Cinta dan Kesabaran dalam Keluarga Sakinah

Keluarga Sakinah adalah keluarga yang berjalan dengan penuh cinta dan kesabaran. Namun cinta seperti apa? Cinta yang besar dan hanya kepada Allah SWT.

Jika kita berbiraca mengenai cinta, banyak sekali definisi cinta yang ada di dunia ini tapi dari sekian banyak definisi tersebut ada yang menarik untuk kita ketahui menurut Ibnu Qayyim seorang cendikiawan dan ahli fiqih pada abad ke-13. Ibnu Qayyim memaparkan ada tiga tanda-tanda seseorang jatuh cinta.

Ketiga tanda itu adalah yang pertama kita selalu teringat dan mengingat dengan orang yang kita suka atau cintai. Kedua adalah kita mulai dan selalu menyama-nyamakan keinginan atau kesukaan kita dengan orang yang kita cintai, dan ketiga adalah kita mau mengorbankan apapun demi orang yang kita cintai.

Selain cinta, diperlukan juga kesabaran. Bicara mengenai kesabaran, kita melihat bagaimana kisah Siti Hajar yang begitu luar biasa tegar dan sabar ketika menghadapi cobaan dari Allah SWT.

Kita harus bersyukur bahwa kehidupan keluarga kita sekarang tidak seberat kehidupan yang dilalui oleh Siti Hajar. Jangan kita mengeluh dan merasa bahwa masalah keluarga yang sedang kita jalani merupakan ujian yang begitu berat.

Sebelumnya, perlu untuk kita semua ketahui dan renungkan bahwa “Ujian yang paling berat sesungguhnya ada dalam kehidupan para Nabi dan Rasullulah sedangkan ujian manusia masih belum seberapa dibandingkan ujian para Nabi dan Rasull” ujar ustaz Erick Yusuf dalam tausiyah di Cipageran Asri, Cimahi (10/1).

Kemudian, dalam sebuah keluarga sakinah, terdapat konsep libaas dalam ayat Alquran yang menjelaskan bagaimana keadaan ideal keluarga yang dapat dikatakan sebagai keluarga sakinah
‎هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ ۗ  “mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.”

Konsep libaas dalam keluarga sakinah terdapat empat hal yakni, pakaian itu melindungi. Pakaian melindungi dalam artian pasangan harus bisa saling melindungi satu sama lainnya.

Kemudian sebuah keluarga juga harus bisa untuk menutup aib. Menutup aib bukan untuk menyembunyikan kesalahan tetapi memperbaiki dan mengubah kesalahan menjadi kebaikan. Selain menutup aib, keluarga juga harus nyaman dan fit secara ukuran.

Maksudnya dalam sebuah keluarga harus nyaman dan fit, saling menghargai, saling menyesuaikan diri, menyesuaikan ukuran-ukuran dan nilai-nilai terhadap sesuatu berdasar syariat atau berlandaskan Qu’an dan sunnah. Dan yang terakhir dalam konsep libaas adalah memperindah akhlaq seluruh anggota keluarga.

“Kunci rumah tangga sakinah mawahdah warrahmah adalah suasana rumah yang tentram dimana antara suami dan istri saling memahami dan melengkapi kekurangan masing-masing. Insya Allah keharmonisan rumah tangga akan selalu terjaga, tentram dan jauh dari permasalahan,” tutur ustaz Erick Yusuf

 

sumber:Republik Online

Setop Merokok, Bebaskan Diri dari Perbudakan

Kita harus melakukan berbagai cara agar supaya orang berhenti merokok. Apalagi dari data yang ada tercatat ada 5,3 juta perokok di Indonesia itu adalah perokok anak-anak. Jadi betapa dahsyatnya bahaya rokok ini, kalau kita lihat, ini yang membuat salah satu cara (menekan bahaya rokok-red)dengan menaikan harga rokok menjadi efektif.

Tapi bukan hanya itu, harus diberikan juga informasi ihwal bahaya rokok, baik secara kesehatan maupun dari aspek   agama. Sebetulnya kalau bicara soal rokok, saya seringkali mengaitkannya dengan Surah Al Balad, ”Wa ma adrakamal akobah, fa kur akobah”. Atau ”Tahukah kamu jalan yang mendaki lagi sukar, yaitu membebaskan budak dari perbudakan”.

