Selfie di Depan Ka’bah: Semoga tak Menjelma Stupid Man, Smart Phone!

Lengan Abdul Rahman telulur ke depan. Setela itu telepon genggamnya disapunya. Posisi badannya kemudian diluruskan dengan pemandngan suasana Masjidil Haramam Makkah. Setelah itu dipencet tombol kamera telepon genggamnya. Jepret. Maka sebuah gambar foto dirinya dengan latar belakang Ka’bah bisa diunggahnya.

Rahman girang bukan kepalang. Dia bayangkan Nabil anaknya yang baru berisuai 18 tahun dan berada ribuan kilometer jauhnya dan berada di benya lain. Ia yakin anaknya akan senang melihat foto yang akan dikirimkan melalui applikasi di telepon selularnya itu. Tak hanya foto Rahman juga mengirimkan tayangan video tentan kegiatan dirinya dirinya ketika di tanah suci.

“Suatu hari saya berharap bisa melakukan ziarah,” katanya di layar telepon seluluarnya. Ayahnya tersenyum lebar, anaknya pun tersenyum lebar juga.

Abdul Rahman adalah satu dari lebih dari 1,7 juta peziarah asing yang bepergian ke Makkah untuk berhaji pada tahun 2017. Bagi dia, dan  umat beriman lainnya haji adalah perjalanan spiritual yang sangat dalam, yang selama berabad-abad oleh setiap Muslim yang ‘mampu’ telah diminta untuk melakukan setidaknya sekali seumur hidup.

Nah, di era smartphone, media sosial dan live video streaming sekarang ini, pengalaman spiritual ini bisa dibagikan secara real time.

“Saya menunjukkan kepadanya hidup,  betapa bahagianya kita, betapa beruntungnya kita,” kata Abdul Rahman seraya memamerkan imo, aplikasi yang dia gunakan untuk melakukan video call.

Tak hanya Rahan, dii seantero kota Makkah, para peziarah yang datang dari seluruh dunia dapat melihat suasana kota suci ini dengan melalui telepon selular yang ada lengan mereka yang diperpanjang dengan tongkat selfie. Mereka memamerkan lingkungan baru mereka kepada teman dan keluarga yang berada di rumah.

Agen perjalanan yang bertugas mengatur perjalanan ke haji sekarang pun memberi fasilitasnya. Mereka menawarkan paket internet yang melalui mobile internet sehingga mereka dapat menghindari biaya roaming.

Di sebuah pusat perbelanjaan tempat rombongan pejiarah haji membeli suvenir, tampak satu peziarah sedang memindai gambar di teleponnya.

Dia berhenti di selfie dan ragu-ragu – apa efeknya untuk memilih, hitam-putih atau retro? Dia meletakkannya saat panggilan untuk mendengarkan suara dan para peziarah menggelar karpet mereka di antara eskalator dan butik untuk berdoa.

Kemudian, di lantai atas pusat perbelanjaan, Mohammed Ismaelzad, seorang peziarah berusia 26 tahun dari Mali, melihat dari atas gambar di teleponnya, memutuskan mana yang akan diposkan di akun Instagram atau Facebook-nya.

Dia memiliki foto-foto Masjidil Haram dan Ka’bah, Dia memiliki video Tawaf, saat peziarah mengelilingi Ka’bah tujuh kali berlawanan arah jarum jam, dan dia lebih banyak mempunyai berbagai foto ketika jamaah haji tengah shalat secara massal.

“Melali foto ini mereka tidak hanya akan memberikan kenangan akan perjalanannya, namun memberi kesempatan kepada orang lain untuk melihatnya,’’ kata Ismaelzad.

“Banyak sekai teman saya di negara saya, tidak bisa datang ke sini. Jadi mereka bisa melihat situasi kita dis ini melalui kiriman gambarnya,” kata Ismaelzad yang mengenakan  syal keffiyeh hitam-putih dengan meilitkan di lehernya.

“Mereka hanya melihat di TV, tapi dengan foto saya mereka akan melihat sudut lain, seperti dari sudut saya saat saya melakukan sholat,” ujarnya lagi.

