Sengaja Berpuasa di Tahun Baru

SENGAJA melakukan puasa secara khusus pada hari raya orang kafir, hukumnya makruh. Seperti sengaja berpuasa di hari natal atau tahun baru, atau hari raya orang kafir lainnya. Hal ini berbeda dengan orang yang memiliki kebiasaan puasa sunah tertentu, yang ternyata bertepatan dengan hari raya orang kafir. Misalnya, orang melakukan puasa Daud, dan ketika giliran berpuasa, bertepatan dengan hari Natal. Semacam ini tidak masalah, karena yang menjadi sasaran utamanya adalah puasa Daud, bukan hari Natalnya.

Al-Kasani mengatakan, “Makruh melakukan puasa di hari sabtu secara khusus, karena ini termasuk bentuk meniru kebiasaan yahudi. Demikian pula puasa pada hari Nairuz dan Mihrajan (hari raya orang Majusi), karena termasuk menyerupai kebiasaan orang majusi. Juga dilarang melakukan puasa mbisu, dalam bentuk tidak mau makan dan mogok bicara sekaligus, karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang hal itu, dan termasuk meniru kebiasaan orang majusi.” (BadaI Shanai, 2:217).

Kita bisa perhatikan, alasan utama pelarangan puasa khusus pada saat hari raya orang kafir adalah meniru kebiasaan mereka. Karena berpuasa pada hari tertentu secara khusus termasuk bentuk mengagungkan hari itu. Sebagaimana layaknya orang melakukan puasa hari Asyura. Sementara pada saat yang sama, orang kafir juga sedang mengagungkan hari itu.

Hal ini sebagaimana yang dinyatakan ar-Rahaibani, “Makruh melakukan puasa hari nairuz yaitu hari keempat di musim semi dan puasa hari mihrajan yaitu hari kesembilan di musim panen. Az-Zamakhsyari mengatakan, Itu disebabkan ada unsur keselarasan dengan orang kafir dalam mengagungkan hari itu. Dan dimakruhkan mengkhususkan hari raya orang kafir, atau semua hari yang diagungkan orang kafir untuk puasa. Sebagaimana yang dinyatakan oleh dua guru besar dalam mazhab hambali (yaitu Majdud-Din Ibn Taimiyah dan Ibnu Qudamah, pen.) dan ulama lainnya. Kecuali jika puasa itu merupakan kebiasaan. Hukumnya tidak makruh.” (Mathalib Uli sn-Nuha, 5:439).

Allahu alam. [Referensi: Fatwa Syabakah Islamiyah, no. 59324]

INILAH MOZAIK

Hukum Merayakan Tahun Baru dan 10 Alasan Mengapa Haram

Bagaimana hukum merayakan tahun baru masehi? Setiap akhir tahun selalu muncul pertanyaan ini. Dan tidak sedikit muslim yang merayakannya mulai dari meniup terompet, ikut pesta kembang api, acara musik, hingga berbagai bentuk kemaksiatan.

Para ulama sudah menegaskan hukum merayakan tahun baru masehi adalah haram. Mengapa merayakan tahun baru masehi haram, berikut ini 10 alasannya.

1. Alasan Sejarah

Dalam The World Book Encyclopedia disebutkan bahwa Penguasa Romawi Julius Caesar menetapkan 1 Januari sebagai hari permulaan tahun baru semenjak abad ke 46 SM.

Orang Romawi mempersembahkan hari itu (1 Januari) kepada Janus, yang mereka yakini sebagai dewa segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan waktu. Ia juga diyakini memiliki dua wajah, satu menghadap ke depan dan satu lagi menghadap ke belakang sebagai simbol masa depan dan masa lalu. Bulan Januari diambil dari nama dewa ini.

Merayakan tahun baru masehi memiliki keterkaitan historis dengan ritual paganisme Romawi tersebut. Bagaimana jika tidak tahu sejarah tersebut.? Cukuplah firman Allah menjadi pengingat kita:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya” (QS. Al isra’: 36)

2. Tasyabbuh

Merayakan tahun baru masehi merupakan kebiasaan orang-orang Barat yang sama sekali tidak sesuai dengan ajaran Islam. Merayakan tahun baru termasuk menyerupai kebiasaan mereka (tasyabbuh).

Kita patut khawatir, sebab tasyabbuh bisa membuat seseorang jatuh ke dalam golongan yang diserupainya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا

“Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami” (HR. Tirmidzi; hasan)

3. Terompet Yahudi

Perayaan tahun baru identik dengan terompet. Bahkan meniup terompet dianggap sebagai aktifitas merayakan tahun baru yang paling sederhana. Selain harganya murah, juga mudah dilakukan.

Tapi tahukah kita bahwa meniup terompet adalah kebiasaan Yahudi sehingga ketika ada sahabat mengusulkan meniup terompet sebagai tanda masuknya shalat, Rasulullah mensabdakan,

هُوَ مِنْ أَمْرِ الْيَهُودِ

“Membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi” (HR. Abu Daud; shahih)

4. Pemborosan

Merayakan tahun baru, khususnya dengan acara musik dan pesta kembang api serta acara sejenisnya, pastilah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Hal ini termasuk bentuk pemborosan yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pemboros juga saudaranya syetan.