Nah, membebaskan budak dari perbudakan ini salah satunya orang-orang yang diperbudak oleh keinginannya merokok dan akhirnya merusak kesehatannya. Jadi, segala sesuatu yang dia tidak bisa lepas daripadanya yang mengandung unsur kemudharatan dan unsur kemaksiatan, jelas itu perbudakan.

Jadi memang membebaskan budak dari perbudakan, kata Allah, sulit sekali. Tetapi ini harus kita lakukan. Itu salah satu bagaimana jika kita ingin negeri ini berhasil. Negeri ini menjadi ”Baldatun thoyibatun wa robbun gaffur”, salah satunya adalah ”fa kur akobah”, membebaskan budak dari perbudakan. Sederhananya, bagaimana membebaskan nafsu dan keinginan merokok, yang jelas-jelas mereka sudah tahu, bahwa merokok ini merusak kesehatannya.

Selebihnya, dengan berhasil membebaskan budak dari perbudakan, membebaskan dirinya dari nafsu keinginan merokok yang buruk tersebut, otomatis dia bisa melepaskan keburukan-keburukan lainnya. Jadi, saya setuju sekali untuk masalah rokok.

Tapi, bukan hanya permasalahan harga saja, tapi juga bagaimana kita memberikan penyuluhan-penyuluhan, baik penyuluhan tentang masalah kesehatan dan tentang permasalahan agama. Dia menzalimi diri sendiri dan menzalimi orang lain karena rokok dan bahaya asap rokoknya. Berbagai hal itu yang bisa menghentikan kebiasaan burukmerokok.

 

Oleh: Ustaz Erick Yusuf*

Ustaz Erick Yusuf, Pimpinan Lembaga Dakwah Kreatif iHaqi

 

 

sumber: Republika Online

Erick Yusuf: Pelaku Serangan Paris Spiritualnya Kosong

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pimpinan Lembaga Dakwah Kreatif (iHaqi), Ustaz Erick Yusuf menilai aksi penembakan dan pengeboman yang terjadi di Paris, Jumat malam waktu setempat (13/11), adalah keganasan yang sudah menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan.

Ia melihat hal ini terjadi karena pelaku tidak memiliki nilai-nilai spritual dan ketuhanan. “Orang yang membantai ini tidak memiliki nilai-nilai spiritual dan ketuhanan di dalam dirinya,” ujar Ustaz Erick saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (14/11).

Menurut Erick, orang yang memiliki nilai-nilai ketuhanan akan senantiasa dilimpahkan kasih sayang oleh Allah SWT. Sehingga, ia pun akan terhindar dari perbuatan-perbuatan menzalimi baik terhadap dirinya maupun orang lain.

Untuk itu, kata Erick, sebagai umat Islam kita harus menunjukkan kerpihatinan atas tragedi nahas itu. Sebabnya, Islam melihat hal tersebut sebagai suatu kezaliman dan Islam menentang keras semua bentuk kezaliman.

Terkait siapa pelaku aksi teror tersebut, Erick mengimbau agar semua pihak tidak terburu-buru dalam mengambil kesimpulan. Umat Islam khususnya, tambah Erick, harus mengutamakan sikap tabayyun atau klarifikasi.

‘Lebih Baik Berniat Haji Sejak usia Muda’

Waktu tunggu haji di Indonesia semakin lama. Menurut penghitungan Kementerian Agama RI, waktu tunggu untuk wilayah Jawa sekitar 18 tahun, Kalimantan sekitar 20 tahun dan untuk wilayah Sulawesi sekitar 27 tahun.

Pimpinan Lembaga Dakwah Kreatif (iHaqi), ustaz Erick Yusuf menilai, pemahaman yang salah jika berpikir haji sebaiknya dilakukan pada usia tua. Hal ini didasarkan pada ritual haji yang sebenarnya selain membutuhkan ritual rohani juga sangat membutuhkan kekuatan fisik.” Sehingga hal itu akan lebih mudah jika dilakukan ketika usoa muda dalam kondisi prima,” kata dia, Ahad (6/9).

