Doa Pulang Haji

Adakah tuntunan Rasulullah membaca doa setelah pulang haji sebelum memasuki rumah? Adakah disunnahkan sholat dua rakaat setelah safar haji? 

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Secara umum, adab dan doa ketika pulang haji, sama dengan adab dan doa ketika pulang safar.

Lebih lengkapnya bisa kita rinci sebagai berikut,

Pertama, Segera pulang jika telah selesai semua urusan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَنَوْمَهُ فَإِذَا قَضَى أَحَدُكُمْ نَهْمَتَهُ فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ

“Safar itu bagian dari azab (melelahkan), menghalangi salah seorang untuk makan, minum, dan tidur dengan nyaman. Karena itu, apabila kalian telah menyelesaikan urusannya, bersegeralah pulang menemui keluarganya.” (HR. Bukhari 1804 & Muslim 1927)

Kedua, Memberi tahu keluarga

Anas radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم لَا يَطْرُقُ أَهْلَهُ لَيْلًا وَكَانَ يَأْتِيهِمْ غُدْوَةً أَوْ عَشِيَّةً

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mendatangi keluarganya pada malam hari (tatkala pulang dari safar). Beliau mendatangi mereka pada waktu siang atau sore hari.” (HR. Bukhari 1800 dan Muslim 1938)

Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

نَهَى رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا أَطَالَ الرَّجُلُ الْغَيْبَةَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ طُرُوقًا

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang yang telah lama melakukan safar untuk mendatangi keluarga/istrinya pada malam hari.” (HR. Muslim 1928)

Hikmah dari larangan ini adalah agar istri yang ditinggal di rumah bisa persiapan menyambut suaminya. Dia bisa bersih-bersih, sehingga pertemuan dalam melepas rindu, tidak mengecewakan.

Ketiga, Membaca doa ketika melihat kampungnya

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan,

“Kami datang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hingga ketika kami melihat kota Madinah, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan,

آيِبُونَ تَائِبُونَ عَابِدُونَ لِرَبِّنَا حَامِدُونَ

Aayibuun taa-ibuun ‘aabiduun li rabbinaa haamiduun

Orang-orang yang kembali, bertaubat, beribadah, dan hanya kepada Rabb kami semua memuji.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berulang-ulang membacanya, sampai kami tiba di Madinah.” (HR. Muslim 1345)

Anda bisa baca doa ini ketika anda sudah berada di atas pesawat, melihat Jakarta atau melihat kota anda.

Keempat, Melakukan shalat dua rakaat di masjid terdekat ketika telah tiba

Sesampainya di kampung, dianjurkan untuk mampir masjid terdekat dalam rangka melakukan shalat dua rakaat dengan niat shalat qudum(shalat datang dari safar).

Ini dilakukan sebelum anda pulang ke rumah. Berdasarkan hadis dari Ka’ab bin Malik radhiyallahu ‘anhu,

كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ بَدَأَ بِالْمَسْجِدِ فَرَكَعَ فِيْهِ رَكْعَتَيْنِ

“Menjadi kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila beliau pulang dari safar, beliau memulai dengan mendatangi masjid lalu melakukan shalat dua rakaat.” (HR. Bukhari 3088 dan Muslim 2769)

Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu bercerita,

“Dulu kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu safar. Tatkala kami tiba di Madinah, Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku,

ادْخُلِ الْمَسْجِدَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ

“Masuklah masjid kemudian shalatlah dua rakaat.” (HR. Bukhari 3087)

Cara shalatnya sama persis dengan shalat sunah dua rakaat lainnya.

Kelima, bagi masyarakat di kampung halaman, dianjurkan menyambut kedatangan jamaah haji. Turut berbahagia dengan kebahagiaan mereka. Disamping mendoakan kebaikan untuk mereka.

Pembahasan tentang ini telah kita kupas di: Hukum Syukuran Pulang Haji

Allahu a’lam.

 hukum-syukuran-pulang-haji

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits 

 

 

sumber: Konsultasi Syariah

Hukum Syukuran Pulang Haji

Syukuran Menyambut Jamaah Haji

Di beberapa tempat, sebagian orang yang baru pulang haji, mereka mengadakan syukuran, makan-makan. Apa itu boleh dalam Islam?

