Kunjungi Mahasiswa Madinah, Bachtiar Nasir : Jangan Saling Serang, Bangun Persatuan Umat

Di sela kesibukan mengikuti program haji Kedutaan Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Ustadz Bachtiar Nasir menyempatkan diri untuk bertatap muka dengan puluhan Mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Universitas Islam Madinah (UIM), Jumat (18/9/2015) malam di salah satu hotel di lingkungan Masjid Nabawi.

Dalam kesempatan tersebut, Bachtiar Nasir yang juga alumnus UIM mengajak Adik-adiknya untuk membangun Ukhuwah Islamiah dalam tubuh umat, khususnya di Tanah Air.

“Umat Islam di Indonesia sudah sangat memerlukan persatuan dan rapatnya barisan. Ukhuwah harus dinomorsatukan,” kata Ustadz Bachtiar.

Menurutnya, hal tersebut dilandasi oleh tantangan umat Islam tanah air yang sudah banyak diperhadapkan kasus yang menggugah hati untuk bersatu, ditambah dengan banyaknya PR yang harus diselesaikan umat Islam di Indonesia.

“Baru-baru ini kita diperhadapkan dengan kasus Tolikara, sebelumnya kasus Syiah, belum lagi kasus Miras, pernikahan sesama jenis di Bali dan masih banyak lagi. Sudah saatnya kita bersatu menyelesaikan berbagai persoalan umat, jangan malah saling serang sesama saudara Muslim,” terangnya.

Bachtiar juga mengajak untuk tidak terpancing dengan pemberitaan yang mengadu domba antar umat Islam. Menurutnya, banyak upaya yang dilakukan musuh untuk memecah persatuan umat, di antaranya dengan mengangkat masalah-masalah furu’iyah ke debat publik dengan menghadirkan dua figur berbeda madzhab.

“Kelihatannya kita dengan Ustadz Fulan saling tegang dan tidak mungkin bertemu, padahal tidak ada apa-apa di antara kita. Semua itu bisa cair dengan silaturrahim, buktikan bahwa kita bersaudara,” pesan Bachtiar yang juga Sekjen MIUMI Pusat.

Temu Kedua di Kampus UIM

Pengurus Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) cabang Madinah memaksimalkan keberadaan Ustadz Bachtiar di Kota Nabi untuk tatap muka kembali dengan ratusan mahasiswa Indonesia lainnya.

Informasi yang dihimpun hidayatullah.com, PPMI Madinah akan mengadakan pertemuan kedua dengan ketua alumnus UIM se-Indonesia tersebut di Masjid Kampus UIM, Sabtu (19/9/2015) pagi waktu Madinah.*/Muhammad Dinul Haq, koresponden hidayatullah.com di Madinah

 

HIDAYATULLAH

Ustadz Bachtiar Nasir Pertanyakan Sikap Pemerintah Terhadap Krisis Kemanusiaan di Aleppo

Serangan rudal udara dan bom terus menerus jatuh ke tengah warga sipil di Aleppo, Suriah. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan sedikitnya 253 warga sipil – termasuk 49 anak-anak – tewas di Aleppo sejak 22 April.

Namun hingga kini pemerintah Indonesia dianggap belum memiliki andil yang cukup besar dalam penderitaan rakyat Suriah.

“Dengan berbagai alasan tidak ada keberpihakan yang nyata terhadap kondisi Suriah saat ini. Dan ini atas nama masyarakat, saya sangat menyayangkan sikap politik luar negeri indonesia,” kata Ustadz Bachtiar Nasir di Jakarta, Rabu (4/5).

Ia mengungkapkan, Aleppo dihujani persenjataan dengan roket-roket yang tidak bisa memilih mana perempuan, anak-anak dan orang yang lemah. Menurut dia, masyarakat Suriah tidak menjadi gila saja sudah bagus. Saat ini, Bachtiar menegaskan, mereka begitu membutuhkan bantuan berupa makanan, bantuan medis dan tempat tinggal.

Ustaz Bachtiar mengatakan, atas nama politik luar negeri bebas aktifnya, pemerintah lebih cenderung kepada Cina dan Rusia, sehingga terkesan sangat berhati-hati terhadap krisis kemanusiaan di Suriah.

“Dalam urusan Suriah, mana bebas aktif untuk kemanusiaan di sana. Masih kah Rusia dan Cina begitu kuat menekan politik luar negeri Indonesia. Setelah terjadi penindasan dan penjajahan yang terjadi disana,” ungkapnya.

 

sumber: Bumi Syam

Dua Kalimat Pamungkas Agar Doa Lekas Diijabah

Sebagai seorang Muslim sudah seharusnya kita menyandarkan dan mengadukan setiap permasalah yang kita hadapi kepada Allah azza wa jalla. Bahkan dalam urusan sandal putus sekalipun Nabi Muhammad sahallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kita untuk mengadukannya kepada Allah. Berdoa kepada Allah.

