Tanggapi Pernyataan Singapura Soal UAS, Kepala BNPT Bicara Fanatisme Agama

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI Boy Rafli Amar buka suara soal pernyataan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Singapura, K Shanmugam terkait Ustadz Abdul Shomad (UAS). Boy Rafli menanggapi dengan berbicara soal fanatisme beragama.

Boy Rafli menilai fanatisme pada dasarnya adalah sikap positif pemeluk agama. Ia menyebut fanatisme dapat meningkatkan keimanan para pemeluk agama.

“Fanatisme itu sebuah hal positif bagi pemeluk agama yang bersangkutan dalam menjalankan syariat agama untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan,” kata Boy Rafli Amar di Universitas Bung Karno (UBK), Jakarta, Selasa (24/5/2022), dilansir Detikcom.

Boy Rafli menuturkan pernyataan seorang tokoh memang bisa menjadi inspirasi pemeluk agama. Hal itu, menurutnya, juga termasuk beberapa peristiwa ketika ucapan tokoh menginspirasi orang lain melakukan aksi teror.

“Tapi, dalam beberapa peristiwa lain, ucapan tokoh bisa menginspirasi orang melakukan kekerasan dan bahkan melakukan tindakan teror. Kita punya fakta itu,” katanya.

Boy Rafli juga beranggapan, bahwa dalam konteks kehidupan beragama, fanatisme merupakan karakter penganut agama.

Boy menyebut yang terpenting adalah jangan menyalahkan ajaran agama lain. Sebab, katanya, menyalahkan ajaran agama lain berpotensi menimbulkan intoleransi.

“Fanatisme ini saya pikir, dalam konteks kehidupan kita beragama, itu karakter kita sebagai penganut agama. Yang terpenting, kita harus menghormati kebenaran versi agama lain. Yang penting kita tidak menyalahkan ajaran orang lain yang berbeda dengan keyakinan kita. Mereka punya fanatisme sendiri,” katanya.

“Kalau kita memaksakan versi kebenaran kita, sementara agama lain mengajarkan lain, tentu ini berpotensi menimbulkan intoleransi,” sambungnya.

Sebelumnya, Mentri Dalam Negri Singapura K. Shanmugam menuding pendakwah Indonesia Ustadz Abdul Shomad (UAS) sebgai sosok pemecah belah. Dia juga mengklaim UAS telah terbukti mempengaruhi warganya menjadi radikal.

Shanmugam mengatakan UAS telah berada di radar otoritas Singapura selama beberapa waktu. Hal itu, menurutnya, setelah terungkap bahwa beberapa warga yang diindikasi terdampak radikalisasi telah menonton videonya dan mengikuti khotbahnya.

“Khotbah Somad memiliki konsekuensi dunia nyata,” kata Shanmugam di kantor pusat Kementerian Dalam Negeri (MHA) di daerah Novena Senin (23/5/2022), dilansir oleh Strait Times.

Di antara mereka, kata Shanmugam, adalah seorang anak berusia 17 tahun yang ditahan di bawah Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri pada Januari 2020. Remaja itu, klaimnya, telah menonton ceramah YouTube UAS tentang bom bunuh diri, dan mulai percaya bahwa pelaku bom bunuh diri adalah martir.

Shanmugam juga mengutip contoh-contoh terbaru dari pernyataan pendukung UAS yang memprotes pemerintahan Singapura setelah UAS didepak oleh otoritasnya. Ia juga menuding US sebagai sosok yang memecah belah.

“Bahasanya, retorikanya, seperti yang Anda lihat, sangat memecah belah – sama sekali tidak dapat diterima di Singapura,” tudingnya. “Kerukunan ras, agama, kami menganggap (ini) mendasar bagi masyarakat kami dan sebagian besar warga Singapura menerima itu,” tambahnya.*

HIDAYATULLAH

Jangan Ragu Sedekah, Ini Sejumlah Manfaatnya Menurut UAS

Sedekah mempunyai sejumlah manfaat yang kembali kepada pelakunya

Dalam Islam yang disebut orang yang menang adalah orang yang selamat dari sifat bakhil. 

Menurut Ustadz Abdul Somad, keutamaan-keutamaan mensyukuri nikmat dengan cara bersedekah. Di antaranya yakni orang yang yang bersedekah akan mudah dikabulkan doanya oleh Allah SWT. Sebagaimana riwayat pemuda soleh yang terbebas setelah terkurung dalam gua. 

Pemuda itu terbebas setelah berdoa dengan menyebutkan amal sedekah yang pernah dilakukannya. Dari keterangan itu, menurut UAS  bahwa boleh bagi seorang Muslim memanjatkan doa dengan menyebut amal sedekah yang pernah dilakukannya. 

Selain itu UAS menjelaskan bahwa amal sedekah dapat membebaskan seseorang dari berbagai kesulitan atau mempermudah segala urusan yang dihadapi. Sebab itu sangat mulia bahi seseorang yang dapat bersedekah dengan membebaskan utang-utang Muslim yang sudah tidak mempunyai kemampuan lagi untuk melunasinya.  

UAS menjelaskan keutamaan sedekah lainnya yakni menolak datangnya kematian dengan cara yang buruk. Sedekah juga dapat memadamkan kemurkaan Allah dan menjadi sarana membuka pintu surga.

“Karena itu anak-anak kita latih sedekah sejak kecil, seumur hidup dia akan ingat. Ingat hidup kita singkat, tetapi sedekah panjang, sedekah jariyah,” sebagaimana dikutip dari dokumentasi Harian Republika. 

KHAZANAH REPUBLIKA

UAS Kisahkan Keutamaan dan Amalan Utama Saat Sya’ban

Sya’ban adalah bulan di saat manusia banyak yang lalai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ustadz Abdul Somad (UAS) menceritakan kisah Usamah bin Zaid RA, cucu angkat Rasulullah, yang datang menemui Rasulullah. Pemuda yang mendapat judulan Hibbu Rasulullah (orang yang dicintai Rasulullah) itu bertanya, “Wahai Rasulullah SAW, kenapa aku tidak pernah melihat Anda berpuasa sunah dalam satu bulan tertentu yang lebih banyak dari bulan Sya’ban?”

Nabi SAW menjawab:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفِلُ النَّاسُ عَنْهُ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَال إِلى رَبِّ العَالمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عملي وَأَنَا صَائِمٌ

“Ia adalah bulan di saat manusia banyak yang lalai (dari beramal shalih), antara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan di saat amal-amal dibawa naik kepada Allah Rabb semesta alam, maka aku senang apabila amal-amalku diangkat kepada Allah saat aku mengerjakan puasa sunnah.” (HR. Tirmizi, An-Nasai dan Ibnu Khuzaimah, Ibnu Khuzaimah menshahihkan hadits ini).

“Jadi dalam 12 bulan itu, bulan yang paling dianjurkan puasa setelah bulan Ramadhan adalah Sya’ban,” kata UAS dalam ceramah virtualnya yang dikutip Republika.co.id, Selasa (16/3).

Hal ini selaras dengan hadits Aisyah RA yang berkata, “Aku tidak pernah melihat beliau SAW lebih banyak berpuasa sunnah daripada bulan Sya’ban. Beliau berpuasa di bulan Sya’ban seluruh harinya, yaitu beliau berpuasa satu bulan Sya’ban kecuali sedikit (beberapa) hari.” (HR. Muslim no. 1156 dan Ibnu Majah no. 1710).

