Doa Sesudah Sholat Dhuha Beserta Niat dan Keutamaan

Sholat dhuha adalah sholat sunnah yang dikerjakan di pagi hari.

Sholat dhuha adalah sholat sunnah yang dikerjakan di pagi hari. Berikut ini bacaan doa sesudah sholat dhuha dan lafadz niatnya.

Doa Sesudah Sholat Dhuha

اَللّٰهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ اَللّٰهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Allaahumma innadh dhuhaa-a dhuhaa-uka walbahaa-a bahaa-uka wal jamaala jamaaluka wal quwwata quw watuka wal qudrata qudratuka wal ‘ishmatta ‘ishmatuk. Allaahumma in kaana rizqii fissamaa-i fa anzilhu wa in kaanafil ardhi fa-akhrijhu wa in kaana mu’assaran fayas sirhu wa in kaana haraaman fathahhirhu wa in kaana ba’iidan faqarribhu bihaqqi dhuhaa-ika wa bahaa-ika wa jamaalika wa quuwatika wa qudratika aatinii maa aataita ‘ibaadakash shalihiin.

Artinya:

“Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu Dhuha adalah waktu Dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, dan kekuasaan adalah kekuasaan-Mu serta penjagaan adalah penjagaan-Mu. Ya Allah, jika rizqiku masih di atas langit, turunkanlah dan jika ada di dalam bumi, keluarkanlah. Jika sukar mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang saleh.”

Niat sholat dhuha

أصلي سنة الضحى ركعتين لله تعالى الله أكبر

Ushallii sunnatadh dhuhaa rak’ataini lillaahi ta’aalaa. Allaahu akbar.

Artinya:

“Aku niat mengerjakan sholat sunah Dhuha dua rakaat karena Allah Ta’ala. Allah Mahabesar.”

photo

Lima fakta penting tentang sholat dhuha. – (republika)

Keutamaan Sholat Dhuha

• Menjadi sedekah semua tulang manusia

 عَنْ أَبِى ذَرٍّ عَنِ النَّبِىِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ. فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ، وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ، وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى. (رواه مسلم)

Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Dzar ra, dari Nabi SAW beliau bersabda: ‘Ada sedekah (yang hendaknya dilakukan) atas seluruh tulang salah seorang dari kalian. Karena itu setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, dan dua rakaat sholat Dhuha mencukupi semuanya itu’,” (HR Muslim).

• Menjadi sholat kaum awwâbîn, yaitu orang-orang yang pulang (bertaubat) kepada Allah ta’ala

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: لَا يُحَافِظُ عَلَى صَلَاةِ الضُّحَى إِلَّا أَوَّابٌ. قَالَ: وَهِيَ صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ. (رواه الحاكم وقال: هذا حديث صحيح على شرط مسلم)

Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata: ‘Rasulullah SAW bersabda: ‘Tidak ada yang menjaga sholat Dhuha kecuali orang yang kembali kepada Allah dengan bertaubat.’

Rasulullah SAW juga pernah bersabda: ‘Sholat Dhuha adalah sholat orang-orang yang kembali kepada Allah dengan bertaubat’,” (HR al-Hakim dan ia berkata: “Ini hadits shahih sesuai syarat Imam Muslim).

• Setiap dua rakaat sholat Dhuha mempunyai keutamaan khusus

Hal ini sebagaimana dalam riwayat berikut:

 عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: لَقِيتُ أَبَا ذَرٍّ، فَقُلْتُ: يَا عَمُّ اقْبِسْنِى خَيْرًا. فَقَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَمَا سَأَلْتَنِي فَقَالَ: إِنْ صَلَّيْتَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لَمْ تُكْتَبْ مِنَ الْغَافِلِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا أَرْبَعًا كُتِبْتَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا سِتًّا كُتِبْتَ مِنَ الْقَانِتِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا ثَمَانِيًا كُتِبْتَ مِنَ الْفَائِزِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا عَشْرًا لَمْ يُكْتَبْ لَكَ ذَلِكَ الْيَوْمَ ذَنْبٌ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللهِ لَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ. ( رواه البيهقي)

Artinya: “Diriwayatkan dari Ismail bin Ubaidillah, dari Abdullah bin Amr, ia berkata: ‘Aku bertemu dengan Abu Dzar radliyallahu ‘anh, lalu berkata: ‘Wahai Paman, beritahukanlah diriku pada suatu kebaikan.’ Lalu ia menjawab: ‘Aku bertanya kepada Rasulullah SAW sebagaimana Kamu bertanya kepadaku.

