1.092 Taradudi Siap Antar Jamaah Indonesia ke Arafah

Kepala Bidang Transportasi PPIH Arab Saudi, Subhan Chalid, mengatakan pihaknya telah melakukan pertemuan dengan muassasah(perwakilan Arab Saudi dalam urusan pelayanan haji) dan naqabah (perusahaan bus) terkait angkutan transportasi selama prosesi Armina (Arafah-Muzdalifah-Mina). Pertemuan menyepakati setiap maktab jamaah haji Indonesia akan disediakan 21 bustaradudi (shuttle) yang akan beroperasi secara bolak balik.

Dilaporkan wartawan Republika.co.id, Didi Purwadi di Makkah, jamaah haji Indonesia berada di 52 maktab dengan masing-masing maktab terdiri atas 3.000an jamaah. Dengan 21 bus taradudi setiap maktab, maka ada 1.092 bus taradudi yang disiapkan untuk mengangkut jamaah haji Indonesia dari pemondokan ke Arafah.

“Angkutan ke Arafah dari Makkah itu setiap maktab akan disediakan 21 unit bus,’’ kata Subhan ditemui di Syisyah, Makkah, Kamis (1/9).

“Sekitar 50 persennya jenis city bus yang dipakai untuk bus salawat dengan kapasitas yang cukup banyak antara 70-80 orang,’’ katanya. ‘’Kemudian yang 50 persen lagi bus-bus antar kota yang kapasitasnya 45-49 orang.’’

Subhan juga mengatakan, layanan bus salawat akan berakhir beroperasi dalam beberapa hari ke depan. Bus yang selama ini setia mengantarkan jamaah hajiIndonesia ke Masjidil Haram ini akan berhenti beroperasi pada 5 Dzulhijah pada pukul 12 siang.

“Nanti sama sekali tidak ada bus salawat, karena memang semua bus ditarik olehnaqobah (perusahaan bus) untuk persiapan angkutan ke Arafah-Mina,’’ katanya.

Jika 1 Dzulhijah jatuh pada tanggal 3 September, maka bus salawat berhenti beroperasi pada 7 September. Bus salawat akan mulai beroperasi lagi pada 14 Dzulhijah. Itu juga waktunya hanya 12 jam.

 

 

sumber: Republika Online

Risiko Memakai Jasa Dorong Mukimin: Mahal, Ditelantarkan dan Berbahaya

Petugas Perlindungan Jemaah (Linjam) menangkap seorang mukimin yang dicurigai gerak-geriknya saat berada di pemondokan jemaah. Pria itu memakai baju ihram, memakai tas jemaah tahun 2016, namun gelang yang dipakai tahun 2012. Saat diperiksa, ada uang jutaan rupiah dan ribuan riyal di tasnya.

Diinterogasi petugas, pria tersebut bersumpah tak melakukan pencurian. Dia mengaku hanya menjadi pendorong bagi jemaah yang membutuhkan kursi roda untuk beribadah ke Masjidil Haram. Uang itu adalah hasilnya bekerja dan tasnya berasal dari teman. Dimintai identitas, pria tadi tak punya surat-surat apa pun di Saudi.

Ini adalah salah satu contoh kasus risiko menggunakan jasa mukimin di Saudi. Jemaah diimbau agar tak menggunakannya karena aktivitas para mukimin di Masjidil Haram sudah diintai petugas keamanan. Mereka juga menerapkan tarif yang mahal, sampai kerap dikeluhkan berbuat jahat pada jemaah.

Kepala Seksi Perlindungan Jemaah Wagirun Topan Tuwinangun menerangkan, kasus tenaga pendorong kursi roda tidak resmi yang ditangkap di Masjidil Haram masih terus terjadi. Akibatnya, jemaah yang menggunakan jasa mereka menjadi terlantar.

“Kami dari perlindungan jemaah merasa peduli dengan kejadian ini. Karenanya kita adakan patroli rutin di lingkungan-lingkungan pemondokan jemaah supaya tidak minta tenaga pendorong dari mukimin,” kata Wagirun.