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al Isra: 27)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ كَرِهَ لَكُمْ ثَلاَثًا قِيلَ وَقَالَ ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ

“Sesungguhnya Allah membenci tiga hal pada kalian; kabar burung, membuang-buang harta, dan banyak bertanya.” (HR. Bukhari)

5. Begadang sepanjang malam

Pergantian hari pada kalender masehi dimulai pada pukul 00:00 tengah malam. Demikian pula tahun baru masehi dimulai pada 1 Januari pukul 00:00.

Salah satu bentuk perayaan tahun baru yang paling umum adalah menunggu detik-detik pergantian tahun pada pukul 00:00 ini. Dengan demikian, orang-orang yang merayakan tahun baru, mereka begadang hingga dini hari.

Begadang yang tidak memiliki kemaslahatan merupakan salah satu hal yang dibenci oleh Rasulullah. Jika tidak ada keperluan penting, Rasulullah biasa tidur di awal malam. Dan beliau selalu bangun tengah malam atau sepertiga malam terakhir untuk sholat tahajud.

وَكَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَهَا وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat isya’ dan ngobrol setelah isya’ (HR. Bukhari)

6. Meninggalkan shalat

Sering kali, karena begadang sepanjang malam dan baru tidur menjelang fajar atau pagi hari, orang yang merayakan tahun baru meninggalkan Shalat Subuh. Bahkan terkadang shalat isya’ juga tidak dihiraukan karena mereka merayakan tahun baru sejak petang.

Meninggalkan sholat adalah salah satu dosa besar. Bahkan meninggalkan shalat dengan sengaja, bisa menjerumuskan seseorang ke dalam kekufuran.

رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ

“Pangkal dari semua perkara adalah Islam, tiangnya adalah sholat dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah” (HR. Tirmidzi dan An Nasa’i)

Bahkan dalam sabdanya yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan tentang kedudukan sholat:

بَيْن الرَّجل وَبَيْن الشِّرْكِ وَالكُفر ترْكُ الصَّلاةِ

“Pembatas bagi antara seseorang dengan syirik dan kufur adalah meninggalkan shalat” (HR. Muslim)

7. Menyia-nyiakan waku

Merayakan tahun baru dengan berbagai bentuk aktifitasnya, apalagi yang hura-hura, adalah termasuk menyia-nyiakan waktu. Padahal dalam Islam, waktu sangatlah berharga sehingga Allah bersumpah demi waktu dalam Surat Al Ashr. Dan di akhirat nanti, seseorang juga tidak bisa beranjak dari tempatnya hingga ditanya waktunya untuk apa dihabiskan.

Imam Syafi’i membuat kesimpulan yang sangat tepat terkait dengan waktu:

ونفسك إن أشغلتها بالحق وإلا اشتغلتك بالباطل

“Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil)”

8. Ikhtilath

Acara merayakan tahun baru umumnya tidak memisahkan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Sehingga terjadilah ikhtilath yang luar biasa. Bersentuhan lawan jenis menjadi tidak terelakkan, bahkan memang disengaja.

Padahal ikhtilat dan bersentuhan lawan jenis merupakan dosa yang ancaman siksanya sangat berat. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ

“Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” (HR. Thabrani; shahih)

9. Hal-hal haram

Perayaan tahun baru dengan musik dan acara sejenis, kadang juga disertai dengan hal yang jelas-jelas haram. Misalnya aneka minuman keras dengan berbagai nama dan cara penyajiannya. Minum khamr seperti ini termasuk dosa besar.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al Maidah: 90)

10. Terjerumus zina

Termasuk hal yang paling rusak dalam perayaan tahun baru adalah terjerumus zina. Ini bukan kekhawatiran semata, karena faktanya banyak berita yang melaporkan pembelian kondom meningkat menjelang tahun baru. Dan paginya di tanggal 1 Januari ditemukan banyak kondom bekas di lokasi perayaan tahun baru.

Ada yang berzina karena memang sudah direncanakan dari awal. Namun ada juga wanita yang terjerumus ke dalam zina saat perayaan tahun baru karena dimulai dari ikhtilath dan mengkonsumsi minuman keras hingga mabuk. Na’udzubillah min dzalik.

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al Isra: 32)

Demikian penjelasan mengenai hukum merayakan tahun baru dan 10 alasan mengapa merayakan tahun baru haram. Semoga Allah memberikan taufiq kepada kita semua. Wallahu a’lam bish shawab.

[Muchlisin BK/BersamaDakwah]


Isi Akhir Tahun dengan Berzikir

Masyarakat diingatkan menjauhkan diri dari perbuatan maksiat.

Kegiatan bernuansa Islami sebagai alternatif mengisi malam pergantian tahun semakin marak di berbagai daerah. Sejumlah kepala daerah bahkan mengajak umat Islam di daerahnya untuk melaksanakan zikir dan doa bersama.

Di Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Indramayu dan Pemerintah Kota Sukabumi mengeluarkan surat edaran tentang malam pergantian tahun. Warga diimbau mengisi malam tahun baru dengan zikir dan pengajian, bukan dengan kegiatan yang bersifat hura-hura.