“Mengapa Rajab dan Ramadhan selalu diingat sedangkan Sya’ban sering dilupakan? Karena bulan Rajab sudah diagungkan, dimuliakan oleh orang-orang jahiliyah bahkan sebelum Islam datang.

Rajab juga termasuk dalam bulan-bulan haram yang dimuliakan dalam Alquran. Sedangkan Ramadhan, siapa yang tidak mengetahui Ramadhan karena didalamnya ada lailatul qadr dan momen Alquran diturunkan,” kata UAS. 

“Beribadah pada saat orang lupa, pahalanya besar, contohnya tahajud, banyak orang lalai makanya pahalanya besar bagi yang menjalankannya. Maka dari itu, keutamaan beramal saat orang lalai itu pahalanya amat luar biasa,” ujarnya. 

Dai yang meraih gelar profesor di Universitas Islam Omdurman Sudan itu mengutip penjelasan Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam kitabnya, Fathul Bari bahwa catatan amal manusia  diangkat sebanyak tiga kali, yaitu harian, mingguan, dan tahunan. Catatan amal harian akan diangkat setiap ba’da Ashar, catatan amal mingguan akan diangkat setiap Kamis. Sedangkan catatan amal tahunan akan diangkat setiap bulan Sya’ban.

“Jika saat catatan amal diperiksa dan diangkat oleh malaikat, seseorang itu sedang berpuasa atau sedang sholat berjamaah maka akan baik laporan amalannya kepada Allah SWT,” ujar Dosen UIN Sultan Kasim Riau itu.

“Bulan Sya’ban memiliki malam yang istimewa yakni pada 15 Sya’ban, yang biasa disebut Nisfu Sya’ban. Di malam itu, Allah SWT akan memperhatikan seluruh makhluk-Nya dengan perhatian khusus. Allah SWT juga akan ampunkan dosa semua makhluk-Nya, kecuali orang musyrik (orang yang menyekutukan Allah) dan orang musahid (orang yang berkelahi dan belum berdamai),” kata UAS. 

Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jilani dalam kitab Ghunyah al-Thalibin, malam nisfu Sya’ban adalah malam yang diberkati Allah (lailah mubarakah). Malam tersebut disebut juga dengan malam pembebasan (lailatul bara’ah).

“Dan di antaranya, malam pembebasan disebut dengan ‘mubarakah’ (yang diberkati) karena di dalamnya terdapat turunnya rahmat, keberkahan, kebaikan, dan pengampunan bagi penduduk bumi.” (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Ghunyah al-Thalibin, juz 3, hal. 278).

“Dikatakan bahwa malam nisfu Sya’ban disebut malam pembebasan karena di dalamnya terdapat dua pembebasan. Pertama, pembebasan untuk orang-orang celaka dari siksa Allah yang Maha-Penyayang. Kedua, pembebasan untuk para kekasih Allah dari kehinaan.” (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Ghunyah al-Thalibin, juz 3, hal. 283).

KHAZANAH REPUBLIKA

Menolak Shalat Istisqa, Malu Tidak Turun Hujan

Meluruskan Seorang Dai yang Tidak Mau Sholat Istisqa Karena Malu Tidak Turun Hujan

Alhamdulillah ‘ala kulli haal, saat ini kemarau panjang dan banyak terjadi kebakaran hutan. Nah beberapa kaum muslimin sudah melakukan shalat istisqa’. Namun sayangnya ada seorang dai mempropagandakan menolak jadi imam shalat istisqa’ karena alasannya bisa bikin malu jika ternyata setelah shalat tidak turun hujan, dan menganggap doa tidak terkabul. Mohon tanggapannya, syukron.

Abu Azzam

Jawaban:

Bismillah walhamdulillah was sholaatu wassalam’ala Rasulillah.

Membaca statemen seperti itu keluar dari seorang da’i, kita masyarakat yang pembaca lebih merasa malu melihat tingkah malu-maluin dari seorang yang diustadzkan. Tidak seyogyanya komentar semacam itu muncul dari seorang yang dianggap berilmu. Karena tindak tanduknya ditiru lan digugu (diikuti dan ditaati, jawa). Semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua.

Isi dan tujuan dari sholat istisqa, adalah doa meminta hujan. Karena Istisqa’ / استسقاء sendiri memiliki makna, meminta hujan. Setiap kata kerja bahasa Arab, yang didahului huruf alif (ا), sin (س) dan ta’ ( ت), memiliki arti permintaan.

– Nabi kita shallallahu’alaihi wasallam mengajarkan umatnya untuk optimis dalam berdoa. Apakah kemudian ada da’i di tengah umatnya, yang tega menghancurkan karakter optimis yang telah lama beliau perjuangkan pada umatnya ini?!

Beliau berpesan,

ادعوا الله وأنتم موقنون بالإجابة واعلموا أن الله لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه

“Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai, dan lengah (dengan doanya).” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan Al-Albani)

– Nabi kita shallallahu’alaihi wasallam mengajarkan kepada umatnya, untuk merasa butuh dan miskin di hadapan Allah. Kemudian ada da’i di tengah umatnya yang tega menggugurkan sifat yang mulia ini?!

Saat perang Badar sedang berkecamuk, Nabi shalallahu alaihi wa sallam mengangkat tangan beliau tinggi-tinggi, seraya menengadah ke arah langit. Dengan penuh rasa harap dan teramat butuh kepada Allah, beliau mengucapkan doa,

اللهم أنجز لي ما وعدتني، اللهم آت ما وعدتني، اللهم إن تهلك هذه العصابة (الجماعة من الناس) من أهل الإسلام لا تُعْبد في الأرض

“Ya Allah mohon tunaikan apa yang telah Engkah janjikan kepada kami, ya Allah datangkan apa yang Engkau janjikan kepada kami, jika pasukan muslim yang sedikit ini kalah, Engkau tak akan lagi disembah di muka bumi”

Kata Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu, yang melihat langsung kejadian itu,

فما زال يهتف بربه ماداً يديه، مستقبل القبلة، حتى سقط رداؤه عن منكبيه، فأتاه أبو بكر، فأخذ رداءه فألقاه على منكبيه، ثم التزمه من ورائه، وقال يا نبي الله! كفاك مناشدتك ربك، فإنه سينجز لك ما وعدك الحديث.

“Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam terus bermunajat kepada Allah, seraya menengadahkan tangan, dalam posisi menghadap kiblat, sampai selendang dipundak beliau, jatuh.

Kemudian Abu Bakar mengambilkan selendang dan menempatkannya kembali di pundak Nabi.

Lalu Abu Bakar diam sejenak di belakang Nabi. Sampai Abu Bakar berkata kepada Nabi,

“Duhai Nabi Allah, cukup doa engkau kepada Allah.. cukup. Allah pasti menunaikan apa yang dijangjikanNya kepada engkau.” (HR. Muslim)

Siapa kita dibandingkan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam?! Manusia yang paling bertakwa yang telah dijamin surga pun, ternyata bersikap demikian butuh, merasa fakirnya kepada Allah?! Apakah Anda tega wahai dai, mensia-siakan keteladanan jujur dari manusia paling jujur ini?!

