Syam; Gerbong Huru-Hara Akhir Zaman

KONFLIK di kawasan Syam yang hingga kini masih berlangsung, seyogianya memantik kesadaran umat Islam untuk mengkaji kembali hadits-hadits akhir zaman terkait Syam. Paling tidak, jika tanda-tanda itu belum terjadi, umat Islam bisa mempersiapkan diri, mensikapinya secara tepat dan tak terpengaruh oleh dinamika konflik yang sedang terjadi.

Bumi Syam (sekarang Suria, Lebanon, Palestina, Yordania dan Syam Jura) yang diberkati, sejak diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam hingga hari kiamat menempati posisi strategis dalam sejarah kehidupan umat Islam, bahkan umat yang lainnya.

Surah Al-Isra [17] ayat 1 misalnya, sejak awal menanamkan kesadaran mendasar bahwa bumi sekitar Al-Aqsha (Baitul Maqdis) adalah wilayah-wilayah yang diberkati. Ke tempat suci itu Nabi diisrakan (diperjalankan pada malam hari), di situ pula beliau shalat dan menjadi imam para nabi. Maka tidak mengherankan jika dalam sejarah wilayah Syam ini begitu penting di mata nabi dan generasi-generasi selanjutnya.

Salah satu bentuk kepedulian nabi pada tanah Syam bisa dilihat dari upaya awal pembebasan tanah ini. Perang Mu`tah dan Tabuk, adalah dua contoh konkret kepedulian beliau. Sepeninggal beliau, Abu Bukar radhiyallahu ‘anhu ketika menghadapi masalah pelik pemurtadan dan orang-orang yang enggan berzakat, beliau tetap mengirim pasukan Usamah bin Zaid menuju Syam sebagai amanah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelang wafatnya.

Khalifah-khalifah selanjutnya pun sangat peduli dalam masalah ini. Sebelum Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu  membebaskan Baitul Maqdis, salah satu PR utama yang dipecahkan terlebih dahulu adalah pembebasan tanah Syam. Melalui sinergi yang apik antara Khalid dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah radhiyallahu ‘anhuma, Syam akhirnya bisa terbebaskan dari tirani.

ampak dari terbebasnya Syam ini begitu besar. Terbebasnya Baitul Maqdis –yang kelak didatangi langsung oleh Umar radhiyallahu ‘anhu- serta terbebasnya Mesir dari hegemoni Romawi Timur baru bisa terealisasi saat bumi Syam bisa dibebaskan. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Syam (khususnya Baitul Maqdis) adalah poros stabilitas dunia. Dan itu menjadi rebutan sepanjang masa karena menjadi tolak ukur penguasa dunia.

Pembebasan-pembebasan lain pun memang keberhasilannya tidak bisa dilepas  dari konsentrasi pembebasan tanah Syam. Sebagaian wilayah Afrika, Eropa, bahkan Konstatinopel –di zaman Muhammad Al-Fatih- apa bisa terbebas jika jauh-jauh hari tidak ada kepedulian terhadap bumi yang diberkati ini?

Oleh karena itu, membahas hadits-hadit akhir zaman tentang Bumi Syam ini sangatlah penting. Urgensi memahami persoalan ini, bukan semata urusan sejarah,  kepedulian lintas generasi, atau karena wilayah ini sejak lama menjadi rebutan antar negara. Nyatanya, di dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga banyak digambarkan bahwa negeri ini adalah “wilayah panas” tempat terjadinya huru-hara akhir zaman. Dengan bekal informasi ini, seharusnya umat Islam tidak kehilangan arah dan tidak salah dalam menyikapi konflik yang terjadi di bumi yang diberkati ini.

Dalam buku “Ahâdîts al-Fitan wa al-Malâhim wa Asyrâth al-Sâ’ah al-Mu’allaqah bi al-Syâm” (2014) yang disusun oleh bagian (kajian) ilmiah Yayasan al-Durar al-Sunniyah yang disupervisi oleh Syeikh Alawi bin Abdul Qadir al-Saqqaf, terdapat kajian khusus mengenai hadits-hadits akhir zaman berikut kaitannya dengan fenomena yang terjadi.

