Rajin Shalat Dhuha Tak Kunjung Kaya? Mungkin ini Salah Satu Penyebabnya!

Shalat dhuha sering kali dikatakan sebagai solat meminta rezeki.  Namun karena persepsi ini, tak sedikit yang menyudahi istikomah solat dhuha karna rejeki tak kunjung datang. Sebenarnya, jika amalan sunnah dilakukan secara rutin dapat membuat jiwa menjadi tenang, segala urusan dipermudah, dan lapang dada menerima takdir Allah baik yang buruk atau tidak. Solat dhuha dikatakan pembawa rejeki dimulai dari beberapa sabda Nabi saw.:

Bagi masing-masing ruas dari anggota tubuh salah seorang diantara kalian harus dikeluarkan shadaqohnya. Setiap tasbih adalah shodaqoh, setiap tahmid adalah shodaqoh, menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran juga shodaqoh. Dan semua itu bisa disetarakan ganjarannya dengan dua rakaat solat dhuha.”(HR. Muslim)

Wahai anak Adam, rukuklah untuk-Ku empat rokaat diawal siang, niscaya aku mencukupimu di akhir siang dan sore harinya.

Sedangkan kita tau bahwa sedekah dapat mendatangkan rezeki. Sebenarnya sah-sah saja apabila solat ingin meminta turunnya rezeki karena solat dhuha merupakan bentuk ikhtiar kita kepada Allah swt. Banyak yang terbukti dengan amalan solat dhuha ini, namun tak sedikit juga orang yang gagal. Penyebab orang yang rajin solat dhuha namun tidak kunjung mendatangkan rejeki karena ada beberapa sebab yang sepatutnya perlu dikoreksi dalam diri sendiri.

Pertama, niat yang keliru. Nabi saw bersabda:

Sesungguhnya amal-amal itu hanyalah itu hanyalah bergantung pada niatnya. Dan tiap-tiap orang itu bergantung apa yang diniatkannya. Maka barang siapa hijrahnya karena dunia, ia akan memperolehnya; atau karena perempuan, maka ia akan menikahinya. Maka sesungguhnya pahala hijrahnya tergantung pada tujuan hijrahnya.

Kedua, yakni hati yang kurang bersih. Nabi saw bersabda

“…Bahwa dalah diri setiap manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh amalnya, apabila ia rusak maka rusak pula seluruh perbuatannya. Gumpalan daging itu adalah hati.”

Ketiga, tidak menyempurnakan wudhu. Wudhu merupakan syarat sahnya solat, jika wudhunya tidak tepat makan solatnyapun tidak akan diterima.

Keempat, tidak khusyuk. Khusyuk merupakan salah satu sifat dalam solat yang sangat penting. Nabi saw bersabda:

Ilmu yang pertama kali diangkat dari muka bumi adalah kekhusyukan.”(HR.Tabrani)

Kelima, kurangnya usaha. Untuk memperoleh rejeki, solat tidaklah cukup untuk memancing datangnya rejeki melainkan harus diimbangi oleh usaha. Seorang tidak mungkin hanya mengandalkan doa sedangkan ia malas mencari sarana datangnya rezeki. Nabi saw saja selaku manusia yang dijamin kebutuhannya masih melakukan jual beli dan transaksi lainnya.

Keenam atau yang terakhir yakni banyak melakukan dosa. Dosa-dosa yang sering dilakukan dapat menjadi penghambat datangnya rezeki. Nabi saw bersabda:

Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkan oleh perbuatan dosanya.”(HR. Ahmad)

Jika menginginkan rezeki dipermudah dan sudah meminta kepada Allah melalui jalur solat dhuha namun rezeki masih saja susah didapat, maka cobalah untuk intropeksi diri, barangkali terdapat sesuatu yang belum kita lakukan atau terdapat dosa yang tidak kita sadari.