Allah itu semakin cinta, saat ada hambaNya sedikit-sedikit minta sama Allah. Semakin besar rasa miskinnya di hadapan Allah, semakin cinta Allah sama dia. Di situlah sumber ketundukan, kekhuyuan dan ketawaduan kepada Allah.

Dan sebaliknya, semakin seorang itu merasa kaya, merasa cukup kepada Allah, semakin besar murka Allah kepadanya. Di situlah sumber kesombongan, kepongahan dan pembangkangan.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِي سَيَدۡخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir : 60)

– Nabi itu, sampai urusan tali sendal putus saja minta sama Allah. Anda soal urusan hujan malah membuat umat pesimis untuk minta sama Allah?!

ليسأل أحدكم ربه حاجته كلها حتى شسع نعله إذا انقطع

Hendaklah setiap kalian meminta kepada Rabbnya semua kebutuhan, sampai-sampai ketika tali sandalnya lepas’.”

Mari pembaca, kita melihat keteladanan dari orang-orang yang benar-benar berilmu. Ulama sejati yang bukan sekedar diulamakan. Atau dalam bahasa kita; Ustadz sejati yang bukan sekedar diustadzkan. Kita simak paparan dari Imam Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah,

وكان بعض السلف يسأل الله في صلاته كل حوائجه حتى ملح عجينه وعلف شاته ، وفي الإسرائيليات : أن موسى عليه الصلاة والسلام قال : يا رب ! إنه ليعرض لي الحاجة من الدنيا فأستحي أن أسألك . قال : سلني حتى ملح عجينك وعلف حمارك

“Sebagian ulama salaf dahulu, meminta kepada Allah dalam sholat mereka, semua kebutuhan mereka. Sampai ada yang meminta kepada Allah garam dapurnya atau pakan (makanan) kambingnya. Disebutkan dalam riwayat Israiliyat : Bahwa Musa -alaihis sholaatu wassalam-, pernah berdoa,

“Ya Tuhanku… Sungguh ada kebutuhan duniawi yang aku butuhkan, namun aku malu meminta kepadaMu.”

Allah ta’ala menjawab keluhan Musa,

“Mintalah kepada-Ku, sampaipun garam dapurmu atau pakan keledaimu.”

Ibnu Rajab melanjutkan,

فإنَّ كلَّ ما يحتاج العبد إليه إذا سأله من الله فقد أظهر حاجته فيه وافتقاره إلى الله ، وذاك يحبه الله

Hamba yang meminta semua kebutuhannya kepada Allah, dia telah menampakkan rasa butuh dan fakirnya kepada Allah. Sifat seperti itu, dicintai oleh Allah.

(Jami’ Al ‘Ulum wal Hikam, 2/662)

– Nabi kita shallallahu’alaihi wasallam mengajarkan kepada umatnya, untuk mantap / percaya sepenuhnya, saat meminta dan bergantung kepada Allah. Lalu akankah ada dai di tengah umatnya yang begitu tega melenyapkan perasaan itu dari umatnya?!

Beliau bersabda,

لا يقل أحدكم إذا دعا اللهم اغفر لي إن شئت اللهم ارحمني إن شئت ليعزم المسألة فإنه لا مُكرِه له

“Janganlah kalian ketika berdoa dengan mengatakan, ‘Ya Allah, ampuni aku jika Engkau mau. Ya Allah, rahmatilah aku, jika Engkau mau’. Hendaknya dia memantapkan keinginannya, karena tidak ada yang memaksa Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Di hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “…..Karena Allah tidak keberatan dan kesulitan untuk mewujudkan sesuatu.” (HR. Ibn Hibban dan dishahihkan Syua’ib Al-Arnauth)

Rasul shallallahu’alaihi wasallam melarang menyertakan kalimat

“Jika Engkau mau ya Allah…”

karena ungkapan ini bertentangan dengan prinsip merasa miskin di hadapan Allah. Padahal Allah tegas berfirman,

۞يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلۡغَنِيُّ ٱلۡحَمِيدُ

Hai manusia! Kalian itulah yang butuh kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak butuh sesuatu apapun), dan Dia Maha Terpuji. (QS. Fathir : 15)

Wajarnya, permintaan yang disertai ungkapan tawar seperti itu, ditujukan kepada orang tidak terlalu dia pertimbangkan, tidak terlalu dia harapkan karena khawatir jika memantapkan harapan akan kecewa, tidak terlalu dia butuhkan.

(Lihat : Syarah Kitab At Tauhid min Shahih al-Bukhari, 2/256. Syekh Abdullah Al Ghunaiman)

Kasarnya, semakna dengan ucapan seorang, “Kalau mau yang silahkan kalau enggak yang ga papa, emang gue pikirin.”

Atau ungkapan lain, “Kalau sudah jadi imam shalat istisqa’ ternyata gak turun hujan, mejret deh lu…… Malu banget, ngimamin istisqa’ tapi nggak juga turun hujan. Berarti doa lu kagak mempan.”

Subhanallah, jelas ini sebuah kelancangan dan tidak ada kesopanan sama sekali kepada Allah !!

Setidaknya, pernyataan seperti di atas mengandung 5 kemungkaran berikut :

[1] Indikasi kurangnya tawakkal kepada Allah.

[2] Merendahkan ibadah sholat istisqa’ dan menjadi imam sholat istisqa’.

Kemudian berbuntut perendahan kepada semua orang yang beramar ma’ruf mengajak masyarakat untuk menghidupkan sunah sholat istisqa’. Bisa dibayangkan betapa banyak orang yang terdzolimi oleh ucapan semacam ini?!

[3] Merendahkan saudaranya sesama muslim yang sedang berdoa.

Padahal mereka telah berupaya melaksanakan perintah Allah,

ٱدۡعُواْ رَبَّكُمۡ تَضَرُّعٗا وَخُفۡيَةًۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُعۡتَدِين

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. ( QS. Al-A’raf : 55)

[4] Indikasi kesombongan.

Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

الكبر بطر الحق وغمط الناس

Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. (HR. Muslim)

[5] Prasangka buruk kepada Allah.

Seakan berat bagi Allah untuk mengabulkan doa hamba-hambaNya meminta hujan. Ini prasangka menghina Allah! Menyerupai prinsip orang-orang musyrik Jahiliah dan orang orang munafik.

Allah ta’ala mengatakan,

وَيُعَذِّبَ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتِ وَٱلۡمُشۡرِكِينَ وَٱلۡمُشۡرِكَٰتِ ٱلظَّآنِّينَ بِٱللَّهِ ظَنَّ ٱلسَّوۡءِۚ عَلَيۡهِمۡ دَآئِرَةُ ٱلسَّوۡءِۖ وَغَضِبَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِمۡ وَلَعَنَهُمۡ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَهَنَّمَۖ وَسَآءَتۡ مَصِيرٗا

Dia mengazab kaum munafik laki maupun perempuan, juga kaum musyrik laki maupun perempuan, yang berprasangka buruk kepada Allah. Mereka akan mendapat giliran (azab) yang buruk dan Allah murka kepada mereka dan mengutuk mereka serta menyediakan neraka Jahanam bagi mereka. Dan (neraka Jahanam) itu seburuk-buruk tempat kembali. (QS. Al-Fath : 6)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah sampai menyimpulkan,

أعظم الذنوب عند الله إساءة الظن به

Dosa terbesar di sisi Allah adalah, berprasangka buruk kepadaNya. (Ad-Daa’ wad Dawaa’, hal. 318)

Baca juga : Shalat Istisqo, Tak Turun Hujan?