Lalu bagaimana jika kita ingin agar doa kita segera diijabah oleh Allah? Dalam kajian tadabbur bulanan yang rutin diadakan di masjid Baitul Ihsan, komplek Bank Indonesia setiap minggu ketiga pada Sabtu (15/03), ustadz Bachtiar Nasir memberikan dua kalimat pamungkas agar doa diijabah oleh Alloh.

“Wa Ilaahukum ilaahum Waahidum laa ilaaha illaa huwar rahmaanurrahiim,” kata ustadz yang akrab disapa UBN. “Dalam kalimat pamungkas pertama tersebut terdapat kata Arrahmaan yang bermakna maha pengasih dan Arrahim yang bermakna Maha Penyayang.”

UBN pun sempat meminta para jamaah untuk menghafal kalimat pertama tersebut dengan waktu lima menit, karena kalimat tersebut beliau nilai akan sangat membantu para jamaah menghadapi kesulitan hidup. Para jamaah yang hampir memenuhi masjid Baitul Ihsan pun tak sungkan mengikuti perintah UBN untuk menghafal kalimat pertama tersebut.

Setelah para jamaah sudah hafal dengan kalimat pertama tersebut, UBN pun melanjutkan dengan kalimat pamungkas terakhir sebagai pengawal doa.

“Alif laam miim, allaahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyum,” ungkap ustadz yang juga menjabat sebagai ketua  Forum Indonesia Peduli Syam (FIPS) tersebut.

Dalam acara yang bertemakan ‘Merasakan Kasih Sayang Allah (Tadabbur Arrahman-Arrahim) dia menjelaskan kalimat kedua tersebut merupakan awalan Surat Ali Imran. Di akhir kajian, UBN meminta para jamaah untuk yakin atas pertolongan Allah dalam membaca dua kalimat pengawal doa tersebut.

“Karena intinya kita berdoa adalah yakin bahwa Allah itu mendengar dan akan mengabulkan doa kita. Sebelum kita berdoa kepada Allah, harus kita awali dengan dua kalimat tersebut,” tutupnya. (TOM/UL/bumisyam)

 

sumber: BumiSyam.com

Pentingnya Menerapkan Al-Muhaimin di Kehidupan Sehari-hari

Pimpinan Arrahman Qur’anic Learning Center (AQL) Ustadz Bachtiar Nasir pada kajian Tadabbur Asmaul Husna Sabtu (20/09) pagi tadi di masjid Baitul Ihsan, kompleks Bank Indonesia menyatakan pentingnya menerapkan Al-Muhaimin di kehidupan sehari-hari.

Dalam kajian rutin tadabbur Asma ul-Husna yang dilaksanakan minggu ketiga setiap bulannya tersebut, kali ini bertemakan “Tadabbur Asma Al-Muhaimin”.

“Banyak orang yang ingin usahanya lancar, mereka lebih memilih menggunakan tata cara yang musyrik dan sangat jauh dari ajaran Islam, seperti melempar beras dan lainnya,” ucap ustadz yang juga merupakan Sekjen Majelis Intelek dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI).

Ustadz yang akrab disapa UBN tersebut menambahkan, “Padahal ada cara yang sesuai dengan syariat agama Islam seperti doa Masya Allah, la quwwata illa billah, yang terdapat di surat Al-Kahf ayat 39.”

Secara garis besar, kata UBN, ada empat poin yang harus diperhatikan umat manusia dalam menerapkan Al Muhaimin di keseharian, yaitu:

  1. Dalam kehidupan sehari-hari kita akan merasa dalam penguasaan, pengawasan, penjagaan dan pemeliharaan Allah.Tid
  2. Selalu percaya kepada Allah dan menyerahkan segala urusan kepada-Nya, sehingga tidak ada perasaan takut kepada apapun dan siapapun, kecuali kepada-Nya.
  3. Memberikan kekuatan kepada jiwa seseorang mukmin, untuk dapat menghadapi segala cobaan dan tantangan hidup.
  4. Meningkatkan rasa mendekatkan diri dan rasa malu terhadap Allah SWT dalam diri seorang mukmin, karena mengetahui Allah maha mengetahui dan mengawasi. (TOM/UL/bumisyam)

 

sumber: BumiSyam.com

Buah Manis bagi Sesiapa yang Beriman kepada Al ‘Aziz

Orang-orang yang beriman kepada Allah Al ‘Aziz akan selalu mendapatkan kemenangan. Meski demikian, ukuran kemenangan bagi orang yang beriman tidaklah mesti di dunia.

Hal ini disampaikan oleh Ustadz Bachtiar Nasir dalam kajian Tadabbur Al Quran Asma Al ‘Aziz “Allah Maha Perkasa Tak Terkalahkan” di Masjid Baitul Ihsan, Jakarta, Sabtu (18/10).