ISLAM KAFFAH

Harmonisasi Hukum Fikih Shalat Dhuha

SAAT mendengar isu kajian fikih yang bersangkutan mengenai amalan shalat Dhuha, dalam pikiran terlintas bahwasannya hukum terkait itu tidak hanya satu dari pendapat ulama. Seorang muslim tidak diwajibkan mendirikan shalat Dhuha setiap hari atau seorang muslim dianjurkan shalat Dhuha setiap hari, begitulah adanya.

Shalat Dhuha merupakan salah satu dari sejumlah amalan sunnah yang dicontohkan Rasulullah ﷺ. Artinya amalan sunnah tidak wajib hukumnya untuk dikerjakan, tetapi memiliki nilai pahala yang pasti diberikan oleh Allah ta’ala. Selain itu, shalat Dhuha memiliki hikmah dan manfaat yang luar biasa bermanfaat. Salah satunya adalah pengganti dari sedekah.

Diriwayatkan oleh Bukhari;

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ إِنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيَدَعُ الْعَمَلَ وَهُوَ يُحِبُّ أَنْ يَعْمَلَ بِهِ خَشْيَةَ أَنْ يَعْمَلَ بِهِ النَّاسُ فَيُفْرَضَ عَلَيْهِمْ وَمَا سَبَّحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُبْحَةَ الضُّحَى قَطُّ وَإِنِّي لَأُسَبِّحُهَا

“Telah menceritakan kepada kami [‘Abdullah bin Yusuf] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Malik] dari [Ibnu Syihab] dari [‘Urwah] dari [‘Aisyah radliallahu ‘anha] berkata; “Tidaklah Rasulullah ﷺ meninggalkan suatu amal padahal Beliau mencintai amal tersebut melainkan karena Beliau khawatir nanti orang-orang akan ikut mengamalkannya sehingga diwajibkan buat mereka. Dan tidaklah Beliau melaksanakan shalat Dhuha sekalipun kecuali pasti aku ikut melaksanakannya.” (Shahih Bukhari).

Sementara ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga pernah berkata, bahwa “Nabi ﷺ tidak melakukannya melainkan baru tiba dari perjalanan.”

Maksud dari hadits di atas tersebut ialah ‘Aisyah tidak pernah melihat, padahal belum tentu jika ‘Aisyah tidak melihat, Nabi ﷺ tidak melakukannya. Sebabnya ialah Nabi ﷺ jarang bersama ‘Aisyah pada waktu Dhuha karena mungkin sedang dalam perjalanan, atau berada di tempat tapi beliau di masjid atau tempat lain.

Apabila Nabi berada bersama istri-istri beliau, maka beliau berada di tempat ‘Aisyah hanyalah pada hari kesembilan, sehingga benarlah jika ‘Aisyah mengatakan, “saya tidak pernah melihat”. Atau, perkataan ‘Aisyah: “Nabi tidak melakukannya,” itu artinya tidak melakukannya terus-menerus.

Adapun cara mengharmonisasikan dua hadits di atas yang terlihat bertentangan, yaitu yang satu menafikkan dan yang satunya menetapkan. Dengan menafikkan sifat rajinnya Nabi ﷺ, bukan shalat beliau.

Sementara terdapat pendapat Ibnu Umar yang menganggap bid’ah shalat Dhuha, maksud beliau adalah karena shalat Dhuha di masjid dalam rangka pamer. Alasan kedua dikarenakan dilakukan terus menerus sedangkan Nabi tidak melakukannya terus menerus, sehingga dikhawatirkan jika dianggap fardhu. Namun ini adalah untuk Nabi ﷺ.

