Seruan Tuhannya Manusia untuk Seluruh Manusia (Bag. 8)

Seruan ketiga belas: Dahsyatnya hari kiamat, peringatan agar waspada dari setan, dan jangan sampai tertipu dengan dunia

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ

“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar. Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah.” (QS. Luqman: 33)

Allah Ta’ala memerintahkan pada semua manusia untuk mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Allah juga perintahkan mereka untuk menghadirkan rasa takut pada hari kiamat, hari yang sangat berat. Hari di mana setiap orang tak peduli siapa-siapa selain dirinya sendiri. Orang tua tak bisa menolong anaknya, seorang anak tak bisa menolong orang tuanya sedikit pun. Mereka tak bisa menambah kebaikan atau mengurangi keburukan. Semua perkara pada hari itu di tangan Zat Yang Tak Terkalahkan, Zat yang tak bermanfaat di sisi-Nya segala rekomendasi di dunia pada hari itu. Tak ada yang bermanfaat di sisi-Nya, kecuali satu hal, amal saleh yang sudah dikerjakan oleh seseorang dalam kehidupannya di dunia.

Ketahuilah bahwa datangnya hari tersebut adalah satu kepastian karena Allah telah menjanjikannya dan Dia tak akan menyelisihi janji-Nya. Dia juga memperingatkan kalian agar jangan sampai tertipu dengan kehidupan dunia dan berbagai kelezatannya. Tertipu dengan kelezatan dunia ini bisa membuat kalian condong padanya dan meninggalkan persiapan untuk menghadapi akhirat yang bisa membebaskan kalian dari hukuman di hari itu.

Allah peringatkan pula agar kita waspada jangan sampai tertipu dengan godaan setan yang akan menjebak Anda dalam kemaksiatan dan menghiasi kemaksiatan tersebut di hadapan Anda kemudian membuat Anda berharap bisa bertobat setelahnya. Padahal setan itu akan melupakan dan meninggalkan Anda di hari kiamat nanti.

Seruan keempat belas: Mengingat nikmat Allah adalah sebab datangnya rasa syukur pada-Nya dan realisasi peribadatan kepada-Nya

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ

“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia, maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?” (QS. Fathir: 3)

Allah memerintahkan seluruh manusia untuk mengingat nikmat-Nya pada mereka. Mengingat dengan hati dalam bentuk pengakuan, dengan lisan dalam bentuk pujian, dengan anggota badan dalam bentuk ketundukan. Mengingat nikmat Allah akan membuat seseorang bersyukur kepada-Nya. Kemudian Allah mengingatkan mereka tentang sumber segala kenikmatan, penciptaan, dan rezeki. Allahlah yang di tangan-Nya seluruh rezeki dan makanan untuk kalian. Ini merupakan bukti atas uluhiyah dan hak peribadahan hanya untuk Allah semata.

Mau berpaling ke mana kalian dari peribadahan kepada Allah Yang Maha Esa, Maha Pemberi Rezeki dan Maha Pencipta segala sesuatu?! Tak ada sesembahan yang berhak disembah selain-Nya dan tak ada Tuhan selain-Nya.

Bagaimana kalian bisa berpaling dari peribadahan kepada-Nya dan beriman pada-Nya semata kepada peribadahan selain-Nya berupa berhala-berhala yang tak bisa menciptakan apa-apa? Yang berhala itu juga makhluk yang dibuat oleh tangan-tangan kalian? Padahal sudah terang penjelasan dan sudah jelas pula bukti-buktinya.

Seruan kelimabelas: Manusia itu asalnya satu, mereka berbeda karena takwanya.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)

Allah menyampaikan kepada seluruh manusia bahwa Dialah yang menciptakan anak keturunan Adam dari asal yang satu, dari jenis yang satu. Semuanya dari laki-laki dan perempuan dan nasab semuanya kembali pada Adam dan Hawa. Demikian pula Tuhan mereka satu.

Allah pun menjadikan mereka bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, baik yang kecil maupun yang besar, agar mereka saling mengenal. Seandainya mereka hanya sendiri-sendiri saja tak akan ada saling mengenal yang akan melahirkan saling tolong menolong, saling membantu, saling mewarisi, dan saling menunaikan hak kerabat. Allah jadikan mereka bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar perkara-perkara tersebut dapat ditegakkan yang itu semua bermula dari saling mengenal satu sama lain.

Kemudian Allah jelaskan bahwa kemulian mereka bukan karena suku atau bangsa mereka. Tak ada kelebihan orang Arab dibanding non-Arab, atau orang non-Arab dibandingkan orang Arab. Tak ada kelebihan orang kulit hitam dibandingkan orang kulit putih atau orang kulit putih dibandingkan orang kulit hitam. Tak ada pula kelebihan bagi yang berasal dari satu negeri tertentu. Mereka yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa yaitu yang paling banyak melakukan ketaatan dan menghindarkan kemaksiatan. Bukan mereka yang paling banyak kerabat atau kaumnya, bukan pula mereka yang paling mulia nasab keturunannya.

Allahlah yang Maha Mengetahui. Dia Maha Tahu siapa di antara kalian yang betul-betul bertakwa lahir dan batin. Maka jadikanlah ketakwaan sebagai bekal kalian untuk hari perhitungan nanti.

Selesai walhamdulillah.