Saat malam tiba, para peziarah berkumpul di pelataran terbuka Masjidil Haram untuk berbaur, seperti dua orang sepupu Mohammed dan Abdelaziz Zahran, berusia 19 dan 20 tahun. Dan tentu saja momen itu juga digunakan oleh dua anak muda ini untuk melakukan selfie.

“Anda bisa melihat segala macam kebangsaan, Anda bergaul dengan orang lain, terkadang kami mencoba untuk berbicara dengan mereka. Dan tentu saja kami melakukan selfie,” kata Abdelaziz.

Bagi jamaah yang berkesempatan menunaikan ibadah haji dan umrah adalah kesempatan yang patut disyukuri dengan penuh sukacita. Tentu saja, akan lebih penuh arti bila ibadah ini mampui menuai kesempurnaan dan ampunan, yakni menjadi haji yang mabrur.

Dan seiring dengan perkembangan teknologi, setiap orang atau jamaah saat pergi berhaji pasti sudah menyediakan berbagai peralatan untuk mengabadikan perjalanan sucinya itu. Kecanggihan teknologi telepon seluler adalah alat utama untuk merekam berbagai aktivitas jamaah, baik dalam bentuk foto maupun rekaman video.

Ibaratnya, hanya dengan mengeklik telepon seluler semua aktivitas ketika di Tanah Suci bisa langsung terlihat dan dapat segera diunggah ke media sosial yang saat ini tengah menjadi tren masyarakat Indonesia.

“Tapi ingat, hati-hati bila berfoto ria dan melakukan selfie (swafoto) ketika mengenakan pakaian ihram,’’ begitu nasihat seorang petugas pembimbing jamaah haji pada sebuah travel yang ada di bilangan Menteng, Jakarta Pusat.

Nasihat agar berhati-hati ketika melakukan selfie saat mengenakan umrah memang terasa mengejutkan. Sebab, pada waktu kepergian umrah sebelumnya nasihat ini belum ada.

“Apa jadinya ketika tengah mengenakan ihram Anda berfoto selfi dan tanpa sadar anda memperlihatkan aurat yang seharusnya tak boleh terbuka. Celakanya, foto Anda mengenakan ihram itu sudah keburu diunggah ke media massa sehingga seluruh dunia bisa melihatnya. Nah, berapa besar nilai dham bila dibandingkan masa lalu, di mana aurat Anda saat itu hanya dilihat oleh beberapa orang saja?’’ ujarnya.

Kejidan ini patut diperhatikan karena kini memang banyak jamaah haji masa kini yang terkena sindrom “baper selfie” (ke mana-mana bawaan perasaannya ingin berfoto dan ber-selfie ria).

Melihat gairah selfie yang begitu hebat ini, apalagi  kinipun  sudah muncul larangan dari pemerintah Arab Saudii agar jamaahh tidak berselfie ria dia Masjidil Haram, mudah-mudahan selfie menjadi bisa teratur dan menggangu ibadah jamaah.

Dan harapannya pula selfie tidak menjelma menjadi menjadi perlaku yang tak beradab sehingga membenarkan apa yang menjadi tagline tayangan di chanel TV kabel History: Stupid man, smart phone (orang bebal untuk ponsel yang pintar)!

 

IHRAM

Jangan Coba-Coba Foto Polisi Makkah, Fatal Akibatnya!

Wartawan Republika.co.id, Nashih Nashrullah, dari Makkah, Arab Saudi

Ini prosedur: Jangan sesekali Anda memotret polisi yang tengah sibuk bekerja di berbagai kawasan Makkah. Entah kalau di luar Makkah, tapi tampaknya sama saja ketentuannya. Asal masih di Arab Saudi, mending jangan coba-coba. Panjang urusannya.

Siang itu, Rabu (30/8), adrenalin saya terpacu mencoba mengambil gambar para polisi lalu lintas yang sedang mengatur penutupan terowongan King Fahd. Terowongan ini adalah akses terdekat yang menghubungkan ke arah Mina dan lokasi jamarat.