Di antara kandungan buku ini: Pertama, membahas fitnah-fitnah dan huru-hara yang berkaitan dengan tanah Syam. Pada pembahasan ini disebutkan hadits yang menunjukkan bahwa fitnah yang terjadi di Bumi Syam di akhir zaman adalah fitnah besar dan kelam.

 

Selain itu, jika penduduk Syam sudah rusak, maka sudah tidak ada lagi kebaikan bagi umat Islam. Di akhir zaman, saat terjadi huru-hara dan fitnah, letak keimanan sejati adalah di Bumi Syam. Dan kelak, bumi yang diberkati ini akan menjadi basecamp kuat umat Islam akhir zaman. Tentara-tentara pilihan yang di akhir zaman membawa bendera hitam pun akan muncul dari Syam. Di daerah Al-Ghauthah (Syam) nanti, akan menjadi pangkalan militer umat Islam.

Kedua, buku ini juga membahas hadits-hadits tentang tanda-tanda akhir zaman yang terkait dengan Syam. Sebagai contoh: keluarnya Imam Mahdi, Dajjal dan Isa adalah di wilayah ini. Belum lagi api yang muncul dari Aden yang akan menggiring manusia ke Bumi Syam. Sampai pada puncaknya adalah hembusan angin dingin ke arah Syam. Siapa saja waktu itu di seluruh bumi yang masih menyimpan keimanan, akan meninggal dunia ketika menghirup angin ini. Kemudian setelah itu yang tersisa hanyal orang-orang yang amat buruk.

Melihat posisi Syam yang begitu strategis baik di masa lampau dan akhir zaman, seyogianya umat Islam mengkaji secara serius masalah ini. Setidaknya adalah sebagai persiapan untuk menhadapi huru-hara yang akan terjadi menjelang kiamat. Karena Bumi Syam adalah gerbong akhir zaman. Bisa jadi sekarang memang belum saatnya, tapi jika umat Islam peduli dengan masalah ini, setidaknya itu akan tetap berguna bagi generasi mendatang yang akan menghadapinya.*/ Mahmud Budi Setiawan

 

HIDAYATULLAH

Syam, Saksi Kegemilangan Islam

Suriah hari ini terlampau menyesakkan. Reruntuhan seolah menenggelamkan peradaban Suriah di masa silam. Suriah adalah sebuah negara di Timur Tengah yang berbatasan dengan Turki, Irak, Yordania, Israel, dan Lebanon. Kawasan ini termasuk salah satu yang paling mula-mula dihuni peradaban manusia, dengan bukti arkeologis memperkirakan sekitar 700 ribu tahun yang lalu. Ada banyak kota kuno bersejarah, seperti Palmyra, Aleppo, dan Damaskus.

Suriah telah menjadi bagian terpenting dalam sejarah peradaban Mesopotamia, Romawi, Bizantium, sebelum ditaklukkan Khalid bin Walid tahun 634 M. Kaum Muslim saat itu berada di bawah kepemimpinan Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Beberapa tahun kemudian, Bani Umayyah menjadikan Damaskus, yang sekarang ibu kota negara Suriah modern, sebagai ibu kota administratif dunia Islam. Sejumlah situs bersejarah dibangun. Salah satunya, Masjid Umayyah atau Masjid Agung Damaskus yang dikonversi dari sebuah gereja.

Setelah Bani Umayyah runtuh, kawasan ini menjadi bagian dari kekhafilahan Bani Abbasiyah. Namun, peran Damaskus tidak lagi signifikan lantaran ibu kota pemerintahan telah dipindah ke Baghdad. Kekuasaan Bani Abbasiyah di kawasan ini mulai runtuh pada awal abad ke-10.

Pada 970 M, Dinasti Fatimiyyah Mesir yang beraliran Syiah menaklukkan Damaskus. Suriah menyaksikan peralihan dinasti demi dinasti. Ketika Dinasti Seljuk Turki berkuasa, mereka juga menaklukkan Damaskus pada 1078 M. Demikian pula, saat pemerintahan Turki Utsmani di Istanbul.