[Selesai]

***

Penulis: Amrullah Akadhinta, S.T.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/75754-seruan-tuhannya-manusia-untuk-seluruh-manusia-bag-8.html

Seruan Tuhannya Manusia untuk Seluruh Manusia (Bag. 7)

Seruan kesebelas: Dua dalil akal yang jelas untuk membantah orang yang mengingkari hari kebangkitan

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الأَرْحَامِ مَا نَشَاء إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّى وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلا يَعْلَمَ مِن بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى الأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاء اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍ بهيج

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan. Kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS. Al-Hajj: 5)

Wahai manusia! Jika kalian bimbang dan ragu serta tidak punya pengetahuan tentang terjadinya hari kebangkitan, walaupun sebenarnya kalian wajib beriman kepada Tuhan kalian dan Rasul-Nya mengenai hal tersebut. Namun, jika kalian tak mau beriman dan tetap ragu, inilah dua petunjuk yang masuk akal yang bisa kalian lihat sendiri. Masing-masing akan menunjukkan pada kalian tentang apa yang kalian ragukan dan akan menghilangkan keraguan tersebut dari hati kalian.

Dalil yang pertama, mengenai permulaan penciptaan manusia. Dia yang menciptakannya, Dia pula yang akan mengembalikannya setelah kematian. Allah ciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi air mani dan inilah awal penciptaan. Kemudian dengan izin Allah, benih tersebut berubah menjadi darah merah, kemudian berubah lagi menjadi seonggok daging seukuran yang bisa dikunyah (mudghah). Mudghah tersebut terkadang berlanjut sehingga terbentuklah rupa manusia, terkadang pula dilepaskan rahim sebelum terbentuk wujud manusia (keguguran, pent).

Semua ini adalah penjelasan Allah kepada kalian tentang asal pembentukan kalian. Walaupun Allah Ta’ala mampu untuk membentuk manusia dalam sesaat saja, namun Allah ingin menjelaskan pada kalian kesempurnaan hikmah-Nya, keagungan kekuasaan-Nya, dan keluasan rahmat-Nya.

Kemudian kami jadikan ia tetap berada di rahim sehingga terjadilah kehamilan sesuai kehendak kami sampai waktu yang ditentukan dalam kehamilan tersebut. Kemudian kami keluarkan kalian dari perut ibu kalian sebagai anak kecil yang tak tahu apa-apa dan tak bisa apa-apa. Kami jadikan rasa kasih sayang pada ibu kalian dan kami alirkan rezeki untuk kalian melalui air susu ibu. Kemudian kalian pun semakin tumbuh sampai kalian dewasa ketika kekuatan dan akal kalian menjadi sempurna.

Di antara kalian ada yang diwafatkan sebelum sampai umur dewasa. Di antara kalian ada pula yang melewati umur tersebut sampai umur yang sangat tua. Umur di mana terjadi kepikunan dan mudah lupa. Kemampuan akal pun semakin berkurang sebagaimana kekuatan juga berkurang dan semakin lemah. Bahkan, di masa itu seseorang tak bisa mengetahui apa yang baru saja dilakukannya karena lemahnya akalnya. Demikianlah kekuatan anak Adam diiringi dua kelemahan: (1) kelemahan dan kekurangan ketika masa kecil; dan (2) kelemahan serta kekurangan di masa tua.

Dalil yang kedua adalah dihidupkannya bumi setelah ia mati. Anda bisa melihat bumi yang kering, tak ada pepohonan dan kehidupan, kemudian Kami turunkan padanya hujan. Bumi tersebut akhirnya bergerak dan tumbuh setelah sebelumnya kering dengan bertambahnya pepohonan. Tumbuhlah berbagai tumbuhan yang membuat orang yang melihat menjadi senang dan merenungkannya. Inilah dua dalil yang kuat yang tak bisa diragukan lagi.

Seruan keduabelas: Sebuah perumpamaan yang Allah sampaikan untuk menjelaskan buruknya penyembahan terhadap berhala

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَن يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِن يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لّا يَسْتَنقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ

Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” (QS. Al-Hajj: 73)

Setelah Allah menyebutkan dalam ayat sebelumnya tentang bentuk penyembahan pada selain Allah yang sama sekali tak beralasan, baik berdasarkan wahyu atau alasan akal, Allah sebutkan di sini tentang kebatilan perbuatan tersebut. Ini juga menekankan bahwa orang yang berbuat kesyirikan tak paham apa itu ibadah. Allah memberikan perumpamaan, seandainya berhala dan semua yang mereka sembah itu mencoba untuk membuat satu lalat kecil dan makhluk rendah saja, maka tak akan bisa dan tak akan mampu sama sekali.

Bahkan, Allah sebutkan yang lebih ringan lagi. Seandainya lalat itu mengambil sesuatu dari sesembahan itu, maka mereka tak bisa merebutnya kembali. Itu menunjukkan lemahnya mereka dan sesembahan mereka. Ini juga isyarat bahwa orang-orang musyrik itu berada dalam kebodohan yang sangat. Mereka berbuat kesyirikan kepada Allah Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu.

Ini sebuah perumpamaan yang Allah sampaikan untuk segenap manusia untuk menjelaskan betapa buruknya peribadatan pada berhala dan betapa dangkalnya akal orang-orang yang menyembah berhala dan betapa lemahnya mereka semua. Allah sampaikan perumpamaan ini untuk menambah ilmu dan penjelasan bagi orang beriman dan menegakkan hujah bagi orang-orang kafir. Maka, pasang baik-baik telinga kalian dan pahamilah isi kandungan yang terdapat di dalamnya. Jangan biarkan hati dan telinga kalian tidak menyimaknya. Bahkan, perhatikanlah dengan hati dan telinga kalian.