Pos jaga mereka berada di seberang jalan, Kantor Misi Haji Daker Makkah, di Distrik Shisha. Secara diam-diam tentu. Jika izin pasti sudah ditolak.

Semula saya memotret mereka dari jarak jauh. Lalu perlahan mendekat hingga akhirnya benar-benar tepat di depan polisi, pos jaga, dan portal yang mereka pasang sebagai penutup jalan.

Saya juga mengambil gambar aksi mereka di pintu masuk toilet yang ada di sebelah pos. Suasana saat itu memang sedang benar-benar ramai. Jalanan Makkah jelang masa puncak haji bisa jauh lebih padat ketimbang jalanan Jakarta.

Otoritas Saudi memberlakukan penutupan sejumlah akses utama menuju lokasi-lokasi ritual haji (masya’ir). Di antaranya akses ke Masjid al-Haram, Mina, lokasi Jamarat, dan jalan utama menuju Arafah dan Muzdalifah.

Pengalihan rute alternatif bisa jadi jalannya memutar lebih jauh. Itulah mengapa antrean mobil tampak mengular di beberapa ruas jalan protokol. Tak sedikit pengendara memilih memutar arah dengan menerjang pembatas jalan.

Saya sukses mendapat empat jepretan askar, begitu orang kita menyebutnya. Semula semua berjalan lancar. Tiba-tiba dari kejauhan, sang kapten dengan berlari kecil mengampiri saya.

Waduh, alamat brabe dah. Dia mendekati saya dengan berteriak, menegur saya, dengan sangat keras. Dengan dialek gaul Jakarta-an, kurang lebih maknanya: “Lo ngapain foto-foto kami, bodoh, pergi lo!.”

Dia merebut kamera saya dan gelagatnya, gerakan tangan Si Kapten hendak membanting kamera saya yang sudah berpindah tangah. Eitss gawat ini.

Kalau sampai benar-benar dibanting, pusing. Pusing ganti rugi ke kantor, bisa potong gaji tiap bulan! Pikiran itu terus berkutat di benak.

Saya berusaha tetap tenang. Tidak membalas teriakannya. Hingga tiba-tiba dia berteriak sembari mengangkat kerah saya, ”Enta Hayawan!” Anda binatang! Begitu makna teriakannya.

Dia terus keras berteriak. Saya mencoba jelaskan. Dia tidak mau terima. Saya didorong. Kacamata saya jatuh. Pundak saya dipukul.

Untung bukan kepala. Sang Kapten kelihatan menghindari memukul bagian kepala, dia sadar betul, pukulan di kepala tanpa alasan kuat, bisa kena pasal. Apalagi pelanggaran saya tidak berat.

Di sejumlah negara Timur Tengah, silakan Anda berkelahi adu jotos, asal jangan kepala sasarannya, sungguh rumit urusan, kawan.

Sang Kapten terus mendesak saya. Saya jelaskan, saya wartawan Kantor Misi Haji Indonesia. Dia tak peduli. Lalu memaksa meminta film kamera saya. Apa? Film? Saya tertawa dalam hati. Saya tak banyak cakap.

Zaman sekarang semua serba digital, barangkali yang dimaksud adalah micro sd. Tapi saya memilih diam. Saya meminta dan memohon dengan sangat, kembalikan kamera saya dan berjanji, akan hapus semua foto di depan dia.

Dia terlihat melunak, meski tak berhenti meneriaki saya, enta hayawan! Suasana juga sempat tegang.

Semua mata tertuju pada kami. Beberapa jamaah haji Pakistan penasaran mendekat dan ingin tahu, apa yang sedang terjadi. Saya pun menghapus satu per satu gambar jepretan saya, di hadapan dia dan beberapa anak buahnya.

It’s done. Terhapus semua. Sang Kapten pun menjauh. Lantas apakah dia berhenti ‘mengoceh’? Tidak. Dia masih tidak terima, dari kejauhan satu kalimat saya dengar. “Kalau bukan Anda sudah saya jebloskan ke penjara.” Di tengah kemelut ini, saya masih beruntung!