Lalu beliau bersabda: ‘Bila Kamu sholat Dhuha dua rakaat maka tidak akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang lalai; bila Kamu sholat Dhuha empat rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang berbuat baik; bila Kamu sholat Dhuha enam rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang taat; bila Kamu sholat Dhuha delapan rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang beruntung; bila Kamu sholat Dhuha 10 rakaat maka pada hari itu tidak akan dicatatkan dosa bagimu; dan bila Kamu sholat Dhuha 12 rakaat maka akan dibangunkan untukmu sebuah rumah di surga’,” (HR al-Baihaqi).

Dilansir di laman resmi PBNU, ada ketentuan waktu utama melaksanakan sholat dhuha. Waktu sholat Dhuha sebenarnya adalah mulai matahari terbit seukuran satu tombak sampai waktu zawâl sebagaimana telah disebutkan.

Namun, ada waktu yang lebih utama yaitu ketika terik matahari telah terasa panas. Dalam fiqih diistilahkan dengan rumus: ‘setelah melewati seperempat siang’ (dihitung dari awal subuh). Kira-kira mulai sekitar jam 9 pagi

Imam Muslim meriwayatkan:

 عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ رضي اللهُ عنه: أَنَّهُ رَأَى قَوْمًا يُصَلُّونَ مِنَ الضُّحَى، فَقَالَ: أَمَا لَقَدْ عَلِمُوا أَنَّ الصَّلاَةَ في غَيْرِ هذِهِ السَّاعَةِ أَفْضَلُ؟ إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: صَلاَةُ الأَوَّابِينَ حِيْنَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ (رواه مسلم)

Artinya: “Diriwayatkan dari Zaid bin Arqam radliyallahu ‘anh, sungguh ia pernah melihat segolongan orang melakukan sholat Dhuha, lalu ia berkata: ‘Tidakkah kalian tahu, bahwa sholat dalam waktu ini lebih utama? Sungguh Rasulullah SAW bersabda: ‘Sholat kaum awwâbîn (sholat Dhuha) adalah saat kaki anak-anak unta merasakan panasnya bumi karena terik matahari’” (HR Muslim; lihat Abu Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Syarhun Nawawi ‘alâ Shahîh Muslim, [Bairut, Dâr Ihyâ’it Turâtsil ‘Arabi, 1292 H], juz VI: 30).

Hikmah sholat Dhuha pada waktu utama ini adalah agar setiap seperempat siang tidak kosong dari sholat. Seperempat siang pertama ada sholat Shubuh, seperempat siang kedua ada sholat Dhuha, seperempat siang ketiga ada sholat Dhuhur, dan seperempat siang keempat ada sholat Ashar. (Muhammad bin Umar Nawawi al-Jawi, Nihâyatuz Zain fi Irsyâdil Mubtadi-în, [Bairut, Dârul Fikr), halaman 102).

REPUBLIKA

Benarkah Shalat Sunah Sebelum Subuh Disunahkan Mengeraskan Suara?

Ketika kita melaksanakan shalat rawatib atau shalat sunah sebelum dan sesudah shalat fardhu, baik Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Shubuh, maka kita umumnya membaca al-Fatihah dan al-Quran dengan suara pelan. Jarang kita jumpai seseorang mengeraskan suara saat dia melaksanakan shalat sunah rawatib. Namun akhir-akhir ini, ada seorang ustadz yang menjelaskan bahwa khusus shalat sunah sebelum Shubuh disunahkan mengeraskan suara. Benarkah demikian?

