8 Wasiat Nabi Muhammad SAW Agar Jadi Umat Terbaik

Rasulullah SAW memiliki wasiat bagi pengikutnya agar menjadi umat terpilih dan umat terbaik yang menjadi teladan bagi segenap umat manusia. 

Kedelapan wasiat tersebut di antaranya sebagaimana disarikan dari sejumlah hadits Rasulullah SAW seperti dikutip dari elbaladnews:  

Pertama, sebaik-baiknya orang adalah dia yang paling baik memperlakukan keluarganya. Dalam hadits riwayat Tirmidzi disebutkan:  

خيركم خيركم لأهله وأنا خيركم لأهلي Aisyah RA bersabda, “Rasulullah SAW berasabda, “Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.

Perlakuan Rasulullah terhadap istri-istrinya pun menjadi teladan. Beliau sering membantu pekerjaan sang istri, dalam satu hadits dikisahkan:  

 الأَسْوَدِ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ مَا كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصْنَعُ فِى أَهْلِهِ قَالَتْ كَانَ فِى مِهْنَةِ أَهْلِهِ ، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ

Dari Al Aswad, dia bertanya pada Aisyah RA, “Apa yang Nabi SAW lakukan ketika berada di tengah keluarganya?” ‘Aisyah menjawab, “Rasulullah SAW biasa membantu pekerjaan keluarganya di rumah. Jika telah tiba waktu sholat, beliau berdiri dan segera menuju sholat.” (HR  Bukhari)

Kedua, memilih makanan yang baik 

خياركم من أطعم الطعام ورد السلام “Sebaik-baik kalian adalah yang memberikan makanan dan menjawab salam.”

Ketiga, fokus akhirat 

خيركم من لم يترك آخرته لدنياه “Sebaik-baik kalian adalah yang tidak meninggalkan akhiratnya untuk dunia.”

Keempat, mengajarkan Alquran 

خيركم من تعلم القرآن وعلمه “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari dan mengajarkan Alquran.”

Kelima, memilih pasangan

خياركم خياركم لنسائهم خلقًا “Sebaik kalian adalah yang mampu memilih pasangan terbaik dengan melihat akhlak seorang wanita.“

Keenam,  tidak menebar kejahatan

 خيركم من يؤمن شره “Sebaik-baik kalian adalah yang keburukannya aman dari orang lain.”  

Ketujuh, menebar kebaikan 

خيركم من يرجى خيره “Sebaik-baik kalian adalah yang kebaikannya senantiasi dinantikan orang lain.”

Kedelapan, akhlak baik 

خياركم أحاسنكم أخلاقًا إذا فقهوا “Sebaik-baiknya orang adalah memiliki akhlak yang paling baik jika mereka mengerti.”    

Sumber: elbalad 

KHAZANAH REPUBLIKA

Umat Terbaik

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Semoga Allog Yang Maha Mengetahui segala kejadian yang nampak maupun yang tersembunyi, menggolongkan kita sebagai hamba-hamba yang ahli syukur. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imron [3] : 110)

Dalam ayat ini Allah Swt menyanjung kita sebagai umat yang terbaik di antara sekian banyak umat manusia. Akan tetapi, Allah memberikan beberapa catatan mengenai kriteria dari umat terbaik itu. Diantaranya adalah umat yang beramar maruf nahyi munkar dan beriman kepada Allah Swt. Jika kriteria ini tidak ada pada diri kita, maka tidak patut kita menyandang gelar sebagai umat terbaik.

Semaju apapun kehidupan kita, secanggih apapun perlengkapan kita, selama tidak ada iman di hati kita, maka sebenarnya kita tidak terhormat. Senyaman apapun tempat kita tinggal, seelit apapun lingkungan tempat kita berada, kalau tidak ada semangat amar marruf nahyi munkar di dalamnya, maka kita bukanlah manusia yang terhormat. Di hadapan Allah semua itu hampa tak bernilai.

