Bagaimana Selamat dari Siksa Kubur?

Al-Baihaqi yang berguru hadis pada Syekh Abu Abdullah al-Hakim memberikan resep sederhana agar terhindar dari azab kubur. Menurutnya, kunci yang bisa menyelamatkan seseorang dari siksa kubur adalah amal saleh yang dikerjakan sepanjang hidupnya di dunia.

 

“Dan, barang siapa yang beramal saleh, maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan).” (QS ar-Ruum [30]: 44). Merujuk pada pendapat mujahid, tempat menyenangkan yang dimaksud ialah “kediaman” yang nyaman selama di alam barzah. 

Fakta ini juga dipertegas dalam hadis riwayat Abu Hurairah. Disebutkan bahwa ketika mayat telah diletakkan di kuburannya, ia mendengar gesekan sandal handai tolan yang meninggalkannya sendirian.  

Bila ia orang beriman maka amalan shalat akan berada di atas kepalanya, puasa di sebelah kanannya, dan zakat ada di samping kirinya. Sedangkan, amalan lainnya, seperti sedekah, silaturahim, dan perbuatan baik ada di sekitar kedua kakinya. Masing-masing akan menjadi saksi dan pelindung baginya.

Di pengujung karyanya, al- Baihaqi yang terkenal dengan mahakaryanya, as-Sunan al-Kubra dan Dalail an-Nubuwwah, menukil beberapa riwayat yang mengisahkan tentang rasa takut dan harapan besar dari para salaf agar terhindar dari siksa neraka.

Padahal, melihat hitungan matematis, tingkat kesalehan spiritual mereka terbilang mumpuni. Ini tak lain menggambarkan ketaatan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya.

Sebut saja, misalnya, pendiri mazhab teolog Asy’ariyah, Abu Musa al-As’yari. Ia meminta agar dijauhkan dari siksa neraka. Ia bahkan memerintahkan agar kedalaman kuburnya kelak ditambahkan. “Dalamkanlah liang lahatku,” katanya.

Al-Baihaqi yang tutup usia pada umur 74 tahun itu mengutip kisah Abu ad-Darda’. Ketika sahabat Nabi tersebut menderita sakit, seorang sahabatnya datang. Lelaki itu berkata, “Wahai Abu ad-Darda’, sesungguhnya engkau hampir meninggal dunia maka perintahkanlah aku suatu perkara yang bermanfaat bagiku dan akan mengingatkanmu.”

Abu ad-Darda’ menjawab, “Sungguh, engkau di antara umat yang diampuni maka dirikanlah shalat, tunaikan zakat hartamu, berpuasa Ramadhan, dan jauhilah perkara keji, kemudian beritakanlah kabar gembira.” Merasa tidak puas, lelaki itu pun bertanya ulang. Abu ad-Darda’ membalas dan memintanya duduk dan merenung kan perkataannya.  

“Bayangkan ketika engkau berada di hari, tatkala tak ada lagi ruang kecuali liang lahat yang luasnya dua hasta sedang kan panjangnya empat hasta. Keluarga yang konon tak bisa berpisah denganmu hari itu meninggalkanmu sendiri, kolegamu yang dulu membuat megah rumahmu kelak akan menimbunmu dengan tanah lantas beranjak pergi darimu.”

Pada saat itu, sambung Abu ad-Darda’, dua malaikat berwarna hitam biru berambut keriting datang. Mereka adalah Munkar dan Nakir. Ia akan menanyakan identitasmu, agama, Tuhan, dan nabi.

“Jika jawabanmu tidak tahu menahu maka demi Allah engkau telah tersesat dan merugi. Sedangkan, bila jawabanmu adalah Muhammad Rasulullah dengan kitab sucinya Alquran maka demi Allah engkau selamat dan mendapat petunjuk. Kesemua itu tidak akan mampu engkau ucapkan kecuali dengan peneguhan yang dikaruniakan Allah.”

Oleh: Nashih Nasrullah

Selamat dari Siksa Kubur

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

 

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga. (Q.S. al-Baqarah [2]:25)

Allah yang Maha Perkasa telah berjanji kepada seluruh makhluk-Nya tentang satu hari yang pasti akan tiba dan tak satu pun dapat menolaknya. Itulah yaumil qiyamah, hari dimana setiap makhluk akan menerima. Namun, jauh sebelum itu Allah Swt. pun telah menjanjikan datangnya satu saat, khususnya untuk jin dan manusia, cepat atau lambat. Itulah sakaratul maut.

Oleh karena itu, sekiranya amalan yang banyak kita perbuat ketika di dunia adalah amalan shalih, niscaya kendati hanya sebesar dzarrah, Allah Swt. akan memperhitungkannya dan menyediakan pahala untuknya. Ingatlah janji Allah Swt, maka Allah pun akan lebih bersungguh-sungguh lagi memberikan karunia pertolongan untuk kita.

Berikut ini dikutipkan sebagian dari hadits shahih tentang amalan yang Insya Allah bisa menyelamatkan kita dari dahsyatnya azab kubur, sebagaimana yang diuraikan oleh syaikh Muhammad Majdi asy-Syahawi, dalam risalahnya, ahwatul qubur shuwaruha asbabuhan-najatu minha.