Pelaksana Tugas Bupati Indramayu Taufik Hidayat mengeluarkan imbauan itu melalui surat edaran nomor 451/4562/Kesra tentang Imbauan Menyambut Malam Tahun Baru 2020 yang diterbitkan pada 27 Desember 2019. ”Dalam merayakan malam tahun baru, hendaknya melakukan kegiatan zikir dan pengajian di masjid/mushala,” kata Taufik, Senin (30/12).

Kegiatan itu disarankan mengikutsertakan seluruh instansi yang ada di kecamatan, para ulama, tokoh masyarakat, pemuda, dan unsur masyarakat lainnya. Selain itu, Taufik mengimbau masyarakat tidak membunyikan atau membakar petasan dan kembang api.

Sementara, Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi dalam surat edarannya menyampaikan lima imbauan kepada warganya. Salah satunya mendorong warga mengikuti zikir dan doa bersama daripada melakukan kegiatan lain yang kurang bermanfaat. “Kami mendorong warga untuk melakukan hal positif di malam pergantian tahun,’’ ujar Achmad.

Selain imbauan melaksanakan zikir dan doa bersama, Ahmad mengingatkan warga agar tak menyalakan kembang api, petasan, dan peniupan trompet. Selanjutnya, tidak melaksanakan kegiatan hiburan yang bersifat hura-hura dan menjauhkan diri dari perbuatan maksiat.

Fahmi pun mengajak warga Kota Sukabumi, khususnya yang beragama Islam, untuk melaksanakan zikir dan doa bersama serta tabligh akbar pada Selasa (31/12) setelah shalat Isya di Masjid Agung Kota Sukabumi. Khusus untuk Muslimah, ungkap Fahmi, pada Selasa pagi digelar kajian Muslimah di tempat sama.

“Hal ini sebagai bagian dari upaya mengisi pergantian tahun dengan kegiatan keagamaan. Surat edaran ini diterbitkan untuk memberikan kenyamanan dan rasa aman bagi warga pada momen pergantian tahun,’’ kata Fahmi.

Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti juga menyarankan warganya untuk mengisi pergantian tahun dengan menggelar pengajian. Ia pun mengapresiasi harian Republika yang kembali menggelar acara zikir sebagai alternatif umat Islam untuk mengisi malam pergantian tahun. Kegiatan ini digelar serentak di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.

Di Yogyakarta, kegiatan ini dilaksanakan di Masjid Jogokariyan pada Selasa (31/12). “Saya mendukung acara zikir ini sebagai bagian untuk mengingatkan masyarakat untuk tidak merayakan malam pergantian tahun secara berlebihan. Karena hakikatnya sama, ganti hari, ganti pekan, ganti bulan, ganti tahun, artinya usia kita berkurang,” kata Haryadi, Senin.

Ketua Panitia Tabligh Akbar Republika Agus Purnomo mengatakan, pihaknya siap menyelenggarakan tabligh akbar di Masjid Jogokariyan yang akan diisi sejumlah ulama dan tokoh Islam. “Tabligh Akbar di Masjid Jogokariyan di Yogyakarta, insya Allah, sudah siap dilaksanakan,” kata Agus.

Agus berharap umat Islam dapat mengikuti acara tersebut. Ia mengatakan, Republika Biro Yogyakarta menyelenggarakan tabligh akbar sebagai upaya menghadirkan kegiatan yang positif di malam pergantian tahun. “Mari mengikuti tabligh akbar daripada mengikuti kegiatan yang kurang baik dan cenderung hura-hura,” ujarnya.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) tak mau ketinggalan untuk menggelar kegiatan Islami. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, pihaknya akan menggelar doa dan zikir bersama 1.500 anak yatim yang berasal dari berbagai daerah, seperti Gresik, Sidoarjo, Bangkalan, Mojokerto, dan Surabaya menjelang pergantian tahun. Acara tersebut akan dilaksanakan di Gedung Negara Grahadi Surabaya pada Selasa, tepatnya pukul 13.00-16.00 WIB.

“Doa dan zikir bersama kali ini tidak diselenggarakan pada malam hari seperti tahun-tahun sebelumnya karena ingin memberikan kesempatan kepada para ASN untuk dapat menikmati malam pergantian tahun ataupun beribadah bersama keluarga di pengujung tahun,” kata Khofifah di Surabaya, Senin.

Khofifah menjelaskan, acara doa dan zikir bersama sebagai wujud syukur dan harapan dalam menyongsong tahun baru 2020. Sekaligus, kata dia, sebagai refleksi diri di akhir tahun. Menurut dia, ini akan menjadi tradisi rutin menjelang pergantian tahun. Khofifah juga mengajak masyarakat Jatim untuk mendoakan bangsa.

“Mari bersama-sama kita menyambut tahun baru dengan rasa optimisme dan semangat baru untuk semakin lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya,” kata Khofifah.

Kementerian Agama (Kemenag) melalui Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam mengingatkan umat Islam agar semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Umat Islam juga diimbau berkumpul di masjid dan melaksanakan kegiatan positif.