Sedangkan sesederhana apapun kehidupan kita, jika kita senantiasa menghadirkan keimanan pada Allah dalam setiap sendi kehidupan kita, maka kita memiliki posisi terhormat di hadapan Allah Swt. Dan, sesederhana apapun lingkungan tempat tinggal kita jika ada suasana saling mengingatkan, suasana amar maruf nahyi munkar, maka ini akan menghadirkan keberkahan di tengah-tengah kita.

Semoga kita termasuk pada golongan hamba-hamba Allah yang layak menyandang gelar umat terbaik itu, yaitu umat yang beriman kepada Allah dan menebarkan amar maruf nahyi munkar di tengah-tengah kita. Aamiin yaa Robbaaalamiin. [smstauhiid]

 

INILAH MOZAIK

Umat yang Terbaik

Siapa sebetulnya umat terbaik itu? Secara benderang, istilah umat terbaik disebut dalam Alquran, “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS 3: 110).

Para mufasir sependapat bahwa yang dimaksud “kamu” di awal surah tersebut adalah umat Islam. Lalu, pada lanjutan ayat itu dijelaskan mengapa dikategorikan sebagai umat terbaik karena mereka memikul tanggung jawab menyuruh kepada kebaikan sekaligus mencegah atas yang buruk. Jadi, jika kedua tanggung jawab itu ditinggalkan, lepas juga sebutan sebagai umat terbaik.

Untuk memelihara sebutan sebagai umat terbaik, umat Islam harus berusaha menyelamatkan misi menegakkan amar makruf dan nahi mungkar, atau secara populer disebut dakwah. Bagaimana mewujudkannya, dibutuhkan perangkat pendukung yang secara dinamis terus berkembang.

Pada zaman Nabi, misalnya, dakwah dapat dilaksanakan sejalan dengan kenyataan kebudayaan masyarakat nya. Nabi beserta para sahabatnya da tang dari satu pintu yang satu me nuju ke pintu yang lain, lalu mengajak secara perlahan dan damai, sehingga masuk Islamlah sejumlah orang yang kemudian menjadi sahabat Nabi.

Abu Bakar as-Shiddiq dikenal sebagai orang pertama yang menyatakan diri masuk Islam setelah istri Na bi, Khadijah. Seorang saudagar, Utsman bin Affan juga masuk Islam de ngan caranya sendiri. Lalu, Umar bin Khattab yang dikenal seorang pemberani juga masuk Islam dengan cara dan gayanya yang khas dan menakjubkan.

Islam masuk ke nusantara juga dibawa dan disebarkan oleh orang-orang terbaik pada zamannya. Islam disebarkan oleh para wali, yang dalam sejarah dikenal sebagai Wali Sanga. Dengan penuh akomodasi mereka mem perkenalkan Islam dari pintu ke pintu sehingga Islam menjadi agama pribumi yang kuat melekat pada sistem kehidupan masyarakat nya. Para wali dengan tekun menyapa setiap warna kebudayaan yang dimiliki masyarakat yang dihadapinya, termasuk digunakannya tradisi wayang golek untuk menyebarkan agama. Sukses!

Namun, jangan mimpi kalau sukses gemilang yang dilalui para wali itu dapat diulang untuk menghadapi masyarakat saat ini. Zaman kini telah berubah, dan warna kebudayaannya pun ikut berubah secara signifikan. Saat ini, secara kasatmata, media baru sedang menguasai dunia.

Perkembangan internet yang menjadi salah satu ciri abad ini tanpa banyak disadari para dai telah ber impli kasi besar pada pembentukan ma syarakat baru, komunitas virtual, yakni sebuah komunitas yang secara bebas dan independen berinteraksi dalam dunia cyberspace.

Inilah masyarakat dakwah baru yang seharusnya dipertimbangkan ketika akan menjadikannya sebagai sasaran utama amar makruf nahi mungkar. Dakwah di atas mimbar kini sudah bukan zamannya lagi. Bahkan, media sosial kini sudah menjadi pilihannya. Karena itu, penting untuk mulai merancang bagaimana menjadi umat terbaik yang tetap eksis di era media.

Oleh: Asep S Muhtadi

 

REPUBLIKA

6 Motivasi Bangkitkan Umat Terbaik

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah… (QS Ali Imran [3]: 110).