Maka hendaklah kita bertakwa kepada Allah dalam berucap. Karena akibat buruk dari ucapan amat menyesalkan dan menyesakkan. Nabi Shallallahu’alaihi wasallam mengingatkan,

إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ، مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا، يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ المَشْرِقِ

Sesungguhnya ada hamba yang mengucapkan satu kalimat, yang dia tidak terlalu memikirkan dampaknya, namun menggelincirkannya ke neraka yang dalamnya sejauh timur dan barat. (HR. Bukhari dan Muslim)

Mari kita tiru diantara seorang yang paling jujur menghamba kepada Allah. Beliau teladan dalam berdoa dan bertawakkal kepada Allah, sahabat yang mulia; Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu, beliau pernah berpesan,

أنا لا أحمل همَّ الإجابة ولكن أحمل همَّ الدعاء، فإذا ألهمت الدعاء فإن معه الإجابة

“Dalam berdoa, aku tidaklah fokus pada urusan dikabulkannya doa. Yang aku fokusi adalah hasrat untuk selalu berdoa. Jika aku diilhamkan untuk berdoa, maka pengkabulan akan menyertainya”.

Teruslah berdoa, dengan memperhatikan adab dan sebab mustajabnya doa, tanpa kenal bosan dan lelah insyaallah akan terkabul. Di samping doa itu sendiri adalah ibadah, sumber pahala.

Semoga Allah memberi hidayah kepada seluruh kaum muslimin.

Wallahua’lam bis showab.

***

Dijawab oleh Ustadz Ahmad Anshori
(Alumni Universitas Islam Madinah, Pengajar di PP Hamalatul Qur’an Yogyakarta)

Read more https://konsultasisyariah.com/35572-menolak-shalat-istisqa-malu-tidak-turun-hujan.html

Konsekuensi Muslim Ucapkan ‘Selamat Natal’ Menurut UAS

Umat Nasrani saban 25 Desember menggelar perayaan Natal. Di masyarakat, khususnya umat Islam timbul perdebatan apakah boleh mengucapkan ‘Selamat Natal’ kepada umat Nasrani sebagai upaya toleransi? Ustaz Abdul Somad (UAS) punya jawabannya.

“Ketika Anda mengucapkan ‘Selamat Natal’, ini sama artinya mengucapkan, ‘Selamat Allah sudah melahirkan anak’. ‘Selamat Tuhan sudah melahirkan anak pada 25 Desember’,” kata UAS dalam satu ceramahnya.

Menurut UAS, ada tiga konsekuensi ketika seorang Muslim mengucapkan ‘Selamat Natal’ kepada umat Nasrani. “Pertama, mengakui Tuhan punya anak. Padahal dalam Alquran (Surah Al-Ikhlas ayat 3) disebut ‘Lam yalid walam yulad’ (Dia tidak beranak dan tidak diperanakan). Kedua meyakini Tuhan lahir pada 25 Desember. Padahal Nabi Isa Alahisallam lahir pada musim panas, bulan Juli. Mana dalilnya? ‘Goncangkan pangkal kurma, akan gugur buah kurma dari atas’. Buah kurma gugur pada bulan Juli.”

Dijelaskan UAS, ketika Nabi Isa lahir, kambing-kambing sedang digembalakan di padang rumput hijau. Padang rumput, kata UAS, hanya ada di bulan Juli, karena bulan Desember rumput tak tumbuh karena permukaan rumput ditutupi es. “Ketika Nabi Isa lahir, bintang gemintang sedang terang. Bintang terang ada pada bulan Juli. Kalau bulan salju bintang gemintang tertutup kabut.”

Konsekuensi ketiga menurut UAS jika seorang Muslim mengucapkan ‘Selamat Natal’ adalah mengakui Nabi Isa mati dipalang salib. “Ketiganya bertentangan (dengan akidah).”

Pendapat serupa disampaikan Ustaz Khalid Basalamah yang menyatakan tidak boleh seorang Muslim mengucapkan ‘Selamat Natal’ kepada umat Nasrani. “Kenapa tidak boleh? mengucapkan ‘Selamat Natal’, berarti mengucapkan ‘Selamat Allah punya anak’. Tidak bisa dalam Islam. Kita berbuat baik (kepada non-Muslim), iya, membantu yang sakit, iya, menjenguk yang sakit, iya, membantu yang susah, iya, berbakti kepada orang tua yang non-Muslim, iya. Tapi berhubungan dengan masalah keyakinan yang telah Allah kufurkan, tidak boleh,” ucap Ustaz Khalid menegaskan.

Ustaz Adi Hidayat juga punya pendapat yang sama. Ia menjelaskan, Islam adalah agama yang indah. “La ikra fiddin, tidak ada paksaan dalam Islam. Tapi kita tidak boleh mengikuti keyakinan kita pada keyakinan orang lain,” ujar Ustaz Adi.

Dijelaskan Ustaz Adi, hukum mengucapkan selamat pada agama lain di luar keyakinan dan keimanan sebagai Muslim, itu tidak diperkenankan. “Haram hukumnya mengucapkan selamat, misalnya ada unsur pengakuan. Awas jika ada din selain Islam, ada agama yang dibenarkan selain islam, itu adalah wilayah keyakinan kita. yang non-Muslim pun meyakini kepercayaan mereka yang benar.”

 

KHAZANAH REPUBLIKA

 

Warga Aceh Galang Dana Beli Pesawat untuk UAS

Warga Sibreh, Aceh Besar dan Aceh kecewa karena pesawat yang ditumpangi Ustadz Abdul Somad (UAS) dalam agenda Safari Dakwah ke Aceh kembali mengalami keterlambatan atau penundaan.

UAS berangkat dari Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, transit di Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, untuk menuju Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda Aceh, Senin (02/07/2018).

Terkait itu, warga Aceh pun bertekad untuk menggalang dana guna membeli pesawat pribadi untuk kegiatan dakwah UAS.

Jubir FPI Aceh Tgk Mustafa Husen Woyla mengungkapkan, tidak diragukan lagi sifat kedermawanan Muslim Aceh ketika agama Allah membutuhkannya. RI 001 Dakota RI-001 Seulawah atau Indonesian Airways 001 yang ada di Taman Mini Indonesia Indah dan Blang Padang jadi bukti sejarah yang tak terbantahkan.

Hal ini ungkapnya juga didukung penuh Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, sebagai pilot resmi di bidang dirgantara.