“Daripada kita bikin acara hura-hura, lebih baik mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperbaiki kehidupan keberagamaan kita dan ketakwaan kita,” kata Sekretaris Jenderal Bimas Islam Kemenag Tarmizi Tohor kepada Republika.

Tarmizi mengapresiasi dan mendukung kegiatan Festival Republik dan Dzikir Nasional yang rutin diselenggarakan setiap akhir tahun di Masjid Agung at-Tin, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur. Menurut dia, kegiatan Dzikir Nasional sangat bagus diselenggarakan pada malam akhir tahun.

“Karena di malam tahun baru biasanya orang-orang punya acara hura-hura yang tidak ada manfaatnya, jadi lebih baik melaksanakan zikir di masjid. Alangkah bagusnya umat berkumpul di masjid untuk mendekatkan diri ke Allah, jangan tahun baru melakukan maksiat,” ujarnya.

n lilis sri handyani/riga nurul iman/ fuji eka permana/dadang kurnia ed: satria kartika yudha

KHAZANAH REPUBLIKA

Membunyikan Terompet, Perilaku Orang Yahudi!

PERTAMA, terkait dengan masalah terompet, mari kita simak hadis berikut:

Dari Abu Umair bin Anas dari bibinya yang termasuk shahabiyah anshar, “Nabi memikirkan bagaimana cara mengumpulkan orang untuk salat berjemaah. Ada beberapa orang yang memberikan usulan. Yang pertama mengatakan, Kibarkanlah bendera ketika waktu salat tiba. Jika orang-orang melihat ada bendera yang berkibar maka mereka akan saling memberi tahukan tibanya waktu salat. Namun Nabi tidak menyetujuinya. Orang kedua mengusulkan agar memakai terompet. Nabi pun tidak setuju, beliau bersabda, Membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi. Orang ketiga mengusulkan agar memakai lonceng. Nabi berkomentar, Itu adalah perilaku Nasrani. Setelah kejadian tersebut, Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbihi pun pulang.” (HR. Abu Daud, no.498 dan Al-Baihaqi, no.1704)

Setelah menyebutkan hadis di atas, Syaikhul islam mengatakan, “Bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika beliau tidak suka dengan terompet gaya yahudi yang ditiup, beliau beralasan, itu adalah kebiasaan Yahudi (Iqtidha Shirat al-Mustaqim, Hal.117 118)

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa terompet termasuk benda yang tidak disukai Nabi shallallahu alaihi wa sallam karena meniru kebiasaan orang Yahudi. Seorang yang mencintai Nabinya shallallahu alaihi wa sallam dan membenci Yahudi tentunya akan lebih memilih petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam dari pada petunjuk Yahudi yang sesat.

Kedua, Membunyikan Terompet Tahun Baru

Pada tulisan sebelumnya, telah ditegaskan bahwa tahun baru termasuk hari raya orang kafir. Sementara itu, semua orang sadar bahwa membunyikan terompet tahun baru, hakikatnya adalah turut bergembira dan merayakan kedatangan tahun baru. Dan sikap semacam ini tidak dibolehkan. Seorang mukmin yang mencintai agamanya, dan membenci ajaran kekafiran akan berusaha menghindarinya semaksimal mungkin.

Dengan demikian, membunyikan terompet di tahun baru berarti melakukan dua pelanggaran; pertama, membunyikan terompet itu sendiri, yang ini merupakan kebiasaan dan ajaran orang Yahudi dan kedua, perbuatan ini termasuk turut memeriahkan hari raya orang kafir.

Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

INILAH MOZAIK

3 Hal yang Wajib Dievaluasi Tiap Pergantian Tahun

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof Yunahar Ilyas mengisi Tabligh Akbar yang menjadi bagian dari Festival Republik 2018 yang digelar di Masjid Al Furqan Yogyakarta. Dia menyampaikan pesan sesuai Surat Al Hasyr Ayat 18. Manusia diminta melakukan evaluasi terhadap yang sudah terjadi kemarin. Karenanya, sudah seharusnya kita memulai tahun yang baru dengan bermuhasabah atas kualitas diri selama setahun terakhir.

Artinya, evaluasi apa yang sudah dilakukan pada 2018. Tapi, evaluasi apapun itu harus ada standar yang akan jadi tolak ukur berhasil atau tidaknya seseorang. Takwa, menjadi tolak ukur utama seorang Muslim.

Ia menerangkan, takwa terdiri dari tiga elemen yaitu iman, Islam dan ihsan. Bagi seorang Muslim, sudah tentu yang menjadi bahan evaluasi pertama kadar imannya selama satu tahun terakhir.

“Apakah kita bisa mempertahankan iman pada 2018, apakah kita bisa meningkatkan iman pada 2018, dan itu ukurannya tauhid, apakah kita pernah melakukan sesuatu yang merusak tauhid kita,” kata Yunahar, Selasa (1/1).

Yunahar menekankan, jika sudah mengevaluasi diri, segeralah bertaubat jika menemukan perbuatan-perbuatan yang merusak tauhid. Tapi, jika merasa tidak, bersyukurlah dan perbaiki lagi pada tahun mendatang.