Mengakhiri 400 tahun kekuasaan Ottoman, pada 1918 Suriah dikuasai oleh Amir Faishal berkat dukungan Inggris. Kekuasaan Amir Faishal ini tak berumur panjang. Pasca-Perang Dunia I, wilayah Timur Tengah telah menjadi kue yang dibagi-bagi oleh Inggris dan Prancis. Suriah kemudian berada di bawah kontrol Prancis. Republik Arab Suriah yang sekarang baru diproklamasikan pada 1936. Mayoritas rakyatnya menganut Islam Mazhab Suni, sedangkan minoritas menganut Kristen.

Menyaksikan pergulatan kekuasaan sejak zaman prasejarah, Suriah kini terjerat di pusaran konflik. Dilansir dari AFP, kuartal pertama tahun ini, sebuah organisasi hak asasi manusia yang berbasis di Inggris mencatat lebih dari 220 ribu orang tewas sejak pecahnya konflik 2011. Sementara, jumlah pengungsi telah melampaui angka empat juta jiwa.

Turki menjadi negara pertama yang paling banyak menampung pengungsi Suriah, menyusul sejumlah negara Uni Eropa. Kendati semakin pudar, banyak pengungsi masih menggantungkan harapan akan redanya konflik di tanah air mereka. Berharap Idul Adha tahun depan akan terlewati bersama keluarga di tanah tercinta. Begitu pun, Alevat. “Kami ingin kembali ke negara kami, kembali ke hari-hari itu.”

 

REPUBLIKA

Sejumlah Media Pro Syiah di Indonesia Dinilai Lakukan Fitnah Lembaga Kemanusiaan ke Suriah

Sejumlah media pro Syiah dan pendukung Bashar al Assad di Indonesia dinilai telah melakukan fitnah kepada lembaga-lembaga kemanusiaan untuk membantu warga Suriah.

“Banyak pertanyaan sehubungan dengan beredarnya fitnah yang dialamatkan kepada Indonesian Humanitarian Relief (IHR) Foundation, seolah bantuan kemanusiaan masyarakat Indonesia tidak sampai ke rakyat Suriah,“ demikian disampaikan Direktur IHR, Mathori, sebagaimana dikutip Islamic News Agency (INA), Senin (26/12/2016).

Menurut Mathori, melihat polanya, arus fitnah ini tampaknya bukan barang baru. Upaya propaganda serupa sudah lama dilakukan melalui akun-akun Facebook dan laman situs yang diduga berafiliasi pada sebuah ideologi tertentu dan pendukung Rezim Bashar al Assad yang menurut PBB disinyalir telah melakukan kejahatan kemanusiaan.

“Caranya hampir sama, membuat fitnah yang dilakukan dengan berbagai pola, salah satunya adalah membunuh karakter NGO-NGO kemanusiaan yang selama ini bersama-sama ormas Islam, ulama, dan aktivis kemanusiaan menggalang semangat berbagi membantu rakyat Suriah, termasuk Aleppo,” ujar Mathori.

Mathori membantah bantuan yang disalurkan IHR tidak sampai ke warga Suriah. Pihak-pihak yang melakukan propaganda dinilai sengaja “menggoreng” berita yang belum terkonfirmasi kebenaran dan faktanya, selain hanya menyandarkan kepada satu potongan berita, tanpa mau melihat informasi secara utuh. Selain itu, bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Suriah saat ini bekerjasama dengan lembaga kemanusiaan internasional yang sangat kredibel, IHH.

“Jelas tuduhan fitnah dan tidak benar. İnsan Hak ve Hürriyetleri İnsani Yardım Vakfı (IHH) adalah organisasi lembaga kemanusiaan internasional yang telah diakui oleh PBB dan dalam beberapa aktivitas kemanusiaan ditunjuk secara resmi oleh PBB. Dalam kiprahnya, IHH pernah menjadi inisiator konvoi kemanusiaan Freedom Flotilla menuju Gaza, Palestina, yang diikuti lembaga dan aktivis kemanusiaan dunia.”

Meski demikian, di lapangan semua kemungkinan bisa terjadi, apalagi dalam suasana perang dan konflik. Mathori membuat logika sederhana, jika ada bantuan dari lembaga kemanusiaan ke Rohingya tidak sampai dan jatuh ke tangah militer Myanmar, bukan berarti NGO tersebut membantu militer atau bantuan tidak sampai ke tangan pengungsi. Apalagi dalam suasana perang, ada banyak faktor terjadi di lapangan.

