatan masyarakat sipil, civil society lah menjadi harapan besar bagi rakyat dan bangsa Palestina. Mulai dari jamaah masjid, perkumpulan remaja-remaja masjid hingga LSM-LSM yang bergerak di bidang kemanusiaan Palestina. Mereka inilah yang mampu menghapus tangis Masjidil Aqsa. Agar masjid ini tidak menangis lagi…!!!#

 

Oleh: Amrozi M. Rais *)

*) Pengamat dan Pakar Timur Tengah, Peneliti Center for Middle East Studies (Comes)

REPUBLIKA

Israel Menutup Gerbang Masjid Al-Aqsa

REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM — Polisi Israel menutup gerbang flashpoint Yerusalem Timur kompleks Masjid Al-Aqsa setelah pembunuhan brutal bayi Palestina, di sebuah desa dekat kota Tepi Barat utara Nablus, Jumat (31/7).

“Polisi Israel menindaklanjuti langkah-langkah keamanan di sekitar masjid flashpoint, ratusan tentara di sekitarnya telah dikerahkan menutup jalan di pintu masuk masjid,” kata direktur jenderal Muslim Wakaf dan Al-Aqsa Negeri Sheikh Azzam al-Khatib. Seperti yang dilansir Anadolu Agency.

“Hanya orang berumur di atas 50 dan wanita dari segala usia yang diizinkan memasuki masjid setelah menjalani pemeriksaan ketat,” kata Syeikh Azzam menambahkan.

Bagi umat Islam, Masjidil Al-Aqsa merupakan tempat suci ketiga di dunia. Bagi warga Yahudi, Aqsa ialah Temple Mount, Yahudi mengklaim dua tempat candi Yahudi terkemuka di zaman kuno.

Israel menduduki Yerusalem Timur sejak 1967, kemudian diakui kota pada tahun 1980, lalau mengklaim sebagai ibukota negara Yahudi. Mereka memproklamirkan diri dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui masyarakat internasional.