Kemudian, Islam, yang minimal menilai bagaimana kadar rukun Islam yang bisa kita nilai secara satu-satu. Misalkan, sudah tertibkah shalat lima waktu, sudahkah berjamaah di masjid, dan sebagainya.

Lalu, ditelaah kembali, apakah ibadah-ibadah yang dikerjakan sudah meningkatkan produktivitas, menjauhkan dari kemunkaran, dan sudahkah mendapat nilai-nilai kebaikan dari ibadah-ibadah yang dikerjakan. Evaluasi serupa diterapkan pula kepada ihsan, dan inilah titik evaluasi terbaik karena berhubungan dengan akhlak. Pekerjaan, bermasyarakat, keluarga dan banyak lagi elemen-elemen ihsan yang harus dievaluasi.

“Itulah inti muhasabah, jadi bukan evaluasi kekayaan, pangkat, itu hal-hal yang bersifat dunia, boleh juga, tapi yang terpenting itu muhasabah ketaqwaan,” ujar Yunahar.

Awas! Mengakui Syiar Kekafiran saat Tahun Baru

PERTAMA, dengan memahami sejarah munculnya perayaan tahun baru, kita bisa memastikan bahwa tahun baru Masehi sejatinya termasuk bagian perayaan orang non muslim dan masih satu rangkaian dengan kegiatan mereka selama Natal.

Kedua, kaidah baku yang kita pahami, kita dilarang untuk turut merayakan atau memberi ucapan selamat untuk perayaan orang kafir. Ibnul Qoyim mengatakan, “Memberi ucapan selamat terhadap salah satu syiar orang kafir hukumnya haram dengan sepakat ulama. Semacam memberi ucapan selamat kepada mereka dengan hari raya mereka atau puasa mereka. Semisal mengucapkan, hari raya yang diberkahi untukmu, atau memberi ucapan selamat dengan hari raya tersebut dan semacamnya.”

Selanjutnya, Ibnul Qoyim menjelaskan alasannya, “Yang demikian itu, karena jika orang yang memberi ucapan selamat tersebut menerima perbuatan kekafiran, maka itu termasuk perbuatan yang haram. Statusnya sebagaimana memberikan ucapan selamat kepada orang kafir karena sujud kepada salib. Bahkan ucapan selamat untuk perbuatan semacam ini, lebih besar dosanya dan lebih Allah murkai, dari pada memberikan ucapan selamat untuk orang yang minum khamr atau berzina atau dosa besar lainnya.” (Ahkam Ahlu adz-Dzimmah, 1:441).

Memberikan ucapan selamat terhadap hari raya orang kafir statusnya haram sebagaimana yang dijelaskan Ibnul Qoyim, karena memberikan ucapan selamat sama dengan mengakui syiar orang kafir dan rida terhadap kegiatan keagamaan mereka. Meskipun dia sendiri tidak mau untuk melakukan perbuatan kekafiran tersebut. Namun setiap muslim haram untuk menyetujui syiar kekafiran dan memberi ucapan selamat orang non muslim dengan perayaan tersebut. Karena allah tidak rida dengan kekafiran itu.

Allah berfirman, “Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridai bagimu kesyukuranmu itu” (QS. Az-Zumar: 7)

(Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin, 3:29).

[Ustadz Ammi Nur Baits]

Doa dan Usahalah: Jangan Percaya Ramalan di 2019

TAHUN BARU 2019 segera tiba besok pagi pukul 00.00. Praktik meramal menjelang tahun baru pun marak. Paranormal atau supranatural melakukan serangkaian ramalan berkaitan dengan apa yang akan terjadi di tahun depan.

Umat Islam cukup banyak yang terpancing untuk mempercayai ramalan tersebut, meski kadang hanya secara iseng saja. Lalu bagaimana sebenarnya kedudukan ramalan nasib di mata Islam?

Sebelumnya, mari kita lihat firman Allah SWT berikut;

Artinya:
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok [1187]. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman: 34)

Maksudnya: manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, namun demikian mereka diwajibkan berusaha.

Allah SWT juga dalam firman-Nya:

23. dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: “Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi,

24. kecuali (dengan menyebut): “Insya Allah” [879]. dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini”.
(QS. Al-Kahfi: 23-24).

Menurut riwayat, ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. tentang roh, kisah ashhabul kahfi (penghuni gua) dan kisah Dzulqarnain lalu beliau menjawab, datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan. Dan beliau tidak mengucapkan insya Allah (artinya jika Allah menghendaki).

Tapi kiranya sampai besok harinya wahyu terlambat datang untuk menceritakan hal-hal tersebut dan Nabi tidak dapat menjawabnya. Maka turunlah ayat 23-24 di atas, sebagai pelajaran kepada Nabi; Allah mengingatkan pula bilamana Nabi lupa menyebut insya Allah haruslah segera menyebutkannya kemudian.

Pada hakekatnya, ramalan terbagi menjadi dua macam.
1. Ramalan ilmiah.
2. Ramalan nonilmiah.
Dalam hal ini, Islam melarang ramalan yang nonilmiah karena sangat menyesatkan dan bahkan banyak sudah tercampuri dengan sesuatu yang bersifat setan.

