Doa Ketika Susah Tidur dari Rasulullah SAW

Berikut ini adalah doa ketika susah tidur dari Rasulullah. Peristiwa tersohor seputar latar belakang doa ketika susah tidur ini berasal dari Sahabat Zaid bin Tsabit ra. Sahabat pencatat wahyu itu mengadukan kegusaran yang menimpanya kepada Nabi Muhammad SAW terkait susah tidur. 

Rasulullah SAW pun mengajarkan beliau sebuah doa. Setelah beliau mengamalkan doa tersebut, penyakit susah tidurnya sembuh dengan izin Allah SWT. Begitu diceritakan dalam salah satu riwayat oleh Ibnu Sunni.

Inilah lafadz doa itu:

اللَّهُمَّ غارَتِ النُّجومُ، وهَدأَتِ العُيونُ، وأنت حَيٌّ قيُّومٌ لا تأْخُذُك سِنةٌ ولا نومٌ، يا حَيُّ يا قيُّومُ، أهْدِئْ لَيْلِي، وأنِمْ عَيْنَيَّ

Allahumma Gharati annujumu wahadati al ‘uyuni, wa anta hayyun qayyum la takhuzuka sinatun wa la naum, ya hayyun ya qayyum, ahdi laili, wa anim ‘ainayya

Artinya: “Ya Allah, telah tenggelam segala bintang, telah terlelap dengan tenang segenap mata. Sementara Engkau Maha Hidup dan Maha Perkasa. Engkau tidak dipengaruhi kantuk dan tidur. Wahai Dzat yang Maha Hidup dan Maha Perkasa, tenangkan malamku dan tidurkan kedua bola mataku.”

Kisah lain seputar doa penawar ketika dihinggapi susah tidur, datang dari Sahabat Khalid bin Walid ra. Pahlawan jihad itu juga pernah mengadukan kondisi susah tidur kepada Rasulullah SAW. Kepada beliau, Rasulullah SAW mengajarkan sebuah doa untuk melerai kondisi yang beliau derita. Riwayat ini diceritakan oleh Ibnu Hibban.

Lafaz doa ketika susah tidur yang diajarkan Rasulullah kepada beliau adalah:

أعُوذُ بِكَلِمـاتِ اللّهِ التَّـامّـَاتِ مِن غَضَـبِهِ وَعِـقابِهِ وَشَـرِّ عِبـادِهِ، وَمِنْ هَمَـزاتِ الشَّـياطينِ وأَنْ يَحْضُرُونِ

‘Audzu bi kalimatillahi at tammati min ghadabihi wa ghadabihi wa ‘iqabihi wa syarri ‘ibadihi, min hazamati asysyaitoni wa an yahdurna

Artinya: “Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kemarahan, siksaan dan kejahatan hamba-hamba-Nya, dan dari godaan-godaan setan serta kehadirannya di hadapanku.”

Masih dari sahabat Khalid bin Walid ra, salah satu riwayat menceritakan bahwa beliau diajarkan oleh Rasulullah SAW doa untuk mengatasi kesulitan tidur yang beliau derita. Riwayat ini sebagaimana ditulis oleh Imam Tirmidzi. Lafadz doanya sebagai berikut:

اللَّهمَّ رَبَّ السمواتِ السبعِ وما أظلَّتْ، وربَّ الأرَضينِ وما أقلَّتْ، وربَّ الشياطينِ وما أضلَّتْ، كنْ لي جارًا من شرِّ خلقِكَ كلّهم جميعاً أنْ يَفْرُطَ عليَّ أحدٌ منهم وأنْ يَبْغِيَ عَلَيَّ عَزَّ جَارُكَ وجَلَّ ثَنَاؤُكَ ولَا إلٰهَ غَيْرُكَ وَلَا إلٰهَ إلَّا أنْتَ

Allahumma rabba as samawati as sab’i wa ma azallat, wa rabba ardina wa ma akallat, wa rabba adhallat, kun lu jaran min syarri kholkika kulluhum jamian an yafruta alayya ahadun minhum wa anyabgiya alayya ‘azza jaruka wa jalla tanauka wa la ilaha ghairuka wa la ilaha illa anta

Artinya: “Ya Allah, Tuhan tujuh lapis langit dan apa yang menaunginya, Tuhan tujuh lapis bumi dan apa yang ada di dalamnya, serta Tuhan setan dan apa yang tersesat. Jadikanlah untukku pelindung dari kejahatan seluruh makhluk-Mu, yang ingin melakukan kejahatan kepadaku, serta melakukan makar kepadaku. Sungguh mulia perlindungan-Mu, sungguh agung pujian kepada-Mu, tidak ada tuhan selain Engkau, dan tidak ada Tuhan kecuali Engkau.”

Itulah doa-doa untuk mengatasi susah tidur atau lazim disebut insomnia, yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Doa-doa tersebut bisa dipraktekkan sekaligus ataupun pilihan. Namun jika insomnianya berasal dari kecemasan berlebihan (overthinking), salah satu doa yang diajarkan kepada sahabat Khalid bin Walid ra itu, tepat jadi pilihan. Sebagaimana rekomendasi ulama lainnya.

Semua doa-doa ini dikutip dari Kitab al-Azkar Imam Nawawi. Sekalipun seluruh doa-doa ini status periwayatannya dha’if, tetapi tetap boleh diamalkan. Karena riwayat-riwayat yang dikutip Imam Nawawi dalam kitabnya tersebut, termasuk doa-doa di atas, merupakan hasil seleksi yang sudah disesuaikan dengan syarat-syarat kebolehan beramal. Sebagaimana diterangkan Imam Nawawi di awal kitab tersebut.