Adapun untuk umat Islam, disunnahkan untuk terus-menerus melakukannya sebagaimana dalam hadits-hadits berikut:

1. Hadits riwayat Abu Hurairah:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : أَوْصَانِي خَلِيلِي – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – بِصِيَامِ ثَلاَثَةِ أيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَرَكْعَتَي الضُّحَى ، وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
وَالإيتَارُ قَبْلَ النَّوْمِ إنَّمَا يُسْتَحَبُّ لِمَنْ لاَ يَثِقُ بِالاسْتِيقَاظِ آخِرَ اللَّيْلِ فَإنْ وَثِقَ ، فَآخِرُ اللَّيْلِ أفْضَلُ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kekasihku—Rasulullah ﷺ—mewasiatkan kepadaku untuk puasa tiga hari setiap bulan, mengerjakan shalat Dhuha dua rakaat, dan melakukan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari, no. 1178 dan Muslim, no. 721)

2. Hadits riwayat Abu ad-Dardak:

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ رضي الله عنه قَالَ :أَوْصَانِي حَبِيبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ لَنْ أَدَعَهُنَّ مَا عِشْتُ : بِصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلَاةِ الضُّحَى ، وَبِأَنْ لَا أَنَامَ حَتَّى أُوتِرَ

“Dari Abu ad-Dardak (diriwayatkan bahwa) ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah) ﷺ mewasiatiku tiga perkara yang tidak akan aku tinggalkan selama aku masih hidup: Puasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha, dan aku tidak tidur sehingga shalat witir dahulu.” (HR: Muslim).

3. Hadits riwayat Abu Dzar:

عَنْ أَبِـيْ ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوْا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَا رَسُوْلَ اللّٰـهِ ! ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِاْلأُجُوْرِ ؛ يُصَلُّوْنَ كَمَـا نُصَلِّـيْ ، وَيَصُوْمُوْنَ كَمَـا نَصُوْمُ ، وَيَتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ أَمْوَالِـهِمْ. قَالَ : «أَوَلَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللّٰـهُ لَكُمْ مَا تَصَدَّقُوْنَ ؟ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً ، وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً ، وَكُلِّ تَـحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً ، وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً ، وَأَمْرٌ بِالْـمَعْرُوْفِ صَدَقَةٌ ، وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ ، وَفِـيْ بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ». قَالُوْا : يَا رَسُوْلَ اللّٰـهِ ! أَيَأْتِـيْ أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ ؟ قَالَ : «أَرَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِـي حَرَامٍ، أَكَانَ عَلَيْهِ فِيْهَا وِزْرٌ ؟ فَكَذٰلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِـي الْـحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرًا»

Dari Abu Dzar Radhiyallahu anhu bahwa beberapa orang dari Sahabat berkata kepada Nabi ﷺ: “Wahai Rasulullah! Orang-orang kaya telah pergi dengan membawa banyak pahala. Mereka shalat seperti kami shalat, mereka puasa seperti kami puasa, dan mereka dapat bersedekah dengan kelebihan harta mereka.” Beliau ﷺ bersabda : “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian sesuatu yang dapat kalian sedekahkan? Sesungguhnya pada setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, menyuruh kepada yang ma’ruf adalah sedekah, mencegah dari yang mungkar adalah sedekah, dan salah seorang dari kalian bercampur (berjima’) dengan istrinya adalah sedekah.” Mereka bertanya : “Wahai Rasulullah! Apakah jika salah seorang dari kami mendatangi syahwatnya (bersetubuh dengan istrinya) maka ia mendapat pahala di dalamnya?” Beliau menjawab : “Apa pendapat kalian seandainya ia melampiaskan syahwatnya pada yang haram, bukankah ia mendapatkan dosa? Maka demikian pula jika ia melampiaskan syahwatnya pada yang halal, maka ia memperoleh pahala.” (HR: Muslim).

Berdasarkan hadits-hadits di atas, kita disunnahkan untuk melakukan shalat Dhuha semampu kita tanpa melalaikan kewajiban-kewajiban. Wallahu a’lam bish shawab.*/Asmaul Afifah Irfindari, aktivis Himpunan Mahasiswa Islam.

HIDAYATULLAH

Rahasia Shalat Dhuha

ALLAH SWT dalam beberapa ayat bersumpah dengan waktu Dhuha. Dalam pembukaan surat As-Syams, Allah berfirman, “Demi matahari dan demi waktu Dhuha.” Bahkan, ada surat khusus di Alquran dengan nama Addhuha.