Foto: Rachmadin Ismail/detikcom

Menurutnya, menggunakan jasa mukimin untuk mendorong kursi roda saat tawaf atau sai risikonya besar. Apalagi, aparat Saudi di Masjidil Haram terus memperketat pengamanan sehingga potensi pendorong kursi roda tidak resmi ditangkap lebih besar. “Saya yakin pasti ditangkap kalau mukimin. Bahkan pendorong wanita, mereka bisa tahu. Karena intel-nya sangat banyak di Haram. CCTV saja ada 2000 an,” tuturnya.

Jika tertangkap, lanjut Wagirun, jemaah tentu menjadi pihak yang dirugikan karena terlantar. Petugas juga harus menangani setidaknya dua persoalan sekaligus, terlebih jika jemaah baru menjalani umrah wajib. Selain mengamankan jemaah secara fisik, petugas juga harus membantu jemaah menyelesaikan umrah wajibnya.

Wagirun mengaku pihaknya akan memperketat pengawasan agar kasus jemaah terlantar karena pendorong kursinya tertangkap aparat Masjidil Haram, tidak terulang. Rencana pengamanan sudah dibuat sejak dari pemondokan, jalanan, dan Masjidil Haram.

“Di pemondokan sudah kita gelar semua. Sekarang sistemnya terpadu, jadi semua petugas merupakan unsur linjam. Kita harapkan seperti itu, makanya di hotel sudah ada yang nempel di situ,” kataya.

“Secara khusus, linjam memperkuat sektor dengan patroli 24 jam, tErutama waktu malam, ketika teman-teman yang nempel di hotel mundur, kita yang aktif melakukan patroli,” tambahnya.

Jemaah juga diminta untuk mewaspadai modus yang digunakan pada pendorong kursi roda tidak resmi. Misalnya, agar tidak diketahui petugas, pelaku sengaja menggunakan kain ihram serta aksesoris gelang dan tas jamaah. Wagimun mengimbau jemaah menggunakan tenaga pendorong resmi yang sudah disiapkan pemerintah Saudi. Selain aman, biayanya juga jauh lebih murah.

Tarif yang biasa dikenakan para mukimin pada jemaah untuk tawaf dan sai berkisar di angka 500-600 riyal. Padahal memakai jasa pendorong resmi hanya 200 riyal untuk dua aktivitas ibadah tersebut.

sumber: Detikcom

Ini 3 Potensi Kerawanan Selama Puncak Haji di Armina

Tim kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mengidentifikasi tiga potensi kerawanan di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina) seusai melakukan survei lokasi.

“Kami mengunjungi Armina untuk melakukan survei dan melihat beberapa hal yang perlu dikonfirmasi dengan pemerintah Arab Saudi,” ungkap Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah, Selasa.

Ketiga potensi kerawanan tersebut adalah pertama nyamuk yang banyak terdapat di Padang Arafah. “Kami sudah sampaikan dan pemerintah Arab Saudi berjanji akan melakukan fogging (pengasapan)” katanya.

Mengingat penyebaran virus zika maka tim kesehatan juga mewaspadai penyebaran virus tersebut mengingat prosesi haji melibatkan jamaah dari seluruh dunia.

Kedua adalah posisi toilet di Mina yang terletak lebih tinggi dari tenda jamaah sehingga akan menyulitkan jamaah Indonesia yang sebagian besar berusia lanjut.

Ketiga, kata dia, adalah penggunaan escalator atau tangga berjalan di Terowongan Muaishim yang menuju Jamarat atau lokasi melontar jumrah. “Itu perlu diwaspadai karena ada jamaah kita yang kemarin patah tulang gara-gara escalator,” katanya.

