Metode Salat Malam dan Witir Ala Rasulullah

TARAWIH merupakan bentuk jamak dari kata tarwihah. Secara bahasa berarti jalsah (duduk). Kemudian perbuatan duduk pada bulan Ramadan setelah selesai salat malam 4 rakaat disebut tarwihah; karena dengan duduk itu orang-orang bisa beristirahat setelah lama melaksanakan qiyam Ramadan.

Menegakkan salat malam atau tahajud atau tarawih dan salat witir di bulan Ramadan merupakan amalan yang sunah. Bahkan orang yang menegakkan malam Ramadan dilandasi dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu.

Sebagaimana dalam hadis sahih yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Siapapun yang menegakkan bulan Ramadan dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Muslim 1266).

Pada asalnya salat sunah malam hari dan siang hari adalah satu kali salam setiap dua rakaat. Berdasarkan keterangan Ibnu Umar radhiyallahu anhu bahwa seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah shalat malam itu?”

Beliau menjawab:

“Dua rakaat dua rakaat. Apabila kamu khawatir mendapati subuh, maka hendaklah kamu salat witir satu rakaat.” (HR. Bukhari)

Dalam hadis Ibnu Umar radhiyallahu anhu yang lain dikatakan:

“Salat malam hari dan siang hari itu dua rakaat dua rakaat.” (HR Ibn Abi Syaibah) (At-Tamhiid, 5/251; Al-Hawadits, 140-143; Fathul Bari 4/250; Al-Muntaqo 4/49-51)

Maka jika ada dalil lain yang sahih yang menerangkan berbeda dengan tata cara yang asal (dasar) tersebut, maka kita mengikuti dalil yang sahih tersebut. Adapun jumlah rakaat salat malam atau salat tahajud atau salat tarawih dan witir yang dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah lebih dari 11 atau 13 rakaat.

Salat tarawih dianjurkan untuk dilakukan berjemaah di masjid karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga melakukan hal yang sama walaupun hanya beberapa hari saja. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis dari Numan bin Basyir rahimahullah, ia berkata:

“Kami melaksanakan qiyamul lail bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada malam 23 Ramadan sampai sepertiga malam. Kemudian kami salat lagi bersama beliau pada malam 25 Ramadan sampai separuh malam. Kemudian beliau memimpin lagi pada malam 27 Ramadan sampai kami menyangka tidak akan sempat mendapati sahur.” (HR. Nasai, Ahmad, Al-Hakim, Shahih).

Beserta sebuah hadis dari Abu Dzar radhiyallahu anhu dia berkata:

Kami puasa tetapi Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak memimpin kami untuk melakukan salat (tarawih) hingga Ramadan tinggal tujuh hari lagi, maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengimami kami salat sampai lewat sepertiga malam. Kemudian beliau tidak keluar lagi pada malam ke enam (tinggal 6 hari lagi pent). Dan pada malam ke lima (tinggal 5 hari pent) beliau memimpin salat lagi sampai lewat separuh malam. Lalu kami berkata kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Seandainya engkau menambah lagi untuk kami sisa malam kita ini?, maka beliau bersabda:

“Barang siapa salat tarawih bersama imam sampai selesai maka ditulis baginya salat malam semalam suntuk.”

Kemudian beliau tidak memimpin salat lagi hingga Ramadan tinggal tiga hari. Maka beliau memimpin kami shalat pada malam ketiga. Beliau mengajak keluarga dan istrinya. Beliau mengimami sampai kami khawatir tidak mendapatkan falah. Saya (perowi) bertanya apa itu falah? Dia (Abu Dzar) berkata sahur. (HR. Nasai, Tirmidzi, Ibn Majah, Abu Daud, Ahmad, Shahih)

Hadis itu secara gamblang dan tegas menjelaskan bahwa salat berjemaah bersama imam dari awal sampai selesai itu sama dengan salat sendirian semalam suntuk. Hadis tersebut juga sebagai dalil dianjurkannya salat malam dengan berjemaah.

Bahkan diajurkan pula terhadap kaum perempuan untuk salat tarawih secara berjemaah, hal ini sebagaimana yang diperintahkan oleh khalifah Umar bin Khathab radhiyallahu anhu yaitu beliau memilih Ubay bin Kaab radhiyallahu anhu untuk menjadi imam untuk kaum lelaki dan memilih Sulaiman bin Abu Hatsmah radhiyallahu anhu untuk menjadi imam bagi kaum wanita.

Tata cara shalat malam

Perlu kita ketahui bahwa tata cara salat malam atau tarawih dan salat witir yang dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam itu ada beberapa macam. Dan tata cara tersebut sudah tercatat dalam buku-buku fikih dan hadis. Tata cara yang beragam tersebut semuanya pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya radhiyallahu anhum. Semua tata cara tersebut adalah hukumnya sunah.

Maka sebagai perwujudan mencontoh dan mengikuti sunah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam maka hendaklah kita terkadang melakukan cara ini dan terkadang melakukan cara itu, sehingga semua sunah akan dihidupkan. Kalau kita hanya memilih salah satu saja berarti kita mengamalkan satu sunah dan mematikan sunah yang lainnya. Kita juga tidak perlu membuat-buat tata cara baru yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam atau mengikuti tata cara yang tidak ada dalilnya.

