Kunci Sukses dengan Cara Mengatur Waktu

Waktu adalah salah satu sumber daya yang paling berharga yang kita miliki. Waktu tidak dapat dibeli, ditukar, atau diproduksi kembali. Oleh karena itu, penting untuk belajar bagaimana mengelola waktu kita dengan bijak. Manajemen waktu yang efektif dapat membantu kita mencapai tujuan kita, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Berikut adalah beberapa kunci sukses dengan cara mengatur waktu.

Banyak orang melihat orang sukses sebagai penonton. Sukses dianggap hanya milik orang-orang tertentu saja. Orang-orang kaya, anak pejabat tinggi, yang punya semua fasilitas yang diperlukan untuk mencapai keinginan. Sederhananya, banyak orang memandang sukses bukan milik dia.

Kenyataannya, orang sukses berasal dari berbagai kalangan. Ada yang berasal dari keluarga kaya. Tapi tidak sedikit yang berasal dari keluarga miskin, tinggal di tempat terpencil, dan orang tua mereka tak berpendidikan. Ringkasnya, sukses itu hak semua orang.

Siapa saja orang yang sukses itu? Bagaimana mereka mencapainya? Apa kunci sukses? Sebenarnya ini soal sederhana. Sukses artinya seseorang mencapai apa yang dia impikan. Maka langkah pertama untuk sukses adalah memimpikan sesuatu. Have a dream. Ketika impian itu terwujud, itu adalah sebuah sukses.

Tapi mungkinkah mimpi kita terwujud? Banyak orang menganggap jalan menuju mimpi itu seperti jalan misteri yang berkabut. Maka mereka tidak bisa memastikan apakah bisa mencapainya atau tidak. Padahal tidak demikian. Kita bisa membuat jalan menuju mimpi itu menjadi terang benderang, lalu selangkah demi selangkah kita menapakinya, dan kita akan sampai pada impian kita.

Dalam kesempatan kali ini, saya ingin mengajak setiap orang untuk bermimpi, merumuskan mimpinya. Kemudian mengumpulkan informasi tentang jalan menuju mimpi itu. Kita gambar peta menuju mimpi kita.

Setelah itu, kemudian kita susun rencana untuk menempuh dan mengeksekusinya. Kita juga harus memastikan setiap eksekusi itu mendekatkan kita pada tujuan. Bila tidak, maka kita harus mengubah rencana, dan mengubah cara eksekusi.

Antara Sekolah dan Kunci Sukses 

Kita tahu, Susi Pudjiastuti adalah orang yang hanya tamat SMP, namun sukses sebagai pengusaha, kaya raya, dan bahkan pernah menjadi petinggi Negara (Menteri Kelautan), menyisihkan orang-orang “pintar” yang “seharusnya” lebih layak menempati posisi tersebut. Kemudian tersulutlah orang untuk mengambil kesimpulan liar, “tak perlu lagi sekolah tinggi, toh tamatan SMP saja bisa jadi menteri”.

Sebenarnya kita tak perlu kaget. Pertama, harus saya tegaskan bahwa orang sukses itu adalah orang berilmu. Itu sebuah kepastian. Tidak ada orang yang sukses karena kebetulan, atau keajaiban. BJ Habibie sukses sebagai ahli rancang bangun pesawat terbang, karena dia punya ilmu tentangnya.

Rudi Chaerudin sukses sebagai chef, karena ia punya ilmu tata boga. Rudy Hartono punya ilmu tentang bulu tangkis. Rudi Hadisuwarno adalah orang berilmu dalam hal tata rias rambut. Hal ini semua sesuai dengan Hadits Rasulullah:

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ.

Artinya: “Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barang siapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula”. (HR. Bukhari-Muslim).

Nah, sekarang pertanyaannya adalah, bagaimana mendapatkan ilmu? Ilmu bisa didapatkan dari mana saja. Kita bisa mendapat ilmu dari orang lain yang telah lebih dahulu tahu. Sekolah adalah bentuk formal dari proses mendapatkan ilmu dari orang lain.

Pengetahuan yang diajarkan di sekolah adalah kumpulan pengetahuan yang diperoleh oleh ratusan bahkan ribuan orang selama berabad-abad, yang dirangkum secara terstruktur, kemudian diajarkan. Pengetahuan yang diajarkan di sekolah sifatnya dasar dan umum. Sekolah kejuruan mengajarkan pengetahuan yang sifatnya agak lebih khusus.

Di jenjang Universitas, orang belajar tentang hal-hal yang lebih khusus. Untuk tujuan itu Universitas dibagi menjadi fakultas dan jurusan. Pada tingkat yang lebih tinggi lagi, orang akan belajar tentang suatu bidang yang sempit tapi mendalam. 