Sementara itu Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Muchtaruddin Mansyur menjelaskan tim kesehatan siap untuk memberikan layanan optimal di Armina dengan menurunkan tim promosi dan prevensi serta tim gerak cepat selain petugas kesehatan yang berada di pos kesehatan.

Masing-masing tim beranggotakan 40 tenaga kesehatan dan enam tenaga pendukung. “Kita tidak hanya memberikan layanan kesehatan tapi juga penyuluhan agar jamaah memahami tahapan-tahapan ibadah dan segala faktor resikonya,” katanya.

Menurut dia, tim promosi dan prevensi telah melakukan tugasnya jauh sebelum puncak ibadah haji di Armina. Tim ini bertanggung jawab menyampaikan potensi kerawanan baik suhu, lingkungan maupun kesehatan.

 

 

sumber: Republika Online

Demi Keamanan, Saudi Wajibkan Semua Jamaah Haji Kenakan Gelang Elektronik

Pemerintah Arab Saudi mewajibkan jamaah haji dari seluruh dunia pada musim haji 1437H untuk mengenakan gelang identitas elektronik yang dikeluarkan pemerintah untuk alasan keamanan.

Gelang elektronik berwarna putih tersebut baru diperkenalkan tahun ini setelah terjadinya insiden berdesak-desakan dalam prosesi lempar jumroh tahun lalu yang mencatat korban ratusan jamaah dari berbagai negara.

Kepala Daerah Kerja Mekkah Arsyad Hidayat di Mekkah, Sabtu (27/8), menjelaskan bahwa gelang tersebut memiliki sejumlah keistimewaan antara lain dapat mempercepat identifikasi jamaah haji, identitas jamaah dapat dibaca dan diakses pihak berwenang secara elektronik, serta meningkatkan kinerja pelayanan.

Gelang itu juga untuk “penerapan keterbukaan dan transparansi informasi,” katanya.

Sementara itu laporan sejumlah media menyebutkan bahwa gelang itu akan berisi informasi pribadi dan kesehatan jamaah yang dapat mempercepat pelayanan terhadap jamaah.

Gelang yang anti air itu juga disebutkan terhubung dengan GPS sehingga mempermudah pelacakan jamaah tersesat.

Saat penyambutan jamaah yang datang dari Jeddah di Mekkah, gelang tersebut dibagikan oleh petugas maktab (pemondokan). Di gelang tersebut tercantum nama, nomor paspor dan maktab jamaah.

Jauh sebelum pemberlakuan gelang elektronik dari pemerintah Arab Saudi, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan gelang khusus bagi jamaah haji Indonesia. Gelang yang terbuat dari logam itu berisi nama, nomor paspor, embarkasi, asal negara serta simbol Merah Putih serta Garuda Pancasila.

Selain gelang identitas, jamaah haji Indonesia juga diberikan gelang rekam kesehatan jamaah risiko tinggi. Gelang warna merah dipakai oleh jamaah risiko tinggi yang memang punya penyakit serius dan segera ditangani. Gelang berwarna kuning dipakai oleh jamaah haji risiko tinggi yang mempunyai riwayat penyakit gampang jatuh dan gelang warna hijau digunakan untuk jamaah haji risiko tinggi yang mempunyai penyakit ringan.

Sementara itu data dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan (Siskohatkes) hingga Sabtu (27/8) pukul 08.00 waktu Arab Saudi menunjukkan bahwa 424 jamaah menjalani rawat inap di Madinah dan Mekkah. Sekitar 720 jamaah dirujuk di bandara, Mekkah dan Madinah dalam 19 hari terakhir.

 

 

 

sumber:Akttual.com

Tips Siasati Cuaca Panas di Armina

Suhu udara di Makkah, Arab Saudi, terus merangkak naik hingga 43 derajat celcius pada Sabtu (27/8). Jamaah haji Indonesia diminta untuk pandai-pandai menyiasati situasi tersebut terutama saat menjalani prosesi Armina yang kurang lebih tinggal dua pekan lagi.