Kemudian beberapa saat kemudian saya tunjukkan tasrih izin dari Kementerian Penerangan yang saya dan tim Media Center Haji (MCH) 2017 peroleh untuk melakukan liputan kepada salah satu anak buah si kapten. Dia menerangkan izin ini untuk memotret suasana masya’ir, bukan polisi.

Saya berkilah, justru dengan jepretan ini saya ingin tunjukkan kepada publik Indonesia keseriusan dan komitmen tinggi Arab Saudi mengamankan peyelenggaraan haji. Tidak ada faedah, kata dia.

Suara keras si kapten kembali terdengar nyaring di telinga, ruh enta hayawan! Pergi Anda binatang. Baik saya pergi, tapi dengar juga teriakan saya: ana musy hayawan, ana insan!Saya bukan hewan saya manusia, Kapten!

 

REPUBLIKA

Cerita Mahfud MD Nyaris Tertipu First Travel

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD mengaku pernah menggunakan jasa First Travel untuk ibadah umrah. Dia menuturkan pernah hampir menjadi korban, walaupun awalnya sempat lancar.

“Memang First Travel itu saya pun hampir pernah menjadi korban dulu. Jadi, saya dulu alumni UII (Universitas Islam Indonesia Yogyakarta) tahun 2011, saya membawa peserta 750 orang. Murah sekali waktu itu, Rp 12 juta, lancar,” ucap Mahfud di Jakarta, Senin (21/8/2017).

Namun, saat hendak memberangkatkan lagi, dengan membawa 500 orang, rombongan itu sempat tertunda.

“Sampai di Jakarta, penerbangan ditunda. Ini sudah dari seluruh Indonesia sampai di bandara sampai tiga hari lagi. Padahal, orang sudah cuti dan harus menginap dan bayar sendiri di situ. (Tapi) masih bisa berangkat,” jelas Mahfud.

Kemudian, dia menuturkan ada pasangan suami istri yang harus terbang terpisah. Padahal, awalnya memesan untuk berangkat bersama.

“Nah, yang ketiga itu yang berangkat dipisah. Suaminya terbang ke Jedaah, istrinya terbang lewat mana. Sehingga di Mekah pun terpisah-pisah. Umrah menjadi kurang menyenangkan,” ungkap Mahfud.

Karena pengalaman itulah, masih kata dia, dirinya enggan lagi menggunakan jasa First Travel. Meskipun harganya murah.

“(Kejadiannya) 2011, 2012, dan 2013. Akhirnya saya putuskan tidak boleh lagi pakai First Travel. Dan ini akan terjadi sesuatu dan sekarang terjadi betul,” tegas Mahfud.

Dia berpendapat pemerintah jangan mengganti kerugian para anggota jemaah. Hal itu merupakan beban tanggung jawab First Travel.

“Saya kira kalau ditanggung pemerintah, tidak benar juga. Itu kan keperdataan semua. Kemudian, kalaupun berbelok menjadi tindak pidana. Itu kan perusahaan dan perorangan,” tukas Mahfud.

Meski demikian, lanjut dia, pemerintah cukup mengusahakan uang itu kembali saja. Artinya, harus dicari dari aset milik First Travel.

“Pemerintah harus mengusahakan uang itu kembali. Itu saja, diburu di mana pun lalu dikembalikan ke rakyat,” Mahfud memungkasi.

 

LIPUTAN6

Terlalu Murah, Biaya Umrah First Travel Tak Realistis

Biaya umrah yang sangat murah diperkirakan jadi faktor penyebab banyaknya jemaah memilih jasa PT First Anugerah Karya Wisata (First Travel). Namun biaya yang ditetapkan oleh First Travel memberangkatkan seseorang ke Tanah Suci untuk umrah itu dinilai terlalu murah.

First Travel memasang tarif umrah paling murah Rp14,5 juta per orang.