Al-Qur’an yang mulia menyebutkan berbagai perumpamaan untuk menjelaskan makna sesuatu yang samar dengan sesuatu yang bisa diindra agar jiwa merasa lapang dan menghilangkan keraguan dari akal manusia. Allah Yang Maha Bijaksana, Yang mengetahui segala yang gaib, mengetahui hal tersebut. Maka, Allah tak segan memberikan permisalan dengan seekor lalat atau yang lebih rendah daripada itu ketika ada maslahat yang bisa didapatkan.

[Bersambung]

***

Penerjemah: Amrullah Akadhinta

Sumber: https://muslim.or.id/75600-seruan-tuhannya-manusia-untuk-seluruh-manusia-bag-7.html

Seruan Tuhannya Manusia untuk Seluruh Manusia (Bag. 6)

Seruan kesembilan: Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berada di atas keyakinan tentang agamanya. Dia menyembah Allah Yang Menghidupkan dan Mematikan.

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي شَكٍّ مِنْ دِينِي فَلا أَعْبُدُ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ أَعْبُدُ اللَّهَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

“Katakanlah, “Hai manusia, jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu dan aku telah diperintah supaya termasuk orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 104)

Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, penghulu para nabi, imam orang-orang bertakwa, yang terbaik dari orang-orang yang yakin, agar beliau menyeru kepada manusia, “Jika kalian masih ragu dan samar tentang agamaku yang aku dakwahkan pada kalian, dan kalian belum mendapatkan kejelasan bahwa agama tersebut adalah kebenaran, maka dengarkanlah tentang agama ini! Masukkan ke dalam akal kalian dan lihatlah baik-baik agar kalian paham bahwa tidak ada sedikit pun keraguan dalam agama ini. Bahkan aku memiliki ilmu yang meyakinkan bahwa agama ini adalah kebenaran dan apa yang kalian serukan itu adalah kebatilan. Aku memiliki dalil yang jelas dan bukti yang terang atas hal tersebut.

Aku pun tidak menyembah apa yang kalian sembah selain Allah, baik itu berhala, patung, atau yang lainnya. Karena benda-benda itu tidak bisa mencipta, tidak bisa memberi rezeki, tidak bisa mengatur urusan apapun. Benda-benda itu hanyalah makhluk yang diatur. Benda-benda itu tidak punya kemampuan apa-apa sehingga berhak diibadahi.”

Seruan kesepuluh: Al-Qur’an itu kebenaran dan jujur. Siapa mencari petunjuk di dalamnya, dia akan sukses dan bahagia.

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَمَا أَنَا عَلَيْكُم بِوَكِيلٍ

“Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya teIah datang kepadamu kebenaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu. Sebab itu, barangsiapa yang mendapat petunjuk, maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu.” (QS. Yunus: 108)

Katakan kepada mereka, wahai Rasul! Sampaikan kepada seluruh manusia! Yang hadir akan mendengar seruan tersebut, sedangkan yang tidak hadir akan ada yang menyampaikannya darimu. Katakanlah, “Sungguh telah datang Al-Qur’an ini kepada kalian. Al-Qur’an yang benar, penuh dengan bukti yang jelas, tidak ada keraguan sedikit pun dan dari sisi manapun. Al-Qur’an ini adalah kebenaran yang menjelaskan hakikat agama ini. Sungguh, orang-orang sebelum kalian juga sudah diberi wahyu dengan yang seperti ini. Di dalam Al-Qur’an ada penjelasan segala sesuatu berupa perintah dan larangan Allah juga penjelasan tentang akhlak yang mulia. Tidak ada kebatilan sedikit pun padanya, dari depan sampai belakang.

Barang siapa mencari petunjuk dengan hidayah dari Allah, dengan mempelajarinya dan memahaminya serta mendahulukannya dibandingkan selainnya, maka kebaikannya akan kembali pada dirinya. Buahnya akan dia petik karena dia akan bahagia dalam urusan dunia dan agamanya. Hal tersebut adalah buah dari amalnya, bukan buah dari selainnya.

Adapun yang menyimpang dari kebenaran yang datang dari sisi Allah, berpaling dari kitab-Nya dan dari ayat-ayat-Nya, maka akibat buruk kesesatannya akan kembali kepada dirinya sendiri. Dia tidak akan mendapatkan petunjuk di dunia dan akan tertimpa azab di akhirat karena kekufuran dan kejahatannya.

Aku bukanlah wakil Allah untuk mengurusi dan mengawasi segala urusan kalian sehingga aku bisa menjadikan kalian tidak suka dengan keimanan atau mencegah kalian dari kekufuran dan kemaksiatan dengan kekuatanku. Aku tidak bisa memberikan mudharat ataupun manfaat untuk kalian. Aku hanyalah seorang Rasul yang menyampaikan perintah Tuhan kalian. Membawa berita gembira bagi orang yang mengambil petunjuk dan memberi peringatan bagi orang yang sesat dan menyimpang. Aku bukanlah orang yang bisa mengawasi dan mengevaluasi amalan kalian. Maka, perhatikanlah diri kalian masing-masing, selama kalian masih diberikan waktu.”

[Bersambung]

***

Penerjemah: Amrullah Akadhinta, S.T.