Kebanyakan ulama Syafiiyah dan ulama lainnya mengatakan bahwa ketika kita shalat sunah rawatib, kita disunahkan untuk membaca setiap bacaan yang ada di dalamnya dengan suara pelan, baik surah al-Fatihah, al-Quran, doa dan lainnya.

Kesunahan membaca dengan suara pelan ini berlaku pada semua sunah rawatib secara keseluruhan, baik sebelum dan sesudah shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Shubuh. Hanya saja memang ada sebagian ulama salaf mengatakan bahwa khusus shalat sunah sebelum Shubuh dianjurkan untuk mengeraskan suara.

Dengan demikian, jika mengikuti pendapat kebanyakan ulama, shalat sunah Shubuh disunahkan untuk membaca dengan suara pelan. Sementara menurut sebagian ulama salaf, khusus shalat sunah sebelum Shubuh dianjurkan membaca dengan suara keras.

Hal ini sebagaimana telah dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam kitab al-Majmu berikut;

واما السنن الراتبة مع الفرائض فيسر بها كلها باتفاق اصحابنا ونقل القاضى عياض في شرح مسلم عن بعض السلف بالجهر في سنة الصبح وعن الجمهور الاسرار كمذهبنا

“Adapun shalat-shalat sunah rawatib (shalat yang mengikuti shalat fardhu), maka semuanya dianjurkan untuk membaca dengan pelan dengan kesepakatan para ulama Syafiiyah. Imam al-Qadhi Iyadh menukil dari kitab Syarh Muslim dari sebagian ulama salaf akan kesunahan membaca keras pada shalat sunah Shubuh, sementara kebanyakan ulama memilih kesunahan membaca pelan sebagaimana mazhab kami.”

Oleh karena itu, penjelasan seorang ustadz yang mengatakan bahwa shalat sunah sebelum Shubuh disunahkan untuk mengeraskan suara ada benarnya jika mengikuti sebagian pendapat ulama salaf. Adapun jika mengikuti pendapat ulama Syafiiyah dan kebanyakan ulama lainnya, maka disunahkan untuk membaca dengan suara pelan dalam setiap shalat sunah rawatib, termasuk shalat sunah sebelum Shubuh.

BINCANG SYARIAH

3 Manfaat Shalat Dhuha Menurut Hadis Rasulullah

Dalam Islam, salah satu amalan sunnah yang sangat dianjurkan ialah shalat sunnah Dhuha. Shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang Rasullah wasiatkan kepada para sahabat untuk dikerjakan. Tiga manfaat shalat Dhuha menurut hadis Rasulullah.   

Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam kitab Fathul Mu’in;

   ويسن الضحى لقوله تعالى “يسبحن بالعشي والإشراق” قال ابن عباس صلاة الإشراق صلاة الضحى. روي الشيخان عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : أوصاني خليلي بثلاث: صيام ثلاثة أيام من كل شهر، وركعتي الضحى، وأن أوتر قبل أن أنام

Artinya, “Shalat dhuha disunnahkan berdasarkan firman Allah SWT, ‘Bertasbih bersama dia di waktu petang dan pagi.’ Ibnu Abbas menafsirkan shalat isyraq adalah shalat dhuha. Bukhari-Muslim juga meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ‘Rasulullah pernah berwasiat tiga hal kepadaku: puasa tiga hari dalam setiap bulan, shalat dhuha dua raka’at, dan witir sebelum tidur.’”

Kenapa shalat Dhuha dianjurkan oleh Rasulullah? Sebab di dalamnya terdapat kandungan yang sangat bermanfaat. [Baca juga: Ini Jumlah Rakaat Shalat Dhuha yang Biasa Dikerjakan Rasulullah]

3 Manfaat Shalat Dhuha

Pertama, mendapatkan perlindungan dari Allah. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, yang bersumber dari sahabat  Nabi yakni Abu Dzar dan Abu Hurairah, diriwayatkan bahwa betapa agungnya kedudukan shalat Dhuha di hadapan Allah Swt. Nabi bersabda berikut ini,

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ و أَبِي ذَرٍّ رضي الله عنهما عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ : ابْنَ آدَمَ ارْكَعْ لِي مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ ، أَكْفِكَ آخِرَهُ

Artinya: Dari Abu Darda dan Abu Dzar dari Rasulullah saw dari Allah Swt, bahwa Dia berfirman, “Wahai anak Adam shalat empat rakaat di awal hari, Aku akan melindungi engkau hingga akhirnya.” (HR. Tirmizi).