Ada beberapa tips yang bisa dilakukan oleh jamaah untuk mengantisipasi potensi cuaca ekstrem saat menjalani prosesi Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina). Berikut beberapa tips yang diberikan oleh Kepala Bidang Perlindungan Jamaah yang juga Kepala Satuan Operasional Armina, Jaetul Muchlis, Sabtu (27/8).

Pertama, saat berada di padang pasir Arafah, jamaah diharapkan membatasi pergerakan terutama pada siang hari. “Jamaah di Arafah diharapkan tetap tinggal di tendanya masing-masing. Jamaah jangan melaksanakan kegiatan di siang hari,” pesan Jaetul Muchlis.

Menurut Jaetul, petugas akan ditempatkan melekat dengan jamaah di setiap Maktab. Hal tersebut untuk mengantisipasi bahaya kebakaran.Kedua, tips saat jamaah berada di Muzdalifah untuk mengambil batu kerikil untuk lempar jumrah. Jaetul mengatakan pihak muassasah akan menyiapkan karpet dan oksigen di sekitar toilet.

“Untuk mengurangi pergerakan jamaah, maka batu kerikil di Muzdalifah akan dikonsentarsikan mengelilingi toilet,” kata dia.  Jadi, jamaah terkonsentrasi pada satu titik untuk bisa melakukan dua hal sekaligus yakni kebutuhan toilet dan mencari batu kerikil.

Tips ketiga, saat berada di Mina, jamaah diharapkan memperhatikan jadwal keberangkatan. Ini terutama jamaah yang menempati tenda di Mina Jadid. Pada tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah Indonesia yang menempati tenda di Mina Jadid tersebut diminta untuk tidak bergerak ke Jamarat sebelum pukul 12 siang. Sebab, kata Jaetul, saat itu sedang berlangsung pergerakan jamaah dari Muzdalifah menuju Mina melalui  jalur taraddudi (shuttle bus).

“Mina Jadid menjadi perlintasan bus taraddudi sehingga ada potensi kerawanan jika sebelum jam 12 jamaah ikut geser dari Mina Jadid,” katanya.  Pergerakan jamaah dari Mina Jadid pun dikhawatirkan akan mengganggu pergerakan bus taraddudi sehingga berpotensi menimbulkan kemacetan.

Tips Menyantap Katering Armina

Puncak ibadah haji atau prosesi Armina (Arafah Muzdalifa Mina) tinggal beberapa hari lagi. Di Armina nanti, jamaah haji Indonesia akan mendapat tiga kali makan dalam sehari selama lima hari.

Kabid Katering PPIH Arab Saudi, Elmiati Masyhuri, mengatakan menu yang diberikan kepada jamaah haji Indonesia sebenarnya menu yang tahan basi. Namun demikian, ada beberapa tips yang perlu diperhatikan guna mengantisipasi makanan tersebut menjadi basi.

Pertama, makanan masih boleh dimakan maksimal dua jam setelah diterima jamaah. ‘’Setelah dua jam sejak diterima jamaah itu tidak boleh dimakan lagi,’’ kata Elmiati di Aljaidi, Makkah, Ahad (28/8). Kedua, makanan harus segera dihabiskan jika sudah dibuka. Kalau sudah dibuka lalu ditutup kembali, itu kemungkinan rawan basi.

Menu yang dibuat memang menu-menu yang tahan basi. Tapi, proses persiapan bahan bakunya sudah dilakukan tiga atau empat jam sebelum masak. ’’Jadi kita khawatirkan kalau makanan yang kita sudah terima itu tidak dimakan, dikhawatirkan cepat basi,’’ katanya.

 

 

sumber: Republika Online

Dekatkan Layanan ke Jemaah, PPIH Rilis Call Center dan WA Center

Melayani jemaah menjadi komitmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. Untuk lebih mendekatkan jemaah dalam mengakses layanan petugas maupun memberikan saran, masukan, dan aduan, PPIH merilis call center dan Whatsapp/SMS Center.