“Jika ada bantuan ke Rohingya disita militer Myanmar, apa lantas disebut mendukung pihak militer?” ujarnya.

Mathori paham yang dimaksud para pemfitnah, yang menurutnya, menggunakan bahasa yang sangat jelas Pro Rezim keji, Bashar al Assad, agar umat Islam di Indonesia tak menggalang dana untuk rakyat Suriah.

Meski demikian, ia mengatakan, kewajiban semua kaum Muslimin membantu saudaranya di dunia yang sedang menderita dan pengalami penindasan di seluruh dunia. Termasuk di Rohingya, Palestina hingga Suriah.

“Kami menilai tudingan ini adalah bagian dari upaya melemahkan semangat kemanusiaan masyarakat Indonesia untuk membantu sesama saudaranya di Suriah.”

Sebagaimana diketahui, Rezim Bashar al Assad yang merupakan pelanjut ayahnya, Hafed al Asaad berkuasa di Suriah dengan jalan kudeta berdarah, telah bertahan lebih 40 tahun di tampuk kekuasaan sehingga menjadikan banyak warganya tertindas.

Usaha warganya meminta perubahan sejak 2011 lalu, dihadapi dengan serangan kepada rakyatnya sendiri hingga saat ini yang menurut PBB telah menelan lebih 470 ribu jiwa. Sementara 4 juta warga terusir dan menjadi pengungsi.

Belakangan, Suriah yang masuk wilayah Bumi Syam makin hancur dan menderita ketika masuknya Rusia dan keterlibatan Iran yang ingin memperluas ideologi Syiah di kawasan Timur Tengah. Terakhir adalah hancur dan terusirnya Aleppo oleh bom yang dijatuhkan Rusia untuk membantu rezim Bashar dan milisi Syiah dukungan Iran.[]PIZ

 

sumber; BumiSyam

Kakak Bocah Suriah tak Tertolong

Omran Daqneesh, bocah Suriah yang menjadi perbincangan dunia lewat fotonya di dalam ambulans pekan lalu, rupanya memiliki seorang saudara laki-laki, Ali Daqneesh. Saudara laki Dagneesh meninggal setelah terluka akibat serangan udara Rabu pekan lalu (17/8).

Ali yang berusia 10 tahun meninggal pada Sabtu (20/8). Menurut Direktur Aleppo Media Center Yousef Saddiq, Ali ‘menyerah’ di rumah sakit lapangan di Aleppo dari luka yang dideritanya setelah cukup lama tertimbun reruntuhan bangunan, Ahad (21/8).

“Selama tiga hari terakhir, ia dalam kondisi kritis,” ujar Saddiq seperti dikutip CNN. “Ibunya masih menerima perawatan medis karena dia juga dalam kondisi kritis. Keluarganya yang lain tetap di Aleppo.”

Foto dan video Omran yang sedang duduk diam di ambulans menunggu bantuan merupakan refleksi suram dari perang sipil Suriah. Gambar yang tersebar di media sosial tersebut memicu kecaman dari berbagai belahan dunia.

 

“Omran … masih hidup, dan insya Allah akan terus hidup dalam kondisi yang lebih baik dari sekarang,” kata Dokter Abu Rasoul, yang mengurus saudara Omran, Ali. “Saudaranya, yang tidak diketahui orang-orang, telah meninggal dan dia di sisi Allah sekarang.”

“Omran ditarik keluar dari reruntuhan dengan cepat hingga kini dapat hidup. Ali tinggal di bawah reruntuhan untuk sementara waktu,” katanya. Dokter Rasoul juga menjelaskan bahwa Ali menderita luka yang cukup parah.

 

sumber: Republika Online

Perdamaian Suriah Sulit Dilakukan Lewat Jalur Diplomatik

Aleppo kembali diserang oleh pesawat tempur yang AS perkirakan itu adalah pesawat tempur Rusia yang membantu rezim Basyar Assad.

