Menyelami Sejarah Dua Masjid Suci di Museum Harramain

Menginjakkan kaki di Kota Makkah sepertinya belum lengkap tanpa melihat sisi sejarah perkembangan dua masjid suci umat Islam yakni Masjidil Haram serta Masjid Nabawi. 17 Tahun silam akhirnya pemerintah Arab Saudi membangun sebuah museum yang dapat menyimpan benda-benda bersejarah yang diambil dari beberapa bagian dua masjid suci ini.

Kali ini, di sela padatnya tugas peliputan musim haji tahun ini, tim Media Center Haji (MCH) Daerah Kerja Makkah mengunjungi Museum Haramain, Selasa (4/9). Agenda ini difasilitasi Bidang Transportasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi yang dinahkodai Subhan Cholid.

Banyak informasi terkait dua masjid haram yakni Masjid Al Haram di Makkah dan Masjid Al Nabawi di Madinah yang didapat dari museum yang terletak di perbukitan Ummul Joud, Makkah ini. Kawasan ini terletak di tengah antara Hudaibiyah dan kota Makkah. Jadi biasanya jemaah setelah ambil miqat untuk umrah sunnah di Hudaibiyah, mereka akan mampir di museum ini.

Museum yang dibangun Raja Fahd bin Abdul Aziz ini juga dikenal dengan sebutan Exibition Two Holy Mosque Architecture. Mengunjungi museum ini berarti kita mempelajari kilasan peristiwa dan sejarah dua masjid mulia umat Islam.

Museum terdiri dari 7 (tujuh) bagian. Tiga yang pertama adalah foto dan model bangunan dua masjid suci; kekhasan dan keterangan terkait Masjidil Haram; serta tentang Ka’bah dan segala yang terkait seperti kiswah (penutup), pintu lama, dan segala perniknya.

Kemudian foto-foto dua masjid berikut dengan detail interior dan eksterior dua masjid yang menawan; manuskrip kuno yang dimiliki perpustakaan keduanya termasuk salinan al-Qur’an mushaf Usman bin Affan. Juga ada keterangan terkait pembangunan sumur zamzam berikut foto dan alat pemompa air zamzam; dan yang terakhir, museum ini menyajikan model dan contoh arsitektur Masjid Nabawi dilengkapi koleksi foto yang ada.

Cukup banyak jemaah Indonesia yang menyempatkan diri mengunjungi museum. Aya Suraya dan Ahmad Rofiq, pasutri asal kloter JKG-057 misalnya, mengungkapkan kekaguman dengan aneka informasi yang disuguhkan. “Bagus sekali, komplet isinya,” kata mereka.(mch/ha)

KEMENAG RI

Pasar Ukaz, Pasar Rakyat Bangsa Arab

Makkah (PHU)–Selain Kota Makkah dan Madinah yang menjadi saksi bisu sejarah keislaman didunia, Kota Thaif pun tak luput dari perjalanan sejarah berkembangnya islam di tanah Arab. Di Kota yang berada di ketinggian 1700 m diatas permukaan laut (mdpl) banyak menyimpan bukti peninggalan sejarah berkembangnya Agama Islam diantaranya adalah Pasar Ukaz. Jika orang-orang modern mengenal pasar hanya sebagai tempat transaksi jual-beli, maka orang-orang Arab klasik tidak mengenal fungsi pasar hanya sebatas itu saja. Jika orang-orang abad modern ini memahami bahwa pasar itu dibuka setiap hari, maka beda lagi dengan orang-orang Arab kuno, pasar itu bisa jadi hanya berlangsung satu tahun sekali. Dan pasar yang paling terkenal bagi bangsa Arab kuno adalah Pasar Ukaz.

