Panduan bagi Imam Shalat Idul Fitri di Tengah Pandemi Covid-19

PANDEMI Covid-19 telah mengubah agenda bergama kegiatan di seluruh dunia. Kegiatan ibadah pun terkena imbasnya. Masjid-masjid telah ditutup mengikuti aturan karantina atau penguncian wilayah masing-masing. Kegiatan ibadah yang biasanya dilakukan secara berjamaah pun ditiadakan selama pandemi ini.

Begitu pun pada Ramadhan kali ini yang bertepatan dengan kondisi pandemi Covid-19, shalat jumat, shalat tarawih, bahkan shalat Idul Fitri, yang biasa dilaksanakan di masjid atau lapangan, kini semuanya dikerjakan di rumah saja. Di Indonesia, keputusan mengenai pelaksanaan ibadah di situasi pandemi ini telah ditetapkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui fatwa-fatwa terkait. 

Situasi ibadah di rumah saja ini membuat banyak kepala keluarga mendadak jadi imam shalat. Bagi yang sudah biasa, mungkin tidak masalah, bagaimana dengan yang awam? 

Jika shalat wajib sudah tak asing, tarawih pun tak jauh berbeda dengan itu. Namun, shalat Idul Fitri punya sedikit perbedaan dari shalat sunah lainnya. Selain ada khotbah, pada shalat Idul Fitri juga ada gerakan takbir yang berulang. Imam shalat Idul Fitri ini biasanya bukan sembarang orang. Lalu, bagaimana jika shalat ini dikerjakan di rumah saja dan salah satu diantara anggota keluarga ‘mau tidak mau’ harus jadi imamnya?

Bagi yang tidak terbiasa, mengimami istri, anak apalagi ada mertua, mungkin saja bikin grogi. Tapi, jangan bingung, ada tuntunan shalat Idul Fitri yang bisa dipelajari, termasuk panduan bagi imamnya.

Berikut ini penjelasannya:

1. Shalat Idul Fitri

Hukumnya

Sunah Muakkadah; sunah yang sangat dianjurkan, kesempatan satu kali dalam satu tahun jangan Anda lewatkan. Bahkan Nabi menyuruh warga muslim Madinah laki-laki & perempuan untuk keluar rumah, sholat id dan merayakan lebaran.

Waktunya

1. Waktu shalat Idul Fitri sama dengan sholat dhuha, dilaksanakan di pagi hari mulai terbit matahari, hingga waktu paling akhir adalah saat zawal (masuk waktu dzuhur).

2. Lebih utama dilakukan di awal waktu saat masuk waktu terbit matahari.

Tata caranya

1. Jumlah rakaat shalat Id adalah 2 rakaat, tetapi ada pengulangan takbir di setiap awal rakaatnya.

2. Saat jadi imam shalat Idul Fitri bacalah dengan terang (jahar) seperti pada saat shalat Jum’at.

3. Niat jika menjadi imam;

اُصَلِّى سُنَّةً لِعِْيدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ اِمَاماً ِلِله تعالى

Usholli sunnatal li iedil fitri rok’ataini imaman lillahi ta’la

“Saya niat shalat sunah idul fitri dua rakaat menjadi imam karena Allah Ta’la”

4. Rakaat pertama, takbir 7 kali (setelah takbiratul Ihram). Sunah membaca doa iftitah setelah takbiratul ihram. Kemudian baru dilanjutkan 7 kali takbir.

الله اَكْبَرُ

Allahu akbar….7x. Di sela bacaan takbir 7x di atas, bacalah;

سُبْحَانَ اللهِ وَالحَمْدُ للهِ وَلاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهَ واللهُ اَكْبَرْ

Subhanallah walhamdulillah walailaha illallah wallahuakbar

Setelah takbir, di lanjutkan baca Al Fatihan, kemudian baca sebagian ayat Alquran dan berlanjut seperti shalat pada umumnya.

5. Rakaat ke dua diawali dengan takbir 5 kali.

Di sela takbir membaca:

سُبْحَانَ اللهِ وَالحَمْدُ للهِ وَلاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهَ واللهُ اَكْبَرْ

Subhanallah walhamdulillah walailaha illallah wallahuakbar.

Setelah takbir di lanjutkan baca Al Fatihah, ayat/surat seperti sholat pada umumnya hingga tahiyyat & salam.

