Umara dan Ulama Bisa Tangkal Paham Sesat

Paham sesat bisa ditangkal oleh umara dan ulama

Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Lampung Fahrizal Darminto mengatakan, komunikasi yang intens antara umara (pemerintah) dan ulama dapat menangkap pengaruh negatif paham sesat. Kontribusi umara dan ulama menjadi elemen vital dalam pembangunan di daerah.

“Maka kita tingkatkan komunikasi yang intens antara umara dan ulama merupakan faktor penting, dalam menangkal pengaruh paham-paham yang akan menghambat proses pembangunan di Provinsi Lampung,” kata Sekdaprov Lampung Fahrizal Darminto pada Refleksi Kehidupan Beragama di Lampung yang digelar di Bandar Lampung, Rabu (15/12).

Ia mengatakan, hubungan yang harmonis antara umara dan ulama dapat menciptakan suasana dan kondisi yang kondusif dalam membangun daerah. Namun pada bagian lain, perkembangan sosioreligius di tingkat global maupun nasional menjadi tantangan bagi relasi yang harmonis itu akhir-akhir ini.

Selain komunikasi yang intens tersebut, dia mengatakan perlu juga dilakukan komunikasi secara informal yang terus menerus pada event-event tertentu. Hal ini penting, karena komunikasi informal kedua pihak tersebut dapat terbangun harmonisasi dan dapat menghilangkan sekat-sekat struktural menjadi beban psikologis yang menghambat proses komunikasi secara terbuka.

“Kita patut bersyukur bahwa situasi dan kondisi di Provinsi Lampung sangat kondusif. Terciptanya kondisi ini saya yakini merupakan bagian dari kontribusi para kiayi dan ulama dalam menjaga kehidupan keagamaan yang harmonis,” kata dia.

Menurut dia, Pemprov Lampung dan jajaran yang terkait, selama ini juga telah berupaya sekuat tenaga untuk meletakkan regulasi-regulasi yang diperlukan dalam menciptakan kehidupan yang harmonis.

Peran serta para kiyai dan ulama sangat diapresiasi dalam menerjemahkan regulasi-regulasi yang disampaikan kepada umat, sehingga hal itu dapat terwujud rasa saling percaya. Saling memercayai merupakan kunci keberhasilan setiap kegiatan yang telah direncanakan.

Ulama dan pemerintah ini juga dituntut harus memberikan contoh nyata, seperti Rasulullah SAW sebagai suri tauladan dalam menciptakan ketentraman dan mempersaudarakan antar suku dan agama atas nama kemanusiaan.

Fahrizal mengatakan, Lampung akan menjadi tuan rumah dalam perhelatan nasional Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) pada 23-25 Desember 2021. “Muktamar tersebut merupakan manifestasi kepercayaan Ulama NU se-Indonesia bahwa Provinsi Lampung termasuk daerah yang mampu merawat kerukunan di antara warganya,” kata Fahrizal, mantan kepala Bappeda Lampung.

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Lampung Marzuki Noor mengatakan, dalam menggerakkan Islam semakin baik dan berkemajuan, perlu harmonisasi dalam kehidupan beraga di Provinsi Lampung.

“Seperti nuklir kalau di pegang oleh orang yang tidak beriman bisa jadi senjata untuk ngebom orang, tapi ditangan orang dengan kesolehan tinggi bisa diolah dan bermanfaat,” katanya.

Menurut dia, kemajemukan yang harmonis akan menjadi landasan yang kuat dalam membangun Provinsi Lampung yang bermartabat. Untuk itu, lanjut dia, tradisi saling mengisi, saling mengoreksi dan bahkan saling berbagi peran yang didasari saling paham dan saling percaya. “Sehingga Lampung yang damai akan semakin dirasakan oleh seluruh masyarakat,” katanya. 

KHAZANAH REPUBLIKA

Jihad Memberantas Hoax

Medsos di zaman sekarang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Namun sayangnya, banyak sekali medsos sekarang ini berisi sampah berupa berita-berita hoax yang tidak jelas sumbernya sehingga menimbulkan kekacauan dan kegaduhan.

Oleh karenanya, kita harus cerdas menyikapi hal ini agar tidak menjadi korban hoax.

Islam mengajarkan kepada kita agar selektif dalam menyikapi berita, sebab tidak semua berita yang terima mesti benar adanya sesuai dengan fakta, lebih-lebih pada zaman sekarang di mana kejujuran sangat mahal harganya.

Ibnu Baadis mengatakan, “Tidak semua yang kita dengar dan kita lihat harus diyakini oleh hati-hati kita, namun hendaknya kita mengeceknya dan memikirkannya secara matang. Jika memang terbukti dengan bukti nyata maka kita mempercayainya, namun jika tidak maka kita meninggalkannya.” (Ushul Hidayah hln. 97

Dalam al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan sebuah prinsip dasar dalam menyikapi sebuah isu yang beredar dalam firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti.” (QS Al-Hujurat [49]: 6)

Asy-Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab berkata, “Ketahuilah dan renungkanlah ayat ini baik-baik.” (Ad Durar Saniyyah 1/35)

Di dalam ayat ini terdapat pelajaran berharga bagi setiap mukmin yang perhatian terhadap agama dalam berinteraksi dengan saudaranya seiman, hendaknya selektif terhadap hembusan isu yang bertujuan untuk meretakkan barisan, memperuncing api permusuhan, dan memperlebar sayap perpecahan.

Lebih-lebih lagi jika hal itu menyangkut kehormatan negara, pemerintah, atau ulama maka sikap selektif harus lebih ditingkatkan.

Alangkah bagusnya apa yang dikatakan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar, “Diharuskan bagi seorang yang ingin menilai suatu ucapan, perbuatan, atau golongan untuk berhati-hati dalam menukil dan tidak memastikan kecuali benar-benar terbukti. Tidak boleh mencukupkan diri hanya pada isu yang beredar, apalagi jika hal itu menjurus kepada celaan kepada seorang ulama.” (Dzail Tibril Masbuk hlm. 4 karya As Sakhowi)

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/44396-jihad-memberantas-hoax.html