Kaum Muslimin adalah umat terbaik yang ditakdirkan Allah untuk mengelola alam ini secara adil dan seimbang. Realitasnya, umat Islam seakan raksasa tidur yang tak sadar akan kondisi lingkungannya. Gurita korupsi di tingkat elite, peredaran narkoba menggerogoti tunas bangsa, pergaulan bebas (free sex) menodai kehormatan manusia, tipu muslihat politikus merebut kuasa, hingga tingginya tembok pemisah antara si kaya dan si miskin papa. Suatu fenomena yang jauh dari kehidupan ideal umat beragama.

Menyikapi persoalan itu, umat Islam mesti bangkit, bersatu padu untuk menjalankan ajaran Islam secara kaffah. Kita patut merenungkan perintah Allah kepada Nabi SAW di awal dakwahnya menghadapi masyarakat jahiliyah Makkah. Firman-Nya, Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (QS al-Muddatstsir [74]: 1-7).

Paling tidak ayat di atas mengandung enam pesan sebagai motivasi bagi umat untuk bangkit menjadi umat terbaik. Pertama, memberi peringatan. Kita mesti berani untuk berjuang menegakkan kebenaran. Terutama para ulama dan umara, harus memberi peringatan kepada umat agar tidak melakukan keburukan yang merusak citra Islam.

Peringatan yang disampaikan mengandung ancaman tentang bahaya dari kondisi masyarakat yang jauh dari nilai-nilai agama. Tentu, dimulai dari rumah tangga. Orang tua mesti memberi peringatan kepada anaknya secara tegas dari sikap dan pergaulan yang bertentangan dengan perintah Allah SWT.

Kedua, mengagungkan Tuhan. Setiap aktivitas umat mesti dilakukan untuk membesarkan nama Allah, bukan justru merendahkan dan melecehkan ajaran agama. Mengagungkan Tuhan juga bermakna menghilangkan rasa ego dan keangkuhan pada diri manusia. Bukankah murka Allah pertama kali ditimpakan kepada makhluk yang sombong bernama iblis?

Ketiga, membersihkan pakaian. M Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah menyebut, pakaian bisa berarti jiwa, hati, keluarga, dan istri. Ini makna mazazi. Umat harus membersihkan diri dari sifat-sifat tercela. Umat harus mengikis penyakit jahiliyah yang tertanam di hatinya, termasuk dari anak, istri, dan keluarganya. Jika jiwa telah bersih, penampilan pun akan dipandang serasi. Setelah itu, akan memberi efek positif terhadap masyarakat luas sehingga terwujud baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Keempat, meninggalkan perbuatan dosa. Kebangkitan umat mesti diwujudkan dalam perilaku yang anti terhadap kemungkaran dan kezaliman. Meskipun kezaliman itu seakan telah populer di tengah-tengah masyarakat, umat harus hijrah dari kebiasaan itu. Kelima, jangan memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.

Ayat ini menegaskan bahwa umat harus bangkit dengan dasar keikhlasan. Maka tak perlu pamer, tak perlu mengharap pujian dari orang. Berilah yang terbaik, pasti Allah yang membalasi dengan imbalan kebahagiaan (QS Muhammad [47]: 47).

Keenam, sabar menjalankan perintah Allah SWT. Setiap perjuangan untuk membangun kekuatan dan peradaban umat pasti mendapat banyak tantangan. Sebab, tidak semua orang menginginkan kebenaran menjadi panglima dan acuan bermasyarakat. Apalagi Islam, tidak jarang ada kelompok yang fobia (takut) terhadap Islam. Berbagai upaya dilakukan untuk melecehkan, merendahkan, dan mem-bully umat Islam yang konsisten dengan ajaran yang dibawa Nabi SAW.

Di sinilah dibutuhkan kesabaran. Sabar dalam arti tahan ujian, bermental kuat, tak mudah menyerah, dan siap menanggung berbagai risiko yang ditimbulkan. Lagi-lagi umat harus bersatu padu pula agar kesabaran itu kuat tertancap dalam dada umat Islam. Maka bangkit dan jadilah umat terbaik. Wallahu a’lam

 

Oleh: Muhammad Kosim

sumber: Republika Online