Syahawi menuliskan, antara lain, lima hal yang menyebabkan seseorang selamat dari siksa kubur:

Berjuang di Jalan Allah

Yang dimaksud berjuang di jalan Allah adalah selalu mempertahankan Islam dan wilayah Islam serta membela umat Islam dari serangan musuh-musuh Islam.

Rasulullah Saw. bersabda:

Berjuang dalam satu hari dan satu malam di jalan Allah adalah lebih baik daripada shaum sebulanpenuh yang pada malamnya melakukan shalat malam. Jika dia meninggal, maka mengalir amalnya yang dilakukan dan Allah akan memberikan balasan yang terbaik dan menyelamatkan dari siksa kubur.” (H.R. Muslim).

“Barang siapa meninggal karena jihad di jalan Allah, maka Allah Swt. akan mengalirkan rizqinya, menyelamatkannya dari semua prahara kubur dan dibangkitkan dari kubur dengan selamat dari malapetaka yang besar.” (H.R. Ibnu Majah).

Mati Syahid

“Seseorang bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, bagaimanakah orang-orang mukmin itu disiksa di dalam kuburnya, terkecuali orang yang meninggal syahid? “Cukup kilauan pedang di atas kepalanya adalah sebagai ujian baginya (di dunia).” Jawab Rasulullah.” (H.R. An-Nasai)

Imam al-Hakim at-Tarmidzi menafsirkan jawaban Nabi di atas sebagai berikut: Jika terjadi pertempuran antara dua pasukan dan pedang berkilauan, sementara perjuangan itu (termasuk golongan orang-orang) munafik, maka mereka akan lari dari medan jihad. Sebab, sifat orang munafik adalah selalu lari jika melihat kondisi yang demikian.

Sedangkan sikap orang mukmin adalah selalu mengorbankan jiwanya dalam jihad dan dia hanya pasrah kepada Allah Swt. adapun gelora amarahnya dalam hati semata-mata karena Allah, untuk memperjuangkan agama-Nya, dan menegakkan syariat-Nya. Hal ini merupakan bukti nyata tentang kebenaran hati seorang yang beriman. Dia berlaga di medan perang untuk siap mati di jalan Allah. Cukuplah hal itu sebagai pengganti ujian dalam kuburnya.

Dalam hadits lain disebutkan, Rasulullah Saw. bersabda: “Orang yang meninggal syahid di sisi Allah itu mempunyai enam keistimewaan: 1) diampuni dosanya ketika mulai mgucur darahnya; 2) diperlihatkan tempat di surga; 3) di selamatkan dari siksa kubur dan prahara hari kiamat yang sangat dahsyat; 4) diletakkan di atas kepalanya sebuah mahkota dari mutiara yang lebih baik dari pada dunia dan seisinya; 5) disiapkan 72 istri bidadari; 6) diberi izin untuk memberi syafaat kepada 70 keluarga dekatnya.” (H.R. Tirmidzi dan Ahmad).

  1. Meninggal karena Sakit Perut

“Abdullah bin Yasykur berkata, bahwa dia sedang duduk bersama Sulaiman bin Shard dan Khalid bin Arfadhah ketika orang-orang menyebutkan adanya seseorang yang meninggal karena sakit perut. Keduanya sangat ingin untuk melayat jenazahnya dan salah satunya berkata kepada lainnya, Barangsiapa yang meninggal karena sakit perut, maka dia tidak disiksa dalam kuburnya?” (H.R. Tirmidzi dan Ahmad)

At-Thayalisi menyebutkan riwayat dalam musnadnya, bahwa salah seorang dari mereka berdua menjawab pertanyaan kawannya. Benar barang kali orang yang sakit perut itu tidak disiksa dalam kuburnya adalah karena Nabi SAW. bersabda, “orang yang meninggal karena sakit perut adalah syahid.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu dawud dan Ahmad).

1. Membaca Surat Al-Mulk

Rasulullah Saw. bersabda: “Sesunguhnya surat yang terdiri dari 30 ayat adalah surat yang memberi syafaat kepada pembacanya. Sehingga pembacanya itu diampunkan dosanya, yaitu, tabarakalladzii biyadihiln mulk” (HR. Ahmad, adz Dzahabi, dll.; al-Bani dalam shahih al-Jami).

Abdullah bin Masud berkata, “Seorang yang meninggal, dalam kuburnya itu akan didatangi oleh dua Malaikat, kemudian keduanya berkata engkau tidak berhak untuk mendapat siksa kubur. Barangsiapa yang membacanya pada malam hari maka lebih baik baginya.

2. Meninggal Hari atau Malam Jumat

Rasulullah Saw. bersabda:

“Barangsiapa yang meninggal pada hari atau malam jumat, maka dia diselamatkan dari siksa kubur, sedangkan pada hari kiamat dia akan datang dengan membawa stempel orang-orang yang mati syahid.” (H.R. Ahmad dan Tirmidzi).

sumber: Inilah.com