Ketua Himpunan Penyelenggara Haji dan Umrah (HIMPUH) Baluki Ahmad menganggap biaya itu tidak realistis. Untuk layanan standar saja, uang sejumlah itu sebenarnya tak mencukupi.

“Kalau sekadar berangkat dengan Rp19 juta ya bisa, tapi itu masih tidak terlayani dengan baik,” ujar Baluki dalam sebuah diskusi di bilangan Cikini, Sabtu (12/8).

Baluki mengatakan, biaya layanan umrah yang normal berkisar di angka Rp21 juta hingga Rp23 juta. Biaya tersebut sudah menutup kebutuhan pembimbing, pelayanan hotel yang bagus, transportasi, dan lainnya. “Jadi tidak asal berangkat, kan orang mau nyaman berangkatnya.”

Ayu, seorang jemaah dari First Travel yang gagal berangkat, mengaku sudah merogoh Rp14,5 juta dikali empat orang secara tunai pada Juli 2015 silam. Beberapa kali dijanjikan berangkat, hingga saat ini Ayu belum menginjakkan kaki ke Tanah Suci.

Ayu yang berasal dari Tangerang mengaku mengetahui First Travel dari teman kantornya yang juga seorang agen di sana. Mendengar sepak terjang First Travel dari kawannya itu, ia akhirnya memutuskan umrah memakai jasa mereka.

“Tertarik karena testimoni dan harga yang terjangkau,” ucap Ayu melalui sambungan telepon.

Akibat ketidakjelasan pengelola, ditambah penangkapan bos First Travel, Ayu tak lagi percaya dengan janji-janji yang diumbar. Ia hanya mau uangnya dikembalikan.

Aldwin Rahardian, kuasa hukum korban penipuan First Travel, menyatakan sebagian besar mereka yang terbuai janji First Travel kini berpikir seperti Ayu. Mereka kebanyakan tak lagi peduli dengan janji penjadwalan ulang keberangkatan oleh First Travel.

“Rata-rata fokus refund saja. Mereka [para korban] sudah memberikan data ke kita dan kuitansi pembayarannya,” ujar Aldwin memaparkan. (rsa)

 

CNN INDONESIA

Rentan Lelah, Jamaah Diminta tak Langsung Berumrah

Kelelahan menjadi faktor dominan dirawatnya sejumlah jamaah haji di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah. Jamaah pun diminta tidak melakukan umrah langsung begitu di Madinah.

Koordinator Humas KKHI dr Asyesha, mengatakan di antara penyebab kelelahan itu, begitu para jamaah datang di Makkah langsung dipaksakan berumrah wajib sementara daya tahan tubuh sangat berkurang terutama merek yang berusia lanjut. Ini menyebabkan gejala yang awalnya tidak muncul hanya silent menjadi bermanifestasi serta menimbulkan komplikasi lebih jauh.

“Rata-rata punya sakit jantung dan penyakit paru-paru,” kata dia di Makkah, Rabu (9/8) seperti dilaporkan wartawan Republika.co.id, Nashih Nashrullah, dari Makkah, Arab Saudi.

Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, dr Yanuar Fajar mengatakan sebagian besar jamaah kita adalah lanjut usia yang umurnya rata-rata 60 tahun ke atas. Tingkat risiko tinggi mencapai 66,67 persen. Kondisi ini menjadi perhatian serius KKHI karena rata-rata mendapat gangguan kardiovaskular atau penyakit jantung sistemik.

Dia meminta para jamaah tidak melakukan umrah wajib langsung begitu tiba di Madinah. Hendaknya beristirahat terlebih dahulu. Imbuan ini penting agar jamaah terhindar dari kelelahan.

 

REPUBLIKA

Ali Taher: Harga Umrah tidak Rasional Sangat Kental Penipuan

IHRAM.CO.ID, TANGERANG — Ketua Komisi VIII DPR RI M.Ali Taher Parasong menilai, promo umrah yang harganya tidak rasional sangat kental unsur penipuan. Karenanya, dia mengimbau, masyarakat agar tidak mudah tergiur promo tersebut.
“Faktor utama penipuan kalau begitu itu. Rasional-nya kan Rp 25-30 juta, nah ini hanya belasan juta. Jadinya, selalu ada penundaan, selalu ada yang tidak beres lah,” kata Ali saat dihubungi Republika.co.id, Senin (15/5).