Demikian penjelasan terkait  doa ketika susah tidur dari Rasulullah. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Apakah Microsleep Membatalkan Wudhu?

Microsleep adalah tidur yang tidak menyeluruh dan tidak sama seperti tidur biasa manusia di malam hari. Microsleep umumnya berlangsung singkat beberapa detik sampai 2 menit akibat lelah dan mengantuk. Sebagian otak ada yang “tertidur” dan ada yang masih aktif, bahkan microsleep bisa terjadi saat mata masih terbuka. Hal ini terjadi misalnya ketika menyetir mobil.

Bisa disimpulkan bawa microsleep merupakan “tidur yang sebentar dan tidak menyeluruh”. Apakah tidur seperti ini membatalkan wudhu? Pendapat terkuat adalah TIDAK membatalkan wudhu karena termasuk “naumun yasir/ naumun qalil” yaitu tidur yang sebentar dan tidak menyeluruh.

Dalilnya adalah hadits Anas bin Malik yang menjelaskan bahwa para Sahabat menunggu shalat sampai kepala mereka terkantuk-kantuk (mau jatuh), kemudian shalat tanpa mengulang wudhu.

Anas bin Malik berkata,

ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﻨﺘﻈﺮﻭﻥ ﺍﻟﻌِﺸﺎﺀ ﻋﻠﻰ ﻋﻬﺪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭﺳَﻠَّﻢَ ﺣﺘﻰ ﺗﺨﻔِﻖَ ﺭﺅﻭﺳﻬﻢ ﺛﻢ ﻳُﺼﻠُّﻮﻥ ﻭﻻ ﻳﺘﻮﺿﺆﻭﻥ

“Sesungguhnya para shahabat radhiallahu anhu menunggu pelaksanaan shalat Isya pada masa Rasulullah sallalahu alaihi wa sallam sampai kepalanya terkantuk-kantuk, kemudian mereka shalat tanpa berwudu.”[1]

Al-Mawardi menjelaskan,

: ﺃﻥ ﺍﻟﻨَّﻮﻡ ﻧﺎﻗﺾٌ ﻟﻠﻮﺿﻮﺀ ﺇﻻ ﺍﻟﻨﻮﻡ ﺍﻟﻴﺴﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺎﻋﺪ ﻭﺍﻟﻘﺎﺋﻢ

“Tidur itu membatalkan wudhu kecuali tidur yang sedikit ketika duduk atau berdiri.” [2]

Demikian juga penjelasan syaikh Al-‘Ustaimin,

ﻭﺍﻟﻨَّﻮﻡ ﺍﻟﻨَّﺎﻗﺾ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ : ﻛُﻞُّ ﻧﻮﻡ ﺇﻻ ﻳﺴﻴﺮ ﻧﻮﻡ ﻣﻦ ﻗﺎﺋﻢ، ﺃﻭ ﻗﺎﻋﺪ

“Tidur membatalkan wudhu menurut pendapat mazhab (hanabilah), semua jenis tidur kecuali tidur yang sedikit ketika berdiri dan duduk.” [3]

Patokan tidur sedikit atau banyak adalah apakah sudah hilang kesadaran menyeluruh atau tidak sebagaimana kita tidur nyenyak di malam atau siang hari.

Hal ini juga sebagaimana penjelasan Ibnu Taimiyyah,

ﻭﺍﻟﻔﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻨﻮﻡ ﺍﻟﻜﺜﻴﺮ ﻭﺍﻟﻘﻠﻴﻞ : ﺃﻥ ﺍﻟﻜﺜﻴﺮ ﻫﻮ ﺍﻟﻤﺴﺘﻐﺮﻕ ﺍﻟﺬﻱ ﻻ ﻳﺸﻌﺮ ﻓﻴﻪ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﺑﺎﻟﺤﺪﺙ ﻟﻮ ﺃﺣﺪﺙ , ﻭﺍﻟﻘﻠﻴﻞ ﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺸﻌﺮ ﻓﻴﻪ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﺑﺎﻟﺤﺪﺙ ﻟﻮ ﺃﺣﺪﺙ ، ﻛﺨﺮﻭﺝ ﺍﻟﺮﻳﺢ

“Perbedaan antara tidur “banyak dan sedikit” adalah tidur “banyak” itu terjadi menyeluruh yang manusia tidak merasakan suatu kejadian (seperti ketika terjaga), sedangkan tidur sedikit, manusia bisa merasakannya seperti keluarnya angin (maaf, kentut).” [4]

Demikian juga penjelasan dari dewan fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah,

ﺇﻥ ﺍﻟﻨﻮﻡ ﺍﻟﺨﻔﻴﻒ ﺍﻟﺬﻱ ﻻ ﻳﺰﻭﻝ ﻣﻌﻪ ﺍﻟﺸﻌﻮﺭ ﻻ ﻳﻨﻘﺾ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ

“Tidur yang ringan di mana tidak hilang kemampuan merasakan (menyadari), tidak membatalkan wudhu.” [5]

Demikian semoga bermanfaat.

@ Perum PTSC, Cileungsi, Bogor

Penyusun: Raehanul Bahraen

Sumber: https://muslim.or.id/40461-apakah-microsleep-membatalkan-wudhu.html

Ini Doa Bilal bin Rabah Sebelum Tidur

Sebelum tidur, seorang muslim dianjurkan untuk berdoa terlebih dahulu. Doa tersebut untuk keselamatannya saat tidur. Ditambah lagi, doa tersebur agar dilindungi dari keburukan. Nah berikut ini doa Bilal bin Rabah sebelum tidur. 