6. Khusus bagi imam, setelah selesai shalat, maka diharuskan menyampaikan khotbah

2. Khotbah shalat Id

Hukumnya

Hukum khotbah idul fitri adalah sunah. Jika shalat Idul Fitri sendirian bagi musafir, dalam kondisi sakit atau adanya anjuran di rumah aja, maka cukup shalat di rumah saja, jika tidak memungkinkan adanya khotbah Id, ini tidak jadi masalah. Ini mengacu pada pendapat mayoritas ulama di antaranya pendapat Imam Nawawi dari madzhab Syafi’e.

Waktunya

Khotbah idul fitri dilakukan setelah shalat (Shalat dulu baru khotbah), berbeda dengan sholat Jum’at yang khotbah terlebih dahulu baru shalat.

Tata caranya

Cara khotbah Shalat Idul Fitri seperti khotbah shalat Jum’at.

1. Baca hamdalah

2. Baca sholawat

3. Baca ayat

4. Memberi nasehat baik

5. Berdoa

Contohnya 

Assalamu alaikum, Wr. Wb

Allahu akbar 3x

Alhamdu lillahi robbil alamin

Wassholatu wassalamu ala sayyidina Muhammad wa alihi wa shohbihi ajma’in

Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

yaa ayyuhaa alladziina aamanuu ittaquu allaaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illaa wa-antum muslimuuna

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS. Ali ‘Imran: 102)

Saudara ku, (jika di rumah bisa juga menyebut: ‘Anak istri ku yang ku cintai..’)

Jadilah dirimu orang yang bertakwa….. (dan seterusnya)

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

rabbanā ātinā fid-dun-yā ḥasanataw wa fil-ākhirati ḥasanataw wa qinā ‘ażāban-nār

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.

الله اكبر الله اكبر الله اكبر

لااله الا الله اكبر

الله اكبر ولله الحمد

Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar, laa ilaaha illallahu waallaahu akbar, Allaahu akbar walillaahil hamd.

“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar dan segala puji hanya untuk Allah.”

Kaifiat ini dirangkum berdasarkan ringkasan yang disusun Tim Penyusun Ikatan Sarjana Qur’an Hadits Indonesia: Fauzan Amin (Ketum ISQH), Yazid Mubarok (Wakil), dan Ahmad Aminuddin (Sekjend). []

SUMBER: OKEZONE/ISLAMPOS




Tata Cara Shalat Idul Fitri di Rumah secara Berjamaah dan Sendiri

IMAM Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menjelaskan bagaimana tata cara shalat Idul Fitri di rumah di tengan pandemi Corona. Beliau menyampaikan, shalat secara berjamaah baru bisa dilaksanakan bila ada empat orang yang mengikuti shlat sedangkan bila kurang dari itu bisa melaksanakan secara sendiri.

“Kalau majelis ulama ketentuannya kalau di rumah (shalat Idul Fitri) di atas 3 orang, 4 orang dengan imam itu bisa shalat jamaah,” terangnya, Senin (18/5/2020).

Kemudian, baca niat shalat Idul Fitri dalam hati, bertakbiratul ihram, serta ditambah dengan takbir sebanyak tujuh kali. Dalam bertakbir sebanyak tujuh kali ikuti dengan membaca zikir.

“Pertama dilakukan dengan shalat dua rakaat (Idul Fitri). Niatnya ‘Usholli sunnatan li’idil fitri rokataini lillahi taala’. Kemudian Allahuakbar (takbiratul ihram), setelah itu takbir lagi sebanyak tujuh kali setelah takbir pertama. Jadi takbiratul ihram tidak termasuk. Dalam takbir kita baca ‘subhanallah walhamdulillah walailahaillah allahuakbar’ terus takbir sampai tujuh kali,” paparnya.

Setelah itu, membaca surat Al-Fatihah, dan dilanjutkan dengan surat dalam Al-Quran. Selesai membaca, lakukan rukuk dan sujud seperti shalat pada umumnya dan bangkit untuk memulai rakaat kedua.

Di rakaat kedua lakukan takbir sebanyak lima kali dengan membaca ‘ subhanallah walhamdulillah walailahaillah allahuakbar’ di setiap takbirnya.