Larangan mempercayai ramalan nonilmiah karena kebenaran ramalan itu masih buram dan banyak disalahgunakan sehingga keberadaannya menyesatkan. Sebab pada praktiknya, ramalan banyak menggunakan kekuatan jin dan setan.
Perlu diketahui, meskipun pada praktiknya beberapa ramalan yang dilakukan terbukti kebenarannya, namun hal itu hanya bersifat serba kebetulan semata.

Bagaimana tentang orang yang minta diramal di awal tahun?
Kalau dalam ajaran Islam sendiri sebenarnya kita tidak boleh mempercayai ramalan baik yang datangnya dari dukun ataupun dari orang yang pintar.

Walaupun selama ini banyak juga yang ingin mengetahui masa depannya melalui ramalan-ramalan tersebut, hal itu sebenarnya disebabkan oleh lemahnya pengetahuan mereka tentang agama.

Orang yang meminta ramal ataupun yang meramal, dua-duanya hukumnya haram. Karena itu bisa menyebabkan adanya kesyirikan. Sedangkan syirik itu adalah dosa yang tak dapat diampuni oelh Allah SWT.

Lalu kenapa fenomena ramal meramal ini jadi trend?
Maraknya masyarakat yang suka minta diramal dan meramal itu karena adanya krisis akidah, moral dan pengetahuan tentang agama Islam.

Karena sebenarnya ramalan itu dapat merampas independensi manusia dalam menatap masa depannya. Mereka seharusnya kalau ingin mencapai sukses ke depannya, bukan mendatangi ke peramal, namun padukan saja antara doa dan usaha. Insya Allah berhasil.

Ada yang menyanggah. Bukankah dahulu Rasulullah SAW juga meramalkan suatu kejadian yang akan terjadi? Jawabnya ya memang benar.
Apa-apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW adalah benar akan terjadi, namun itu bukan ramalan, tapi wahyu Allah SWT yang kejadiannya pasti akan terjadi di masa yang akan datang.

Jadi, apa yang dikatakan Rasulullah SAW terkait kejadian yang akan datang itu sifatnya informatif tentang suatu peristiwa yang kelak akan terjadi. Sebuah wahyu, dari Sang Pencipta Alam. Informasi semacam itu terkadang juga diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya yang saleh, waliyullah. Tapi, namanya bukan wahyu, namun disebut sebagai ilham. Wallahu A’lam. []

MUI Jelaskan Hukum Kumandangkan Azan Saat Pergantian Tahun

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah, membolehkan masyarakat khususnya umat Islam di daerah tersebut untuk mengumandangkan azan saat menyambut pergantian tahun 2018, tepat pada pukul 24.00 wita, 1 Januari 2019.

“Baik berzikir, termasuk azan saat menyambut pergantian tahun,” ucap Ketua MUI Kota Palu Prof Zainal Abidin MAg, Rabu (27/12).

Pernyataan Ketua MUI itu berkaitan dengan adanya perdebatan di tingkat masyarakat berkaitan dengan imbauan Walikota Palu Hidayat, dalam rangka menyambut tahun baru 2019.

Pada poin ke-4, Walikota Palu mengimbau para imam masjid dan seluruh warga masyarakat Muslim di wilayah masing-masing untuk melaksanakan zikir di masjid dan mengumandangkan azan, pada saat malam pergantin tahun pukul 24.00 wita.

Zainal Abidin yang juga Rais Syuriah Nahdlatul Ulama Sulteng itu menyebut, hal itu boleh diikuti, boleh juga tidak, karena sifatnya imbauan.

Tetapi, pakar pemikiran Islam Modern IAIN Palu itu mengemukakan, pada dasarnya azan dikumandangkan dalam berbagai keadaan, tidak hanya semata-mata melaksanakan shalat.

Melainkan, menurut Ketua Dewan Pakar Pengurus Besar Alkhairaat itu, azan dapat dikumandangkan saat bayi lahir, kemudian jenazah yang kehendak di kebumikan diazankan dan lainnya.

“Artinya azan tidak semata-mata di kumandangkan hanya saat hendak shalat,” sebut rektor pertama IAIN Palu itu.

Dia mengatakan, malam tahun baru, merupakan kegiatan yang mengacu pada kalender Masehi. Bahkan semua umat beragama menggunakan kalender Masehi. Karena itu, bagi umat Islam yang menyambut tahun baru dengan zikir dan azan, maka boleh dilakukan.

Pemerintah Kota Palu telah mengeluarkan imbauan yang ditujukan kepada camat dan lurah di kota tersebut agar melarang penjualan minuman keras dan mengkonsumsi minuman keras di tempat umum.

Imbauan itu juga diarahkan agar warga tidak melakukan perayaan malam tahun baru dengan kegiatan yang dapat mengganggu ketertiban dan keamanan. Kemudian, melarang penjualan dan penggunaan petasan, kembang api dan sejenisnya di wilayah masing-masing.

KHAZANAH REPUBLIKA

Masihkah Engkau Percaya Ramalan Awal Tahun?