Dia menegaskan, semua management travel umrah untuk tidak lagi main-main dalam masalah haji atau umrah. Karena hal tersebut menyangkut ibadah umat kepada Allah SWT.

Menurut Ali, pemerintah harus gencar melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kinerja travel umrah. Lalu, pihak travel umrah punharus selalu kooperatif dan terbuka, jika ada permasalahan yang menimpa travel tersebut.

“Jangan bicara soal bisnis melulu. Ibadah orang yang paling utama. Hak-haknya harus dipenuhi, harus menjamin keamanan dan kenyamanan umat dalam beribadah,” ucap dia.

Ali mengatakan, permasalahan travel umrah ini menjadi kegelisahan bersama. Sehingga, semua komponen masyarakat harus berperan dan bertindak jika ditemukan permasalahan demikian.

Redaktur : Agus Yulianto
Reporter : Gumanti Awaliyah

Jamaah Umrah Jangan Permisif, Hak Terabai, Segera Lapor!

Ratusan calon Jamaah umrah First Travel yang mengalami penundaan pemberangkatan umrah, dinilai permisif karena tidak berani melapor kasus tersebut pada pihak kepolisian. Hal tersebut dinilai perlu, karena pengelola travel sudah mengabaikan hak-hak jamaah.

“Ya harusnya berani melapor, berani berbicara, ini kan terkait hak-hak mereka yang diabaikan travel. Jamaah kita terlalu baik,  apa-apa ya diikhlasin. Padahal haknya terabai,” tegas Ketua Komisi VIII DPR-RI Ali Taher Parasong saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (4/4).

Ali mengatakan, seharusnya kalau sudah pasti waktu keberangkatan, dan visa sudah turun, baru ada imbauan pada calon jamaah untuk berangkat. “Inikan masuk pada kasus penipuan, jangan berlindung dibalik persoalan masyarakat yang permisif,” tegas Ali.

Ali mengaku, sangat miris, melihat orang mencari uang dengan cara yang kasar seperti itu. Ali mengimbau, calon jamaah harus punya sikap dan tegas terhadap travel yang sudah berani mengabaikan hak Jamaah.

Karena, lanjut Ali, opini masyarakat atau calon jamaah sering digiring untuk melihat kejadian tersebut sebagai suatu hal yang biasa, dan tidak dikatergorikan pada penipuan.

 

sumber:IHRAM

5 Pasti Umrah

Animo masyarakat untuk melaksanakan ibadah umrah tahun ini begitu tinggi. Catatan sejak 1 Januari hingga 16 April menyebutkan, jumlah jamaah umrah mencapai 21.425 orang. Rata-rata setiap pekan ada sekitar 1.500 jamaah umrah berangkat ke Saudi. Kantor Urusan Haji (KUH) pemerintah Indonesia di Jeddah melaporkan, data jamaah umrah hingga 16 April tercatat sebanyak 21.425 orang.

Jamaah ini berangkat dengan 85 unit travel atau Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU). Data ini meningkat jika dibandingkan rekapitulasi per 2 April yang tercatat sebanyak 17.701 jamaah umrah. Melihat laporan umrah yang dilansir KUH itu, dalam rentang 14 hari (2-16 April) jumlah jamaah umrah dari Indonesia tercatat mencapai 3.724 orang. Atau rata-rata ada 266 jamaah umrah yang terbang ke Saudi setiap harinya. Jumlah jamaah umrah ini diprediksi semakin banyak pada selama bulan puasa, awal Idul Fitri, dan hari-hari besar keagamaan Islam lainnya, serta hari libur sekolah.