Terdapat di dalam kitab-kitab hadis, sudah banyak disebutkan mengenai doa-doa yang dianjurkan untuk dibaca sebelum tidur maupun sesudah bangun tidur. Umumnya, doa-doa ini merupakan doa-doa yang diucapkan dan diajarkan langsung oleh baginda Nabi Rasulullah, Muhammad shallahu alaihi wa sallam

Selain itu, terdapat beberapa doa yang dibaca secara khusus oleh para sahabat Rasulullah Saw. Di antara sebagian sahabat Rasulullah Saw yang memiliki doa sendiri sebelum tidur adalah sahabat Bilal bin Rabah. Sebelum beliau tidur, beliau membaca doa berikut; 

اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ حَسَنَاتِيْ وَتَجَاوَزْ عَنْ سَيِّئَاتِيْ وَاعْذَرْنِيْ بِعِلاَّتِيْ

Allohumma taqobbal hasanaatii wa tajawaz ‘an sayyi-aatii wa’dzarnii bi’illaatii.

Ya Allah, terimalah kebaikan-kebaikanku, ampunilah keburukan-keburukanku, dan maafkanlah kekurang-kekuranganku. 

Ini sebagaimana riwayat yang disebutkan oleh Imam Al-Thabrani dalam kitabnya, Al-Mu’jam Al-Kabir berikut;

عن هند امرأة بلال ، قالت : كان بلال إذا أخذ مضجعه قال: اللهم تجاوز عن سيئاتي واعذرني بعلاتي

Dari Hindun, istri sahabat Bilal, dia berkata; Ketika Bilal mulai berbaring di tempat tidurnya, dia mengucapkan doa; Allahumma tajaawaz ‘an sayyi-aatii wa’dzarnii bi’illaatii (Ya Allah, ampunilah keburukan-keburukanku dan maafkanlah kekurangan-kekuranganku).

Dalam kitab Tarikh Dimasyq, Ibnu Manzhur menyebutkan riwayat yang menjelaskan aktivitas dan doa yang dibaca oleh Bilal bin Rabbah menjelang tidur. Doa tersebut sebagai berikut;

قالت امرأة بلال: كان بلال إذا أخذ مضجعه قال: اللهم، تقبل حسناتي، وتجاوز عن سيئاتي، واعذرني بعلاتي

Istri sahabat Bilal berkata; Jika Bilal mulai berbaring di tempat tidurnya, dia mengucapkan; Allohumma taqobbal hasanaatii wa tajawaz ‘an sayyi-aatii wa’dzarnii bi’illaatii (Ya Allah, terimalah kebaikan-kebaikanku, ampunilah keburukan-keburukanku, dan maafkanlah kekurang-kekuranganku). 

Demikian penjelasan terkait doa Bilal bin Rabah sebelum tidur. Semoga doa tersebut bisa kita amalkan dan istiqomah dibaca sebelum tidur. Pun semoga kasih dan sayang Allah senantiasa mengalir pada kita semua.

BINCANG SYARIAH

Jangan Tidur di Waktu yang Tak Tepat, Ketahui 7 Macam Tidur Ini

Ketika rasa kantuk sudah menyergap seseorang, maka sulitlah untuk dikendalikan, tidurpun tak terhindarkan. Akan tetapi, kendati tidur sulit dikendalikan namun tidur bisa dihindari dengan menghindari hal-hal yang menyebabkan datangnya kantuk sehingga seseorang tidak sembarang tidur di waktu-waktu yang tidak tepat. Syekh Sulain bin Umar Al-Jamal (w. 677 H) dalam kitab Hasyiah Al-Jamal ala Syerhi Al-Minhaj [429/1] mengatakan bahwa ada tujuh macam tidur yang seringkali dialami seseorang.

Dua di antaranya macam tidur yang membawa rahmat nan nikmat sementara sisanya mengundang laknat.

النَّوْمُ عَلَى سَبْعَةِ أَقْسَامٍ نَوْمُ الْغَفْلَةِ وَنَوْمُ الشَّقَاوَةِ وَنَوْمُ اللَّعْنَةِ وَنَوْمُ الْعُقُوبَةِ وَنَوْمُ الرَّاحَةِ وَنَوْمُ الرَّحْمَةِ وَنَوْمُ الْحَسَرَاتِ

Tidur ada tujuh macam.  Tidur Ghaflah, tidur Syaqawah dan tidur Al-Uqubah, tidur Al-Rahah tidur, Rahmat dan tidur Al-Hasyarat

Pertama, tidur Rahmat. Yaitu tidur setelah waktu isya’ sebagaimana yang sering dilakukan kebanyakan manusia. Tidur diwaktu ini merupakan tidur yang mengandung rahmat dari Tuhan karena seseorang perlu untuk menistirahatkan unit-unit tubuhnya setelah penat sepanjang hari. Allah swt. dalam Al-Qur’an surah Al-Furqan ayat 47 berfirman;

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا وَالنَّوْمَ سُبَاتًا وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا

Artinya, “Dan Dialah Tuhan yang menjadikan malam untuk kalian sebagai selimut dan menjadikan tidur kalian untuk istirahat dan menjadkan siang kalian untuk bangkit dan berusaha”. [Al-Furqan: 47]

Kedua, tidur Al-Rahah (istirahat). Tidur yang dilaksanakan sebelum waktu zuhur. Istilah lain dari tidur ini yaitu tidur qailulah. Seseorang sangat dianjurkan untuk Tidur qailulah karena ia bisa membantu seseorang untuk bangun di malam harinya sebagaimana yag dikatakan oleh Sayyid Muhammad bin Abu Bakr Syatho Al-Dimyati dalam kitabnya, Kifayatu Al-Atqiya’ wa Minhajul Asyfiya’ [40].

ketiga, tidur Al-Ghaflah (kealpaan)Tidur ini biasanya terjadi saat sedang berada di majlis ilmu atau majlis zikir. Disebut tidur Al-Ghaflah karena seseorang yang tidur di majlis ilmu maka ia akan alpa dari manfaat yang seharusnya didapatkan saat di majlis ilmu atau majlis zikir berupa ilmu atau nasehat-nasehat yang disampaikan sang da’i.