Pasar Ukaz adalah pasar dimana para pedagang dan pebisnis mengadakan transaksi jual-beli. Para politisi mengadakan lobi-lobi penting. Mereka merundingkan perdamaian, persekutuan, atau bahkan membicarakan rencana peperangan. Dan di Pasar Ukaz pula para penyair dan orator unjuk kemampuan, membacakan untaian kalimat indah yang mereka susun sekaligus mengungkapkan isu-isu hangat yang sedang terjadi.

Ukaz merupakan pasar kuno yang paling terkenal di Semenanjung Arabia. Nama tersebut diambil dari apa yang dikerjakan orang Arab di tempat tersebut, mereka memamerkan prestasi dan nenek moyang mereka. Pasar tersebut tercatat untuk pertama kalinya pada 500 Sebelum Masehi. Pasar tersebut terletak diantara Thaif dan Makkah, tepatnya di kota Al-Athdia. Pasar terkenal diadakan bersamaan dengan pasar di Hadramaut. Pasar ini melebihi pasar lainnya, dalam kemegahan, hubungan dagang, manifestasi syair, kesukuan dan dikunjungi oleh suku Quraisy, Hawazin, Ghatafan, Aslam, Ahabish, Adl, ad-Dish, al-Haya dan al-Mustaliq.

Diadakan pada 15-30 Dzu al-Qa’dah. Para pedagang membawa barang menggunakan onta atau keledai menuju pasar Ukaz. Barang dagangan yang dijual pedagang Badui antara lain permadani, tenda, bulu domba, tembikar, peralatan, perhiasan, parfum, hasil bumi dan rempah-rempah. Di pasar Ukaz juga diadakan berbagai pertunjukan baik syair maupun nyanyian. Para penyair dan penyanyi datang ke Ukaz untuk berpartisipasi dalam lomba syair dan nyanyian tersebut. Menurut arkeolog Saudi yang telah mempelajari daerah ini, memperkirakan pasar Ukaz berakhir sampai 760 Sesudah Masehi.

Quraisy merupakan suku Arab yang terkenal, yang di dalamnya termasuk Nabi Muhammad s.a.w. mempunyai gagasan untuk mempunyai sebuah tempat orang Arab dapat berkumpul dan bersatu untuk melawan musuh. Mereka memilih tempat tersebut adalah Ukaz. Tempat tersebut merupakan pasar ketika para calon haji tiba di Makkah dan pergi selama empat bulan ke tempat tersebut. Orang Arab mempunyai bulan khusus yang selama itu disepakati oleh mereka untuk tidak menggunakan senjata atau memulai berperang. Terhadap mereka diberikan jaminan atas keselamatan di lingkungan kota tersebut untuk melakukan aktivitas dan berdagang.

Sebagai perbandingan terhadap mal yang modern, Ukaz tidak hanya menawarkan barang untuk dijual, tetapi pengunjung mempunyai banyak hal untuk dikerjakan disamping berbelanja. Mereka masing-masing memperoleh tantangan untuk membuktikan siapa yang terbaik sebagai pembuat syair di Arab. Mereka membanggakan prestasi sukunya dan mereka juga mencoba menyelesaikan perselisihan dan pertentangan antar suku. Sejak pasar dibuka, banyak aktivitas budaya di pasar tersebut membantu memelihara dan melindungi bahasa Arab, membantu menghasilkan syair-syair yang baik dan mendorong para penyair untuk menghasilkan syair lebih banyak.

Nabi Muhammad s.a.w. mengunjungi pasar sebanyak tujuh kali dan mencoba untuk menjelaskan kepada orang Arab tentang Islam dipasar tersebut. King Faisal ibn Abdul Aziz meminta kepada para ahli dan ilmuwan untuk mengidentifikasi lokasi dari Ukaz, dengan mencari kembali catatan kuno dan dokumen sejarah yang akhirnya diputuskan lokasinya di dekat Taif ditempat yang dikenal Al-Athdia. Setelah 1300 tahun, pasar tersebut dioperasikan kembali dan diresmikan oleh Gubernur Makkah, Pangeran Khalid Al-Faisal, putra Raja Faisal. Peristiwa tersebut berlangsung selama 7 hari, terjadi penjualan bermacam-macam barang dan bahan, baik tradisional maupun modern. Di tempat tersebut juga terdapat tulisan syair Arab kuna dalam emas dan diperuntukkan untuk pengunjung untuk melihatnya dan diramaikan oleh penyanyi Arab terkenal.