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Terdapat beberapa dalil yang menunjukkan bahwa para sahabat menyambut kedatangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari safar atau ketika masuk ke sebuah kota. Diantaranya,

Hadis dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan,

لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مَكَّةَ اسْتَقْبَلَتْهُ أُغَيْلِمَةُ بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ ، فَحَمَلَ وَاحِداً بَيْنَ يَدَيْهِ وَآخَرَ خَلْفَهُ

Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang di Mekah, anak-anak kecil bani Abdul Muthalib menyambut kedatangan beliau. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggendong salah satu dari mereka dan yang lain mengikuti dari belakang. (HR. Bukhari 1798)

Dalam shahihnya, Imam Bukhari membuat judul bab,

باب استقبال الحاج القادمين

Bab, menyambut kedatangan jamaah haji yang baru pulang.

Kemudian Bukhari menyebutkan hadis di atas.

Abdullah bin Ja’far mengatakan,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ تُلُقِّيَ بِنَا .فَتُلُقِّيَ بِي وَبِالْحَسَنِ أَوْ بِالْحُسَيْنِ . قَالَ : فَحَمَلَ أَحَدَنَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَالْآخَرَ خَلْفَهُ حَتَّى دَخَلْنَا الْمَدِينَةَ

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila pulang dari safar, kami menyambutnya. Beliau menghampiriku, Hasan, dan Husain, lalu beliau menggendong salah satu diantara kami di depan, dan yang lain mengikuti di belakang beliau, hingga kami masuk kota Madinah. (HR. Muslim 6422).

An-Naqi’ah

Acara makan-makan dalam rangka penyambutan orang yang baru pulang haji disebut an-Naqi’ah. Ini tidak hanya berlaku untuk hji saja, namun semua kegiatan safar. Sebagian ulama mengajurkan untuk mengadakan acara makan-makan, dalam rangka tasyakuran pulangnya seorang musafir.

An-Nawawi mengatakan,

يستحب النقيعة ، وهي طعام يُعمل لقدوم المسافر ، ويطلق على ما يَعمله المسافر القادم ، وعلى ما يعمله غيرُه له ، … ومما يستدل به لها : حديث جابر رضي الله عنه ” أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لما قدم المدينة من سفره نحر جزوراً أو بقرةً ” رواه البخاري

Diadakan untuk mengadakan naqi’ah, yaitu hidangan makanan yang digelar sepulang safar. Baik yang menyediakan makanan itu orang yang baru pulang safar atau disediakan orang lain… diantara yang menjadi dalil hal ini adalah hadis Jabir Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika tiba dari Madinah sepulang safar, beliau menyembelih onta atau sapi. (HR. Bukhari). (al-Majmu’, 4/400)

Fatwa Imam Ibnu Utsaimin

Pertanyaan:

Ada tradisi yang terebar di beberapa kampung, mereka mengadakan makan-makan sepulang haji dari Mekah. Itu diadakan setiap tahun. Mereka sebut ‘salamah hujjaj’ selametan haji. Bisa dagingnya diambilkan dari daging qurban yang tersimpan, bisa juga menyembelih hewan baru.

Jawaban Syaikh Ibnu Utsaimin:

هذا لا بأس به ، لا بأس بإكرام الحجاج عند قدومهم ؛ لأن هذا يدل على الاحتفاء بهم ، ويشجعهم أيضاً على الحج.. وهذا لعله يكون في القرى ، أما في المدن فهو مفقود ، ونرى كثيراً من الناس يأتون من الحج ولا يقام لهم ولائم ، لكن في القرى الصغيرة هذه قد توجد ، ولا بأس به ، وأهل القرى عندهم كرم ، ولا يحب أحدهم أن يُقَصِّر على الآخر .

Semacam ini tidak masalah. Boleh menyambut jamaah haji ketika mereka datang, karena ini menjadi pesta penyambutan mereka, dan memotivasi lainnya untuk berhaji… mungkin ini hanya ada di kampung. Kalau di kota, semacam ini sudah tidak ada. Saya melihat banyak orang yang pulang haji, dan tidak ada acara makan-makan. Beda dengan di kampung, semacam ini masih ada. Dan tidak masalah. Penduduk kampung biasanya lebih dermawan, dan mereka tidak ingin bersikap pelit dengan orang lain. (Liqaat Bab al-Maftuh, volume 154, no 12).

Allahu a’lam.

 

 

 

Dijawab oleh: Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)