“Rencana besar itu bukan karena terjadi keterlambatan Ustadz Abdul Somad ke daerahnya, namun sudah jauh hari wacanakan oleh Abu Sibreh sepulang takziah salah seorang anggota KWPSI di warkong Wim 69, Samahani. Saya pikir ini momen yang paling tepat kembali kita bantu dakwah Islam agar tidak hambatan. Bayangkan ribuan warga larut dalam kekecewaan,” terang Abu Sibreh atau Lem Faisal, sapaan akrab Tgk H Faisal Ali selaku penanggungjawab Tabligh Akbar di Sibreh, Aceh Besar, yang dijadwalkan diisi UAS, sebagaimana rilis dari Tgk Mustafa kepada hidayatullah.com semalam.

Menurutnya, pesawat pribadi untuk UAS sudah sebuah tuntutan untuk mempermudah jalannya dakwah dari Sabang sampai Merauke. “Barusan Mawardi Ali Bupati Aceh Besar bersama panitia dikediamannya sudah bersedia membantu dan menggalang dana,” ungkapnya.

Beberapa waktu lalu, di Blang Pidie, tersebab delay-nya penerbangan, tuturnya, UAS terpaksa berangkat dengan pesawat Susi Air.

“Dan di Aceh, saya tidak meragukan sedikitpun rencana mulia itu. Pendahulu kita sudah berbuat, tentunya kita juga mesti berbuat untuk menolong dai ilallah sesuai dengan direncanakan di seluruh Nusantara hatta Asia Tenggara bahkan dunia,” dirincikan oleh Ustadz Fadhil Rahmi selaku tim Tafaquh dan Ketua IKAT Aceh.

Hingga semalam, sudah ada sejumlah ormas Islam yang bersedia jadi panitia penggalangan dana, antara lain; IKAT Aceh, ACT, TASTAFI ACEH, FPI Aceh, GSR Aceh, dan sejumlah ormas lainnya.

Tgk Mustafa menambahkan, Aceh terdiri dari 18 kabupaten, 5 kotamadya, 289 kecamatan, dan 6.497 gampong. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya diperkirakan mencapai 5.152.887 jiwa. Jika harga jet pribadi seharga Rp 4 miliar, maka per kecataman cuma mengumpulkan Rp 13.840.830. “Sebuah nominal yang sangat kecil bagi Muslim Aceh yang berdarah dermawan ini,” imbuhnya.

“Mari kembali menjadi ‘Nyak Sandang’ generasi baru, kirim infaq terbaik berupa emas, perhiasan, akta tanah, barang berharga, atau kirimkan langsung ke Bank Muamalat, No Rek. 2410033243 a.n KAFALAH IKAT ACEH atau Bank Aceh Syariah, No Rek. 61302200456789
a.n KAFALAH IKAT ACEH.

Simpan bukti pengiriman diantar ke sektariat IKAT Aceh, depan mesjid Lamgugop, Banda Aceh atau hubungi langsung HP/WA Ust Muhammad Fadhil Rahmi +6285210111000.

Laporan Ust Fadhil Rahmi, sebagai pembuka, Abu Sibreh/Lem Faisal selaku wakil MPU Aceh sudah menyerahkan satu juta rupiah,” pungkasnya.

Diketahui sebelumnya, setelah sempat delay beberapa jam, akhirnya UAS take off dari Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara ke Bandara SIM, Blang Bintang, Aceh Besar, Senin (02/07/2018) pukul 23.30 WIB.

Meskipun kehadiran UAS ke Masjid Baitul Makmur, Sibreh, Aceh terlambat karena delaypesawat. Namun ribuan warga Aceh Besar dan Banda Aceh masih antusias menunggu dai kondang tersebut di halaman masjid.

Mereka terdiri atas laki laki, perempuan, hingga anak-anak. Mereka memenuhi depan panggung ceramah yang berada dalam kompleks masjid.*

HDAYATULLAH

Masuk Bulan Syawal, Puasa Sunnah 6 Hari atau Bayar Utang Dulu? Berikut Penjelasan Ustaz Abdul Somad

Tak terasa bulan Ramadhan 1439 H sudah berakhir. Puasa Ramadhan yang dijalani sebulan penuh juga sudah diakhiri dengan hari kemenangan di Idul Fitri kemarin. Walau Ramadhan sudah berakhir, masih banyak amalan utama yang dianjurkan untuk dilakukan di bulan Syawal.

Salah satu yang paling terkenal adalah puasa sunnah enam hari di bulan Syawal. Ada dua hadist terkenal yang menyebutkan puasa sunnah ini.

Pertama: “Barang siapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. [Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal].

Sementara kedua: “Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian melanjutkannya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, maka dia seperti berpuasa satu tahun.” (HR. Imam Muslim).

Lantas, bagaimana dengan para wanita yang masih memiliki utang puasa di bulan Ramadhan kemarin?

Lebih utama menjalankan puasa sunnah 6 hari atau bayar utang terlebih dahulu?

Menanggapi hal ini, Ustaz Abdul Somad mempunyai jawaban yang tegas.

Ibu-ibu yang punya utang puasa 7 hari, maka harus dibayar dahulu baru puasa syawal 6 hari,” ujarnya.

Dirinya menambahkan, jika si wanita tak kuat melakukan keduanya (bayar utang dan puasa sunnah 6 hari), lebih baik mengutamakan membayar utang puasa saja di bulan Syawal.

Mengingat pahalanya juga sama seperti puasa sunnah 6 hari.

Ibu-ibu kalau tidak kuat mengganti utang puasa dan puasa sunnah Syawal maka cukup mengganti puasa di bulan Syawal,maka ibu puasa qadha di bulan Syawal, maka otomatis pahalanya seperti puasa sunnah Syawal, niatnya cuma satu, niatnya satu, saya niat puasa qadha besok hari lillahi ta’ala.,” ujar ustaz Abdul Somad.

Ustaz Somad menjelaskan, seorang wanita juga bisa mendapatkan 3 pahala sekaligus jika mengganti utang puasa di hari Senin bulan Syawal.

Ketiga pahala yang dimaksud adalah puasa Sunnah Senin-Kamis, Puasa Syawal, dan puasa pengganti.

Hal itu berlaku untuk laki-laki maupun perempuan,” ujar ustaz Abdul Somad.

 

Keutamaan Puasa Sunnah 6 Hari di Bulan Syawal

Tribunstyle melansir dari nu.or.id, dari hadit di atas dapat difahami bahwa orang yang berpuasa Ramadhan dan kemudian melanjutkan dengan berpuasa enam hari di bulan Syawwal, maka ia mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang berpuasa setahun.

Artinya pahala itu merupakan balasan dari paket puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan enam hari puasa di bualn Syawal. Jika ada orang yang tidak puasa Ramadhan tetapi puasa enam hari di bulan syawal maka secara teoritis ia tidak mendapatkan pahala tersebut.

Selain itu, puasa sunnah selama 6 hari di bulan Syawal berfungsi sebagai penyempurna dari kekurangan ibadah di bulan Ramadhan sebelumnya.

Puasa sunah ini memiliki banyak keutamaan,sebagaimana yang diterangkan dalam hadits Qudsi, Allah Swt berfirman:

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (قال الله عز وجل: كل عمل ابن آدم له إلا الصيام؛ فإنه لي وأنا أجزي به، والصيام جنّة، وإذا كان يوم صوم أحدكم فلا يرفث، ولا يصخب، فإن سابّه أحد أو قاتله فليقل: إني امرؤ صائم، والذي نفس محمد بيده لخلوف فم الصائم أطيب عند الله من ريح المسك، للصائم فرحتان يفرحهما: إذا أفطر فرح، وإذا لقي ربه فرح بصومه) رواه ومسلم

“Setiap amal manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, ia (puasa) adalah untuk-Ku dan Aku memberi ganjaran dengan (amalan puasa itu).”