Memang agak “lucu” para peramal, di awal tahun berbagai ramalan mereka ramalkan. Peramal ini bermacam-macam, mulai dari dukun tulen, paranormal berkedok ustadz atau kiayi, artis tenar dan tokoh masyarakat yang mengklaim bisa meramal kejadian setahun akan datang. Padahal mereka sendiri tidak tahu nasib dan masa depan mereka.

Sangat lucu juga ternyata ada peramal kondang yang meninggal pada tahun yang ia ramalkan, ada yang jatuh miskin, ada juga artis yang meramal kejadian setahun akan datang ternyata karirnya hancur. Ada juga tokoh yang meramal ternyata jabatan dan kekuasaannya juga tidak lancar. Tentunya jika mereka tahu hal ghaib dan masa akan datang kehidupan mereka akan lebih baik.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam manusia yang paling mulia saja tidak tahu masa depan dan ilmu ghaib. Beliau berkata, seandainya tahu, pasti akan banyak kebaikan dan keberuntungan yang didapat sekarang. Misalnya masalah bisnis, keuangan dan sebagainya. Akan tetapi beliau tidak tahu masa depan dan hal ghaib.

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Katakanlah (wahai Muhammad): Aku tidak kuasa mendatangkan kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula kuasa menolak kemadharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan andaikata aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemadharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman” (QS. Al-A’raf/7: 188).

Merupakan fakta, di awal tahun baru, ramalan-ramalan muncul di televisi, media dan surat kabar baik berupa ramalan langsung dari peramal ataupun berupa zodiak dan ramalan bintang. Beberapa orang pun sebenarnya tidak percaya karena memang tidak masuk akal akan tetapi mereka tetap ikut sekedar coba-coba, iseng ataupun sekedar meramaikan. Ramalan ini bisa menjadi musibah baik dunia dan akhirat bagi pelakunya walapun sekedar iseng.

Percaya dengan ramalan ilmu ghaib bisa diancam dengan kekafiran

Percaya dengan ramalan adalah musibah karena diancam dengan kekafiran. Tentu saja musibah besar di akhirat kerena bisa diancam kekal di neraka. Wal’iyadzu billah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur pada (Al-Qur’an) yang telah diturunkan pada Muhammad.” (HR. Ahmad no. 9532, hasan).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ أَوْ سَحَّرَ أَوْ سُحِّرَ لَهُ

Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang beranggapan sial atau membenarkan orang yang beranggapan sial, atau siapa saja yang mendatangi tukang ramal atau membenarkan ucapannya, atau siapa saja yang melakukan perbuatan sihir atau membenarkannya.” (HR. Al Bazzar dalam Musnad-nya).

Tidak hanya mendatangi saja, tetapi sekedar percaya saja bisa diancam juga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنِ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُومِ اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ

Barangsiapa mengambil ilmu perbintangan (seperti zodiak misalnya, pent), maka ia berarti telah mengambil salah satu cabang sihir, akan bertambah dan terus bertambah.” ( HR. Abu Dawud (3905), Ibnu Majah (3726), Ahmad (1/227, 311) dan Asy-Syaikh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah (2/435)).

Syaikh Shalih Al-Fauzan hafidzahullah berkata, Adapun pemberitaan mengenai masa depan (ramalan) yang muncul dari ilmu perbintangan (astrologi/ramalan zodiak) yaitu berpatokan dengan keadaan bintang terhadap kejadian di bumi. Maka hal ini sebagaimana perkataan syaikul Islam Ibnu Taimiyyah, ‘Hal ini merupakan perbuatan orang jahiliyah dan Islam telah datang untuk menghapuskan dan melarangnya. Termasuk hal ini apa yang tersebar di sebagian majalah-majalah yang di kenal dengan “untung dan buntung” (ramalan zodiak) dengan berpatokan pada rasi bintang kelahiran atau safar atau yang semisalnya berupa kebohongan dan hal mistis.” (Dinukil dari: http://www.alfawzan.af.org.sa/node/2283).

Berbahaya juga walaupun sekedar iseng coba-coba

Walaupun ia tidak percaya, tetapi sekedar coba-coba, iseng dan sekedar ikut meramaikan, maka ini juga musibah. Karena sekedar mendatangi tukang ramal saja, maka shalat tidak diterima empat puluh hari. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama empat puluh hari tidak diterima.” (HR. Muslim no. 2230).

Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan,

وأما عدم قبول صلاته فمعناه أنه لاثواب له فيها وإن كانت مجزئة في سقوط الفرض عنه ولايحتاج معها إلى إعادة

Adapun maksud tidak diterima shalatnya adalah orang tersebut tidak mendapatkan pahala. Namun shalat yang ia lakukan tetap dianggap dapat menggugurkan kewajiban shalatnya dan ia tidak butuh untuk mengulangi shalatnya.” (Syarh Muslim lin-nawawi, 14/227)

Padahal shalat adalah amal yang pertama kali ditimbang, jika baik maka baik seluruh amal dan sebaliknya. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,

أول ما يحاسب عليه العبد الصلاة فان صلحت صلح سائر عمله وإن فسدت فسد سائر عمله

“Pertama kali yang dihisab pada hari kiamat adalah shalat, jika shalatnya baik maka baiklah seluruh amalannya, dan jika shalatnya rusak, maka rusaklah seluruh amalannya.” (HR. Thabrani dan Ash Shahihah 3/346 oleh Asy Syaikh Al-Albani)

Dan shalat adalah tiang agama. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,

رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ ، وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ، وَذَرْوَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ

“Inti dari seluruh perkara (agama) adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.” (HR. At Tirmidzi, dihasankan oleh As Syaikh Al Albani dalam Al Irwa’ 2/138).