Dia juga mempertimbangkan waktu tunggu yang menurutnya akan lebih baik jika dipersiapkan sejak usia muda. Sehingga akan lebih mudah dalam hal manajemen waktunya. Karena tidak ada seorang pun yang bisa memastikan usia hidupnya di dunia.

Selain itu dia juga mempertimbangkan penjagaan akhlak perilaku ketika sudah meniatkan diri untuk berhaji sejak usia muda.

“Jika dari muda sudah diniatkan untuk berhaji maka secara akhlak perilakunya akan terjaga, mulai dari niatnya, dari mulai mendaftarnya, dan segala sesuatunya. Jadi tidak lagi berpikir bahwa ‘ah sudahlah sekarang hancur-hancuran dulu, ngawur, nanti baru bertaubat,’ iya kalau ada kesempatan, kalau tidak bagaimana,” tuturnya, Jumat (6/9).

Terkait dengan istita’ah atau kemampuan untuk berhaji, terutama dari segi finansial, dia menyebutkan pada dasarnya manusia tidak memiliki kemampuan untuk itu. Tetapi Allah yang akan memampukan umatnya. Oleh karena itu dia menegaskan agar umat Islam memasukkan diri sebagai kategori umat yang dimampukan oleh Allah.

Dia melanjutkan, caranya adalah dengan mengazamkan diri, niat yang kuat agar dimampukan untuk pergi berhaji. Karena, dia menceritakan, banyak kisah-kisah yang mengumpulkan uang ribuan perak untuk pergi berhaji. Karena atas niat dan azzam yang kuat sehingga orang tersebut akhirnya benar-benar pergi ke Tanah Suci.

“Justru yang diinginkan Allah adalah bagaimana betul-betul hati kita terpaut ke sana, kita bersungguh-sungguh untuk berhaji. Karena untuk berhaji bukan hanya permasalahan harta saja, orang kaya raya yang belum berhaji pun banyak,” tegasnya.

 

sumber: Republika Online

Zakat Fitrah Bersihkan Keburukan pada Bulan Ramadhan

Menjelang berakhirnya bulan Ramadhan, ada satu kewajiban yang harus ditunaikan umat Muslim, yakni berzakat fitrah. Inilah salah satu kewajiban di Ramadhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi agar membersihkan segala keburukan di bulan Ramadhan.

Menurut ustaz Erick Yusuf, zakat fitrah dipercaya mampu melenyapkan hal-hal negatif yang dilakukan selama berpuasa. “Zakat fitrah gunanya membersihkan hal-hal tidak bermanfaat yang dilakukan selama bulan ramadhan,” katanya kepada Republika. Sehingga berbeda dengan zakat lainnya, zakat fitrah hanya diwajibkan di bulan Ramadhan.

Meski fungsinya terbilang luar biasa sebagai pembersih keburukan tapi jumlah zakat fitrah tergolong tidak banyak yaitu sebesar dua setengah kilogram bahan makanan pokok.

Menurut ustaz Erick hal itu terjadi karena zakat fitrah bersifat spesial untuk menggugurkan keburukan umat Muslim. “Jumlahnya dikit supaya semua orang mampu membayarnya. Kalau banyak, ya cuma sedikit yang bisa membayar,” ujarnya.

Ia menegaskan Allah SWT memiliki sistem yang luar biasa dengan kewajiban zakat fitrah yang sedikit supaya semua orang mampu membayarnya, kecuali golongan mustahik zakat.

Terkai dengan pola pembayaran kepada pihak amil zakat, dirinya menyarankan lebih baik bersifat tunai saja. “Sebaiknya sih tunai dan bayar di awal biar gampang diatur sama amil zakat,” imbaunya.

Sedangkan jika ada orang yang memberikan zakat fitrah berupa uang kontak kepada mustahik zakat, ia tidak melarangnya. Ia hanya menyarankan lebih baik diberikan bahan makanan saja agar bisa langsung digunakan.

“Kalau kasih bahan makanan itu supaya mereka (penerima zakat) ikut rayakan hari raya. Jangan  sampai ada kaum duafa yang tidak  makan di hari raya,” ucapnya.

 

sumber: Republika Online