Kemudian, Rasulullah melanjutkan, “Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dibandingkan wangi minyak kasturi.

Sebagian orang meragukan hadits berpuasa enam hari di bulan Syawal, akan tetapi keraguan itu terbantahkan oleh bukti-bukti periwayatan hadits.

Perhatikan ungkapan Syeikh Abdullah bin Abdulal- Bassam berikut.

Hadits berpuasa Enam hari di bulan Syawal merupakan hadits yang shahih, hadits ini memiliki periwayatan lain di luar hadits Muslim. Selain hadits Muslim yang meriwayatkan hadits berpuasa Enam hari di bulan Syawal antara lain; Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi.

 

Oleh karena itulah Hadits berpuasa Enam hari di bulan Syawal ini tergolong hadits mutawatir.

Tata Cara Puasa Sunnah 6 Hari di Bulan Syawal

Mengenai tata cara enam hari puasa, apakah harus berturut-turut ataukah boleh dipisah-pisah para ulama membebaskan memilih antara keduanya.

Artinya, boleh berturut-turut enam hari langsung semenjak tanggal dua syawal ataupun di pisah-pisah, keduanya dianggap sahih.

Untuk syarat dan rukunya sama seperti puasa ramadhan. Harus ada niat dan juga menghindari semua hal yang membatalkan puasa.

Adapun hikmah disunnahkannya puasa enam hari di bulan Syawwal adalah untuk menjaga agar diri kita tidak lepas kontrol setelah sebulan penuh melaksanakan puasa dan mengekang berbagai macam pantangan, kemudian dibebaskan untuk makan dan minum.

Lebih dari itu, puasa Syawal adalah ibadah sunnah yang sangat dianjurkan oleh ajaran agama kita. Sedangkan menurut Imam Malik puasa enam hari di bulan Syawal hukumnya makruh.

Dengan alasan dikhawatirkan adanya pemahaman yang meyakini bahwa puasa enam hari di bulan Syawwal masuk puasa Ramadhan. Namun Jikalau tidak ada kekhawatiran seperti itu, Imam Malik menyunahkannya bahkan memerintahkan untuk berlomba-lomba memperbanyak pahala.

Untuk memantapkan hati, ulama menganjurkan seseorang untuk melafalkan niatnya.

Niat Puasa Syawal

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى

“Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ. Artinya, “Aku berniat puasa sunah Syawwal esok hari karena Allah SWT.”

Adapun orang yang mendadak di pagi hari ingin mengamalkan sunah puasa Syawwal, diperbolehkan baginya berniat sejak ia berkehendak puasa sunah.

Karena kewajiban niat di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib.

Untuk puasa sunah, niat boleh dilakukan di siang hari sejauh yang bersangkutan belum makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak subuh.

Ia juga dianjurkan untuk melafalkan niat puasa Syawwal di siang hari. Berikut ini lafalnya.

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى

“Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ. Artinya, “Aku berniat puasa sunah Syawwal hari ini karena Allah SWT.” (Tribunstyle/ Irsan Yamananda)

TRIBUNNEWS

JK: Ceramah Ustaz Abdul Somad Meneduhkan

Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla menghadiri kajian dhuha bersama Ustaz Abdul Somad di Masjid Sunda Kelapa, Ahad (4/2). Jusuf Kalla mengatakan, ceramah-ceramah dari Ustaz Abdul Somad meneduhkan dan memiliki referensi yang kuat. “Ceramah-ceramah dari Ustaz Abdul Somad itu kan teduh, baik, dan referensinya kuat. Itu yang membedakan dengan ustaz lainnya,” ujar Jusuf Kalla usai kajian dhuha.

Adapun Jusuf Kalla menyebutkan, Ustaz Abdul Somad memilili pengetahuan yang dalam tentang agama. Selain itu, menurut Jusuf Kalla, cara Ustaz Abdul Somad menyampaikan ceramah mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat. “Cara membawakannya juga gampang dipahami oleh masyarakat tingkat apa saja,” kata Jusuf Kalla.

Sebelumnya, diberitakan Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla menghadiri kajian dhuha bersama Ustaz Abdul Somad di Masjid Sunda Kelapa, Ahad (4/2). Dalam kesempatan tersebut, Jusuf Kalla selaku Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) mengapresiasi kehadiran Ustaz Abdul Somad di Masjid Sunda Kelapa yang memberikan tausiah kepada para jamaah.

Dalam sambutan singkatnya, Jusuf Kalla mengatakan dengan kehadiran Ustaz Abdul Somad ini memberikan kesempatan kepada para jamaah Masjid Sunda Kelapa untuk mendengarkan tausiah dan nasehat-nasehat secara langsung. Adapun Jusuf Kalla berkelakar bahwa, dengan kehadiran Ustaz Abdul Somad sekarang ini, para jamaah Masjid Sunda Kelapa tak perlu lagi menonton ceramahnya dari Youtube.

“Alhamdulillah dengan kehadiran Ustaz Abdul Somad tentu akan memberikan pencerahan, kalau selama ini mungkin lebih banyak anda nonton di Youtube, sekarang bisa langsung, saya juga,” ujar Jusuf Kalla sambil tertawa, yang kemudian disambut tawa oleh para jamaah.

 

REPUBLIKA

Ustaz Abdul Somad dan Isu Khilafah

Setelah Ustaz Abdul Somad dicekal di Hongkong, ada suara-suara yang kemudian berseliwerang, termasuk di sosial media bahkan di kalangan tokoh-tokoh masyarakat, seolah membenarkan pencekalan itu. Pembenaran itu dibangun di atas asumsi atau tepatnya kecurigaan  jika Ustaz Abdul Somad terkait HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) yang baru saja dibekukan dan dinyatakan sebagai organisasi terlarang di Indonesia.

Pembenaran atau kecurigaan itu dibangun di atas beberapa alasan atau kesimpulan oleh sebagian berdasarkan beberapa ceramah Ustaz yang ada di media sosial, termasuk youtube. Untuk mengetahui lebih jauh tuduhan itu, saya kembali menelusuri sebagian besar ceramah-ceramah Ustaz Abdul Somad, lalu mencoba menghubungkan antara satu ceramah atau pendapat dengan ceramah dan pendapat yang lain.

Dari penelusuran itu saya mendapati dua ceramah yang mungkin menimbulkan kecurigaan itu. Atau tepatnya satu ceramah yang memang disampaikan di sebuah hajatan HTI di Riau 4 tahun lalu dan satu lagi jawaban singkat beliau terhadap sebuah pertanyaan tentang arti khilafah dalam sebuah sesi tanya jawab sekitar setahun yang lalu.

Setelah mendengarkan berbagai ceramah yang pernah beliau sampaikan di masa lalu, saya berkesimpulan sebagai berikut:

1. Seperti yang beliau sendiri sering sampaikan, Ustaz Abdul Somad bukanlah anggota, apalagi pengurus HTi. Kehadiran beliau di acara HTI Riau 4 tahun silam itu sebagai undangan dalam kapasitasnya sebagai seorang ustaz dan ulama.