“Seperti kisah orang-orang beriman yang oleh Ashabul Ukhdud dibakar di dalam parit demi mempertahankan keimanan mereka kepada Allah Al ‘Aziz,” kata UBN di hadapan jamaah yang memadati ruang utama Masjid Baitul Ihsan.

Kisah tersebut Allah abadikan dalam Al Quran Surat Al Buruuj ayat 9 yang artinya:

“Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”

UBN, demikian sapaan akrabnya, menjelaskan ada empat makna Al ‘Aziz secara bahasa, yaitu yang pertama berarti tidak mempunyai tandingan, tidak ada yang menyerupai-Nya. Kedua, Al ‘Aziz berarti yang selalu menang tidak akan pernah dikalahkan. Dan, Allah adalah Dzat yang Maha menang dan tidak terkalahkan sebagaimana dalam firman Allah dalam Al Quran Surat Yusuf ayat 21 yang artinya:

“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.”

Kemudian makna yang ketiga, Al ‘Aziz berarti yang maha kuat. Makna ini ditunjukkan dalam firman Allah dalam Al Quran Surat Yaasin ayat 14, yang artinya:

“(yaitu ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang di utus kepadamu.””

Sedangkan yang keempat Al ‘Aziz dalam artian Al Mu’iz yang artinya Yang Maha memuliakan dan menguatkan. Dengan makna ini, Al ‘Aziz adalah nama Allah Subhanallahu ta’alau yang menunjukkan nama perbuatan. Dalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 26 Allah berfirman yang artinya:

“Katakanlah: wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Buah Keimanan Kepada Al ‘Aziz

UBN mengatakan, jika seorang hamba mengenal dan meyakini Allah sebagai Al ‘Aziz, Yang Maha Perkasa dan Tidak Terkalahkan, maka dia tidak akan pernah mengagungkan selain Allah Subhanallahu ta’ala. Orang yang beriman kepada Al ‘Aziz akan memiliki ‘izzah yang berarti kekuatan diri di dunia.

“Orang yang punya ‘izzah di dunia adalah orang yang dimuliakan Allah Subhanallahu ta’ala,” kata UBN. Dia melanjutkan, hal ini berkaitan dengan hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu:

Dari Ibnu Umar, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku diutus dengan pedang menjelang hari kiamat hingga hanya Allah Ta’ala semata yang disembah dan tidak dipersekutukan dengan-Nya sesuatupun, dan telah dijadikan rizkiku di bawah bayangan tombakku, dan dijadikan kehinaan dan kerendahan bagi siapa saja yang menyelisihi perkaraku. Dan barang siapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian dari mereka.” (Hadits Riwayat Ahmad, Thabrani dan Baihaqi).

Terkait masalah ‘izzah, lanjut UBN, Al Quran menjelaskan bahwa seluruh kekuatan kepunyaan Allah dan tiada guna manusia mencari kekuatan di sisi orang-orang yang kafir, seperti dalam An Nisa ayat 139 yang artinya:

“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.”

Buah keimanan kepada nama Allah Al ‘Aziz adalah menjadi sebab ditinggikan dan dimuliakannya seseorang oleh Allah Subhanallahu ta’ala dengan sifat pemaaf dan rendah hati, sesuai hadits riwayat Muslim yaitu:

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sedekah tidaklah akan mengurangi harta sedikitpun, dan tidaklah seorang hamba memberi maaf, melainkan Allah akan menambahkan baginya kemuliaan dan kehormataan, dan tidaklah seseorang itu merendahkan diri di hadapan Allah kecuali Allah akan mengangkat derajatnya.” (Hadits Riwayat Muslim).

Dengan nama Allah Al ‘Aziz pun kita bisa berdoa memohon perlindungan saat sedang dirundung kegelisahan, ketakutan, sakit bahkan ketika susah tidur, yaitu:

Dari Anas, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kau merasakan sakit maka taruhlah tanganmu di bagian tubuh yang terasa sakit dan ucapkan, “bismillaahi a’uudzu bi’izzatillaahi wa qudratihi min syarri maa ajidu min waja’iy hadzaa (Dengan nama Allah, aku berlindung dengan keperkasaan Allah dan kekuasaan-Nya dari keburukan sakit yang aku derita ini), kemudian angkat kedua tanganmu lalu ulangi lagi seperti itu dengan bilangan ganjil.” (Hadits Riwayat Tirmidzi).

Maka, kelemahan, kehinaan dan keterbelakangan yang menimpa umat Islam sekarang ini adalah akibat maksiat dan dosa yang dilakukan oleh umat Islam itu sendiri dan akibat mereka jauh dari agama Allah Subhanallahu ta’ala. Wallahu a’lam bish shawab. (UL/bs)

 

sumber: Bumi Syam