Pada pembukaannya, Allah berfirman, “Demi waktu Dhuha.” Imam Arrazi menerangkan bahwa Allah SWT setiap bersumpah dengan sesuatu, itu menunjukkan hal yang agung dan besar manfaatnya. Bila Allah bersumpah dengan waktu Dhuha, berarti waktu Dhuha adalah waktu yang sangat penting. Benar, waktu Dhuha adalah waktu yang sangat penting. Di antara doa Rasulullah SAW: Allahumma baarik ummatii fii bukuurihaa. Artinya, “Ya Allah berilah keberkahan kepada umatku di waktu pagi.”

Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang aktif dan bangun di waktu pagi (waktu Subuh dan Dhuha) untuk beribadah kepada Allah dan mencari nafkah yang halal, ia akan mendapatkan keberkahan. Sebaliknya, mereka yang terlena dalam mimpi-mimpi dan tidak sempat shalat Subuh pada waktunya, ia tidak kebagian keberkahan itu.

Abu Dzar meriwayatkan sebuah hadits. Rasulullah SAW bersabda, “Bagi tiap-tiap ruas anggota tubuh kalian hendaklah dikeluarkan sedekah baginya setiap pagi. Satu kali membaca tasbih (subhanallah) adalah sedekah, satu kali membaca tahmid (alhamdulillah) adalah sedekah, satu kali membaca takbir (Allahu Akbar) adalah sedekah, menyuruh berbuat baik adalah sedekah, dan mencegah kemunkaran adalah sedekah. Dan, semua itu bisa diganti dengan dua rakaat shalat Dhuha,” (HR Muslim).

Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah SAW selalu melaksanakan shalat Dhuha empat rakaat. Dalam riwayat Ummu Hani, “Kadang Rasulullah SAW melaksanakan shalat Dhuha sampai delapan rakaat,” (HR Muslim). Imam Attirmidzi dan Imam Atthabrani meriwayatkan sebuah hadis yang menjelaskan bahwa bila seseorang melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu ia berdiam di tempat shalatnya sampai tiba waktu Dhuha, kemudian ia melaksanakan shalat Dhuha, ia akan mendapatkan pahala seperti naik haji dan umrah diterima. Para ulama hadis merekomendasikan hadis ini kedudukannya hasan.

Jelaslah bahwa shalat Dhuha sangat penting bagi orang beriman. Penting bukan karena seperti yang banyak dipersepsikan bahwa shalat Dhuha ada hubungannya dengan mencari rezeki, melainkan ia penting karena sumpah Allah SWT dalam Al-Quran. Maka, sungguh bahagia orang-orang beriman yang memulai waktu paginya dengan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu dilanjutkan dengan shalat Dhuha. []

ISLAM POS



Ini Manfaat Shalat Dhuha untuk Kesehatan

SHALAT dhuha dikerjakan ketika matahari mulai terbit. Umumnya orang-orang mengerjakan shalat ini sebelum menjalankan aktivitas yang padat. Sehingga shalat ini bisa dibilang sebagai persiapan awal seseorang melakukan kegiatan yang penuh tantangan.

Selain bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan rohani seseorang, ternyata shalat duha ini juga bermanfaat untuk kesehatan. Pasalnya, dalam sholat dhuha terdapat beberapa gerakan yang bisa dimanfaatkan sebagai salah satu kegiatan dalam berolahraga. Maka, manfaat shalat dhuha terlihat jelas sekali bagi kesehatan.

Dr. Ebrahim Kazim—seorang dokter, peneliti, serta direktur dari Trinidad Islamic Academy—menyatakan, “Repeated and regular movements of the body during prayers improve muscle tone and power, tendon strength, joint flexibility and the cardio-vascular reserve.” Gerakan teratur dari shalat menguatkan otot berserta tendonnya, sendi serta berefek luar biasa terhadap sistem kardiovaskular.