Salat tarawih sebanyak 13 rakaat dengan perincian sebagai berikut:

  • Beliau membuka shalatnya dengan shalat 2 rakaat yang ringan.
  • Kemudian salat 2 rakaat dengan bacaan yang panjang.
  • Kemudian salat 2 rakaat dengan bacaan tiap rakaat yang lebih pendek dari rakaat sebelumnya hingga rakaat ke-12.
  • Kemudian salat witir 1 rakaat.

Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Zaid bin Kholid al-Juhani, beliau berkata: “Sesungguhnya aku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melakukan salat malam, maka beliau memulai dengan salat 2 rakaat yang ringan, Kemudian beliau salat 2 rakaat dengan bacaan yang panjang sekali, kemudian salat 2 rakaat dengan bacaan yang lebih pendek dari rakaat sebelumnya, kemudian salat 2 rakaat dengan bacaan yang lebih pendek dari rakaat sebelumnya, kemudian salat 2 rakaat dengan bacaan yang lebih pendek dari rakaat sebelumnya, kemudian salat 2 rakaat dengan bacaan yang lebih pendek dari rakaat sebelumnya, kemudian salat witir 1 rakaat.” (HR. Muslim)

Faedah, hadits ini menjadi dalil bolehnya salat iftitah 2 rakaat sebelum salat tarawih.

Salat tarawih sebanyak 13 rakaat dengan perincian sebagai berikut:

– Melakukan salat 8 rakaat dengan sekali salam setiap 2 rakaat.

– Kemudian melakukan salat witir langsung 5 rakaat sekali salam.

– Hal ini berdasarkan hadis sahih yang diriwayatkan Aisyah, beliau berkata: “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa melakukan tidur malam, maka apabila beliau bangun dari tidur langsung bersiwak kemudian berwudhu. Setelah itu beliau salat delapan rakaat dengan bersalam setiap 2 rakaat kemudian beliau melakukan salat witir lima rakaat yang tidak melakukan salam kecuali pada rakaat yang kelima.”

Salat tarawih sebanyak 11 rakaat dengan perincian sebagai berikut:

Melakukan salat 10 rakaat dengan sekali salam setiap 2 rakaat.

Kemudian melakukan salat witir 1 rakaat.

Berdasarkan hadis sahih yang diriwayatkan Aisyah, beliau berkata:

“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melakukan salat malam atau tarawih setelah salat Isya Manusia menyebutnya salat Atamah hingga fajar sebanyak 11 rakaat. Beliau melakukan salam setiap dua rakaat dan beliau berwitir satu rakaat.” (HR. Muslim)

Salat tarawih sebanyak 11 rakaat dengan perincian sebagai berikut:

Melakukan salat 8 rakaat dengan sekali salam setiap 4 rakaat.

Kemudian salat witir langsung 3 rakaat dengan sekali salam.

Berdasarkan hadis sahih yang diriwayatkan dari Aisyah, beliau berkata:

“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah menambah bilangan pada bulan Ramadan dan tidak pula pada bulan selain Ramadan dari 11 Rakaat. Beliau salat 4 rakaat sekali salam maka jangan ditanya tentang kebagusan dan panjangnya, kemudian salat 4 rakaat lagi sekali salam maka jangan ditanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian salat witir 3 rakaat.” (HR Muslim)

Tambahan: Tidak ada duduk tahiyat awal pada salat tarawih maupun salat witir pada tata cara poin ini, karena tidak ada dalil yang menunjukkan hal tersebut. Bahkan ada larangan menyerupai salat maghrib.

Salat tarawih sebanyak 11 rakaat dengan perincian sebagai berikut:

Melakukan salat langsung sembilan rakaat yaitu salat langsung 8 rakaat, tidak duduk kecuali pada rakaat yang kedelapan tanpa salam kemudian berdiri 1 rakaat lagi kemudian salam.

Kemudian salat 2 rakaat dalam keadaan duduk.

Berdasarkan hadis sahih yang diriwayatkan Aisyah, beliau berkata:

“Kami dahulu biasa menyiapkan siwak dan air wudhu untuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, atas kehendak Allah beliau selalu bangun malam hari, lantas tatkala beliau bangun tidur langsung bersiwak kemudian berwudhu. Kemudian beliau melakukan salat malam atau tarawih 9 rakaat yang beliau tidak duduk kecuali pada rakaat yang kedelapan lantas membaca pujian kepada Allah dan selawat dan berdoa dan tidak salam, kemudian bangkit berdiri untuk rakaat yang kesembilan kemudian duduk tahiyat akhir dengan membaca zikir, pujian kepada Allah, selawat dan berdoa terus salam dengan suara yang didengar oleh kami. Kemudian beliau melakukan salat lagi 2 rakaat dalam keadaan duduk.” (HR. Muslim 1233 marfu, mutawatir). [muslimorid]

 

MOZAIK INILAHcom