Sebuah jalur diplomatik untuk meredakan perang di Suriah sepertinya tidak mungkin berhasil.

Bahkan antara AS dan Rusia tidak menyetujui jika diadakan pertemuan Dewan Keamanan PBB untuk membahas serangna setelah gencatan senjata saat Idul Adha runtuh.

Seperti dilansir Zaman Al Wasl, pasukan oposisi yang berusaha melawan pasukan rezim mengatakan, proses perdamaian akan sia-sia kecuali pemboman segera dihentikan. (Eka Aprila)

 

Mereka Terluka Untuk Sepotong Roti

Seorang aktivis mengatakan, pada hari Rabu, penembak jitu rezim menembaki warga yang sedang mengantri untuk membeli roti sehingga mengakibatkan 5 orang diantara mereka terluka.

Sebagaimana dilansir oleh Zaman Al Wasl, aktivis lokal mengatakan, pengepungan yang dilakukan oleh rezim membuat puluhan warga al-Waer terpaksa harus melewati pos rezim agar dapat membeli roti untuk kebutuhan pokok mereka.

Mereka tetap pergi untuk membeli roti meskipun mereka mengetahui akan resiko terkena tembakan rezim. (Eka Aprila)

 

sumber:Bumi Syam

Aleppo Berdarah, Dunia Membisu

Syam adalah negeri yang diberkahi oleh Allah, padanya do’a rasulullah panjatkan agar penduduknya dihindarkan dari bahaya dan musibah. Ia adalah benteng kaum muslimin saat malhamah al-kubro, dan penduduknya selalu berada dalam jalan kebenaran sampai hari kiamat. Sedang malaikat rahmat selalu membentangkan sayapnya pada bumi mulia ini.

Namun syam saat ini berduka, karna serangan koalisi msush-musuh Allah terhadap kaum muslimin. Korban demi korban terus berjatuhan, bahkan wanita dan anak-anak. Sedang asap bom terus mengepul dari atasnya. Serangan jet-jet tempur Rusia dan rezim terlihat di mana-mana. Bau anyir darah menjadi aroma yang biasa tercium. Sejak tahun 2011 saja, 361.000 jiwa telah melayang tak bernyawa.

Aleppo, menjadi bagian penting dari wilayah Syam saat ini merasakan dahsyatnya gempuran tersebut. Selama beberapa hari terakhir ini saja, kota terbesar kedua setelah Damaskus ini telah kehilangan 200 nyawa penduduknya. Jumlah penduduk yang terluka juga teramat banyak, angka 400 korban luka menjadi saksi kejamnya serangan tersebut dalam pekan terakhir ini. Bahkan sebuah rumah sakit yang didirikan persatuan dokter tanpa batas ( MSF ) turut diluluh lantakkan, yang berujung pada meninggalnya satu-satunya dokter anak di Aleppo, Abu Abdurrahman.

Padahal agenda gencatan senjata sedang digaung-gaungkan oleh PBB. Hanya JN dan IS yang dikecualikan dalam gencatan senjata tersebut, namun tetap saja rakyat menjadi sasaran kebrutalan serangan rezim. Konon, Moskow yang telah menarik pasukan pada maret lalu, masih saja turut dalam serangan tersebut.

Jika demikian alur perjuangan saudara-saudara kita di Syam, pantaskan kita hanya diam? Jika dunia internasional enggan membela, pantaskah kita sebagai bagian dari mereka hanya membisu? Jika tragedi kemanusiaan itu hanya diatasi dengan gencatan senjata yang hanya berbentuk wacana, pantaskah kita pura-pura tak mendengar jeritan tangis mereka? Relakah kita melihat para ibu menjadi janda, anak-anak menjadi yatim, para orang tua kehilangan anak-anak mereka?