Bedanya dengan olah raga biasa adalah memiliki pahala yang luar biasa jika dikerjakan. Seperti yang diriwayatkan Buraidah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Dalam tubuh manusia terdapat 360 persendian, dan ia wajib bersedekah untuk tiap persendiannya.” Para sahabat bertanya, “Siapa yang sanggup, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ludah dalam masjid yang dipendamnya atau sesuatu yang disingkirkannya dari jalan. Jika ia tidak mampu, maka dua rakaat Dhuha sudah mencukupinya.” (HR Ahmad dan Abu Dawud).

Shalat Dhuha tidak hanya berguna untuk mempersiapkan diri menghadapi hari dengan rangkaian gerakan teraturnya, tapi juga menangkal stress yang mungkin timbul dalam kegiatan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan keterangan dr. Ebrahim Kazim tentang shalat, yaitu, “Simultaneously, tension is relieved in the mind due to the spiritual component, assisted by the secretion of enkephalins, endorphins, dynorphins, and others.”

Ada ketegangan yang lenyap karena tubuh secara fisiologis mengelurakan zat-zat seperti enkefalin dan endorphin. Zat ini sejenis morfin,termasuk opiate. Efek keduanya juga tidak berbeda dengan opiate lainnya. Bedanya, zat ini alami, diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga lebih bermanfaat dan terkontrol.

Jika barang-barang terlarang macam morfin bisa memberi rasa senang, yang kemudian mengakibatkan ketagihan disertai segala efek negatifnya. Namun, endorphin dan enkefalin ini tidak. Ia memberi rasa bahagia, lega, tenang, rileks, secara alami. Menjadikan seseorang tampak ebih optimis, hangat, menyenangkan, serta seolah menebarkan aura ini kepada lingkungan di sekelilingnya. []

Sumber: SatuMedia

ISLAM POS



Shalat Dhuha, Sebaiknya Dilakukan di Jam Ini

SHALAT Dhuha mempunyai banyak keutamaan. Shalat sunnah yang dilakukan pada waktu pagi menjelang siang ini disebutkan Nabi sebagai salah satu amalan sunnah yang layak dijadikan sebagai salah satu rutinitas kita.

Waktu shalat Dhuha diawali sejak naiknya matahari, yaitu sekitar ¼ jam setelah munculnya matahari sampai menjelang zawal (tergelincirnya matahari), selagi belum masuk waktu terlarang untuk shalat.

Dan sebaiknya seseorang yang ingin melaksanakan shalat Dhuha agar mengakhirkan waktunya sampai sengatan terik matahari terasa panas, berdasarkan hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Shalatnya orang-orang yang bertaubat adalah ketika anak unta mencari tempat yang teduh,” ( HR. Muslim 748). Dan ini biasanya terjadi menjelang zawal.

Jika kita jabarkan mungkin waktunya pagi hari. Sejak sekitar jam 8,00 pagi (atau kira-kira setelah matahari naik dari peraduannya setinggi tombak) sampai masuknya waktu Dhuhur. Jumlah rekaatnya minimal 2 dan paling banyak 8. Kalau ingin mengerjakan lebih dari 2, maka melakukannya tiap 2 rekaat salam. []

ISLAM POS

Ini 6 Keutamaan dan Pahala Shalat Dhuha

BERBAHAGIALAH bagi kita yang rajin Shalat Dhuha. Nabi sudah dengan gambling menjelaskan dalam berbagai hadistnya tentang keutamaan dan pahala dari shalat Dhuha.

Pertama: Orang yang shalat Dhuha akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah. “Barangsiapa yang selalu mengerjakan shalat Dhuha niscaya akan diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan,” (HR. Turmudzi)

Kedua: Barangsiapa yang menunaikan shalat Dhuha ia tergolong sebagai orang yang bertaubat kepada Allah. “Tidaklah seseorang selalu mengerjakan shalat Dhuha kecuali ia telah tergolong sebagai orang yang bertaubat,” (HR. Hakim).

Ketiga: Orang yang menunaikan shalat Dhuha akan dicatat sebagai ahli ibadah dan taat kepada Allah. “Barangsiapa yang shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka dia ditulis sebagai orang yang ahli ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka dia diselamatkan di hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis dia sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya,” (HR. At-Thabrani).