Pasar ini diprediksi pertama kali diadakan sebelum tahun 500 M. Pasar Ukaz bukanlah sekedar pasar biasa. Ia adalah pekan raya kebanggan masyarakat Arab. Di sana terdapat perniagaan, pameran budaya, penyebaran agama, hingga aktivitas politik. Ukaz juga sebagai media informasi tentang info-info yang terjadi di masyarakat jazirah.(dirangkum dari berbagai sumber/mch)

KEMENAG RI

Menyusuri Sejuknya Kota Thaif Sambil Menggali Sejarah Keislaman

Kaum Muslim yang pernah menjalankan ibadah haji atau umrah ke Tanah Suci mungkin sudah tak asing dengan nama kota yang satu ini. Kota Thaif, kota yang dikenal berhawa sejuk karena berada di lembah antara Pegunungan Asir dan Pegunungan Al-Hada.

Kota yang dapat ditempuh 1 jam 45 menit dari Kota Mekah ini populer dengan perkebunan delima, kurma, sayuran, termasuk juga pohon langka yang namanya tercantum dalam Al-Quran, pohon Zaqqum.

Thaif merupakan kota di Provinsi Makkah, Arab Saudi pada ketinggian 1.700 m di lereng Pegunungan Sarawat. Setiap musim panas, Pemerintahan Saudi pindah dari panasnya Riyadh ke Thaif. Kota ini juga merupakan pusat area agrikultur yang terkenal akan anggur dan madunya.

Jalan menuju Thaif, khususnya ketika melewati Pegunungan Asir dan Pegunungan Al-Hada berkelok-kelok, panjang dan menanjak hingga puncaknya. Tak seperti pegunungan pada umumnya, area pegunungan di sini nyaris tak ditumbuhi pepohonan, tandus, berbatu dan berpasir.

Namun saat memasuki kota Al-Hada sebelum Thaif, akan terlihat pemandangan sebaliknya. Di sepanjang jalan ditemukan sejumlah pepohonan, dan hamparan rumput hijau. Tampak beberapa rumah modern dan tradisional berdiri sepanjang jalan menuju Thaif.

Di sekeliling kawasan ini juga dipenuhi tempat-tempat wisata bagi penduduk Arab Saudi di antaranya adalah wisata menaiki unta, taman-taman bermain untuk anak-anak serta took buah-buahan. Kawasan ini terdapat pula tempat untuk bermiqot atau berihram saat haji dan umrah yakni Wadi Sair Kabir.

Memasuki kota Thaif, kesejukan mulai terasa yang menyebabkan tempat ini kerap dijadikan sarana berwisata kala musim panas. Bahkan kabarnya, para raja Saudi dan kerabatnya banyak membangun tempat peristirahatan di kota Thaif. Karena itu pula kota ini dijuluki Qaryah Al-Mulk yang berarti ‘Desa Para Raja’.

Selain hawa sejuk, satu hal yang membuat kota Thaif kian membuat penasaran adalah keberadaan pohon-pohon Zaqqum. Pohon berduri tajam dan besar itu merupakan jenis pohon langka yang tak tumbuh di Indonesia atau negara lainnya.

Kota ini juga menjadi begitu istimewa karena menyimpan sejarah kehidupan dan perjuangan syiar Rasulullah Muhammad SAW yang berat.

Tiga tahun sebelum hijrah, Rasulullah melakukan perjalanan ke Thaif untuk berdakwah. Perjalanan ini dilakukan tak lama setelah wafatnya sang istri, Khadijah RA serta sang paman sekaligus pelindung utama beliau, Abu Thalib.