“Setelah itu baca basmalah sampai terakhir dan baca ayat-ayat akhir, kalau pendek juga nggak kenapa atau Ad-Duha, qulhuwallah. Lalu rukuk seperti biasa, sujud biasa 2 kali lalu bangkit dari sujud untuk rakaat kedua. Nah jangan baca Al-Fatihah, kita takbir lima kali di situ, setop baca bismillahirohmanirohim, baca surat-surat yang lain, baca surat yang biasa dan rukuk, sujud diakhiri assalamualaikum warahmatullah,”ungkapnya.

Setelah melaksanakan shalat Idul Fitri, kata Nasaruddin, normalnya ada khatib yang berkhotbah di atas mimbar. Tetapi bila di rumah kotbah bisa dilaksanakan bila ada orang yang paham melakukannya. Sedangkan tidak apa-apa bila tidak ada yang bisa.

“Normalnya di masjid, khatib yang telah ditentukan itu naik ke mimbar membaca khutbah. Pertanyaan di rumah gimana? Kalau ada empat orang di situ bisa khotib tentu silakan dan tentu laki-laki. Khutbah Idul Fitri di situ, walaupun satu ayat walaupun pendek. Kalau keempat (orang) itu nggak bisa khutbah, ya shalat saja lalu dilanjut takbir saya kira dua sampai tiga kali, lalu saling salam-salaman, maaf-maafan, tidak perlu khutbah, kalau nggak ada khutbah apakah tetap shalat idul fitri? Shalat Idul Fitri sebenarnya sunnah, sunnah muakad,” tutupnya. []

SUMBER: DETIK/ISLAMPOS



Niat Sholat Idul Fitri, Bacaan dan Tata Cara Lengkap

Sholat idul fitri merupakan amal khusus di hari raya idul fitri yang istimewa pahalanya luar biasa. Bagaimana niat, bacaan dan tata caranya? Berikut ini pembahasan lengkapnya.

Hukum sholat idul fitri

Jumhur ulama menjelaskan bahwa hukum sholat idul fitri adalah sunnah muakkadah, yakni sunnah yang sangat dianjurkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu mengerjakan sholat ini dan memerintahkan kaum laki-laki dan perempuan untuk mengerjakannya.

Pendapat hukum sholat id adalah sunnah dan bukan wajib ini didasarkan dari jawaban Rasulullah ketika ditanya seseorang. Beliau bersabda:

خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِى الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ . فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهَا قَالَ لاَ ، إِلاَّ أَنْ تَطَوَّعَ

“Sholat lima waktu sehari semalam.” Orang itu bertanya lagi, “Apakah ada kewajiban (sholat) lain?” Beliau menjawab, “Tidak, kecuali engkau mengerjakan sholat sunnah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Syaikh Abdurrahman Al Juzairi dalam Fiqih Empat Madzhab menjelaskan, menurut Mazhab Hambali, hukumnya adalah fardhu kifayah bagi mereka yang diwajibkan untuk sholat Jumat. Sehingga jika di suatu masyarakat muslim sudah ada yang mengerjakannya, maka gugurlah kewajiban bagi orang lain.

Sedangkan menurut mazhab Hanafi, sholat idul fitri hukumnya fardhu ‘ain bagi mereka yang diwajibkan untuk Sholat Jumat. Sehingga yang tidak mengerjakannya akan mendapat dosa.

Pendapat yang menyatakan hukumnya fardhu ‘ain ini didasarkan pada perintah Rasulullah yang memerintahkan seluruh muslim Madinah untuk mengikuti sholat idul fitri, termasuk budak perempuan. Bahkan wanita yang sedang haid pun diperintah untuk hadir mendengarkan khutbah, namun menjauhi tempat sholat, sebagaimana hadits dari Ummu Athiyyah radhiyallahu ‘anha

أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَ فِيْ عِيْدَيْنِ العَوَاطِقَ وَالْحُيَّضَ لِيَشْهَدْناَ الخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَتَعْتَزِلَ الْحُيَّضُ الْمُصَلِّى

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami keluar menghadiri shalat ‘id bersama budak-budak perempuan dan perempuan-perempuan yang sedang haid untuk menyaksikan kebaikan-kebaikan dan mendengarkan khuthbah. Namun beliau menyuruh perempuan yang sedang haid menjauhi tempat shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bahkan wanita yang tidak memiliki jilbab pun diperintahkan untuk ke lapangan, dengan dipinjami jilbab oleh sahabiyah lainnya.