Namun demikian, sekolah formal bukan satu-satunya jalan untuk mendapatkan ilmu. Orang bisa belajar langsung kepada seseorang yang ahli. Keahlian di bidang olah raga, misalnya, banyak yang diperoleh orang melalui cara ini. Demikian pula keahlian memasak, seni, serta agama. Tentu saja sekolah formal di bidang-bidang tersebut juga ada.

Cara lain untuk mendapat ilmu adalah dengan meramunya dari pengalaman kita sendiri. Misalnya Susi Pudjiastuti adalah contoh orang berilmu yang mendapatkan ilmunya dari pengalaman di lapangan. Ilmu yang diperoleh dengan cara ini kadang kala bisa mengalahkan ilmu yang diperoleh orang melalui jalur formal, melampaui kemampuan seorang doktor sekalipun. 

Lalu untuk apa sekolah?

Sekolah adalah cara yang umum untuk mendapatkan ilmu. Umum artinya banyak orang melakukannya, dan banyak yang berhasil dengan cara itu. Namun, sekolah bukan satu-satunya cara. Ada cara lain yang bisa ditempuh, namun hal itu tidak umum. 

Dalam hal ini, tinggal tergantung pada kita, mau menempuh jalur yang umum, artinya berjalan bersama orang-orang lain, atau menempuh jalan yang kita sukai.

Akan tetapi ingat, menempuh jalan sendiri dalam belajar adalah hal yang berbeda dengan lari dari pelajaran. Banyak orang yang berhenti sekolah bukan untuk mencari ilmu dengan jalan sendiri, tapi sekedar lari dari pelajaran.

Ada beberapa bidang yang mengharuskan seseorang belajar di sekolah formal. Dokter, pengacara, pilot, ilmuwan, akuntan, polisi, tentara, dan lain-lain adalah contohnya. Tanpa ijazah formal mustahil untuk memasuki bidang tersebut. Jadi, mau sekolah atau tidak adalah juga soal pilihan berdasarkan jalan profesi yang hendak ditempuh oleh seseorang.

Jadi, bila kita tegaskan, untuk apa sekolah? Pertama, untuk mendapatkan ilmu melalui jalur yang umum, jalur yang ditempuh oleh banyak orang. Kedua, untuk mendapat ilmu sebagai bekal untuk menekuni profesi tertentu.

Di luar dua alasan itu, orang tak perlu sekolah. Jadi sukses tidak mutlak mengharuskan sekolah (tinggi) sebagai syaratnya. Hanya saja kebanyakan orang sukses setelah melalui perangkat proses pendidikan formal melalui sekolah.

Catatan akhir 

Hal terakhir yang ingin saya tekankan bahwa sukses tidak sama dengan kaya. Tidak semua orang sukses itu kaya. Kaya bukanlah ukuran kesuksesan. Kaya hanya efek samping dari kesuksesan.

Sukses bagi saya adalah seseorang yang menjalani hidup pada suatu bidang keahlian, ia menikmati jalan itu, dan orang-orang di sekitarnya mendapat manfaat dari apa yang ia kerjakan.

Banyak orang yang menjalani hidup pada tingkat ini, tapi tidak kaya. Sebagai contoh, saya punya kenalan seorang wartawan yang sangat dihormati baik di kalangan profesi wartawan maupun di luar lingkungan itu, tapi ia sama sekali bukan orang yang kaya harta. Sebaliknya, kita mengenal para penjarah uang negara yang kaya raya, tentu kita tak akan menyebut mereka sebagai orang sukses.

Satu hal lagi, sukses bukanlah terminal akhir. Sukses adalah perjalanan melalui berbagai terminal. Orang sukses menikmati perjalanan dari satu terminal ke terminal lain. Termasuk dalam perjalanan itu adalah keadaan jatuh dan bangun, menanjak dan menurun.

Orang yang memaknai kunci sukses dengan ukuran pencapaian di titik cemerlang belaka adalah orang yang memaknai sukses secara dangkal. Sebuah pepatah Arab mengatakan:

حدد أهدافك أولا. ثم نظم وقتك لتحققها، ستصل إلى النجاح

Artinya: “Tentukan tujuan Anda terlebih dahulu. Maka aturlah waktu Anda untuk mencapainya, maka kesuksesan akan Anda raih.” 

Demikian penjelasan terkait kunci sukses dengan mampu mengatur waktu. Wallahu a’lam bishawab.