Keempat, tidur Syaqhawamah (kemalangan). Tidur yang dilakukan seseorang saat waktu sholat sudah masuk sementara ia masih belum melaksanakan sholat tersebut. dalam kitab-kitab fikih disebutkan, semisal kitab Hasyiah Al-Jamal [273/1], Sulaiman bin Umar Al-Jamal mengatakan, makruh hukumnya seseorang yang tidur padahal sudah masuk waktu sholat dan masih belum melaksanakannya kalau ia meyakini akan bangun sebelum waktu habis. Sementara jika meyakini akan bangun setelah waktu sholat habis maka dihukumi haram.

Kelima, tidur Al-Laknah (laknat). Yaitu tidurnya seseorang pada waktu subuh karena pada waktu ini selain seseorang itu diwajibkan untuk melaksanakan sholat subuh, juga dianjurkan untuk melakukan ibadah-ibadah yang sunnah karena waktu subuh merupakan permulaan siang.

Keenam, tidur ‘Aqhabah (siksaan). Tidurnya orang-orang setelah waktu fajar. Orang-orang yang tidur di waktu fajar atau setelah subuh berarti telah mengabaikan perintah Tuhan untuk memperbanyak amalan-amalan ibadah. Dan ia juga tidak termasuk dari ayat Al-Qur’an surah Al-Zurriyat ayat 18;

وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Artinya, “dan di waktu menjelang siang mereka beristigfar” [QS. Al-Zurriyat: 18]

Ketujuh, tidur Al-Hasaraat (penyesalan). Tidur yang dilakukan pada malam jum’at. Tidur di malam jum’at disebut tidur penyesalan karena pada malam jum’at banyak rahmat Tuhan diturunkan.

Itulah macam-macam tidur di waktu-waktu tertentu. Meski tidak bisa di sangkal bahwa tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk menjaga kesehatan jasmani seseorang. Akan tetapi, selayaknya orang yang cerdas menghindari waktu-waktu tidur yang membawa laknat dan memilih waktu yang mengandung rahmat. 

Allahu A’lam Bisshawab.

BINCANG SYARIAH

Apapun Yang Menimpamu, Tidurlah Seperti Biasanya!

Dikisahkan bahwa seorang tukang kayu mendapat vonis hukuman mati dari Raja setempat.

Para prajurit istana mengirimkan surat vonis itu kepada si tukang kayu dan ia tak bisa berlari kemana-mana.

Hari itu dilalui si tukang kayu dengan perasaan gelisah dan ketakutan. Hingga malam tiba, ia tak bisa sejenak saja memejamkan mata.

Tiba-tiba dengan penuh ketenangan istrinya berkata :

“Duhai suamiku, tidurlah seperti malam-malam sebelumnya. Karena Tuhan itu satu dan pintu jalan keluar begitu banyak.”

Perkataan istrinya membuat hati si tukang kayu agak merasa tenang dan ia mulai memejamkan mata.

Tak berapa lama terlelap, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara ketukan keras dari prajurit kerajaan.

Mukanya kembali pucat dan memandangi istrinya dengan pandangan putus asa.

Ia membuka pintu dan pasrah memberikan tangannya untuk dibawa ke istana. Namun tiba-tiba seorang prajurit dari atas kuda berkata :

“Raja telah mati dan kami berharap engkau membuatkan peti mati untuknya.”

Wajah pucatnya seketika menjadi merah seakan baru saja darah yang terhenti sejak semalam mengalir lagi di tubuhnya. Ia memandang istrinya dengan perasaan malu sembari tersenyum.

Istrinya hanya berkata, “Ingatlah suamiku, tidurlah seperti engkau tidur di malam-malam sebelumnya. Karena Tuhan itu satu dan pintu jalan keluar begitu banyak.”

Tidakkah kisah ini menampar hati kita yang selalu dirunduh kegelisahan dan ketakutan dalam menghadapi hidup?

Ingatlah bahwa segala sesuatu tidak akan terlepas dari aturan dan rencana Allah swt.

Terkadang kita telah mempersiapkan sebuah rencana dengan matang, tiba-tiba ada kejadian yang diluar prediksi kita sehingga rencana kita hancur. Hal ini membuktikan bahwa rencana Allah diatas rencana manusia, kita tidak bisa berbuat apa-apa dihadapan rencana-Nya. Namun lihatlah, rencana Allah pasti akan memberikan hasil yang lebih baik untuk kita.

Maka disaat kita sadar bahwa hidup kita sangat bergantung dengan rencana dan aturan Allah swt, maka kita akan menjalani hidup dengan penuh keyakinan dan optimis bahwa Allah tidak akan meninggalkan kita sendirian.

لَا تَدۡرِي لَعَلَّ ٱللَّهَ يُحۡدِثُ بَعۡدَ ذَٰلِكَ أَمۡرٗا

“Kamu tidak mengetahui barangkali setelah itu Allah mengadakan suatu ketentuan yang baru.” (QS.Ath-Thalaq:1)

Semoga bermanfaat…

KHAZANAHALQURAN

Adab-Adab Ketika Bangun Tidur

Tidur adalah anugrah dan nikmat dari Allah bagi manusia. Dengan tidur, badan rileks kembali, menjadi segar dan tubuh pun menjadi sehat. Maka, jika bangun tidur, hendaknya kita bersyukur kepada Allah dengan menerapkan beberapa adab Islam yang dianjurkan untuk dilakukan ketika bangun tidur.