Bahkan seorang muslim yang sakitpun, Allah perintahkan para hamba untuk menjenguk mereka, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits qudsi,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: يَا ابْنَ آدَمَ، مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِي(1) قَالَ: يَا رَبِّ كَيْفَ أَعُودُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ؟ قَالَ: أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِي فُلَانًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ؟ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِي عِنْدَهُ. يَا ابْنَ آدَمَ: اسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِي، قَالَ: يَا رَبِّ وَكَيْفَ أُطْعِمُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ؟ قَالَ: أَمَا عَلِمْتَ أَنَّهُ اسْتَطْعَمَكَ عَبْدِي فُلَانٌ فَلَمْ تُطْعِمْهُ؟ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ أَطْعَمْتَهُ لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي. يَا ابْنَ آدَمَ: اسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِي، قَالَ: يَا رَبِّ كَيْفَ أَسْقِيكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ؟ قَالَ اسْتَسْقَاكَ عَبْدِي فُلَانٌ فَلَمْ تَسْقِهِ، أَمَا إِنَّكَ لَوْ سَقَيْتَهُ لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي”
رواه مسلم
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, telah bersabda Rasulullah
ﷺ, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla kelak dihari kiamat akan berfirman, “Wahai anak cucu Adam, aku sakit dan kamu tidak menjengukku”, ada yang berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana kami menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam”, Allah berfirman, “Tidakkah engkau tahu, sesungguhnya hambaku yang bernama Fulan sakit, dan kamu tidak menjenguknya?

Tidakkah engkau tahu, sesungguhnya jika kamu menjenguknya, engkau akan mendapatiku didekatnya.Wahai anak cucu adam, aku meminta makanan kepadamu, namun kamu tidak memberiku makanan kepada-Ku”, ada yang berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana kami dapat memberi makan kepada-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?”

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Tidakkah engkau tahu, sesungguhnya hambaku fulan meminta makanan, dan kemudian kalian tidak memberinya makanan? Tidakkah engkau tahu, seandainya engkau memberinya makanan, benar-benar akan kau dapati perbuatan itu di sisi-Ku.

Wahai anak cucu adam, Aku meminta minum kepadamu, namun engkau tidak memberi-Ku minum” , ada yang berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana kami memberi minum kepada-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?”

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Seorang hambaku yang bernama fulan meminta minum kepadamu, namun tidak engkau beri minum, tidakkah engkau tahu, seandainya engkau memberi minum kepadanya, benar – benar akan kau dapati (pahala) amal itu di sisi-Ku”Hadits diriwayatkan oleh Muslim.

Lantas apa yang mampu kita jawab, ketika Allah bertanya pada kita apa yang telah engkau lakukan untuk saudara-saudaramu di Aleppo? Mereka bukan hanya sakit, mereka dibantai dan digempur. Mereka juga bukan hanya meminta makanan dan minuman, namun mereka butuh bantuan untuk kehidupan yang layak atas gempuran tersebut. Karena mereka kehilangan rumah tempat berteduh, keluarga tempat bernaung dari berbagai kesempitan hidup.

Sejauh mana pengorbanan yang dapat kita lakukan, maka lakukanlah. Baik berupa jiwa maupun harta untuk membantu saudara-saudara kita. Do’a juga menjadi bagian terpenting untuk membantu saudara-saudara kita, jangan pernah terlalai dari do’a untuk mereka di sepanjang munajat kita. Karena hari hisab itu teramat sulit, jika amalan kita teramat sedikit. Karena hari itu teramat sulit jika penderitaan saudara-saudara kita, kita biarkan begitu saja.  (reny)

 

sumber: Bumi Syam

Darah Saudara Kalian Terus Mengalir, Masihkah Kalian Acuhkan Suriah?

Pertumpahan darah di Suriah terus terjadi hingga saat ini. Bertahun-tahun mereka hidup dalam ketakutan yang amat menyesakkan hati. Melihat darah yang terus mengalir membasahi negeri mereka tercinta.

Hari ini (22/3) darah itu kembali bertambah, sebanyak 530 orang tewas dalam 23 hari pertama gencatan senjata di Suriah. (Zaman Al Wasl)

Saudaraku, bisakah kalian bayangkan, jika yang terbunuh itu adalah anak-anak kita, Ibu kita atau Ayah kita. Bisakah kalian juga bayangkan, jika rumah kita dihancurkan, kebahagiaan kita diambil oleh orang-orang jahat, dan seluruh dunia bungkam dengan semua penindasan yang terjadi terhadap kita, apa yang kita rasakan? Sedih ?marah ?kecewa ?.