Kedua, orang yang mengamalkan senantiasa shalat Dhuha, maka ia  akan mendapatkan title sebagai hamba yang taat dan ampunan dari Allah. Hal ini sebagai keistimewaan khusus yang diberikan Allah pada hamba-Nya yang mengamalkan shalat Dhuha.  

عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: لَقِيتُ أَبَا ذَرٍّ، فَقُلْتُ: يَا عَمُّ اقْبِسْنِى خَيْرًا. فَقَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَمَا سَأَلْتَنِي فَقَالَ: إِنْ صَلَّيْتَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لَمْ تُكْتَبْ مِنَ الْغَافِلِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا أَرْبَعًا كُتِبْتَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا سِتًّا كُتِبْتَ مِنَ الْقَانِتِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا ثَمَانِيًا كُتِبْتَ مِنَ الْفَائِزِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا عَشْرًا لَمْ يُكْتَبْ لَكَ ذَلِكَ الْيَوْمَ ذَنْبٌ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللهِ لَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ. ( رواه البيهقي)

Artinya: “Diriwayatkan dari Ismail bin Ubaidillah, dari Abdullah bin Amr, ia berkata: ‘Aku bertemu dengan Abu Dzar radhiyallahu ‘anh, lalu berkata: ‘Wahai Paman, beritahukanlah diriku pada suatu kebaikan.’ Lalu ia menjawab: ‘Aku bertanya kepada Rasulullah sebagaimana Kamu bertanya kepadaku. 

Lalu beliau bersabda: “Bila Kamu shalat Dhuha dua rakaat maka tidak akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang lalai; bila Kamu shalat Dhuha empat rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang berbuat baik;

Bila Kamu shalat Dhuha enam rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang taat; bila Kamu shalat Dhuha delapan rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang beruntung;

Bila Kamu shalat Dhuha 10 rakaat maka pada hari itu tidak akan dicatatkan dosa bagimu; dan bila Kamu shalat Dhuha 12 rakaat maka akan dibangunkan untukmu sebuah rumah di surga’,” (HR al-Baihaqi) 

Ketiga, shalat Dhuha sebagai kunci untuk membuka rezeki. Sebagian ulama mengatakan bahwa manfaat dari shalat dhuha ialah membuat rezeki menjadi lancar. Pandangan ini pula telah mewabah di tengah masyarakat Indonesia. Hal itu berdasarkan suatu hadis Rasulullah yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad, yang bersumber dari sahabat Uqbah bin Amir al-Juhani, Nabi sahabat;

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ يَا ابْنَ آدَمَ اكْفِنِى أَوَّلَ النَّهَارِ بِأَرْبَعِ رَكَعَاتٍ أَكْفِكَ بِهِنَّ آخِرَ يَوْمِكَ

Artinya: Sesungguhnya Allah berfirman: “Wahai ‎anak adam, laksanakan untukKu 4 rakaat di awal siang, Aku akan cukupi ‎dirimu dengan shalat itu di akhir harimu.”

Padangan Shalat Duha untuk melancarkan rezeki juga, diamini masyarakat sebab adanya doa khusus shalat Dhuha yang untuk menambahkan rezeki dari Allah. Berikut teks doa shalat dhuha.