BINCANG SYARIAH

Sukses dan Bahagia? Ini kata Khatib Masjid Nabawi

KHUTBAH Jum’at di masjid Nabawi kemarin membahas potongan hadits yang menurut khatib dinyatakan sebagai kunci untuk menggapai sukses bahagia.

Potongan hadits yang saya maksud adalah sabda Rasulullah: Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah.

Tiga hal ini menjadi penting untuk kita perhatikan. Pertama adalah anjuran untuk bersungguh-sungguh berupaya melakukan segala yang bermanfaat. Kerjakan sesuatu yang bermanfaat, ucapkan sesuatu yang bermanfaat dan bersahabatlah dengan orang yang bisa menimbulkan manfaat. Pertimbangkanlah kemanfaatan sebelum memilih dan melakukan sesuatu.

Kedua adalah perintah untuk senantiasa meminta tolong kepada Allah. Tampakkan kelemahan kita di hadapan Allah. Tawadlulah dan jangan takabbur. Ada banyak hal yang terjadi dalam hidup kita yang di luar kontrol kita. Ini bermakna bahwa secanggih apapun kontrol kita akan sesuatu bisa jadi tidak berjalan sesuai dengan rencana. Teruslah memohon pertolongan kepadaNya maka pertolonganNya pasti datang.

Yang ketiga adalah jangan bermalas-malasan dan merasa loyo terus. Berbuatlah dalam hidup. Pintu dibukakan kepada mereka yang mengetuk, hadiah diberikan kepada yang berprestasi dan pujian dipersembahkan pada yang berbuat terpuji.

Syarah akan hadits tersebut sangatlah panjang. Namun saya cukupkan sekian dulu. Ada hal yang manfaat lainnya yang saya harus lakukan.

INILAH MOZAIK

Tobat Sarana Kesuksesan

Setiap insan mendambakan apa yang menjadi cita-citanya dapat tercapai. Untuk itu, ia mengerahkan segenap potensi yang dimilikinya, baik berbentuk materi, tenaga, maupun pikiran. Tujuannya agar cita-citanya tercapai. Namun, setelah segala upaya dilakukan, tidak jarang cita-cita yang didambakannya tak kunjung tercapai, bahkan kegagalanlah yang diraihnya.

Penyebabnya bisa karena jalan yang ditempuhnya salah, terlalu percaya terhadap kemampuan diri sehingga melupakan Allah SWT, bisa juga karena tidak bersabar meniti tangga kesuksesan. Kegagalan ini terkadang membuat kita berputus asa.

Padahal, berputus asa merupakan perbuatan yang dilarang. Allah SWT berfirman, “Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba- Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'” (QS Az-zumat [39]: 53).

Lantas, apa yang harus kita lakukan saat upaya kita meraih cita-cita diadang kegagalan? Bersegeralah bertobat kepada Allah SWT. Mengingat kembali apa yang telah kita lakukan, menyesali perbuatan salah yang pernah kita lakukan, bertekad memperbaikinya disertai memohon ampunan Allah SWT. Sebab, tobat merupakan sarana yang disediakan Allah SWT untuk menggapai cita-cita bagi orang-orang yang mengalami kegagalan dalam hidupnya.

Penjelasannya, ketika kita bertobat akan menjadikan diri kita sadar atas kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan dan menyadari bahwa kita adalah makhluk lemah yang tidak memiliki kemampuan apa-apa bila tidak ada pertolongan dan perlindungan Allah SWT.

Kesadaran ini akan menjadikan kita memperbaiki diri dan selalu berdoa serta bergantung pada Allah SWT. Selain itu, ketika bertobat akan menjadikan diri kita rendah diri di hadapan Allah SWT dan rendah hati terhadap sesama. Hal inilah yang akan menjadikan kita mendapatkan pertolongan Allah SWT dan disukai serta dibantu sesama karena manusia sealalu memiliki perhatian dan ingin membantu orang-orang yang rendah hati.

Contoh nyata tobat sebagai sarana meraih kesuksesan dapat kita lihat dari kisah Nabi Yunus ketika beliau merasa gagal dan putus asa atas dakwah yang dilakukannya. Kisah ini tercantum dalam Alquran.

Allah berfirman: “Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka, ia ditelan ikan besar dalam keadaan tercela. Maka, kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian, Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedangkan ia dalam keadaan sakit.

Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada 100 ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.” (QS ash-Shaffat [37]: 139-148).

Untuk itu, bila kita mengalami kegagalan dalam meniti cita-cita, janganlah kita berputus asa. Namun, hendaknya kita bersegera bertobat karena ia sarana yang disediakan Allah SWT untuk meraih kesuksesan yang tertunda. Allahu’alam.

 

OLEH Moch Hisyam

REPUBLIKA