Berikut ini adab-adab tersebut:

  1. Membaca doa bangun dari tidur dan memperbanyak dzikir

Dianjurkan ketika bangun tidur untuk membaca doa sebagaimana yang ada dalam hadits dari Hudzaifah bin Al Yaman berikut ini. Beliau radhiallahu ‘anhu mengatakan:

كان النبيُّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ إذا أخذ مضجعه من الليلِ قال : ( اللهم باسمك أموت وأحيا ) . فإذا استيقظ قال : ( الحمد للهِ الذي أحيانا بعد ما أماتنا وإليه النشورُ )

Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbaring di tempat berbaringnya (untuk tidur) ketika malam hari, beliau berdoa: /Allahumma bismika amuutu wa ahyaa/ (Ya Allah, dengan namaMu aku mati dan aku hidup). Jika beliau bangun beliau berdoa:

الحمد للهِ الذي أحيانا بعد ما أماتنا وإليه النشورُ

/Alhamdulillahilladzi ahyaana ba’damaa amaatana wa ilaihin nusyuur/

(Segala puji bagi Allah yang menghidupkanku dan mematikanku dan kepadaNya lah kita dikembalikan)” (HR. Bukhari no. 6325, Muslim no. 2711).

Imam An Nawawi menjelaskan:

فنبه صلى الله عليه وسلم بإعادة اليقظة بعد النوم الذي هو كالموت على إثبات البعث بعد الموت , قال العلماء: وحكمة الدعاء عند إرادة النوم أن تكون خاتمة أعماله كما سبق , وحكمته إذا أصبح أن يكون أول عمله بذكر التوحيد والكلم الطيب

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengingatkan di setiap bangun tidur, yang tidur itu mirip dengan kematian, terhadap hari kebangkitan setelah mati kelak. Para ulama mengatakan, bahwa hikmah doa sebelum tidur adalah agar penutup amalannya adalah sebagaimana disebutkan. Dan hikmah doa bangun tidur adalah agar pembuka amalan di hari itu berupa mengingat tauhid dan perkataan yang baik” (Syarah Shahih Muslim, 17 / 35).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menerangkan tentang doa bangun tidur:

فتحمد الله الذي أحياك بعد الموت وتذكر أن النشور يعني من القبور والإخراج من القبور يكون إلى الله عز وجل فتتذكر ببعثك من موتتك الصغرى بعثك من موتتك الكبرى

“(dengan membaca doa ini) maka Anda memuji Allah yang telah menghidupkan anda dari maut (tidur), dan mengingatkan anda tentang hari kebangkitan, yaitu kebangkitan dari kubur dan keluar dari kuburan, menuju Allah ‘Azza wa Jalla. Maka dengan bangkit dari kematian yang kecil (tidur) Anda ingat kepada kebangkitan dari kematian yang besar” (Syarah Riyadus Shalihin, 1/1652).

Hadits ini juga menunjukkan bahwa dianjurkan untuk memperbanyak dzikir mutlak ketika bangun tidur. Sebagaimana akan disebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu pada poin 4.

  1. Mencuci tangan

Ketika bangun tidur disyariatkan untuk mencuci tangan sebelum memasukkan tangan ke dalam bejana atau melakukan aktifitas lainnya. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إذا استيقظ أحدُكم من نومِهِ، فلا يَغْمِسْ يدَه في الإناءِ حتى يغسلَها ثلاثًا . فإنه لا يَدْرِي أين باتت يدُه

Jika salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka jangan mencelupkan tangannya ke dalam bejana sebelum ia mencucinya tiga kali. Karena ia tidak mengetahui dimana letak tangannya semalam” (HR. Bukhari no. 162, Muslim no. 278).

Ulama berbeda pendapat apakah larangan mencelupkan tangan ke dalam bejana (semua tempat yang menyimpan air) di dalam hadits ini apakah makruh ataukah haram. Ulama Hanabilah berpendapat hukumnya haram dan mencuci tangan hukumnya wajib. Namun jumhur ulama berpendapat hukumnya makruh dan mencuci tangan hukumnya mustahab (sunnah). Dalil yang dijadikan landasan oleh jumhur adalah firman Allah Ta’ala:

إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فاغْسِلُواْ وُجُوهَكُمْ

Jika kalian berdiri untuk shalat maka cucilah wajah-wajah kalian” (QS. Al Maidah: 6).

Andaikan mencuci tangan itu wajib, maka tentu akan disebutkan dalam ayat ini.

  1. Bersiwak

Dianjurkan bersiwak ketika bangun tidur. Dari Hudzaifah bin Al Yaman radhiallahu’anhu beliau mengatakan:

كان النبيُّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّم إذا قام مِن الليلِ يَشُوصُ فاه بالسواكِ

Biasanya Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika bangun di malam hari beliau menggosok-gosok mulutnya dengan siwak” (HR. Al Bukhari no. 245, Muslim no. 255).

Hikmahnya anjuran ini dijelaskan oleh Syaikh Shalih Al Fauzan:

وذلك لأن النوم تتغير معه رائحة الفم؛ لتصاعد أبخرة المعدة، والسواك في هذه الحالة ينظف الفم من آثارها

“Ini dianjurkan karena ketika tidur bau mulut biasanya berubah, disebabkan uap dari perut yang naik. Dan dalam keadaan ini, dengan bersiwak akan menghilangkan bau yang tidak sedap di mulut” (Al Mulakhas Al Fiqhi, 1/36).