اَللّٰهُمَّ إِنَّ الضَّحَآءَ ضَحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَــالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللّٰهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِي السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ مُعْسَرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ، بِحَقِّ ضَحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِيْ مَآ أَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Allâhumma innad dlahâ’a dlahâ’uka, wal bahâ’a bahâ’uka, wal jamâla jamâluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allâhuma in kâna rizqî fis samâ’i fa anzilhu, wa inkâna fil ardhi fa akhrijhu,

Wa inkâna mu’siran (mu‘assaran) fa yassirhu, wa in kâna harâman fa thahhirhu, wa inkâna ba‘îdan fa qarribhu, bi haqqi dlahâ’ika wa bahâ’ika wa jamâlika wa quwwatika wa qudratika, âtinî mâ atayta ‘ibâdakas shâlihîn.

Artinya, “Wahai Tuhanku, sungguh dhuha ini adalah dhuha-Mu, keagungan ini adalah keagungan-Mu, keindahan ini adalah keindahan-Mu, kekuatan ini adalah kekuatan-Mu, dan penjagaan ini adalah penjagaan-Mu.

Wahai Tuhanku, jika rezekiku berada di atas langit, maka turunkanlah; jika berada di dalam bumi, maka keluarkanlah; jika dipersulit, mudahkanlah; jika (tercampur tanpa sengaja dengan yang) haram, sucikanlah; jika jauh, dekatkanlah; dengan hak dhuha, keelokan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, datangkanlah kepadaku apa yang Engkau datangkan kepada para hamba-Mu yang saleh.”

Dalam hal ini, penting juga dicatat bahwa berdoa termasuk hal yang penting bagi seorang muslim, namun tidak cukup itu saja, harus diimbangi dengan berusaha dan berikhtiar untuk mendapatkan rezeki, misalnya dengan bekerja. Artinya, doa dan ikhtiar harus seimbang dalam hal ini, tidak boleh timpang sebelah. 

Demikian 3 manfaat shalat Dhuha menurut Hadis Rasulullah. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

5 Rahasia Shalat Dhuha

KEUTAMAAN dan rahasia shalat Dhuha merupakan salah satu di antara shalat-shalat sunah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah ﷺ.

Banyak sekali penjelasan hadits yang telah menyebutkan berbagai keutamaan dan keistimewaan shalat Dhuha bagi siapa saja yang melaksanakannya.

Berikut ini adalah beberapa hadits Rasulullah Muhammad ﷺ yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:

1. Rahasia Shalat Dhuha: Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia

Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda: “Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala,” (HR Muslim).

2. Rahasia Shalat Dhuha: Sebuah rumah di surga

Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga.

Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muhammad ﷺ: “Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga,” (Shahih al-Jami`: 634)

3. Rahasia Shalat Dhuha: Memperoleh ganjaran di sore hari

Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ berkata: Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).

4. Rahasia Shalat Dhuha: Pahala Umrah

Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah…” (Shahih al-Targhib: 673).

5. Rahasia Shalat Dhuha: Ampunan Dosa

“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan,” (HR Tirmidzi).

Untuk itu, yuk! Yang belum melaksanakan sholat duha. Mulai sekarang kita sama-sama belajar menjalankan sunah-sunah Rasulullah ﷺ. []

ISLAMPOS

Ini 12 Rakaat Shalat Sunnah Rawatib yang Dijanjikan Istana di Surga

Ada 12 rakaat shalat sunnah rawatib yang hukumnya sunnah muakkadah. Keutamaannya luar biasa, menjadikan pelakunya mendapat istana di surga. Apa saja 12 rakaat shalat sunnah rawatib ini?

Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang mengiringi shalat fardhu. Baik sebelum (qabliyah) shalat fardhu, maupun sesudah (ba’diyah) shalat fardhu.

Keutamaan 12 Rakaat Shalat Sunnah Rawatib

Dua belas rakaat shalat sunnah rawatib memiliki keutamaan yang luar biasa. Yakni Allah membangunkan istana di surga bagi muslim yang mengamalkan 12 rakaat shalat sunnah ini. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّى لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلاَّ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ

Tidaklah seorang muslim mengerjakan shalat sunnah 12 rakaat setiap hari, melainkan Allah membangunkan baginya sebuah istana di surga. (HR. Muslim)

Ketika Allah sudah membangunkan istana di surga, artinya Allah juga akan memasukkan hamba-Nya itu ke dalam surga. Penegasan makna ini kita dapati dalam hadits riwayat An Nasa’i.

فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barangsiapa menjaga 12 rakaat sehari semalam, niscaya dia masuk surga… (HR. An-Nasa’i; shahih lighairihi)

Baca juga: Niat Sholat Tahajud

Apa Saja 12 Rakaat Shalat Sunnah Rawatib?

Kita tahu ada banyak shalat sunnah rawatib. Mengiringi shalat fardhu lima waktu, baik sebelum (qabliyah) maupun sesudah (ba’diyah) shalat fardhu tersebut. Kecuali dua waktu yang dilarang shalat yakni sesudah Subuh dan sesudah Ashar.

Jadi, shalat rawatib itu ada: 2 rakaat qabliyah Subuh, 4 rakaat qabliyah Zhuhur, 4 rakaat ba’diyah Zhuhur, 4 rakaat qabliyah Ashar, 2 rakaat qabliyah Maghrib, 2 rakaat ba’diyah Maghrib, 2 rakaat qabliyah Isya’, dan 2 rakaat ba’diyah Isya’. Mana saja yang termasuk 12 rakaat shalat sunnah rawatib yang keutamaannya istana surga?

Berikut ini sebagian hadits shahih yang menerangkannya:

عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ لاَ يَدَعُ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak meninggalkan empat rakaat sebelum Zhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Maghrib, dua rakaat sesudah Isya’, dan dua rakaat sebelum Subuh. (HR. Bukhari)

مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنَ السُّنَّةِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ

Barangsiapa menjaga 12 rakaat shalat sunnah rawatib, niscaya dia membangunkan istana di surga. (Yaitu) empat rakaat sebelum Zhuhur, dua rakaat setelahnya, dua rakaat sesudah Maghrib, dua rakaat sesudah Isya’, dan dua rakaat sebelum Subuh. (HR. Tirmidzi; shahih)

مَنْ ثَابَرَ عَلَى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ دَخَلَ الْجَنَّةَ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ

Barangsiapa menjaga 12 rakaat sehari semalam, niscaya dia masuk surga. (Yaitu) empat rakaat sebelum Zhuhur, dua rakaat setelahnya, dua rakaat sesudah Maghrib, dua rakaat sesudah Isya’, dan dua rakaat sebelum Subuh. (HR. An-Nasa’i; shahih lighairihi)

Jadi, 12 rakaat shalat sunnah rawatib itu adalah:

  • 4 rakaat sebelum Zhuhur
  • 2 rakaat sesudah Zhuhur
  • 2 rakaat sesudah Maghrib
  • 2 rakaat sesudah Isya’
  • 2 rakaat sebelum Subuh

Dua belas rakaat ini hukumnya sunnah muakkadah (sangat dianjurkan). Sedangkan sisanya, hukumnya adalah sunnah ghairu muakkadah.

Sebagian ulama berpendapat bahwa 12 rakaat shalat sunnah yang dijanjikan istana di surga itu bukan hanya terbatas shalat sunnah rawatib. Misalnya Syaikh Mustofa Said Al-Khin, Syaikh Mustofa Al-Bugho, Syaikh Muhyidin Mistu, Syaik Ali Asy-Syirbaji, dan Syaikh Muhammad Amin Luthfi.

“Kita diperintahkan mengerjakan shalat sunnah setiap hari secara rutin 12 rakaat,” kata mereka dalam Nuzhatul Muttaqin. “Hadits ini (riwayat Imam Muslim di atas) berbicara secara umum. Jadi semua jenis shalat sunnah masuk dalam kategori ini, termasuk Sholat Dhuha.”

Selain lima ulama tersebut, juga ada ulama lain yang berpendapat demikian. Yang penting shalat sunnah 12 rakaat sehari semalam, insya Allah mendapat istana di surga sebagaimana hadits di atas. Namun mayoritas ulama berpendapat bahwa maksudnya adalah 12 rakaat shalat sunnah rawatib sebagaimana hadits shahih lain yang menjelaskannya sebagaimana di atas. Wallahu a’lam bish shawab.

[Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Salat Qabliyah Digabung Tahiyatul Masjid Why Not?

JIKA bisa digabungkan maka tidak perlu dipertentangkan. Kita bisa salat dua rakaat dengan niat salat sunah qabliyah sekaligus tahiyatul masjid, karena para ulama menggolongkan salat tahiyatul masjid sebagai salat sunah mutlak, sehingga untuk mengerjakannya, seseorang tidak harus berniat salat khusus. (Maqasid Al-Mukallafin, hlm. 212, karya Umar Al-Asyqar).

Hal ini berdasarkan hadis tentang salat tahiyatul masjid, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Jika seseorang di antara kalian masuk masjid maka janganlah dia duduk sampai dia mengerjakan salat dua rakaat.” (HR. Muslim)

Di hadis ini tidak disebutkan jenis salat tertentu. Yang penting, ketika seseorang masuk masjid, hendaknya dia tidak duduk terlebih dahulu sampai dia salat dua rakaat, apapun bentuk salatnya, baik salat qabliyah atau bahkan salat wajib sekali pun.

Ringkasnya, kita bisa melaksanakan salat dua rakaat, dengan niat salat sunah qabliyah sekaligus sebagai salat sunnah tahiyatul masjid. Allahu alam. [KonsultasiSyariah]

INILAH MOZAIK


Masuk Masjid, Jangan Duduk sebelum Salat 2 Rakaat

SYAIKH Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah pernah ditanya, “Wahai Syaikh yang mulia, apakah dua rakaat shalat Dhuha bisa digabungkan dengan shalat sunnah tahiyatul masjid?”

Jawaban beliau rahimahullah, “Misalnya seseorang masuk masjid pada waktu Dhuha, lalu ia berniat melaksanakan shalat sunnah Dhuha, maka shalat tahiyatul masjid sudah termasuk di dalamnya. Begitu pula ketika masuk, lalu ia laksanakan shalat rawatib, maka shalat tahiyatul masjid juga sudah termasuk di dalamnya. Misalnya, seseorang melaksanakan shalat rawatib qobliyah Shubuh atau rawatib qabliyah Zhuhur, maka shalat tahiyatul masjid pun tercakup di dalamnya.

Akan tetapi sebaliknya, shalat tahiyatul masjid tidak bisa mencukupi shalat rawatib. Seandainya seseorang masuk masjid setelah dikumandangkan azan Zhuhur, lalu ia berniat laksanakan shalat tahiyatul masjid, maka ini tidak bisa mencakup shalat rawatib.” (Liqaat Al-Bab Al-Maftuh, kaset no. 108, pertanyaan no. 2, 5:304-305)

Berarti maksud Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah cukup seseorang melakukan shalat rawatib dua rakaat, maka shalat tahiyyatul masjid sudah ada di dalamnya. Karena dalam hadits cuma mengatakan lakukan dua rakaat ketika masuk masjid. Dari Abu Qatadah bin Ribi Al-Anshari radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Jika salah seorang di antara kalian memasuki masjid, janganlah ia duduk sampai mengerjakan shalat dua rakaat.” (HR. Bukhari, no. 1163 dan Muslim, no. 714)

Wallahu waliyyut taufiq was sadaad. Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.

[Referensi: Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin; Liqaat Al-Bab Al-Maftuh; Mulakkash Fiqh Al-Ibaadat/ Muhammad Abduh Tuasikal]

INILAH MOZAIK

Dua Salat Sunah yang tak Ditinggalkan Rasulullah

IBNUL QAYYIM berkata, “Rasulullah saw di dalam safar senantiasa mengerjakan salat sunah rawatib sebelum subuh dan salat sunah witir dikarenakan dua salat sunah ini yang paling utama di antara salat sunah, dan tidak ada riwayat bahwasanya Rasulullah saw mengerjakan sunah selain keduanya.”