Keempat: Orang yang istiqamah melaksanakan shalat Dhuha kelak akan masuk surga lewat pintu khusus, pintu Dhuha yang disediakan oleh Allah. “Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pintu bernama pintu Dhuha. Apabila Kiamat telah tiba maka akan ada suara yang berseru, ‘Di manakah orang-orang yang semasa hidup di dunia selalu mengerjakan shalat Dhuha? Ini adalah pintu buat kalian. Masuklah dengan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala,” (HR. At-Thabrani).

Kelima: Allah mencukupkan rezekinya. “Wahai anak Adam, janganlah engkau merasa lemah dari empat rakaat dalam mengawali harimu, niscaya Aku (Allah) akan menyukupimu di akhir harimu,” (HR. Abu Darda`).

Keenam: Orang yang mengerjakan shalat Dhuha ia telah mengeluarkan sedekah. “Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab tiap kali bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada yang ma’ruf adalah sedekah, mencegah yang mungkar adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu, maka cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha,” (HR Muslim). []

ISLAM POS


Batas Sholat Dhuha Waktunya Sampai Kapan?

Ikhwatal Iman Ahabbakumullah, saudara saudariku sekalian yang mencintai Sunnah dan dicintai Allah ‘Azza wa Jalla.. Banyak diantara kita yang telah melazimkan (membiasakan) sholat sunnah dhuha dalam aktivitas pagi harinya, tentu saja karena keutamaan besar yang ada dibaliknya.

Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang keutamaan sholat dhuha;

في الإنسانِ ثلاثُ مِئةٍ وسِتُّونَ مَفصِلًا؛ فعليه أن يتصدَّقَ عن كلِّ مَفصِلٍ منه بصدَقةٍ، قالوا: ومَن يُطِيقُ ذلك يا نبيَّ اللهِ ؟ قال: النُّخَاعةُ في المسجِدِ تدفِنُها، والشَّيءُ تُنحِّيهِ عن الطَّريقِ، فإنْ لم تجِدْ فركعَتا الضُّحَى تُجزِئُكَ

“Manusia memiliki 360 sendi, diwajibkan untuk bersedekah sedekah untuk setiap sendinya”
Para sahabat bertanya, ”Siapa yang mampu melakukan demikian, wahai Nabi Allah?”
Beliau menjawab, ”Menutup dahak yang ada di lantai masjid dengan tanah dan menghilangkan gangguan dari jalanan. Apabila engkau tidak mendapatinya, maka dua raka’at Sholat Dhuha sudah bisa mencukupimu”
[HR Abu Daud 5242]

Dalam hadits Qudsi juga disebutkan,

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ

“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat roka’at sholat di awal siang (waktu Dhuha) maka itu akan mencukupimu di akhir siang”
[HR Abu Daud 1289, Tirmidzi 475, Darimi 1451, Ahmad 5/286]

Lalu bagaimana dengan Batasan Waktu Sholat Dhuha?

Karena banyak dari kita yang tahu tentang keutamaan Sholat Dhuha tapi masih bingung kapan Start dan Finish nya. Sholat Dhuha ini diawali dengan meningginya matahari, sebagaimana sholat isyroq atau waktu syuruq yang kita kenal. Dikatakan demikian karena memang sholat Isyroq adalah sholat dhuha yang disegerakan, Syeikh Binbaz rohimahullah mengatakan;

Start Waktu Sholat Dhuha

صلاة الإشراق هي صلاة الضحى في أول وقتها

“Sholat Isyroq adalah sholat dhuha di awal waktu”
(Majmu’ Fatawa Syeikh Binbaz 11/401)

Syeikh Utsaimin rohimahullah memberikan perincian lebih tatkala membahas tentang awal dan akhir sholat dhuha;

حوالي اثنتي عشرة دقيقة، ولنجعله ربع ساعة خمس عشرة دقيقة؛ لأنه أحوط فإذا مضى خمس عشرة دقيقة من طلوع الشَّمس، فإنه يزول وقت النَّهي، ويدخل وقت صلاة الضُّحى