يَا رَسُوْلَ اللهِ لاَ تَجِدُ إِحْدَنَا جِلْبَابًا تَخْرُجُ فِيْهِ فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا

“Wahai Rasulullah, di antara kami ada yang tidak mempunyai jilbab.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lantas bersabda: “Hendaklah saudaranya memberikan (meminjamkan) jilbab kepadanya.” (HR. Ahmad)

Tempat sholat idul fitri

Sholat idul fitri disyariatkan untuk dikerjakan secara berjamaah. Tempatnya lebih afdhol (utama) di tanah lapang, kecuali jika ada udzur seperti hujan. Meskipun ada Masjid Nabawi yang pahala sholat di dalamnya dilipatgandakan 1.000 kali lipat, Rasulullah biasa mengerjakan sholat ‘id di tanah lapang sebagaimana hadits dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى

Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha menuju tanah lapang. (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa hadits di atas menjadi dalil bahwa sholat ‘id di tanah lapang lebih utama daripada di masjid. Kecuali penduduk Makkah yang selalu mengerjakan sholat ‘id di masjidil haram.

Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menjelaskan bahwa Rasulullah selalu mengerjakan sholat id di lapangan kecuali satu kali beliau mengerjakan di Masjid yakni ketika turun hujan.

Sedangkan dalam Fikih Manhaji Mazdhab Syafii dijelaskan, tempat sholat id terbaik adalah di tempat yang banyak menampung jamaah. Jika daya tampungnya sama, masjid lebih utama dari pada lapangan karena kaum muslimin bisa mendapat dua pahala yakni dari sholatnya dan keberadaannya di masjid.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sholat id di tanah lapang karena waktu itu masjid Nabawi sempit tidak bisa menampung seluruh jamaah yang terdiri dari kaum laki-laki, perempuan dan anak-anak.

 

Waktu sholat idul fitri

Menurut jumhur ulama, waktu sholat idul fitri dimulai dari matahari setinggi tombak sampai waktu zawal (matahari bergeser ke barat).

Ibnu Qudamah menjelaskan bahwa disunnahkan untuk melambatkan sholat Idul Fitri agar terbuka kesempatan luas untuk mengeluarkan zakat fitrah. Syaukani juga menyatakan demikian, bahwa sholat idul fitri disunnahkan untuk dilambatkan sedangkan sholat idul adha disunnahkan untuk disegerakan. Bahkan sunnah ini tidak ada perbedaan di kalangan ulama.

Sunnah-sunnah sholat idul fitri

Ada sejumlah hal yang dianjurkan untuk dilaksanakan baik sebelum maupun sesudah sholat idul fitri, antara lain:

1. Mandi sebelum berangkat sholat

Rasulullah biasa mandi sebelum berangkat sholat ‘id. Itu pula yang dicontoh oleh para sahabat.

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الأَضْحَى

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa mandi pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR. Ibnu Majah)

2. Memakai pakaian terbaik

Rasulullah mengenakan pakaian terbaik ketika sholat ‘id. Beliau memiliki pakaian indah buatan Yaman dan memerintahkan sahabat mengenakan pakaian terbaik. Sebagaimana hadits dari Hasan As Sibhti:

أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم في العيدين أن نلبس أجود ما نجد ، وأن نتطيب بأجود ما نجد

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami agar pada hari raya mengenakan pakaian terbagus dan wangi-wangian terbaik (HR. Hakim)

3. Memakai wewangian

Dianjurkan menggunakan wewangian, khususnya bagi pria, sebagaimana hadits di atas. Adapun bagi kaum muslimah, sebaiknya tidak menggunakan parfum yang baunya tajam karena ada hadits yang melarangnya.

4. Mengajak seluruh keluarga dan anak-anak

Sebagaimana hadits di atas, Rasulullah memerintahkan seluruh wanita untuk menghadiri sholat id dan riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu ketika masih kecil turut sholat id. Bahkan wanita yang haid pun diajak melihat namun menjauh dari tempat sholat, sebagaimana hadits dari Ummu Athiyyah yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim.

5. Bertakbir saat menuju tempat sholat

Di antara lafazh takbir, boleh dua kali takbir, boleh pula tiga kali takbir.