Salat sunah fajar dan witir, usahakanlah jangan sampai keduanya ditinggalkan. Kalimat Ibnul Qayyim di atas menyebutkan bahwa kedua salat ini merupakan salat sunah yang paling utama, dimana kedua salat ini tidak pernah ditinggalan oleh Rasulullah saw, baik saat di rumah maupun saat bepergian.

Bahkan saat kedua salat sunah ini ditinggalkan, maka kita dianjurkan untuk mengqadhanya.

“Siapa yang tidur tanpa salat witir, atau lupa, hendaknya ia mengerjakannya pada pagi hari atau ketika ingat.” ( HR.Abu Daud dengan sanad yang shahih.)

“Siapa yang belum mengerjakan dua rakaat sebelum salat subuh, maka salatlah setelah matahari terbit.” (HR.Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-Albani).

Sementara, salat tahajud disebutkan, salat sunah ini tidak pernah ditinggalkan Rasulullah saw, meski beliau dalam keadaan sakit. Aisyah menuturkan, “Rasulullah saw tidak pernah meninggalkan qiyamullail, dan jika beliau sakit, maka beliau salat sambil duduk.” (HR.Abu Daud dan al-Hakim)

Disebutkan juga dalam sebuah hadis bahwa salat tahajud merupakan kebiasaan orang-orang saleh semenjak dahulu. Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah kalian mengerjakan qiyamullail, karena qiyamullail itu kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian.” (HR.Ahmad, Tirmidzi, al-Hakim, Baihaqi, Ibnu Asakir, Thabrani dan Ibnu Suni).

Dan, salat dhuha. Salat sunah ini memiliki keutamaan yang besar, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad saw:

“Di setiap persendian seorang dari kalian terdapat sedekah. Setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah setiap tahlil (ucapan laa ilaaha illallaah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan mencukupi dari semua itu dua rakaat Dhuha yang ia kerjakan.” (HR.Muslim)

“Siapa yang keluar untuk melaksanakan salat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan umrah.” (HR.Abu Daud)

Dengan mengamalkan salat-salat sunah di setiap hari yang kita jalankan, ditambah dengan amalan sunah seperti puasa sunah lainnya, maka tentu hari itu akan menjadi hari yang spesial, hari yang terbaik, di mana kita akan mendapatkan pahala dan rapot yang terbaik dari sisi Allah swt. Amin. [Chairunnisa Dhiee]

INILAH MOZAIK

Sudah Azan, Tahiyatul Masjid atau Qabliyah Dahulu?

ADA yang bertanya, ketika kita datang ke masjid dan mendapatkan waktu setelah azan telah selesai dan mendekati iqamah, manakah yang lebih utama kita pilih: salat sunah tahiyatul masjid atau salat sunah qabliyah?

Jawaban Ustadz Ammi Nur Baits:

Jika bisa digabungkan maka tidak perlu dipertentangkan. Bapak bisa salat dua rakaat dengan niat salat sunah qabliyah sekaligus tahiyatul masjid, karena para ulama menggolongkan salat tahiyatul masjid sebagai salat sunah mutlak, sehingga untuk mengerjakannya, seseorang tidak harus berniat salat khusus. (Maqasid Al-Mukallafin, hlm. 212, karya Umar Al-Asyqar).

Hal ini berdasarkan hadis tentang salat tahiyatul masjid, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika seseorang di antara kalian masuk masjid maka janganlah dia duduk sampai dia mengerjakan salat dua rakaat.” (HR. Muslim)

Di hadis ini tidak disebutkan jenis salat tertentu. Yang penting, ketika seseorang masuk masjid, hendaknya dia tidak duduk terlebih dahulu sampai dia salat dua rakaat, apapun bentuk salatnya, baik salat qabliyah atau bahkan salat wajib sekali pun.

Ringkasnya, Bapak bisa melaksanakan salat dua rakaat, dengan niat salat sunah qabliyah sekaligus sebagai shalat sunah tahiyatul masjid. Allahu alam.

 

INILAHcom