“Kurang lebih 12 menit, dan kita jadikan seperempat jam (15 menit) karena hal itu lebih berhati-hati, sehingga ketika berlalu 15 menit dari terbit matahari (meningginya matahari) maka sejatinya telah hilang waktu larangan dan masuk waktu dholat dhuha”

Adapun batas akhir dari sholat dhuha menurut beliau;

قبل زوال الشَّمس بزمنٍ قليل حوالي عشر دقائق

“Sesaat sebelum tergelincirnya matahari, sekitar 10 menit (sebelumnya)”
(Asy-Syarhul Mumti’ 4/87-88)

Maka semua waktu ini adalah waktu untuk sholat dhuha, dan ketahuilah bahwa diantara rentang waktu ini ada waktu terbaik untuk mendirikan sholat dhuha yakni ketika matahari mulai “memanas”, Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda

صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ

“Shalat awwabin (orang yang bertaubat) dikerjakan ketika anak unta mulai beranjak karena kepanasan”
[HR Muslim 1237]

Imam Nawawi rohimahullah menjelaskan hadits diatas

وَالْأَوَّابُ الْمُطِيعُ وَقِيلَ الرَّاجِعُ إِلَى الطَّاعَةِ وَفِيهِ فَضِيلَةُ الصَّلَاةِ هَذَا الْوَقْتَ قَالَ أَصْحَابُنَا هُوَ أَفْضَلُ وَقْتِ صَلَاةِ الضُّحَى وَإِنْ كَانَتْ تَجُوزُ مِنْ طُلُوعِ الشَّمْسِ إِلَى الزَّوَالِ قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Al-Awwab artinya orang taat, juga dikatakan orang yang kembali pada ketaatan. Dan inilah waktu utama (afdhol) untuk sholat, para ‘ulama kami (syafi’iyyah) juga mengatakan bahwa inilah waktu terbaik untuk melaksanakan sholat dhuha, walaupun dibolehkan pula jika dilaksanakan pada rentang waktu antara matahari terbit hingga waktu zawal”
(Syarh Shahih Muslim 6/30)

Semoga Allah beri kemudahan bagi kita semua untuk menjadikan sholat dhuha sebagai rutinitas pagi hari kita

Wallahu A’lam Bisshowab.

Ditulis oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Jum’at, 16 Muharram 1441 H/ 04 September 2020 M

BIMBINGAN ISLAM

Kabar Gembira Bagi Penikmat Sholat Dhuha

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu

Sahabatku, sudahkah kalian membiasakan sholat dhuha? Bacalah berita gembira dari Rasulullah bagi penikmat dhuha.

  • “Setiap pagi, setiap persendian salah seorang diantara kalian harus (membayar) sedekah, maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, mencegah kemungkaran adalah sedekah, sungguh dua raka’at dhuha sudah mencukupi semua hal tersebut” (HR Muslim).
  • Dari Abu Hurairoh, kekasihku Rasulullah telah berwasiat kepadaku dengan puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat dhuha dan witir sebelum tidur. (Bukhari, Muslim, Abu Dawud). 
  • “Barang siapa shalat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana di surga” (H.R. Tarmiji dan Abu Majah). 
  • “Siapapun yang melaksanakan sholat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak busa lautan.” (H.R Turmudzi). 
  • “Sholat dhuha itu (shalatul awwabin) shalat orang yang kembali kepada Allah setelah orang-orang mulai lupa dan sibuk bekerja, yaitu pada waktu anak-anak onta untuk bangun karena mulai panas tempat berbaringnya”. (HR Muslim). 
  • Allah memberkahi waktu dhuha dengan surah Adh Dhuha…

Sahabatku, ayoo semangat membiasakan sholat dhuha walau hanya dua rakaat.

KHAZANAH REPUBLIKA

Shalat Dhuha, Ibadah Sunah Sarat Faedah

Rasulullah mewasiatkan kepada Muslim agar membiasakan shalat dhuha.