2. Selain itu, sebagaimana di masa lalu banyak ulama dan ustaz yang pernah diundang di acara HTI, kehadiran beliau di acara HTI itu juga tidak melanggar apa-apa. Karena saat itu (4 tahun lalu) HTI adalah sebuah organisasi massa yang diakui di negara Indonesia. Artinya, beliau diundang oleh sebuah organisasi yang resmi terdaftar dan legal beroperasi di negara Indonesia.

3. Perihal pendapat beliau mengenai khilafah, itu harusnya ditempatkan pada posisi “scholarly discourse” atau perdebatan di kalangan para ulama. Bahwa isu khilafah adalah isu yang diperdebatkan dan diperselisihkan di kalangan para ulama. Dan itu diakui oleh semua orang Islam yang tahu ajaran agamanya dengan baik. Pendapat mengenai khilafah ini ada di kalangan ulama-ulama nasional dan internasional. Tapi sekali lagi, itu adalah opini keulamaan yang memperkaya khazanah keilmuan dalam Islam.

4. Lalu apakah dengan pendangan tentang khilafah seperti itu dianggap bertentangan atau mengancam eksistensi NKRI? Sama sekali tidak. Beliau dalam berbagai ceramah yang jauh lebih banyak dan jelas menegaskan kecintaan dan loyalitasnya ke NKRI. Bahwa hiruk pikuk opini para ulama perihal khilafah tidak akan mengusik eksistensi NKRI yang sudah final, dengan Pancasila dan UUD 45 sebagai pijakan kehidupan nasioanalnya.

5. Komitmen Ustaz Abdul Somad terhadap NKRI, Pancasila dan UUD, serta sistim politik pemerintahan yang dianut oleh negeri ini, tidak diragukan lagi. Kita tahu bahwa mereka yang murni dalam ideologi khilafah alamiyah (global caliphate) ini “mengharamkan” partisipasi politik (pemilu), bahkan menganggapnya sistim kafir. Tapi, Ustaz Abdul Somad justeru menganjurkan umat ini mengambil bahagian dalam proses demokrasi dan politik. Bahkan beliau menyerukan agar umat ini menjadi pemimpin bagi bangsa dan negaranya.

6. Saya menilai Ustaz Abdul Somad hanyalah orang jujur, apa adanya, pantang dipengaruhi dan dibentuk oleh pihak luar. Beliau orang kampung yang mendalami agama, dan insya Allah berhati bersih serta lapang dada. Dan karenanya dalam menyampaikan pendapat tidak berbasa basi, apalagi menutup-nutupi adanya opini yang berbeda tentang sebuah isu, bahkan walau tidak populer. Termasuk di dalamnya perdebatan sistim kenegaraan dalam Islam.

7. Lalu bagaimana dengan isu Syariah? Indonesia itu sangat banyak menjalankan Syariah Islam. Bahkan boleh jadi lebih syar’i dari banyak negara Muslim lainnya. Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah akidah tauhid dalam penafsiran Islam. Dan karenanya, sila pertama itu adalah bagian syariah dalam keyakinan.

UUD menjamin setiap pemeluk agama untuk meyakini dan menjalankan agamanya. Itu juga adalah syariah Islam. Maka, umat Islam Indonesia shalat, puasa, zakat, haji, bahkan dalam urusan mu’amalat di mana-mana tumbuh bank-bank syariah. Lalu kenapa takut ketika orang Islam bersyariah, termasuk ketika Ustaz Abdul Somad mengajarkannya?

8. Oleh karenanya, ketika orang ingin mengambil kesimpulan tentang ustaz Abdul Somad hendaknya jangan hanya melalui satu atau dua dari ribuan ceramahnya. Sebagaimana beliau kerap kali sampaikan secara bercanda: “cukupkan pulsa sebelum dengarkan ceramahnya agar tidak sepotong-sepotong”.

Kasus Ustaz Abdul Somad ini mirip ketika sebagian orang mendengar wawancara saya di sebuah media tentang sebuah isu, apalagi secara parsial. Lalu mengambil kesimpulan tanpa mengimbangi dengan mendengarkan ceramah atau wawancara saya di tempat yang lain. Betapa sering saya divonis liberal, karena pendapat saya agar dalam memahami teks-teks agama diperlukan rasionalitas yang solid. Sebaliknya seringkali pula saya dituduh ekstrim karena pembelaan saya kepada idealisme keagamaan yang saya yakini.

Kesalah pahaman itu kerap terjadi karena mendengarkan ceramah atau wawancara secara sepotong-sepotong. Apalagi jika memang “mind-set” yang mendengarkan itu sudah penuh kecurigaan dan kebencian. Kesimpulannya pasti akan mengikut kepada warna otak yang telah terbentuk duluan.

9. Mengenai silap kata, menyinggung dengan kata-kata, tentu pertama beliau adalah manusia biasa dan pasti ada khilaf dan salah. Tapi jangan pula lupa bahwa dalam diri beliau ada sisi komedi yang sebagaimana komedian lainnya biasa menyinggung untuk tujuan yang baik. Tapi kalau itu dianggap menyinggung, kurang sensitif, ambil hikmah dan pelajaran darinya. Intinya adalah “who the hell is perfect”? Emangnya siapa yang sempurna?

Akhirnya, saya memang khawatir jangan-jangan yang sedang terjadi adalah bahwa sikap jujur dan istiqamah dalam beragama saat ini dianggap ancaman. Saya bahkan curiga, jangan-jangan yang diinginkan oleh sebagian pihak dari para ustaz dan ulama agar menyampaikan Islam berdasarkan kecenderungan hawa nafsu mereka.

Sekali lagi, saya justeru melihat ustaz Abdul Somad ini menjaga karakter “wasathiyah”. Yaitu karakter imbang yang merangkul semua pihak. Beliau mencoba merangkul kembali bahagian-bahagian keumatan yang sedang berserakan. Di Muhammadiyah beliau menyampaikan pendapat NU. Di NU beliau menyampaikan pendapat Muhammadiyah.

Dalam berbagai ceramahnya beliau hanya membahas masalah agama dan keumatan, serta bagaimana umat ini “get empowered” (menjadi kuat). Sebab jika umat kuat di Indonesia, dengan sendirinya bangsa dan negara ini menjadi bangsa dan negara yang kuat, mandiri dan disegani.

Tapi kenapa ada yang kurang senang, bahkan boleh jadi merasa terancam? Ustaz Abdul Somad memangnya sangar dan menakutkan? Punyakah kekuatan massa yang ditakutkan?

Entahlah. Tapi memang salah satu penyakit berbahaya dalam dunia kita yang semakin egoistik ini adalah “al-khauf wal-hazan”. Penyakit “takut dan sedih”. Takut tersaingi, terkalahkan, terpinggirkan, dan bahkan takut orang lain mendapatkan apa yang dimilikinya. Dan kalau itu terjadi akan tumbuh rasa sedih yang boleh jadi berujung kepada sikap destruktif dan prustrasi.