Hanya Allah yang tahu Ilmu ghaib

Jelas para peramal tidak tahu masa akan datang karena hanya Allah yang tahu ilmu ghaib. Allah Ta’ala berfiman,

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ

Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah” (QS. An Naml: 65).

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Luqman: 34).

Hanya beberapa makhluk saja yang tahu masa yang akan datang karena mendapat wahyu dari Allah. Mereka adalah orang yang Allah ridhai dari golongan Rasul. Adapun peramal, jelas tidak diridhai oleh Allah.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata, Ilmu ghaib di sisi Allah hanyalah khusus bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Allah mengetahui apa yang telah terjadi, sedang terjadi, dan apa yang tidak terjadi seandainya terjadi dan bagaimana kejadiannya. Allah mengetahui apa yang terjadi di akhirat, surga, dan neraka. Mengetahui siapa-siapa yang selamat dan binasa. Mengetahui penduduk surga dan penduduk neraka dan mengetahui segala sesuatu. Sedangkan para Rasul mengetahui dengan perantara wahyu dan apa yang Allah wahyukan kepada mereka sebagaimana firman Allah, ‘Allah mengetahui hal ghaib, tidaklah ia menampakkan kepada seseorangpun kecuali yang ia ridhai dari golongan para rasul‘” (QS. Al-Jin: 26-27).” (Dinukil dari: http://www.binbaz.org.sa/mat/4201).

Demikian semoga bermanfaat

***

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/24113-masihkah-engkau-percaya-ramalan-awal-tahun.html

Umur, Waktu, dan Hijrah

Tahun kemarin sudah berganti dengan tahun yang baru. Bertemu lagi dengan tahun yang sama. Setiap tahun yang terlewatkan menjadi ukuran bahwa umur seseorang telah berkurang. Semakin sedikit jatah hidup di dunia dan harus berkorelasi dengan penggunaan waktu.

Dalam sebuah hadis, dari Abdullah bin Ummar RA, Rasulullah SAW pernah memegang pundak Abdullah bin Ummar RA kemudian beliau bersabda, “Jalani hidup di dunia seakan-akan kamu orang asing atau orang yang sedang dalam perjalanan. Apabila kamu berada pada waktu sore, janganlah kamu menunggu-nunggu waktu pagi.”

“Apabila kamu berada pada waktu pagi, janganlah kamu menunggu-nunggu waktu sore. Manfaatkanlah hidupmu di dunia untuk hidupmu sesudah mati.” (HR Imam al- Bukhari). Hanya saja, waktu kerap berlalu dan tidak terasa jatah umur di dunia telah habis.

Nasihat tersebut diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas RA. Dia berkata, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Ada dua nikmat yang disia-siakan oleh mayoritas manusia, yaitu ke sehatan dan waktu luang.” (HR Imam al-Bukhari). Padahal, sudah terdapat ciri-ciri manusia agar berhijrah dari segala keburukan yang dia lakukan.

Ada beberapa pelajaran berharga dari hadis ini. Pertama, berhijrah. Jika selama ini tidak tepat waktu shalat, mulai hari ini shalat tepat waktu. Dilanjutkan dengan evaluasi penggunaan waktu, untuk apa saja waktu itu selama ini. Waktu sebaiknya digunakan untuk berkarya dan beribadah kepada Allah.

Jika selama ini waktu masih dipergunakan untuk korupsi, nakal dengan orang lain, meminum minuman keras, bergosip, berdebat, menghina, berpura-pura baik, bepersepsi negatif, merundung, menjustifikasi orang lain kafir, dan lain-lain, maka segera hijrah total dari perilaku buruk ini. Kedua, mengoreksi kegagalan.

Setiap orang pernah gagal, tetapi jangan gagal terus-menerus. Gagal beberapa kali untuk bangkit kembali. Ketiga, memperbaiki hubungan dengan Allah. Apa pun yang terjadi, mulai dari bencana hingga kesulitan, tidak membuatnya bepersepsi negatif kepada Allah. Semua harus dijalani untuk menjadi manusia yang berhasil yang bisa menjalani hidup saat bencana itu datang.

Keempat, perbaikan sosial. Manusia pada dasarnya tidak bisa hidup individualis. Meski fakta itu sudah nyata, sebagian orang lebih suka menonton televisi, bermain gawai, dan menutup pintu kepada tetangga. Padahal, jalinan sosial kepada orang lain bernilai ibadah. Bagaimanapun, rezeki dari Allah. Tetapi, berbuat baik kepada orang lain dapat memperbanyak rezeki.

REPUBLIKA