  1. Berwudhu untuk menghilangkan malas

Ketika bangun tidur, rasa kantuk dan malas biasanya masih terasa. Dianjurkan untuk membaca dzikir ketika bangun tidur, segera berwudhu dan menuju shalat, untuk menghilangkan rasa kantuk dan malas. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

يَعقِدُ الشَّيطانُ عَلى قافيَةِ رأسِ أَحدِكُم إذا هوَ نام ثَلاثَ عُقدٍ، يَضرِبُ كلَّ عُقدةٍ مَكانَها: عليكَ ليلٌ طويلٌ فارقُدْ، فإنِ استَيقظَ فذَكَر اللهَ انحلَّت عُقدةٌ، فإن تَوضَّأ انحلَّت عُقدةٌ، فإن صلَّى انحلَّت عُقدُه كلُّها، فأَصبحَ نَشيطًا طيِّبَ النَّفسِ، وإلَّا أَصبحَ خَبيثَ النَّفسِ كَسلانَ

Setan mengikat tengkuk kepala seseorang di antara kalian ketika sedang tidur dengan tiga ikatan. Pada setiap ikatannya ia mengatakan: “malammu masih panjang, teruslah tidur”. Maka jika orang tersebut bangun, kemudian ia berdzikir kepada Allah, terbukalah satu ikatan. Kemudian jika ia berwudhu terbukalah satu ikatan lagi. Kemudian jika ia shalat maka terbukalah seluruh ikatan. Sehingga ia pun bangun dalam keadaan bersemangat dan baik jiwanya. Namun jika tidak melakukan demikian, maka ia biasanya akan bangun dalam keadaan buruk jiwanya dan malas” (HR. Bukhari no. 1142, Muslim no. 776).

  1. Bersegera untuk shalat

Jika seseorang bangun di malam hari atau bangun di waktu subuh, maka hendaknya ia bersegera untuk mengerjakan shalat dan tidak menunda-nundanya agar tidak terus tenggelam dalam rasa malas dan kantuk. Sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Abu Hurairah di atas. Dan ini juga merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah Ta’ala karena telah dihidupkan kembali, diberi kesempatan untuk bangun dan menghirup udara kembali. Sehingga rasa syukur atas hal ini diwujudkan dalam bentuk ibadah. Al ‘Aini mengatakan:

يَنْبَغِي أَن يجْتَهد المستيقظ على أَدَاء صَلَاة الْفجْر شكرا لله على حَيَاته وإعادة روحه إِلَيْهِ، وَيعلم أَن لإقامتها فضلا عَظِيما

“Hendaknya orang yang bangun tidur bersungguh-sungguh untuk segera mengerjakan shalat fajar (subuh), sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas kehidupan yang Allah berikan dan atas dikembalikannya ruh ke dalam tubuh kita. Dan hendaknya ia memahami bahwa hal itu merupakan nikmat yang besar” (Umdatul Qari, 5/70).

Demikian semoga bermanfaat.

Washallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa Shahbihi wasallam

***

Penulis: Yulian Purnama

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/36486-adab-adab-ketika-bangun-tidur.html

Waktu Tidur Ideal Seorang Muslim

Waktu Tidur Setelah Shalat Isya

Waktu tidur ideal bagi seorang muslim adalah langsung tidur sebisa mungkin setelah shalat Isya, akan tetapi apabila ada kegiatan yang lebih mashlahat dan untuk kebaikan, ia boleh melakukan aktivitas yang bermanfaat setelah shalat isya seperti belajar, menerima tamu, berbincang-bincang dengan  keluarganya, tentu hendaknya tidak begadang sampai larut.

Dalil tidur setelah isya berdasarkan hadits makruhnya berbincang-bincang setelah shalat Isya, Dari Abu Barzah radhiallahu ‘anhu

أنَّ رسولَ الله – صلى الله عليه وسلم – كان يكرهُ النَّومَ قَبْلَ العِشَاءِ والحَديثَ بَعْدَهَا

 “Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyukai tidur sebelum shalat ‘Isya’ dan berbincang-bincang setelahnya.” [HR. Bukhatri & Muslim]

Syaikh Abdulah Al-Faqih menjelaskan,

فقد كان النبي صلى الله عليه وسلم ينام أول الليل بعد العشاء، إذ كان يكره النوم قبل العشاء والحديث بعدها

“Adalah kebiasaan Nabis shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur di awal malam setelah salat Isya, karena dimakruhkan tidur sebelum shalat Isya dan berbincang-bincang setelahnya.” [Fatawa As-Syabakiyyah no. 251950]

Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa tidur di awal malam bermanfaat bagi kesehatan, beliau berkata:

وأنفع النوم : ما كان عند شدة الحاجة إليه ، ونوم أول الليل أحمد وأنفع من آخره

“Tidur yang paling bermanfaat adalah tidur ketika sangat mengantuk, tidur di awal malam paling baik dan paling bermanfaat dari lainnya.” [Madarijus Salikin 1/459-460]

Berbincang-Bincang Setelah Isya

An-Nawawi menjelaskan bahwa hukum asal berbincang-bincang setelah isya adalah makruh, akan tetapi apabila ada mashlahat dengan berbincang-bincang maka tidak diperbolehkan. Beliau berkata:

قال العلماء : والمكروه من الحديث بعد العشاء هو ما كان في الأمور التي لا مصلحة فيها ، أما ما فيه مصلحة وخير فلا كراهة فيه ، وذلك كمدارسة العلم وحكايات الصالحين ومحادثة الضيف والعروس للتأنيس ومحادثة الرجل أهله وأولاده للملاطفة والحاجة ومحادثة المسافرين

“Para ulama berkata: makruh hukumnya berbincang-bincang setelah Isya, apabila pada perkara yang tidak ada mashlahatnya. Adapun apabila ada mashlahatnya maka baik dan bukan makruh. Misalnya seperti mempelajari ilmu, menceritakan kisah orang shlaih, berbincang-bincang dengan tamu, acara pernikahan, berbincang-bincang dan beramah-tamah dengan istri dan anak-anaknya dan perbincangan antar musafir.” [Syarah Muslim, 5/149]

Catatan Penting

  1. Hendaknya berbincang-bincang setelah Isya tidak sampai begadang, karena Allah menjadikan malam sebagai waktu istirahat utama.

