Hikmah Membaca Surat Al-Dhuha: Jalan Keluar Bila Menderita Kerugian

Al-Qur’an pedoman hidup seluruh manusia. Di dalamnya terdapat banyak keterangan tentang kehidupan dunia dan akhirat nanti. Selain menjadi kitab pedoman, membaca al-Qur’an juga menjadi bagian dari ibadah, meskipun orang yang membacanya tidak memahami maksud dan kandungan yang dibaca. Membaca al-Qur’an memiliki banyak hikmah dan keutamaan.

Hal ini sebagaimana disebutkan Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki dalam Abwabul Faraj. Dalam kitab tersebut, Sayyid Muhammad menjelaskan beberapa keutamaan dan hikmah membaca al-Qur’an, dan secara khusus mengungkap rahasia yang terdapat dalam surat-surat tertentu. Rahasia dan hikmah surat itu merujuk pada riwayat dari Rasulullah, sahabat Nabi, dan ada juga dari para ulama yang istiqamah.

Sayyid Muhammad mengutip Imam al-Ghazali yang menjelaskan terdapat beberapa riwayat dari banyak ulama salaf bahwa mereka membiasakan baca surat al-Dhuha pada saat menderita kerugiaan dan kehilangan sesuatu. Setelah mengamalkan itu, biasanya mereka mendapatkan ganti dari Allah SWT dari kerugian dan kehilangan yang dialami.

Sebelum membaca surat al-Dhuha, mereka shalat Dhuha sebanyak 8 rakaat. Sesudah shalat Dhuha, mereka membaca surat al-Dhuha 7 kali dan membaca doa:

يَا جَامِعَ الْعَجَائِبِ، يَا رَادٌّ كُلِّ غَائِبِ، يَاجَامِعَ الشَّتَاتِ، يَامَنْ مَقَالِيْدُ الْأُمُوْرِ بِيَدِهِ، اِجْمَعْ عَلَيَّ ضَائِعِيْ، أَوْ اِجْمَعْ ضَائِعِ فُلَاِن عِلِيْهِ، لاَجَامِعَ إِلاِّ أَنْتَ

Ya jami’al aja’ibi, ya radda kullil ghaibi, ya jami’asy syatati, ya man maqalidil umuri biyadihi, ijma’ ‘alayya dha`i’I, aw ijma’ dha`i’I Fulani ‘alaihi, la jami’a illa anta

“Wahai Sang Penghimpun segala hal menakjubkan. Wahai Sang Pengembali segala sesuatu yang tidak ada. Wahai Sang Penghimpun segala hal yang terpencar. Wahai yang di tangan-Nya ada kunci segala urusan. Himpunlah bagiku barangku yang hilang. Atau himpunlah barang hilang si fulan baginya. Tidak ada yang menghimpunnya baginya selain engkau.”

Semoga dengan membaca surat al-Dhuha dan doa di atas, Allah memberi kemudahan, dan mengganti kerugian yang pernah kita alami.

ISLAMIco

Memelihara Dua Rakaat Shalat Dhuha

SEORANG muslim tiap harinya dituntut melaksanakan 360 sedekah. Barangsiapa melakukannya lalu meninggal dunia pada hari itu, berarti ia telah menjamin dirinya dijauhkan dan terjaga dari api neraka jahannam ketika ia menyeberanginya dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.

‘Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya, setiap anak cucu Adam diciptakan di atas 360 ruas persendian. Barangsiapa bertakbir kepada Allah, bertahmid kepada Allah, bertahlil kepada Allah, bertasbih kepada Allah, beristighfar (memohon ampunan) kepada Allah, menyingkirkan sebuah batu dari jalan (yang dilalui) manusia, atau duri, atau juga tulang dari jalan (yang dilalui) manusia, amar makruf, atau nahi munkar (mencegah sesuatu yang mungkar) dengan jumlah 360 ruas persendian itu, sesungguhnya ia berjalan dalam sebuah riwayat: memasuki waktu sore pada hari itu dengan menjauhkan (menghindarkan) dirinya dari api neraka.”

Sementara sejumlah sedekah itu dapat digantikan dengan melaksanakan dua rakaat shalat Dhuha. Abu Dzarr r.a. meriwayatkan bahwa Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Setiap memasuki pagi hari ada sedekah yang harus ditunaikan bagi setiap ruas persendian setiap orang dari kalian. Maka setiap tasbih (Subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (La ilaha illallah) adalah sedekah, setiap takbir (Allahu akbar) adalah sedekah, menyuruh kepada yang makruf adalah sedekah dan mencegah kemungkaran juga sedekah. Hal itu dapat digantikan dengan dua rakaat yang dilakukannya pada shalat Dhuha.”

Abu Buraidah r.a. meriwayatkan, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Pada manusia terdapat 360 ruas persendian. Maka, ia harus melakukan sedekah untuk setiap ruas persendiannya. Para sahabat bertanya, ‘Siapa yang sanggup demikian wahai Nabi Allah?’ Beliau bersabda, ‘Ludah di masjid yang engkau timbun dan sesuatu (bahaya) yang engkau singkirkan dari jalan. Lalu, jika engkau tidak menemukannya maka dengan dua rakaat shalat Dhuha, niscaya dapat mencukupkanmu.”

Karena itu, selayaknya kita tidak lalai terhadap dua rakaat ini. Jika kita tak bisa mengerjakan hal itu disebabkan kondisi pekerjaan atau sebagainya, maka paling tidak kita menyibukkan lisan kita dengan membiasakan amal-amal saleh lainnya, seperti tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil sebanyak sejumlah sedekah tersebut. Sebab, yang demikian tidak sampai menyita lima menit dari waktu kita.*/Sudirman STAIL

 

Sumber buku: Di Atas Titian Jahannam, penulis: Dr. Muhammad An-Nuaim.

HIDAYATULLAH