Sumber: https://muslim.or.id/75460-seruan-tuhannya-manusia-untuk-seluruh-manusia-bag-6.html

Seruan Tuhannya Manusia untuk Seluruh Manusia (Bag. 5)

Seruan ketujuh: Bencana orang yang berbuat kezaliman akan kembali pada dirinya sendiri, walaupun ia menikmati dunia yang fana ini.

Allah Ta’ala berfirman

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri. (Hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi. Kemudian kepada Kamilah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Yunus: 23)

Ketika Allah Ta’ala menyelamatkan orang-orang kafir dari bencana yang menyulitkan dan menakutkan, mereka pun melanjutkan kerusakan dan maksiat yang biasa mereka lakukan. Allah menegur mereka atas kelalaian tersebut.

Tak cukupkah keburukan yang pernah menimpa kalian untuk menjadikan kalian hidup dengan ikhlas kepada Allah dan meninggalkan kezaliman pada orang-orang lemah karena kalian tertipu dengan kekuatan dan kebesaran kalian?! Sesungguhnya perbuatan kezaliman kalian itu sebenarnya untuk kalian sendiri, dan akibat buruknya akan kembali kepada kalian!

Kalian memang bisa menikmati kezaliman kalian dalam bentuk kehidupan dunia yang menyenangkan. Namun itu hanya sementara dan akan cepat berlalu dan kemudian kalian akan diberikan hukuman. Kalian akan dikembalikan kepada Kami setelah sedikit senang-senang tersebut dan kalian akan diberitahu tentang segala kejahatan, kezaliman, dan kesenangan batil yang kalian lakukan. Kami akan memberikan balasan atas itu semua. Ketika Allah Ta’ala selamatkan mereka dari kesulitan dan ketakutan, mereka pun kembali melakukan kerusakan dan kemaksiatan di atas muka bumi.

Wahai manusia! Sesungguhnya akibat dari kejahatan kalian akan kembali pada kalian sendiri. Kalian bisa menikmati kehidupan dunia yang akan hilang ini, namun kalian akan kembali kepada Kami. Kami akan beri tahu semua amal kalian dan akan memperhitungkannya.

Seruan kedelapan: Al-Qur’an itu nasihat, obat, petunjuk, dan rahmat bagi orang beriman.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)

Wahai para rasul, katakan pada manusia bahwa sungguh telah datang pada kalian sebuah kitab yang mencakup segala yang kalian butuhkan. Isinya adalah nasihat kebaikan yang bisa melembutkan hati sehingga seseorang mengerjakan apa yang Allah perintahkan dan meninggalkan apa yang Dia larang. Kitab itu juga menyembuhkan hati dari penyakit kesyirikan, kemunafikan, dan seluruh penyakit. Penyakit yang telah membuat hati terasa sesak dengannya karena menimbulkan ragu dengan keimanan, menimbulkan kejahatan, permusuhan, suka berbuat zalim, dan benci pada kebenaran dan kebaikan.

Dalam Al-Qur’an itu juga ada petunjuk untuk menempuh jalan kebenaran dan keyakinan serta menjauh dari kesesatan dalam keyakinan dan amal perbuatan. Al-Qur’an itu juga rahmat bagi orang-orang beriman yang akan membuahkan petunjuk pada kehidupan mereka dan membuat hati mereka terkait dengan Al-Qur’an. Di antara bentuk rahmat tersebut adalah seseorang menjadi semangat untuk mengerjakan kebaikan dan membantu orang yang kesusahan, serta menahan diri dari kezaliman dan segala bentuk permusuhan dan kejahatan.

Al Quran itu adalah

هُدࣰى وَبُشۡرَىٰ لِلۡمُؤۡمِنِینَ

Petunjuk dan berita gembira bagi orang beriman.” (QS. An-Naml: 2)

هُدࣰى وَرَحۡمَةࣰ لِّلۡمُحۡسِنِینَ

Petunjuk dan rahmat bagi orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Luqman: 3)

هُدࣰى وَذِكۡرَىٰ لِأُو۟لِی ٱلۡأَلۡبَـٰبِ

Petunjuk dan pengingat bagi orang yang berakal.” (QS. Ghafir: 54)

هُدࣰى وَبُشۡرَىٰ لِلۡمُسۡلِمِینَ

Petunjuk dan berita gembira bagi orang-orang Islam.” (QS. An-Nahl: 102)

Siapa yang mencari petunjuk dengan Al-Qur’an dalam urusan dunia dan akhirat, maka dia akan diberikan petunjuk pada yang lebih benar, lebih lurus, dan lebih baik.

Al-Qur’an disifati sebagai sesuatu yang yang bisa memberikan hidayah, khususnya kepada orang beriman, bertakwa dan berbuat kebaikan karena mereka menerima petunjuk Al-Qur’an dan mengerjakan konsekuensinya. Walaupun sebenarnya Al-Qur’an adalah petunjuk bagi seluruh manusia. Namun, orang-orang kafir dan munafik mengganti Al-Qur’an dengan yang lain dalam mencari hidayah. Maka, mereka tak bisa mengambil manfaat Al-Qur’an ketika mereka menelaahnya dan membaca ayat-ayatnya.