Dengan mengusung motto “Kami Ada Untuk Melayani Jemaah”, PPIH Arab Saudi siap menerima aduan selama 24 jam melalui callcenter di nomor 9200 1 3210, serta Whatsapp/SMS Center di nomor 0503 5000 17.

“Ini merupakan bagan dari mata rantai upaya kita untuk mendekatkan jemaah kepada para petugas dan untuk mengumpulkan pengaduan. Kita ada sms center, wa center dan call center,” terang Ketua PPIH Ahmad Dumyati Basori saat dihubungi t(MCH) Daker Makkah, Sabtu (27/08).

Agar bisa diketahui secara luas, pria yang akrab disapa Dumyati ini mengaku kalau saat Ini pihaknya sedang fokus pada sosialisasi secara massif. Harapannya, keberadaan call center serta Whatsapp/SMS Center bisa segera dipahami jemaah haji dan keluarganya serta dimanfaatkan oleh mereka sebagai sarana menyampaikan aduan, saran dan masukan.

Sampai saat ini, lanjut Dumyati, pengaduan yang masuk belum terlalu banyak, baru sekitar 100 aduan, baik melalui sms/wa center, call center, dan ada juga yang melalui bravo (sarana komunikasi sejenis HT yang digunakan oleh tim PPIH). “Harapan kita akan jauh lebih banyak setelah kita siapkan call center. Kita telah siapkan tenaga untuk mendata. Tapi kenyataannya masih sedikit pengaduan yang masuk. Apakah karena tidak ada persoalan yang dihadapi jamaah atau karena jemaah tidak memahami nomor ini,” ujarnya.

Ke depan, Dumyati akan menggalakkan sosialiasi keberadaan layanan saluran pengaduan masalah haji ini, baik melaui banner, leaflet, dan lannya. Sosialisasi juga dilakukan secara langsung kepada masing-masing ketua kloter, ketua rombongan, dan ketua regu agar secara berkesinambungan ikut menosilasasikan kepada jamaah. “Sehingga ketika jemaah menghadapi persoalan, mereka bisa segera mengadukannya melalui media yang kita miliki,” katanya.

Ahmad Dumyati juga memastikan bahwa setiap aduan yang masuk akan segera ditindaklanjuti oleh tim media center yang telah ditunjuk di Kantor Urusan Haji (KUH) Jeddah. Jika ada aduan yang tidak bisa diselesaikan, tim media center akan mengirimnya kepada Ketua PPIH untuk diteruskan kepada masing-masing penanggung jawab yang relevan dengan masalah dalam aduan. (mkd/mkd)

 

Sumber: Kemenag RI

Jangan Malu Bawa Air Mineral

Mantan Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Agama (Kemenag) RI, Rudi Subiyantoro mengingatkan para petugas dan jamaah haji agar mengantisipasi suhu panas di Arab Saudi. Sebab, suhu di Makkah dan Madinah pada musim haji diperkirakan di atas 40 derajat Celcius.

“Jadi, jangan malu bawa air. Kalau tidak banyak minum bisa jadi masalah,” kata Rudi.
Ia menjelaskan, kekurangan air selama berada di Tanah Suci akan berpengaruh pada stamina tubuh. Berdasarkan pengalaman pribadi berhaji pada 1990-an dan 2000, Rudi menuturkan, suhu panas bisa mengakibatkan keluarnya serbuk garam di wajah berbarengan dengan keringat.
“Nah, ini suhunya nanti bisa mendekati 50 derajat Celcius. Penguapannya luar biasa, jadi jangan disepelekan,” ujar dia.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan Chairul R Nasution mengatakan, sebagian besar calon haji Indonesia memiliki risiko kesehatan yang cukup tinggi.
Berdasarkan data kesehatan jamaah haji, setidaknya ada 10 diagnosis penyakit yang paling banyak diderita jamaah, antara lain yang berkaitan dengan darah tinggi, diabetes, dan kelainan lemak darah.
Sehingga, Chairul mengingatkan, para jamaah haji menjaga kondisi tubuh. Jangan sampai mengalami dehidrasi pada cuaca yang sangat panas.