Wafatnya kedua sosok yang disegani itu membuat kaum Quraisy semakin berani menentang dan mengganggu Rasul. Untuk mengantisipasi kekejaman kaum kafir Quraisy kala itu, akhirnya secara diam-diam Rasul melakukan perjalanan syiar dengan berjalan kaki ke Thaif.

Rasul tinggal di Thaif selama 10 hari untuk berdakwah sekaligus meminta perlindungan. Namun ternyata, penduduk kota itu melakukan penolakan dan memperlakukan Rasul dengan kasar.

Bahkan mereka melempari Rasul hingga kakinya terluka. Tindakan brutal ini membuat sahabat Rasul, Zaid bin Haritsah ikut turun tangan membela dan melindungi beliau. Namun kepala sang sahabat juga terluka akibat lemparan batu.

Kisah dakwah Rasulullah di kota Thaif ini merupakan satu dari sekian banyak perjuangan berat beliau dalam menyebarkan agama Allah. Meski tak mudah, Rasul senantiasa ikhlas, sabar dan tidak pernah berputus asa dalam menghadapi segala bentuk perlakuan kaumnya.

Banyak peninggalan sejarah Islam dikota ini antara lain : Masjid Ibn Abbas dan pasar Ukaz.(mch/ha)

 

KEMENAG RI

Jaafaria, Surga Belanja Oleh-Oleh Jamaah Haji yang Dahulu Dikenal Pasar Seng

Mendengar nama pasar Seng, teringat ketika orangtua dahulu yang kerap berhaji atau umrah selalu menyempatkan singgah ke pasar tersebut.

Namanya tenar dikala itu, di antara tahun 1990 hingga 2000-an mengenal pusat belanja oleh-oleh ada di pasar Seng.

Tapi kini, cerita pasar Seng itu sudah berganti. Tahun 2008, pemerintah Saudi menggusur pasar tersebut untuk perluasan Masjidil Haram. Kini pasar Seng tinggal kenangan.

Saat ini, era Pasar Seng itu tergantikan oleh Pasar Jaafaria atau Jaafaria Sauq. Sama seperti Pasar Seng, Pasar Jaafaria juga menarik jamaah haji mayoritas Indonesia, karena harganya yang murah. “Harga grosir”, begitu Pasar Jaafaria dikenal. Sehingga menjadi “surga” bagi jamaah haji dan umrah untuk membeli oleh-oleh.

Letaknya hanya 1 kilometer dari Masjid Al Haram, Makkah, tepatnya di sebelah Masjid Jin, Pasar Jaafaria menempati lantai dasar dari beberapa bangunan hotel yang ada di sekitar daerah itu.

Pantauan Okezone, banyak jamaah Indonesia sebelum pulang ke Tanah Air usai melaksanakan ibadah Haji, mereka berbondong-bondong berburu aneka oleh-oleh di Pasar Jaafaria.

Ketika memasuki lantai dasar, bukan hanya Indonesia, pasar Jaafaria disesaki para jamaah negara lain yang ingin membeli buah tangan untuk keluarga tercinta.

Barang yang ditawarkan beraneka ragam, boleh dikatakan sangat lengkap. Mulai dari pakaian muslim, souvenir, batu cincin, makanan, parfum, hingga perhiasan emas pun tersedia.

Umumnya barang yang ditawarkan segala macam perlengkapan ibadah umat muslim. Negara yang memproduksi bervariasi, baik lokal maupun mancanegara seperti China, India, Turki, Yaman, Mesir, Pakistan, bahkan buatan Indonesia juga ada.

Untuk membuktikan, apakah benar pasar Jaafaria ini menawarkan harga miring dari toko pada umumnya. Memang benar, harganya lebih murah dibanding dengan di toko-toko sekitar maktab Indonesia.