Shalat dhuha merupakan suatu ibadah sunah yang sangat bagus untuk dibiasakan kaum Muslimin. Ibadah ini dilaksanakan pada pagi hari ketika matahari sudah menampakkan sinarnya.

Sunday, 24 May 2020 20:55 WIB

Shalat Dhuha, Ibadah Sunah Sarat Faedah

Rasulullah mewasiatkan kepada Muslim agar membiasakan shalat dhuha.Red: Hasanul RizqaMgIT03

Ilustrasi Shalat Dhuha

Ilustrasi Shalat Dhuha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Shalat dhuha merupakan suatu ibadah sunah yang sangat bagus untuk dibiasakan kaum Muslimin. Ibadah ini dilaksanakan pada pagi hari ketika matahari sudah menampakkan sinarnya.

Baca Juga:

Rasulullah SAW bersabda, “Shalat dhuha dilakukan apabila anak-anak unta telah merasakan kepanasan (karena tersengat matahari)” (HR Muslim).

Nabi Muhammad SAW pun membiasakan diri beliau untuk mengamalkan shalat dhuha. Seperti dijelaskan Abu Hurairah, “Kekasihku (Rasulullah SAW) mewasiatkan kepada tiga hal. Pertama, berpuasa tiga hari tiap bulan. Kedua, shalat dhuha dua rakaat. Ketiga, supaya shalat witir sebelum tidur”(HR Bukhari-Muslim).

Menurut Ibnul Qayyim al-Jauzi, jumlah rakaat shalat dhuha tidak ada batas maksimal, tergantung kemampuan dan kesempatan seorang Muslim yang hendak mengamalkannya. Aisyah berkata, ”Biasanya Rasulullah melakukan shalat dhuha empat rakaat dan beliau menambah.” (HR Muslim).

Allah SWT akan menjauhkan dari siksa api neraka dan mengganti dengan surga bagi yang mengamalkan shalat dhuha. ”Di dalam surga terdapat pintu yang bernama bab ad-dhuha (pintu dhuha) dan pada hari kiamat nanti ada orang memanggil. Di mana orang yang senantiasa mengerjakan shalat dhuha? Ini pintu kamu, masuklah dengan kasih sayang Allah.” (HR Tabrani).

Keistimewaan lainnya adalah sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat kesehatan setiap persendian di tubuh kita. Nabi Muhammad SAW mengungkapkan bahwa di tubuh manusia bersemayam 360 sendi yang setiap harinya harus disedekahkan. Dan sebagai penggantinya adalah shalat dhuha.

Shalat dhuha juga sebagai sebuah pengharapan supaya Allah SWT melimpahkan rahmat dan nikmat, baik fisik maupun materi, sepanjang hari yang kita lalui. ”Allah SWT berfirman, Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas melakukan shalat empat rakaat pada pagi hari, yakni shalat dhuha, niscaya nanti akan Kucukupi kebutuhanmu hingga sore hari.” (HR Hakim dan Tabrani).

KHAZANAH REPUBLIKA

Hadits Pendek: Keutamaan Sedekah dan Sholat Dhuha

Hadits pendek kali ini soal anjuran memperbanyak sedekah yang bisa diamalkan sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT. Bersyukur atas nikmat sehat dan perlindungan Allah SWT dari bencana dan malapetaka.

Dikutip dari Syarah Riyadhus Sholihin jilid I, Allah SWT maha tahu bahwa manusia tak akan mungkin sanggup mengeluarkan sedekah setiap hari. Sehingga Allah kemudian menggantinya dengan dua rakaat sholat dhuha.

“Keutamaan sholat dhuha, dan ia merupakan sholatnya orang-orang yang ingin kembali kepada Allah SWT, sehingga tidak ada yang mampu memelihara dalam mengerjakannya kecuali mereka yang hendak kembali kepada-NYA,” begitu kandungan hadits pendek ini seperti dikutip dari Syarah Riyadhus Sholihin jilid I.(erd/erd)

DETIK HIKMAH