“Kondisi panas dan kelembapan rendah bisa menyebabkan dehidrasi karena banyak di antara mereka (jamaah) tidak merasa panas, tetapi sudah terjadi dehidrasi luar biasa,” jelasnya.

 

 

sumber:Republika Online

Agar tak Kehilangan Alas Kaki

Kehilangan alas kaki seperti sandal atau sepatu saat menjalankan ibadah haji tak bisa dianggap sepele. Ini dikarenakan, berdasarkan data dari Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daerah Kerja Madinah, beberapa jamaah menjalani perawatan karena kaki melepuh akibat kehilangan alas kaki.

Untuk itu, jamaah diimbau untuk selalu mengingat letak rak tempat menyimpan sandal atau sepatu. Apalagi, umumnya banyak jamaah yang lupa meletakkan alas kakinya.

Sebenarnya, ada fasilitas plastik untuk membungkus alas kaki seperti yang diberikan oleh pengurus Masjid Nabawi. Setelah dibungkus plastik, alas kaki dapat dimasukkan dalam tas dan dibawa masuk ke dalam masjid.

Namun, jika enggan membawa masuk alas kaki, calon haji juga diharapkan untuk mencatat nomor rak tempat menyimpan sandal. Cara ini efektif untuk mengantisipasi kesulitan menemukan rak sandalnya, di saat ribuan orang dari sejumlah negara berkumpul di tempat yang sama.

 

sumber: Reublika Online

Jutaan Jamaah Calon Haji Berkumpul, Ini Tips Tak Tersesat di Masjidil Haram

Kejadian jamaah yang tersesat selalu mewarnai musim haji setiap tahunnya di sekitar area Masjidil Haram, terutama di waktu-waktu jelang wukuf karena jutaan manusia telah terkonsentrasi di Makkah.

“Puncak kelelahan calhaj usai tahwaf dan sai di sekitar Bukit Marwah. Namun, ketika ketinggalan rombongan tidak usah panik karena di pos-pos itu ada petugas, tanya saja,mau diantar ke mana? jelas Kepala SektorKhusus Masjidil Haram Ali Nurokhim kepada Media Center Haji (MCH), Jumat (12/08/2016).

Kasus jamaah tersesat menjadi catatan khusus dari tahun ke tahun pelaksanaan ibadah haji. Tahun lalu, ujar Ali, kasus jamaah yang tersesatmencapai 1.000 orang selama musim haji. Alhasil, Sektorsus Masjidilharam menjadi posko pelayanan haji paling padat.

“Kalau sudah mulai ramai ya itu. Kendalanya saat mengantar ke maktab karena parkir di areal posko pusat susah. Jalan menuju Masjidil Haram juga sering ditutup, nanti kita lihat jalan mana saja yang biasa ditutup, agar kita tetap bisa mengantar jamaah tersesat. Biasanya jelang wukuf, jamaah saat padat di Masjidil Haram,” urai Ali Nurokhim.

Secara khusus, ia pun menyampaikan beberapa tips bagi calhaj agar tidak tersesat di area Masjidil Haram. Pertama, jamaah harus mengenali jalan masuk awal dari terminal ke Masjidil Haram. Kedua, ketika melakukan Sai, jamaah harus mengenali tanda-tanda khusus ketika mereka memilih pintu masuk.

Tak lupa, dia mengingatkan jamaah agar selalu mengenakan tanda pengenal, seperti gelang haji, tidak membawa barang-barang berharga, serta membawa barang secukupnya waktu ke Masjidil Haram.

“Kalau ibadah jangan bawa barang berharga, jangan bawa banyak barang, bisa tercecer. Waspada di kamar mandi, masuk ke mana, keluar kemana,” tegasnya.

sumber:Okezone