Banyaknya jumlah perjalanan umrah ini diakui Inspektorat Jenderal Kemenag M. Jasin berpotensi menimbulkan masalah. Untuk itu dia berharap masyarakat berhatihati dalam memilih travel umrah. ”Supaya aman, jangan sungkan-sungkan mencari informasi di Kemenag travel umrah mana saja yang rekam jejaknya baik, aman, dan terpercaya,” kata dia di Jakarta, kemarin.

Mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu menuturkan, penipuan umrah banyak sekali bentuknya. Yang paling sering adalah, jamaah umrah gagal berangkat, padahal sudah menyetor sejumlah uang ke pihak travel. Kemenag sering menerima laporan calon jamaah umrah gagal berangkat padahal sudah berada di bandara.

Direktur Pembinaan Haji dan Umrah Muhajirin Yanis beberapa waktu lalu menyampaikan agar masyarakat perlu untuk memastikan 5 (lima) hal agar tidak tertipu dengan janji dan harga murah yang ditawarkan penyelenggara umrah. 5 (lima) pasti: (1) Pastikan Travel Berizin klik Daftar Penyelenggara Umrah Berizin, (2) Pastikan Penerbangan dan Jadual Keberangkatan, (3) Pastikan Program Layanannya, (4) Pastikan Hotelnya, dan (5) Pastikan Visanya.

Beberapa waktu lalu Ditjen PHU telah memberikan sanksi kepada 7 (tujuh) PPIU dan 6 (enam) BPW yang dilaporkan ke Bareskrim Polri karena tidak mempunyai izin penyelenggaraan umrah dari Kemenag.
Perusahaan yang terkena sanksi adalah; PT. Mulia Wisata Abadi, PT. Senabil Madinah Barakah, PT. Al Aqsa Jisra Dakwah, PT. Mediterania Travel, PT. Muaz Barakat Safar, PT. Pandi Kencana Murni, dan PT. Mustaqbal Lima Wisata.

Adapun perusahan yang dilaporkan ke Bareskrim Polri yaitu; PT. Baitussalam Papua Tour & Travel, PT. Al Fatih, PT. Uslub, PT. Nur Medinah Intermedia, PT. E-Consultan, PT. Baburrahman dan baru-baru ini adalah PT. Rumi (Rumah Manasik Indonesia).

Penegakan hukum ini terus akan berlanjut sesuai dengan 4 Aksi Nyata Dalam Reformasi Umrah, yaitu: Pertama, Penegakan Hukum; Kedua, Penandatanganan Pakta Integritas; Ketiga, Gerakan 1.000 Stiker Umrah (lima pasti); Keempat, Pembentukan Panitia Khusus. (ar/ar)

sumber:Kemenag RI

 

——————————————————————————————–

Umrah resmi, Hemat, Bergaransi
(no MLM, no Money Game, no Waiting 1-2 years)
Kunjungi www.umrohumat.com
atau hubungi handphone/WA 08119303297
—————————————————————

Umrah Cerdas Hindari Jamaah Tertipu Travel Umrah Nakal

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU), Kementeria Agma RI, Abdul Jamil menilai aplikasi Umrah Cerdas memudahkan calon jamaah untuk mengakses informasi mengenai layanan umrah.
Adapun informasi yang dapat diakses seperti, mengkonfirmasi rencana perjalanan umrahnya.

Tak hanya itu masyatakat juga dapat melihat daftar travel-travel umrah yang berizin. “Masyarakat dapat melihat biro Penyelenggaran Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) yang legal serta nilai akreditasinya. Kemudian masyarakat juga dapat menyampaikan keluhan dan pengaduan terhadap pelayanan PPIU,” katanya, Jumat (2/12).

Dengan demikian, ujarnya, dapat memperkecil peluang masyarakat yang terkena tipu biro umrah bodong. Serta mendapatkan hak bahkan menyampaikan keluhan agar dapat diproses Ditjen PHU.