Allah Ta’ala berfirman,

قُلۡ هُوَ لِلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ هُدࣰى وَشِفَاۤءࣱۚ وَٱلَّذِینَ لَا یُؤۡمِنُونَ فِیۤ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرࣱ وَهُوَ عَلَیۡهِمۡ عَمًىۚ 

Katakan wahai Muhammad, Al-Qur’an itu petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang beriman. Namun, orang-orang yang tak beriman, di kuping mereka ada sumbatan, sedang Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka.” (QS. Fushshilat: 44)

[Bersambung]

***

Penerjemah: Amrullah Akadhinta, S.T.

Sumber: https://muslim.or.id/75458-seruan-tuhannya-manusia-untuk-seluruh-manusia-bag-5.html

Seruan Tuhannya Manusia untuk Seluruh Manusia (Bag. 4)

Baca pembahasan sebelumnya Seruan Tuhannya Manusia untuk Seluruh Manusia (Bag. 3)

Seruan kelima: Di dalam Al-Qur’an ada bukti yang jelas dan cahaya yang terang

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُم بُرْهَانٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَأَنزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُّبِينًا

Wahai manusia, telah datang pada kalian petunjuk dari Tuhan kalian, dan Kami turunkan pada kalian cahaya yang menerangi.” (QS. An-Nisa: 174)

Sungguh telah datang pada kalian -wahai manusia!- bukti yang sangat jelas yang menjelaskan hakikat keimanan dan segala yang kalian butuhkan tentang urusan agama kalian. Semuanya didukung oleh dalil-dalil dan penjelasan. Itulah Sang Nabi yang menjelaskan apa yang dia bawa dengan kehidupannya yang dipenuhi dengan amal serta dakwahnya yang merupakan syariat. Beliau telah menjelaskannya dengan sempurna dan dengan cara yang terbaik. Hal itu juga merupakan bukti pertolongan Allah pada beliau dengan wahyu dan petunjuk-Nya.

Kami juga turunkan pada kalian Kitab yang Kami wahyukan padanya. Kitab itu bagaikan cahaya yang memberi petunjuk pada manusia, menjelaskan segala sesuatu yang diperlukan berupa tauhid kepada Allah Ta’ala dan kekuasaan-Nya. Itulah maksud tertinggi diutusnya seluruh Rasul untuk memberikan petunjuk kalian ke jalan yang lurus dan sampai ke surga yang penuh kenikmatan.

Al-Qur’an ini berisi ilmu orang-orang dahulu dan belakangan serta berita-berita yang benar dan bermanfaat. Ia juga berisi perintah untuk melakukan segala bentuk keadilan dan kebaikan serta larangan dari segala kezaliman dan keburukan. Manusia akan berada dalam kegelapan jika tidak diterangi dengan cahayanya, akan berada dalam bahaya yang besar jika tidak mengamalkan kebaikan yang terdapat di dalamnya.

Seruan keenam: Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah utusan untuk seluruh manusia. Berimanlah pada Allah dan Rasul-Nya serta ikutilah beliau.

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُواْ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Katakanlah, ‘Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.’” (QS. Al-A’raf: 158)

Katakan kepada seluruh manusia wahai Muhammad! Baik bangsa Arab maupun non-Arab, bahwa aku adalah utusan Allah pada kalian semua, bukan khusus untuk kaumku saja. Katakan juga bahwa hanya Allahlah yang mengatur seluruh urusan langit dan bumi dan seluruh alam semesta, maka hanya Dialah yang berhak disembah, tidak ada yang berhak disembah selain Dia.

Berimanlah pada Allah Yang Maha Esa, wahai sekalian manusia! Berimanlah pada rububiyah-Nya (kekuasaan-Nya) dan uluhiyah-Nya (satu-satunya yang berhak diibadahi). Dialah yang menghidupkan sesuatu yang mustahil hidup. Dia pula yang mematikan sesuatu setelah ia hidup. Satu hal yang dapat disaksikan setiap harinya.

Berimanlah pula pada Rasul-Nya! Nabi yang ummi (tidak bisa membaca dan menulis) yang Allah utus kepada umat yang juga ummi. Utusan kepada seluruh umat manusia yang mengajarkan mereka Al-Kitab dan hikmah dan membersihkan mereka dari segala khurafat kesyirikan, kebodohan, perpecahan, dan kezaliman. Dengan petunjuknya, kalian akan menjadi umat yang satu dan mempersaudarakan seluruh umat manusia. Para Nabi sebelum beliau -semoga selawat Allah tercurah pada mereka semua-, telah memberikan kabar gembira tentang kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dialah yang menjadi penyempurna petunjuk yang telah diberikan kepada para Rasul tersebut.

Itulah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau beriman pada keesaan Allah (tauhid) dan kalimat-Nya. Kalimat-Nya yang berisi syariat yang Dia turunkan untuk memberikan petunjuk pada makhluk-Nya. Syariat yang diturunkan melalui lisan Rasul-Nya yang merupakan bukti ilmu dan kasih sayang-Nya. Demikian pula kalimat-Nya yang berisi penciptaan yang merupakan bukti dari kehendak-Nya, kekuasaan-Nya, dan hikmah-Nya.