Saudaraku, itulah yang dirasakan oleh saudara kita di Suriah, mereka tersiksa karena penindasan yang dilakukan oleh kelompok Syi’ah, dan luka itu bertambah lebar, ketika saudara seiman mereka sendiri mengacuhkan mereka, jangankan mendo’akan, mengetahui bagaimana kondisi saudaranya di Suriah pun mungkin tidak.

Saudaraku, dulu saat utusan Rasulullah yang membawa surat berisikan ajakan masuk Islam kepada raja Heraklius dibunuh, Rasulullah sangat marah hingga Rasulullah mengerahkan seluruh pasukan untuk menyerang raja Heraklius atas pembunuhannya terhadap utusan Rasulullah, nyawa dibalas dengan nyawa.

Namun saat ini, ribuan kaum muslimin telah tewas di tangan kelompok Syi’ah, jasad mereka dibiarkan tercabik-cabik dan dimakan oleh anjing peliharaan mereka, sedangkan kaum Muslimin lainnya hanya diam dan menjadi penonton.

Saudaraku, antara kita dan kaum Muslimin Suriah ada sebuah ikatan yang sangat penting, ikatan yang tidak akan terhalangi oleh teritorial yang berbeda, ikatan yang tidak akan terhalangi oleh berbedanya kebudayaan. Ikatan itu adalah ikatan Aqidah.

Saat ini mereka sangat merindukan kita, merindukan saudara seakidah mereka mengulurkan tangan membantu mereka berdiri, mengusap air mata mereka, memeluk mereka dikala mereka ketakuatan.

Bahkan mereka senantiasa menyertakan kita disetiap do’a, mereka begitu mencintai kita dan berdo’a kepada Allah Subhanahu Wata’ala agar apa yang terjadi di Suriah tidak terjadi di Indonesia.

Saudaraku, mereka mencintai kita karena Allah, masihkan pantas kita mengacuhkan mereka yang sangat mencintai kita?.

(Eka Aprila)

 

sumber: Bumi Syam

Bumi Syam Memanggilmu..!

Suriah terus memanas. Konflik berjalan begitu dahsyat. Begitu banyak kepentingan yang bermain di dalamnya. Bahkan gencatan senjata yang diusung PBB sekalipun tak mampu meredam penderitaan penduduk Suriah. Korban demi korban tetap berjatuhan di tengan kesepakatan damai.

Palestina pun mengalami hal serupa. Meskipun wacana perundingan damai telah digadang-gadangkan Israel sejak lama, namun perdamaian tak jua tercipta. Bagaimana mungkin? Sedang mereka sendiri yang merusak perjanjian damai itu sendiri. Berkali-kali kesepakatan dibuat namun mereka tak jua menghentikan serangan kepada penduduk palestina.

Apa yang menimpa kaum muslimin di sana juga bagian dari penderitaan kita . Duka mereka adalah duka kita. Karena mereka adalah keluarga kita, saudara-saudara yang berhak mendapatkan bantuan kita.

Wahai kaum muslimin,

Sungguh bumi Syam memanggilmu! Karena Quds milik kaum muslimin sedang tertawan oleh para zionis. Padahal ia adalah warisan para nabi dan kiblat pertama kaum muslimin. Padahal ia telah menjadi saksi kegagahan para pahlawan kaum muslimin saat pembebasannya sampai akhirnya kini tertawan kembali.

Bumi Syam memanggilmu!.

Sebagai bentuk tali persaudaraan antara kaum muslimin. Mereka memanggilmu untuk memberikan bantuan apapun yang kau mampu berikan. Sebagaimana mereka juga membantu warga Bekasi yang dilanda banjir. Logika mana yang mmampu menalar ketulusan penduduk Gaza, sedang mereka dalam kondisi terisolasi oleh para zionis.

Bumi Syam memanggilmu!

Untuk membela seorang pemuda 16 tahun yang ditembak mati oleh Israel. Pemuda bernama Syahid Ahmad Yusuf. Juga seorang bocah yang dikepung oleh tentara Israel lantas di tembak kaki kanannya. Sedang bocah itu hanya mampu merangkak untuk menyelamatkan diri di tengah hujan peluru yang mengarah kepadanya.