Akhirnya saya menghimbau semua pihak kiranya ulama-ulama seperti beliau  yang rendah hati, santun, namun jujur dengan keilmuannya dijaga dan dirangkul. Beliau adalah aset umat, bangsa dan negara. Dengan keilmuan yang luas, dada yang lapang, insya Allah tidak memiliki intrik-intrik politik, beliau bisa menjadi pilar kebangkitan umat dan bangsa.

Jika diperlakukan tidak sebagaimana mestinya maka beliau boleh saja dirangkul oleh pihak-pihak yang memang memilki kepentingan sempit dan sesaat. Dengan magnet dan daya tarik yang beliau miliki saat ini boleh jadi justeru disalah gunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk tujuan tertentu pula. Entahlah!

Oleh: Imam Shmasi Ali ,  Presiden Nusantara Foundation

REPUBLIKA

Jalan Terjal Ustaz Somad

Dai fenomenal itu bernama Ustaz Abdul Somad (UAS). Ceramah-ceramahnya viral melalui media sosial, seperti Youtube, Facebook, dan Whatsapp.

Ceramahnya yang renyah ditonton jutaan orang sehingga namanya melambung dan tawaran ceramah datang dari berbagai penjuru negeri sampai luar negeri. Masyarakat tertarik dan antusias mendengar siraman rohaninya secara langsung.

Sependek pengetahuan penulis, berikut kelebihan UAS yang membuatnya fenomenal. Pertama, UAS menguasai ilmu agama. Alumnus Al-Azhar Mesir dan Maroko bidang hadis ini adalah anggota MUI Riau, pengurus NU Riau, dan dosen hadis UIN Riau.

Dia adalah antitesis dai selebritas yang sering muncul di televisi, yang diragukan kedalaman ilmu agamanya. Jawaban spontannya terhadap pertanyaan-pertanyaan jamaah, menunjukkan keluasan dan kedalaman ilmunya.

Kedua, intonasi dan pilihan kata (diksi) dakwah UAS lembut, tidak keras, dan tidak kasar. Dia tidak berapi-api dan mengalir alami sehingga sesuai selera banyak kelompok Muslim. Dakwah yang keras dan kasar cenderung tidak bisa diterima Muslim Indonesia.

Dia juga bersedia menjawab pertanyaan jamaah tentang persoalan keagamaan. Ketiga, UAS tidak mengejar dunia tapi akhirat. Dia (sampai saat ini) tidak pasang tarif. Meski sudah menjadi dai level nasional bahkan internasional.

Ia menyerahkan honor kepada kesanggupan panitia, bahkan (konon) rela tidak dibayar asal bisa berdakwah di tengah masyarakat.

Jam terbang tinggi, jadwal padat, dan honor tinggi menyebabkan dai-dai sebelumnya hanya milik kelompok muslim tertentu (elitis). Hanya masyarakat, pejabat, dan lembaga pemerintah berduit yang bisa mengundang dai yang pasang tarif tinggi. Padahal, dai itu milik umat, siapa saja, dan kalangan mana saja, yang membutuhkan pencerahan.

Keempat, UAS juga menjaga komitmen. Ia tidak mau membatalkan janji ceramah di tempat tertentu karena diundang pihak yang lebih penting (istana, misalnya) atau karena bayarannya lebih besar. Ia mementingkan menepati janji kepada umat daripada mengejar uang dan popularitas.

Kelima, kecuali lembut dan santai, ceramah UAS juga tidak membosankan karena lucu. Ia mampu membuat jamaah tertawa atau tersenyum.

Ia secara spontan mampu menyelipkan guyonan dalam ceramahnya, seperti Zainudin MZ dan Aa Gym. Selain materi ceramah berbobot penuh ilmu, menjawab persoalan riil masyarakat, guyonan yang tidak berlebihan diperlukan agar dakwah tidak membosankan dan membikin kantuk.

Popularitas UAS tidak lepas dari peran media sosial. Media cetak dan daring turut membesarkan UAS. Dia dianggap dai harapan baru umat dalam menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin.

Bobot ceramah dan gayanya menarik banyak media massa dan umat. Tiap-tiap masa ada tokohnya, mungkin inilah masanya UAS. Peluang ini harus dimanfaatkan UAS sebaik-baiknya. Umat membutuhkan dai yang sejuk, santun, sederhana, dan konsisten.

Dai yang dekat dan diterima semua golongan masyarakat. Dai yang mengabarkan Islam yang lembut, moderat, penuh cinta, mendukung NKRI, dan Pancasila. Perjalanan UAS dalam dakwah tidak akan mudah.

Jalan yang telah dan akan dilalui pasti terjal dan berliku. Fitnah mendukung khilafah, anti-NKRI dan Pancasila, tidak mendukung pemerintah, pendukung teroris, membuatnya dipersekusi dan ditolak di Bali dan dideportasi dari Bandara Hong Kong.

UAS juga batal tampil di Masjid Nurul Falah, Kompleks PLN Gambir, Jakarta Pusat (28/12/2017).Tahun politik 2018-2019 juga akan menguji konsistensi UAS dalam dakwah.

Popularitasnya bisa dimanfaatkan tokoh, ormas, atau partai politik tertentu untuk menaikkan elektabilitas. Dia sebaiknya tetap konsisten dalam gerakan dakwah, tidak menjadi partisan partai. Dia milik semua umat bukan golongan tertentu.

UAS juga harus bisa menundukkan ego dirinya. Saat ini masyarakat se-Indonesia mengelu-elukan, memuji, dan membanggakannya. Kultus masyarakat terhadapnya bukan hal mustahil-sesuatu yang pasti disadari dan tidak diinginkannya.

Ia harus bisa melewati fase berada di atas dan puja-puji ini agar tidak lupa diri dan terpuruk. Sebaliknya, UAS tidak boleh mundur dari gelanggang dakwah hanya karena takut kalah atau lupa diri.

Sebaliknya, ia harus tetap melanjutkan perjalanan panjang dakwah ini dengan tetap tawadhu sehingga banyak masyarakat tercerahkan. Ini baru fase awal dakwah UAS, fase-fase berikutnya akan lebih menantang sekaligus penuh tantangan.

Tantangan terakhir UAS adalah keseimbangan sebagai dosen dan dai. Dia saat ini jauh berbeda dengan yang dulu. Ia tidak lagi milik kampus UIN Riau tapi milik umat Islam Indonesia dan dunia. Waktu ceramahnya padat dan dari Sabang sampai Merauke.

Lelah, pasti. Meski demikian, ia harus tetap mengajar dan mendidik mahasiswa agar bisa mewariskan ilmunya yang luas. Popularitas dai ada masa dan batasnya, tetapi menjadi dosen tiada ada batasnya.

Dengan mengajar di kampus, siapa tahu kelak lahir muridnya yang meneruskan jejak dakwah lisannya. Di kampus, UAS bisa mencetak kader-kader ulama masa depan.

Popularitasnya saat ini adalah hanya bonus tambahan dari hasil ketekunan dan kerja kerasnya selama ini. Semoga Allah memberikan kesehatan dan umur panjang kepada dosen, ulama, dan dai ini sehingga umat Islam menjadi panutan penghuni bumi.

 

Oleh: Jejen Musfah, Ketua Magister MPI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta/Tim Ahli PB PGRI

 

REPUBLIKA