Setelah Allah Ta’ala perintahkan untuk beriman pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah perintahkan pula mereka untuk menempuh jalan beliau, meneladani jejaknya dalam setiap perintah dan larangannya dalam urusan agama. Dengan keimanan dan keteladanan kepada beliau, diharapkan mereka akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

[Bersambung]

***
Penerjemah: Amrullah Akadhinta, ST.

Sumber: https://muslim.or.id/75349-seruan-tuhannya-manusia-untuk-seluruh-manusia-bag-4.html

Seruan Tuhannya Manusia untuk Seluruh Manusia (Bag. 3)

Baca pembahasan sebelumnya Seruan Tuhannya Manusia untuk Seluruh Manusia (Bag. 2)

Seruan Ketiga: Memenuhi Hak Manusia dan Memperhatikan Hak Pasangan (Suami atau Istri)

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari satu jiwa, dan dari padanya Dia menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah kembangkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa’: 1)

Allah Ta’ala membuka surat ini dengan memerintahkan manusia untuk bertakwa kepada-Nya, memotivasi untuk beribadah kepada-Nya, memerintahkan menjaga silaturahim dan memotivasinya. Karena Allah Ta’ala yang telah menciptakan kita, memberi rezeki pada kita dan merawat kita dengan nikmat-nikmat-Nya yang agung. Dia telah menciptakan kita dari satu jiwa yaitu Adam ‘alaihissalam. Dia juga menciptakan dari jiwa tersebut pasangannya, yaitu Hawa. Kemudian, dari mereka berdua Allah sebarkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak ke seluruh ke seluruh penjuru dunia sehingga sempurnalah kenikmatan dan tercapailah kebahagiaan.

Di antara yang juga membuat kita mesti bertakwa pada Allah Ta’ala adalah karena kita senantiasa meminta dan mengagungkan-Nya. Bahkan, ketika kita inginkan sesuatu yang benar-benar kita butuhkan, kita menggunakan nama-Nya untuk meminta. Allah mengiringi perintah untuk bertakwa pada-Nya dengan perintah untuk menyambung silaturahim dan larangan memutus silaturrahim. Ini menegaskan pentingnya silaturrahim. Sebagaimana seseorang mesti menunaikan hak Allah, dia juga mesti menunaikan hak sesama makhluk khususnya para kerabat mereka.

Pada firman Allah “dan dari padanya Dia menciptakan isterinya” ada peringatan untuk memperhatikan dan menunaikan hak pasangan. Istri adalah makhluk yang tercipta dari suami, maka di antara mereka ada kedekatan dan hubungan yang sangat erat dan kuat.

Allahlah yang Mahamelihat hamba-hamba-Nya ketika mereka bergerak atau diam, ketika sepi atau beramai-ramai, dan dalam kondisi apapun. Dia mengawasi mereka. Karenanya seorang hamba mestilah merasa diawasi, merasa malu, dan bertakwa padaNya.

Baca Juga: Pengaruh Nama dan Sifat Allah bagi Insan Beriman (Bag. 1)

Seruan Keempat: Semua yang Dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Benar-Benar dari Sisi Allah

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِن رَّبِّكُمْ فَآمِنُوا خَيْرًا لَّكُمْ وَإِن تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan Allah Mahamengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS. An-Nisa’: 170)

Allah Ta’ala memerintahkan seluruh manusia agar beriman kepada hamba dan rasul-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang datang membawa kebenaran. Kedatangan beliau sebagai rasul adalah benar dan apa yang dibawa oleh beliau juga benar. Dengan hanya melihat pada risalahnya saja, sudah menjadi bukti nyata akan kebenaran nubuwah beliau.

Begitu pula dengan melihat syariat yang agung dan jalan yang lurus yang dibawa oleh beliau akan tampak kebenarannya. Di dalamnya ada berita gaib baik yang terjadi di masa lalu maupun yang akan datang. Ada juga berita tentang Allah Ta’ala dan hari kiamat. Semua ini tidak akan mungkin diketahui, kecuali dengan wahyu dan risalah. Ada juga perintah untuk mengerjakan segala macam kebaikan, bersikap adil dan ihsan, bersikap jujur, berbuat baik, menyambung silaturahim, dan berakhlak mulia. Ada pula larangan dari berbagai bentuk keburukan, kerusakan, penganiyaan, kezaliman, akhlak buruk, bohong, dan durhaka pada orang tua. Semuanya menunjukkan dengan jelas bahwa semua itu adalah dari sisi Allah Ta’ala.

Adapun bahaya ketika seseorang tak beriman pada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, dapat diketahui dari kebalikan manfaat ketika seseorang beriman pada beliau. Bahaya tersebut hanya akan kembali pada orang yang tidak beriman. Allah tidak terpengaruh dengan kekufuran mereka. Kemaksiatan hamba tidak akan membahayakan Allah Ta’ala karena milik-Nya segala apa yang ada di langit dan bumi. Semua adalah makhluk Allah dan kerajaan-Nya, di bawah pengaturan-Nya. Dia Mahamengetahui dan Mahabijaksana atas segala sesuatu. Dia Mahamengetahui siapa yang berhak mendapatkan hidayah atau kesesatan dan Mahabijaksana dalam menempatkan hidayah atau kesesatan sesuai tempatnya.

[Bersambung]

Penerjemah: Amrullah Akadhinta

Sumber: https://muslim.or.id/73784-seruan-tuhannya-manusia-untuk-seluruh-manusia-bag-3.html

Seruan Tuhannya Manusia untuk Seluruh Manusia (Bag. 2)

Seruan pertama: seruan untuk beribadah hanya kepada-Nya

Seruan pertama adalah seruan Allah Ta’ala kepada seluruh manusia untuk beribadah kepada-Nya. Inilah kunci kesuksesan dan kebahagiaan seorang hamba. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai manusia, sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 21).