Allah berfirman,

 وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاساً

“dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. [An Naba’ : 10]

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan,

فإن النبي صلى الله عليه وسلم كان يكره النوم قبل صلاة العشاء والحديث بعدها وإذا أطال الإنسان السهر فإنه لا يعطي بدنه حظه من النوم، ولا يقوم لصلاة الصبح، إلا وهو كسلان تعبان، ثم ينام في أول نهاره عن مصالحة الدينية والدنيوية، والنوم الطويل في أول النهار يؤدي إلى فوات مصالح كثيرة

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum isya dan berbincang-bincang (tidak bermanfaat) setelahnya. Jika seseorang begadang semalaman dan tidak memberikan hak tidur kepada badannya, bahkan tidak shalat subuh kecuali bangn dengan tubuh yang lelah dan malas, kemudian tidur di awal hari, maka ia telah kehilangan mashlahat yang banyak.”[ Liqaa’ Asy syahri 1/333] 

  1. Pola kehidupan kita di zaman ini menyebabkan tidak memungkinkan melakukan sunnah ini terus-menerus, yaitu langsung tidur setelah isya, akan tetapi hendaknya seorang muslim pernah sesekali melakukan sunnah tidur setelah isya agar lebih mudah bangun shalat malam

Demikian semoga bermanfaat

Penyusun: Raehanul Bahraen

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/51745-waktu-tidur-ideal-seorang-muslim.html

Tiga Ikatan Setan kepada Orang Tidur

RASULULLAH shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa ketika seseorang tidur, setan mengikatnya dengan tiga ikatan. Jika tidak dilepaskan, ikatan-ikatan ini berpengaruh pada jiwa dan semangat. Khususnya semangat beramal.

Bagaimana cara melepaskan ikatan-ikatan tersebut? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Ketika kalian tidur, setan membuat tiga ikatan di tengkuk kalian. Di setiap ikatan setan akan mengatakan, “Malam masih panjang, tidurlah!” Jika ia bangun lalu berzikir pada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika ia berwudhu, lepas lagi satu ikatan berikutnya. Kemudian jika ia mengerjakan salat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari dia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, jiwanya jadi kotor dan malas.” (HR. Al Bukhari)

Demikianlah cara setan bekerja. Ia tidak pernah berputus asa untuk menggoda dan menyesatkan manusia. Beragam cara ia lakukan, termasuk program rutin tiap malam. Yakni, setan membuat ikatan di tengkuk orang yang tidur. Bukan hanya satu ikatan, tetapi tiga lapis ikatan. Para ulama berbeda pendapat apakah ikatan yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah ikatan yang sebenarnya atau tidak. Namun pada prinsipnya, para ulama sepakat setan bisa membuat jiwa menjadi kotor dan malas dengan cara seperti hadis tersebut.

Jika kita melihat fenomena kehidupan umat Islam dewasa ini, agaknya program setan ini cukup berhasil. Indikatornya, banyak masjid yang sepi saat Subuh. Banyak muslim yang terlambat bangun alias kesiangan. Lalu efeknya, kita mendapati masyarakat muslim yang karakternya jauh dari nilai-nilai Islam dan semangat beramalnya rendah. Persis seperti akumulasi “khabiitsa an nafsi kaslan” pada hadis tersebut.

Agar bisa melepaskan diri dari tiga ikatan setan tersebut, tidak ada cara lain kecuali mengikuti petunjuk Rasulullah.

Bangun dan berdoa

Langkah pertama adalah segera bangun sebelum fajar dan berdoa. Doanya adalah sebagaimana yang diajarkan Rasulullah:

“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan (membangunkan) kami setelah mematikan (menidurkan) kami dan kepada-Nyalah kami dibangkitkan” (HR. Al Bukhari)

Dengan bangun dan mengucapkan doa ini, satu ikatan syetan terlepas.

Berwudhu

Tidak sedikit orang yang bangun sebelum fajar, tetapi ia hanya ke kamar mandi untuk buang air kecil kemudian tidur lagi. Artinya ia belum bisa lepas dari seluruh ikatan setan. Tetapi jika setelah bangun dan berdoa ia kemudian berwudhu, maka terlepaslah ikatan kedua. Kini tinggallah ikatan ketiga, ikatan terakhir.

Salat

Dengan melakukan salat malam minimal dua rakaat, terlepaslah ikatan setan yang ketiga. Jadi seluruh ikatan tersebut lepas sudah. Dan karenanya jiwa orang tersebut menjadi bersih dan ia bersemangat di pagi harinya. Semangat beribadah, semangat beramal, semangat menyemai kebajikan.

Selain menempuh tiga langkah tersebut, sebagian ulama menjelaskan, langkah pencegahan juga tak kalah penting untuk dilakukan. Yakni berzikir dan berdoa sebelum tidur serta menjaga adab-adabnya. Wallahu alam bish shawab. [bersamadakwah]

Tujuh Manfaat Wudu sebelum Tidur

WUDU adalah perkara sunah. Wudu bisa menjadi wajib ketika akan melaksanakan salat. Sedangkan, dalam hal yang lain, tidak mengapa jika kita tidak berwudu. Meski begitu, berwudu tetap menjadi perkara yang baik jika kita mampu mengamalkannya dalam setiap aktivitas. Salah satunya ketika hendak tidur.