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

(Allohu akbar, Allohu akbar, laa ilaaha illalloh wallohu akbar, Allahu akbar wa lillahil hamd)

Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada ilah kecuali Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala pujian hanya untuk-Nya

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

(Allohu akbar, Allohu akbar, Allohu akbar, laa ilaaha illalloh wallohu akbar, Allahu akbar wa lillahil hamd)

Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada ilah kecuali Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala pujian hanya untuk-Nya

6. Berjalan kaki

Dianjurkan berjalan kaki baik saat pergi maupun pulang. Tidak naik kendaraan kecuali ada hajat, misalnya sangat jauh. Sebagaimana hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَخْرُجُ إِلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘id dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang (HR. Ibnu Majah)

7. Melewati jalan yang berbeda saat pergi dan pulang

Sebagaimana hadits dari Jabir radhiyallahu ‘anhu

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘id, beliau lewat jalan yang berbeda saat berangkat dan pulang (HR. Bukhari)

Tata cara sholat idul fitri

Sholat idul fitri dikerjakan secara berjamaah. Setelah sholat selesai ditunaikan, khatib menyampaikan khutbah idul fitri. Hal ini berbeda dengan urutan pada sholat Jumat yang khutbahnya disampaikan terlebih dulu baru setelah itu ditunaikan sholat.

Berikut ini beberapa hal terkait pelaksanaan sholat

1. Tidak ada sholat qobliyah dan ba’diyah

Sholat idul fitri tidak didahului dengan sholat sunnah qobliyah dan tidak pula diakhiri dengan sholat sunnah ba’diyah. Sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَرَجَ يَوْمَ أَضْحَى أَوْ فِطْرٍ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلاَ بَعْدَهَا

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar pada hari Idul Adha atau Idul Fitri, lalu beliau mengerjakan shalat ‘ied dua raka’at, namun beliau tidak mengerjakan shalat qobliyah maupun ba’diyah. (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Tidak ada adzan dan tidak ada iqomah

Sholat idul fitri tidak didahului dengan adzan, tidak pula ada iqomah. Sebagaimana hadits dari Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu:

صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْعِيدَيْنِ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلاَ مَرَّتَيْنِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ

Aku beberapa kali melaksanakan shalat ‘ied bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan hanya sekali atau dua kali, ketika itu tidak ada adzan maupun iqomah

Tata cara sholat idul fitri sebagai berikut:

1. Niat. Pembahasan niat sholat idul fitri secara detil akan dibahas pada poin berikutnya.
2. Takbiratul ihram
3. Takbir lagi (takbir zawa-id) sebanyak tujuh kali

Di antara setiap takbir, dianjurkan membaca dzikir dengan memuji Allah. Di antaranya dengan bacaan:

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ

(Subhanalloh wal hamdulillah wa laa ilaha illalloh wallohu akbar)

Artinya: Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya, tidak ada ilah kecuali Allah, Allah Maha Besar

4. Membaca surat Al Fatihah dilanjutkan surat lainnya
5. Ruku’ dengan tuma’ninah
6. I’tidal dengan tuma’ninah
7. Sujud dengan tuma’ninah
8. Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
9. Sujud kedua dengan tuma’ninah
10. Bangkit dari sujud dan bertakbir
11. Takbir zawa-id sebanyak lima kali, antara takbir lebih baik jika membaca bacaan di atas
12. Membaca surat Al Fatihah dilanjutkan surat lainnya
13. Ruku’ dengan tuma’ninah
14. I’tidal dengan tuma’ninah
15. Sujud dengan tuma’ninah
16. Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
17. Sujud kedua dengan tuma’ninah
18. Duduk tasyahud dengan tuma’ninah
19. Salam

Singkatnya, yang berbeda dari sholat lainnya adalah niat dan takbir zawa-id.

Adapun bacaan sholat untuk setiap gerakan lainnya, bisa dibaca lengkap di Bacaan Sholat

Niat sholat idul fitri

Di dalam hadits, tidak dijumpai bagaimana lafadz niat sholat idul fitri. Rasulullah dan para sahabat biasa mengerjakan amal dengan niat tanpa dilafadzkan.

Syaikh Wahbah dalam Fiqih Islam wa Adilatuhu menjelaskan, semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafalkan niat bukanlah syarat, namun ia disunnahkan oleh jumhur ulama dengan maksud membantu hati dalam menghadirkan niat. Sedangkan menurut mazhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat karena tidak bersumber dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Syaikh Mushtofa Dieb Al Bugho dalam Al Wafi juga menjelaskan bahwa diperbolehkan melafadzkan niat untuk membantu konsentrasi.