Allah Ta’ala yang telah menciptakan manusia dari tiada menjadi ada. Allah Ta’ala juga yang telah menciptakan manusia sebelum kita. Allah Ta’ala menyeru kita untuk beribadah hanya kepada-Nya. Hakikat ibadah adalah mengerjakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan membenarkan berita dari-Nya. Allah Ta’ala memerintahkan manusia untuk melakukan sesuatu yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56).

Maksud ayat ini adalah Allah Ta’ala menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada Allah Ta’ala dengan khusyuk dan ikhlas, sampai seakan-akan mereka melihat-Nya. Jika mereka tak bisa melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihat mereka. Allah Ta’ala lah yang telah memberikan manusia beragam kenikmatan. Allah Ta’ala menciptakan manusia setelah sebelumnya tidak ada. Allah Ta’ala menciptakan orang-orang sebelum mereka. Allah Ta’ala pun memberikan nikmat lahir dan batin kepada manusia. Semua itu mengharuskan manusia untuk beribadah dan bersyukur kepada-Nya.

Jika Anda telah beribadah kepada Allah Ta’ala semata, ibadah itu telah melindungi Anda dari kemurkaan dan azab Allah. Anda telah mengambil sebab untuk menangkal azab dari Allah Ta’ala. Anda menjadi orang yang bertakwa dan Anda pun akan selamat dari azab dan kemurkaan Allah Ta’ala. Hal ini akan mewujudkan kebahagiaan Anda di dunia dan di akhirat.

Ayat di atas juga menggabungkan perintah untuk beribadah kepada Allah Ta’ala semata dengan larangan beribadah kepada selain-Nya (lihat ayat selanjutnya, Al-Baqarah: 22, pent.). Sebagaimana orang yang beriman pada kekuasaan Allah Ta’ala dengan iman yang benar, maka dia akan beriman bahwa Allah Ta’ala satu-satunya yang menciptakan, memberi rezeki, dan mengatur alam semesta. Keimanan ini juga mengharuskan seseorang untuk beriman bahwa tak ada sekutu dalam peribadatan kepada Allah Ta’ala. Ini adalah dalil aqli yang paling jelas atas Kemahaesaan Allah Al Baari Subhaanahu wa Ta’ala.

Al-Qur’an juga menginformasikan bahwa seruan untuk beribadah kepada Allah Ta’ala semata adalah seruan yang dilakukan oleh seluruh Nabi – semoga selawat dan salam Allah Ta’ala limpahkan pada mereka semua-. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

“Tidaklah Kami mengutus sebelum kamu seorang rasul pun kecuali Kami wahyukan kepadanya bahwa sesungguhnya tak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Aku, maka beribadahlah kepada-Ku” (QS. Al-Anbiya: 25).

Seruan kedua: peringatan agar waspada dari permusuhan setan kepada manusia

Seruan kedua adalah peringatan kepada manusia agar waspada dengan permusuhan setan kepada manusia. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُواْ مِمَّا فِي الأَرْضِ حَلالاً طَيِّبًا وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِين

“Wahai manusia, makanlah segala yang halal dan baik yang ada di atas muka bumi. Dan jangan kalian ikuti jejak langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian” (QS. Al-Baqarah: 168).

Ini merupakan seruran Allah Ta’ala pada seluruh umat manusia. Allah Ta’ala memberikan nikmat pada manusia untuk menikmati semua yang ada di atas bumi. Nikmat tersebut misalnya berupa biji-bijian, buah-buahan, dan beragam hewan, kecuali apa yang haram dimakan atau didapatkan dari sesuatu yang haram. Makanan tersebut halal selama makanan itu bukan sesuatu yang menjijikkan, seperti bangkai, darah, daging babi, dan apa-apa yang diharamkan dan didapatkan dari sesuatu yang haram.

Ketika Allah Ta’ala memerintahkan manusia dengan perintah-Nya (yang merupakan kebaikan untuk mereka), Allah Ta’ala pun melarang mereka juga untuk mengikuti jalan dan perintah dari setan. Perintah setan adalah segala bentuk maksiat berupa kekufuran, kefasikan, kezaliman, dan termasuk di dalamnya menikmati makanan yang haram.

Setan itu melakukan permusuhan yang nyata kepada manusia. Perintah setan kepada manusia pasti akan menipu dan menyebabkan manusia menjadi penghuni neraka. Maka Allah Ta’ala bukan sekedar memerintahkan kita untuk tidak mengikuti langkahnya, Dia juga mengabarkan kita tentang permusuhan setan kepada kita agar kita waspada. Allah Ta’ala lah yang Maha Benar perkataan-Nya.

Tak cukup sampai disana, setan juga memerintahkan kita dengan hal-hal yang sangat buruk dan membawa kerusakan besar. Setan memerintahkan manusia untuk melakukan seluruh perbuatan maksiat dan berkata tentang Allah Ta’ala tanpa ilmu, baik tentang syariat-Nya maupun tentang kekuasaan-Nya.

Siapa saja yang menyifati Allah Ta’ala bukan dengan sifat yang Dia tunjukkan atau yang ditunjukkan oleh Rasul-Nya, maka orang itu telah berkata tentang Allah Ta’ala tanpa ilmu. Siapa saja yang meniadakan sesuatu yang Dia tetapkan untuk diri-Nya atau menetapkan sesuatu yang Dia tiadakan untuk diri-Nya, maka orang itu telah berkata tentang Allah Ta’ala tanpa ilmu. Siapa saja yang mengatakan bahwa Allah Ta’ala memiliki sekutu berupa sesembahan yang sesembahan itu bisa mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, maka ia telah berkata tentang Allah Ta’ala tanpa ilmu. Siapa saja yang mengatakan bahwa Allah Ta’ala menghalalkan ini, mengharamkan itu, memerintahkan ini atau melarang itu tanpa bukti, maka ia telah berkata tentang Allah Ta’ala tanpa ilmu.