Setiap manusia pasti membutuhkan istirahat. Tetapi, istirahat itu akan memberikan kesan yang berbeda, jika kita memulainya dengan berwudu. Sebab, ada manfaat-manfaat tersendiri yang dapat kita peroleh dari berwudu sebelum tidur. Apakah itu?

Pertama, bebas dari kuman jahat. Kuman jahat mampu tumbuh dan berkembang di mana saja. Bahkan di setiap gagang pintu Anda, di atas sprei, maupun di tempat nonton televisi Anda. Oleh sebab itu, Anda diharuskan untuk selalu dalam keadaan bersih. Apalagi ketika tidur. Dan salah satu solusinya adalah dengan wudu sebelum tidur. Penelitian terakhir menyebutkan bahwa wudu mampu mengurangi kuman-kuman yang hidup dalam tubuh Anda.

Kedua, membantu menjaga kesehatan wajah. Jika pakar kecantikan mengimbau para wanita untuk mencuci muka sebelum tidur, maka Rasulullah menganjurkan untuk berwudu sebelum tidur. Kedua sisi ini sebenarnya memiliki essensi sama, yakni membersihkan anggota badan bagian atas.

Ketiga, semakin mendekatkan diri pada Illahi. Berwudu merupakan salah satu bentuk ibadah tinggi. Sebab dengan wudu kita senantiasa menjaga kebersihan diri. Sedangkan Allah menyayangi dan menyukai kebersihan.

Keempat, didoakan oleh malaikat. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban menyebutkan bahwa seseorang yang berwudu, ketika bangun ia akan didoakan malaikat. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Barangsiapa tidur di malam hari dalam keadaan suci (berwudu) maka malaikat akan tetap mengikuti, lalu ketika ia bangun niscaya malaikat itu akan berucap, Ya Allah ampunilah hamba mu si fulan, karena ia tidur di malam hari dalam keadaan selalu suci,” (HR. Ibnu Hibban dari Ibnu Umar).

Kelima, ketika mati, maka akan dianggap mati syahid. Dalam suatu kitab yang ditulis oleh Syekh Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Mantany dalam bukunya Tanqih Al-Qand Al-Hatsis menyebutkan bahwa seseorang yang berwudu sebelum tidur mendapatkan manfaat. Yakni ketika ia meninggal maka dianggap mati syahid.

Keenam, merilekskan otot sebelum tidur. Ketika siang hari, pasti aktivitas yang Anda lakukan sangat banyak. Untuk itu perlu dilakukan untuk merilekskan otot. Manfaat wudu sebelum tidur adalah salah satu cara untuk merilekskan otot yang kaku setelah seharian bekerja keras. Bahkan secara psikologis, seseorang yang telah melakukan wudhu akan nampak lebih rileks. Serta badan Anda akan terasa segar kembali.

Ketujuh, menormalkan detak jantung. Salah satu kegiatan wudhu yang sangat memiliki khasiat mumpuni adalah ketika Anda membasahi anggota tubuh ke air. Hal ini mampu membuat kenormalan jantung untuk berdetak lebih stabil. Hasil ini bahkan sudah diteliti oleh Dokter Ahmad Syauqy yang expert di bidang penyakit dalam dan penyakit jantung di London.

Luar biasa bukan manfaatnya? Jadi, masihkah Anda ragu untuk melakukan wudu sebelum tidur? [manfaat.co.id]

INILAH MOZAIK

Banyak Tidur Dapat Mematikan Hati

KITA telah ketahui bersama bahwa waktu pagi adalah waktu yang penuh berkah dan di antara waktu yang kita diperintahkan untuk memanfaatkannya.

Akan tetapi, pada kenyataannya kita banyak melihat orang-orang melalaikan waktu yang mulia ini. Waktu yang seharusnya dipergunakan untuk bekerja, melakukan ketaatan dan beribadah, ternyata dipergunakaan untuk tidur dan bermalas-malasan.

Saudaraku, ingatlah bahwa orang-orang saleh terdahulu sangat membenci tidur pagi. Kita dapat melihat ini dari penuturan Ibnul Qayyim ketika menjelaskan masalah banyak tidur yaitu bahwa banyak tidur dapat mematikan hati dan membuat badan merasa malas serta membuang-buang waktu. Beliau rahimahullah mengatakan:

“Banyak tidur dapat mengakibatkan lalai dan malas-malasan. Banyak tidur ada yang termasuk dilarang dan ada pula yang dapat menimbulkan bahaya bagi badan.

Waktu tidur yang paling bermanfaat yaitu:
1. tidur ketika sangat butuh,
2. tidur di awal malam (ini lebih manfaat daripada tidur di akhir malam),
3. tidur di pertengahan siang (ini lebih bermanfaat daripada tidur di waktu pagi dan sore). Apalagi di waktu pagi dan sore sangat sedikit sekali manfaatnya bahkan lebih banyak bahaya yang ditimbulkan, lebih-lebih lagi tidur di waktu Ashar dan awal pagi kecuali jika memang tidak tidur semalaman.

Menurut para salaf, tidur yang terlarang adalah tidur ketika selesai salat subuh hingga matahari terbit. Karena pada waktu tersebut adalah waktu untuk menuai ghonimah (pahala yang berlimpah). Mengisi waktu tersebut adalah keutamaan yang sangat besar, menurut orang-orang saleh. Sehingga apabila mereka melakukan perjalanan semalam suntuk, mereka tidak mau tidur di waktu tersebut hingga terbit matahari. Mereka melakukan demikian karena waktu pagi adalah waktu terbukanya pintu rizki dan datangnya berkah (banyak kebaikan).” (Madarijus Salikin, 1/459, Maktabah Syamilah)

[Muhammad Abduh Tuasikal, MSc]

 

INILAH MOZAIK