Contohnya, untuk satu harga sorban, di toko biasa dijual 15-20 riyal, sementara di Pasar Jaafaria ditawarkan harga 8 riyal, namun harus membeli satu lusin. Bila satuan dikenakan harga 10 riyal perbuahnya. Pembeli bisa hemat 5 riyal.

Untuk souvenir harga toko dengan di Pasar Jaafaria rata-rata sama. Bedanya bila membeli minimal 10 buah dapat bonus satu gantungan kunci.

Tapi, seperti umumnya toko-toko di Makkah, pembeli harus pandai-pandai menawar. Bahkan beda hari, bisa beda harga untuk barang yang sama.

Seperti yang dialami Tuty, jamaah haji asal Madura ini mengaku menghabiskan uang hingga 9 juta rupiah ketika berbelanja di Pasar Jaafaria. “Lumayan banyak (belanjannya), mumpung disini dan murah,” ujar Tuty yang mengaku banyak membeli pakaian muslim dan souvenir.

Hal lain yang membuat ia senang berbelanja di Jaafaria lantaran hampir semua penjual bisa berbahasa Indonesia. “Bisa ditawar, soalnya mereka bisa berbahasa Indonesia, dah gitu lengkap, banyak pilihan dan bisa bayar dengan rupiah,” tuturnya.

Berbeda cerita dengan Aisyah yang mengaku menyesal lantaran, justru soal harga lebih murah di Madinah. “Saya sebelum ke Makkah sempat belanja di Madinah, barang yang saya beli sama persis, tapi harga selisih 5 riyal lebih mahal di sini (Jaafaria),” ujar jamaah haji dari Bekasi ini.

Sebagai informasi, bila belanja di Pasar Jaafaria, sebaiknya pagi hari atau sore, bila siang udara sangat terik sekali. Suhunya mencapai 40-42 derajat celsius.

Bila datang waktu salat, para pedagang akan menutup tokonya sementara, dan mereka akan menggelar salat berjamaah di dalam pasar tersebut. Selepas 30 menit pasar kembali dibuka.

OKEZONE

Istana Al-Zaher: Museum Sejarah dan Warisan dari Makkah

Istana Al-Zaher adalah salah satu jejak sejarah di Makkah. Bangunan ini adalah salah satu museum penting yang didedikasikan untuk sejarah kota suci ini.

Istana ini dibangun pada 1944. Kala itu bangunan ini menjadi salah satu markas bagi Raja Abdul Aziz ketika di Makkah. Para delegasi menggunakannya bertemu para pemimpin peziarah yang datang dari berbagai negara Islam.

Seperti dilansir Saudigazette, bangunan istana ini terdiri dari ruang bawah tanah dan terdiri dari dua lantai, di samping berbagai area lain untuk beragam penggunaan. Luas istana adalah 2.700 meter persegi yang 2.200 meter persegi dianytaranya adalah lantai dasar. Dan area yang tersisa yakni 500 meter persegi dipergunakannya sebagai taman yang mengelilingi bangunan utama. Taman ini terletak di pintu masuk utama depan yang dikelilingi oleh air mancur dan area yang ditanami pepohonan dan tanaman hijau.

Istana ini dibangun dengan batu berukir serta bergaya arsitektur Islam. Pengaruh ini tercermin dari berbagai segi, mulai distribusi internal kamar, balai, dan villa, bahkan hingga konfigurasi eksternal bangunan.

Langit-langit istana diperkuat dengan beton untuk membantu mempertahankan kekuatan dan daya tahannya. Meskipun beberapa dinding dipengaruhi oleh faktor waktu, bangunan ini masih menunjukkan kemunculan kemewahan dan keindahan yang menjadi ciri khas hari-hari yang membuat istana terkesan dibangun dengan kecemerlangan.