***

Penerjemah: Amrullah Akadhinta, ST.

Sumber: https://muslim.or.id/73448-seruan-tuhannya-manusia-untuk-seluruh-manusia-bag-2.html

Seruan Tuhannya Manusia untuk Seluruh Manusia (Bag. 1)

Muqaddimah

Alhamdulillah, selawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Artikel berikut ini merupakan terjemahan tulisan Syekh Prof. Dr. Ashim al-Qaryuti Hafizhahullah yang berjudul “Nidaatu Rabbinnaas Linnaasi Kaaffatan”. Tulisan tersebut menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi seruan Allah Subhaanahu wa Ta’ala yang dimulai dengan “Yaa ayyuhannaas (artinya: wahai manusia)”. Syekh Prof. Dr. Ashim al-Qaryuti adalah guru besar ilmu hadis di Universitas Imam Muhammad bin Su’ud, Riyadh, Saudi Arabia. Beliau juga salah seorang murid Imam al-Albani Rahimahullah. Selamat mengikuti. (Penerjemah)

===

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, selawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, wa ba’du.

Allah telah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai rahmat bagi alam semesta. Beliau adalah utusan Allah untuk seluruh manusia dan jin. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا

“Katakanlah, ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua’” (QS. Al-A’raf: 158).

Allah Ta’ala pun berfirman,

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan” (QS. Saba: 28).

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah rahmat bagi seluruh alam semesta, dengan sebab risalah yang Allah Ta’ala turunkan dan dengan sebab mengikuti perintahnya serta menjauhi larangannya.

Siapa saja yang menjalankan risalah tersebut, maka dia mendapatkan rahmat yang sempurna. Dia akan masuk ke dalam surga dan selamat dari api neraka. Siapa saja yang tidak menegakkan risalah tersebut, maka hujah telah tegak atasnya dan tidak ada lagi alasan untuknya. Dia pun sebenarnya telah mendapatkan rahmat dari sisi penyampaian dan peringatan. Sehingga dia tak bisa lagi beralasan, “Tidak ada yang datang kepadaku untuk memberi kabar gembira ataupun peringatan.” Dengan demikian, ini juga merupakan rahmat dari Allah Ta’ala.

Selanjutnya, segala kebaikan berupa hujan, keamanan, dan perjanjian damai yang dirasakan oleh seorang muslim dan yang lainnya merupakan rahmat Allah. Tujuannya agar dirasakan manfaatnya oleh seluruh manusia apapun agama mereka. Bahkan kebaikan-kebaikan Islam juga dirasakan oleh hewan. Oleh sebab itu, Islam adalah agama rahmat dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah rahmat bagi seluruh alam semesta.

Ayat-ayat yang akan kami sebutkan dalam tulisan ini adalah di antara firman Allah kepada seluruh manusia dalam Al Quranul Karim disertai tafsir ringkas dari ayat tersebut. Sebagian besar tafsirannya kami ambil dari tafsir Syekh As-Sa’di Rahimahullah, semoga Allah memberikan taufik.

Apa maksud seruan “wahai manusia!’ dalam Al-Quranul Karim?

Kita akan temukan dalam Al-Qur’an ada 15 ayat di mana Allah Ta’ala menyeru seluruh manusia dengan seruan, “Wahai manusia!”.

Itu adalah seruan Allah pada seluruh anak manusia di setiap waktu dan tempat. Seruan itu menunjukkan pentingnya apa yang hendak disampaikan. Hal ini bertujuan agar setiap telinga mendengarnya dan agar orang yang diseru menyadari bahwa isi seruan tersebut adalah perkara yang sangat agung yang perlu diperhatikan dengan sempurna oleh hati manusia. Allah Ta’ala yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang lebih menyayangi hamba-Nya daripada diri hamba itu sendiri, menyeru para hamba agar mereka memperhatikan seruan sang pencipta.

Setiap perintah Allah Ta’ala pada manusia adalah kebaikan untuk mereka di dunia dan akhirat. Segala sesuatu yang Allah Ta’ala perintahkan untuk dijauhi adalah keburukan yang bisa menimpa manusia di dunia dan akhirat. Dialah yang lebih mengetahui tentang manusia dan tentang apa yang bermanfaat atau berbahaya buat mereka daripada diri mereka sendiri.

Poin terakhir (yang mesti kita renungkan, pent), ketika yang menyeru dalam ayat-ayat ini adalah Allah Ta’ala, sang pencipta dan pemberi rezeki kepada kita, bukankah kita perlu benar-benar memperhatikan seruan ini dengan perhatian yang sempurna? Layakkah bagi kita menyepelekan seruan dari dzat yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya pada kita?

Ditulis oleh Prof. Dr Ashim bin Abdillah al Qaryuti

20 Rajab 1443 H/21 Februari 2022

***

Penerjemah: Amrullah Akadhinta, ST.

Sumber: https://muslim.or.id/72918-seruan-tuhannya-manusia-untuk-seluruh-manusia-bag-1.html