Lafadz niat sholat idul fitri sebagai makmum adalah:

اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا للهِ تَعَالَى

(usholli sunnatan ‘iidil fithri rok’ataini ma’muuman lillaahi ta’aalaa)

Artinya: Saya niat sholat sunnah idul fitri dua raka’at sebagai ma’mum karena Allah Ta’ala

Sedangkan jika jadi imam, lafadz niat sholat idul fitri sebagai berikut:

اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا للهِ تَعَالَى

(usholli sunnatan ‘iidil fithri rok’ataini imaaman lillaahi ta’aalaa)

Artinya: Saya niat sholat sunnah idul fitri dua raka’at sebagai imam karena Allah Ta’ala

Demikian tuntunan sholat idul fitri, mulai dari hukum hingga tata caranya. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bish shawab.

 

[Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Bacaan Doa Niat dan Tata Cara Shalat Idul Fitri dan Idul Adha Sebagai Makmum

Bacaan doa niat salat Id disertai dengan tata cara shalat Idul Fitri dan Idul Adha sebagai makmum menjadi persiapan tersendiri bagi kita menjelang momen istimewa hari ini, 1 Syawal 1436 Hijriyah. Pada hari ini yang bertepatan dengan Jumat, 17 Juli 2015, umat Islam berbondong-bondong mengerjakan salat sunnah Ied, demi menyambut hari kemenangan setelah sebulan penuh mengerjakan puasa Ramadhan.

Diriwayatkan oleh Ummu ‘Athiyah,  “Nabi saw. memerintahkan pada saat shalat ‘ied (Idul Fitri ataupun Idul Adha) agar kami mengeluarkan para gadis (yang baru beranjak dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haid. Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haih untuk menjauhi tempat salat (tidak turut mengerjakan salat.” (H.R. Muslim).

Bverdasarkan riwayat tersebut, salat Idul Fitri menjadi salah satu yang menyempurnakan kegiatan kita yang dimulai dengan puasa sepanjang Ramadhan. Umat Islam baik lelaki maupun perempuan dianjurkan mendatangi masjid atau tanah lapang untuk mengerjakan salat dua rakaat, lantas mendengarkan khutbah Shalat Ied. Pengerjaan Shalat Ied diutamakan di tanah lapang seperti riwayat Abu Said Al-Khudri, “Rasulullah saw. biasa keluar pada hari raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha menuju tanah lapang.”

Adapun waktu pelaksanaan Shalat Idul Fitri dan Idul Adha, memiliki perbedaan. Shalat Idul Fitri diakhirkan untuk berjaga-jaga jika ada umat Islam yang belum membayarkan zakat fitrah. Akan halnya Shalat Idul Adha lebih didahulukan. Setelahnya, umat Islam biasanya menyembelih hewan kurban, meskipun penyembelihan ini bisa dilakukan hingga tiga hari tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah).

Ibnul Qayyim mengatakan, “Nabi saw. biasa mengakhirkan shalat ‘Idul Fitri dan mempercepat pelaksanaan shalat ‘Idul Adha. Ibnu ‘Umar yang sangat dikenal mencontoh ajaran Nabi tidaklah keluar menuju lapangan kecuali hingga matahari meninggi.”

Bagaimana dengan tata cara shalat ied? Semua rangkaian shalat sama seperti shalat sunnah dua rakaat biasa, kecuali pada bagian takbir.  Diriwayatkan Aisyah, “Sesungguhnya Rasulullah Saw. bertakbir dalam shalat Idul Fithri dan Idul Adha, pada rakaat pertama sebanyak tujuh kali dan rakaat kedua lima kali, selain dua takbir ruku.” (H.R Abu Dawud). Pada setiap kali imam bertakbir, makmum dianjurkan membaca “subhanallah walhamdulillah laa ilaaha ila llahu Allahu Akbar.”

Bagi kita yang hendak mengerjakan shalat Ied, niat adalah bagian penting. Niat dalam hati dapat menggunakan bahasa Indonesia saja. Namun bagi merek yang  ingin melafalkan dengan bahasa Arab, kita bisa mengucap “usholli sunnatal ‘idil fitri rok’ataini mustaqbilal qiblati ma-muman lillahi ta’ala” yang artinya “Saya sholat sunnah Idul Fitri dua rokaat menghadap qiblat menjadi makmum karena Allah ta’ala.”