Bumi Syam memanggilmu! Untuk membela kaum muslimin Suriah yang terbunuh dengan dalih memerangi terorisme. Bahkan untuk para bocahpun mereka anggap sebagai teroris yang layak untuk dibunuh. Logika mana yang mampu menalar hal tersebut?

Serangan rezim Suriah dan para sekutunya terus menelan korban jiwa. Bahkan di tengah gencatan senjata sekalipun. Selama rentang 26 januari sampai 9 maret, 2260 penduduk Suriah merenggang nyawa. Termasuk 353 anak-anak, 227 adalah wanita. Dan lebih dari 50 orang disiksa sampai mati.

Bumi Syam memanggilmu!

Karena penduduk Suriah harus duduk selama 5 tahun di bawah pengepungan dan serangan udara. Selama 5 tahun mereka hidup dengan bayang-bayang bom birmil. Bahkan mereka diserang dengan gas klorin beberapa bulan yang lalu.

Bumi Syam memanggilmu!

Karena ia adalah bumi yang diberkahi. Dalam sebuah hadits, Rosululloh bersabda,
“Ya Allah, berilah kami barakah pada negeri Syam, ya Allah berilah kami barakah pada negeri Yaman. Para sahabat bertanya: termasuk Nejed ? Rasulullah berdoa: Ya Allah berilah kami barakah pada negeri Syam, ya Allah berilah kami barakah pada negeri Yaman. Para sahabat masih bertanya: termasuk Nejed ? Rasulullah saw menjawab: Di sana (nejed) terjadi gempa dan huru-hara, dan di sana muncul dua tanduk syetan.” (HR. Bukhari)

Bumi Syam memanggilmu!

Karena bukan ia yang membutuhkanmu namun engkau yang membutuhkannya. Karena keutamaan dan janji Allah bagi bumi mulia ini. Lantas masihkah kau mengacuhkannya?

(Reny Istiqomah)

 

sumber: Bumi Syam

Keprihatinan Jerman untuk Suriah Sulit Dipahami

Dalam isu Suriah, Jerman mengambil sikap yang sulit dipahami. Jerman menyatakan terkejut dan ngeri dengan penderitaan warga Suriah akibat pemboman Rusia. Di saat yang sama, sejak Desember 2015 Berlin aktif mendukung Perancis bersama koalisi Amerika menghujani bom di Suriah dan Irak.

“Beberapa hari terakhir, kami tidak hanya terkejut tapi ngeri dengan apa yang telah menyebabkan penderitaan manusia kepada puluhan ribu orang akibat bom terutama yang dilakukan pihak Rusia,” kata Kanselir Jerman Angela Merkel.

Pernyataan Angela disampaikan pada publik setelah berdiskusi dengan Ahmet Davutoglu, Perdana Menteri Turki di Ankara, Senin (8/2/2016). Pembicaraan antara Turki dan Jerman ini menyikapi krisis pengungsi pasca serbuan rezim Assad ke Aleppo yang disokong Rusia.

Agaknya Jerman tutup mata atas kelaliman sekutunya. Bahkan memperkuat dengan 6 jet Tornado serta 1.200 perajurit. Sejak 2014 Amerika membentuk koalisi memasuki perang Suriah dan Irak dengan dalih menyerang ISIS. Ulah koalisi ini telah menyebabkan ribuan warga sipil tewas dan memperkeruh krisis kemanusiaan.

Website Airwars yang memonitor database korban sipil perang di Suriah dan Irak melaporkan mencapai 2.695 sipil telah terbunuh oleh koalisi AS sejak Agustus 2014 sampai 8 Februari 2016.

Pada 4 Februari 2016, USA Today menerbitkan sebuah berita dengan judul “AS Membunuh Lebih Banyak Warga Sipil di Iraq dan Suriah dari yang Diakui.” Amerika selama ini hanya mengakui 21 warga sipil yang terbunuh dalam operasi militernya. (ap/airwars/usatoday/zen)

 

 

oleh: Zen Ibrahim (jurnalist dan pengamat krisis timur tengah)

sumber: Bumi Syam