Direktur Pembinaan Haji dan Umrah Kemenag Muhajirin Yasin mengatakan peluncuran aplikasi ini juga dalam rangka meningkatkan pelayanan ibadah umrah yang diikuti masyarakat. Sejalan dengan kemajuan teknologi karena hampir sebagiaj besar jamaah umrag memiliki ponsel yang bisa digunakan mengakses internet.

Selain itu, teknologi ini juga  meminimalisir kasus-kasus perjalanan ibadah umrah yang merugikan jamaah. Karena masyarakat sudah mendapat infomasi sebelumnya terkait biro perjalanan yang akan dipilihnya.

“Ditjen PHU berharap penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah musim ini akan berjalan lebih baik dan lebih tertib di banding musim sebelumnya serta minim peristiwa yang musim merugikan semua pihak, khususnya jemaah umrah,” ujarnya.

 

sumber:Ihram.co.id

Kebahagiaan tak Terkira, Bila Dhuafa Bisa Umrah

Melaksanakan ibadah umrah ke Tanah Suci adalah dambaan setiap Muslim. Apalagi dewasa ini waktu tunggu untuk melaksanakan ibadah haji mencapai belasan tahun, bahkan ada yang sampai 30 tahun.

Namun, bagi sebagian besar kaum Muslimin Indonesia, apalagi mereka yang tergolong ke dalam kelompok miskin (dhuafa), ibadah umrah itu seperti mimpi.  Dengan biaya normal di atas Rp 20 juta, sulit bagi kaum dhuafa untuk bisa menunaikan ibadah umrah yang mereka dambakan.

Terkait hal tersebut, pakar komunikasi dan motivator Aqua Dwipayana mengajak kalangan Muslim kaya (aghniya) untuk membantu mewujudkan impian dhuafa menunaikan ibadah umrah.

“Betapa bahagianya mereka  yang secara ekonomi kurang mampu bisa berangkat melaksanakan ibadah umrah atau haji. Saya mengajak saudara-saudara dan  teman-teman  yang memiliki banyak rezeki agar menyisihkan sebagian uangnya guna membiayai orang-orang  yang kurang mampu untuk berangkat ke Tanah Suci,” ujar Aqua Dwipayana kepada Republika.co.id melalui pesan yang dikirimkan langsung dari kota suci Madinah, Selasa (27/12/2016).

Aqua yang saat ini tengah melaksanakan ibadah umrah bersama istri (Retno Setiasih) dan anak bungsunya (Savero Karamiveta Dwipayana) menambahkan, banyak sekali kelompok tidak mampu yang sangat layak dibantu untuk menunaikan ibadah umrah maupun haji. “Termasuk di dalamnya kerabat yang tergolong miskin,  marebot masjid, ustadz di kampung, guru  ngaji, office boy, petugas sekuriti, pedagang mikro dan lain-lain,” papar Aqua.

Menurut Aqua, memberangatkan umrah orang-orang tidak mampu  merupakan salah satu ibadah yang sangat tinggi nilainya di sisi Allah. “Menurut keterangan yang saya dapatkan dari beberapa ustadz,  semua bantuan yang diberikan kepada orang-orang tidak mampu untuk melaksanakan umrah merupakan salah satu bekal meraih kebahagiaan hidup  di akhirat kelak,” tutur doktor komunikasi lulusan Unpad Bandung itu.

Aqua tidak hanya mengajak orang lain untuk bersedekah biaya umrah kepada dhuafa. Penulis sejumlah buku best seller  itu pun berinisiatif mengumrahkan sejumlah dhuafa pada awal Januari 2017. “Insya Allah pada 8 Januari 2017 saya akan mengumrahkan sekitar 30 orang. Seluruh biayanya diambil  dari royalti dua buku saya, yakni ‘The Power of Silaturahim:  Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi’ dan ‘Produktif Sampai Mati’,” ungkap Aqua.

Sebelumnya, kata Aqua, secara sporadis ia sudah memberangkatkan puluhan orang untuk umrah. Beberapa di antaranya WNI yang tinggal di Malaysia. “Semuanya saya niatkan ibadah lillahi ta’ala,” tutur Aqua Dwipayana.

 

sumber: Republika Online