Istana King Abdul Aziz direnovasi di Al-Zaher di Makkah setelah keputusan dari Antiquities and Museums Agency. Bangunan lama  diubah dan dipulihkan kembali dengan memperbaiki semua yang dihancurkan untuk kemudian menjadikannya sebagai Museum Islam di Makkah.

Museum ini adalah salah satu yang paling penting di Arab Saudi. Ini berisi aula utama Arab Saudi, yang mencakup ruang koleksi untuk daerah Hijaz pada umumnya dan untuk Makkah pada khususnya. Selain itu terdapat aula untuk menggelar berbagai koleksi arkeologi dari sejarah Islam serta berbagai kaligrafi Arab sebagai nilai seni dan budaya Islam yang penting.

Baru-baru ini, museum bergabung dengan Komisi Saudi untuk Pariwisata dan Warisan Nasional dan didedikasikan untuk sejarah Mekkah. Komisi memasukkannya ke dalam sistem pembangunan proyek museum baru, yang meliputi: Museum Sejarah Islam di Istana Khuzam di Jeddah, Museum sejarah Mekah di Istana Al-Zaher, museum sejarah pemerintah Saudi di istana Raja Faisal di Makkah, serta museum sejarah pertempuran Islam.

Raja Salman telah memerintahkan Kementerian Pertahanan untuk membangun istana ini dengan berkoordinasi dengan komisi yang akan membangun sebuah museum di lokasi Pertempuran Badar. Museum-museum tersebut diharapkan menjadi pusat perhatian pengunjung ketika melihat berbagai situs penting dalam sejarah Islam.

 

IHRAM

Dua Masjid di Bogor Ini Sering Dikunjungi Wisatawan

Wisata religi menjadi kegiatan yang sudah umum dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Kota-kota besar pun kerap menjadi tujuan dari wisata keagamaan tersebut.

Seperti di Kota Bogor, wisatawan bisa berkunjung ke tempat wisata religi di Masjid Raya Bogor. Dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id dari Ezytravel, Rabu (20/9), lokasi rumah ibadah ini ada di Jalan Raya Pajajaran Nomor 10. Keberadaan Masjid Raya Bogor terbilang strategis sehingga pengunjung tidak akan kesulitan dalam mencari bangunan Islami tersebut.

Jika dari pintu keluar Tol Jagorawi, maka Masjid Raya Bogor berada tempat di sampingnya. Tidak terlalu jauh dengan pusat Kota Bogor. Masjid Raya Bogor termasuk bangunan bersejarah karena rampung berdiri tahun 1979. Luas rumah ibadah umat Muslim di Kota Bogor ini sekitar 4.000 meter persegi.

Gaya arsitektur masjid terlihat indah bersama ornamen bintang berbentuk segi delapan. Pengunjung bisa mengunjungi Masjid Raya Bogor kapan saja karena rumah ibadah satu ini selalu terbuka untuk para jamaah Muslim yang hendak beribadah. Bukan hanya itu, pungunjung juga dapat mencicipi beragam kuliner menarik di depan Masjid Raya Bogor.

Selain Masjid Raya Bogor, wisatawan bisa juga mengunjungi rumah ibadah Masjid Agung Bogor. Masjid ini berlokasi di kawasan Pasar Anyar, tepatnya berada di Jalan Dewi Sartika Nomor 1A, Bogor. Berdasarkan sejarah, Masjid Agung Bogor berdiri di kawasan pasar dengan luas tanah mencapai 4.000 meter persegi dan luas bangunan 2.500 meter persegi.

Masjid Agung Bogor ada di tengah keprihatinan para ulama Kota Bogor yang melihat lebih banyak berdiri gereja di banding masjid. Sehingga pada tahun 1990 berdirilah Masjid Agung Bogor ini. Tidak perlu heran dengan hiruk-pikuk di sekitar Masjid Agung Bogor, hal itu sudah menjadi pemandangan umum setiap hari.

 

REPUBLIKA

 

—————————————————-

Artikel keislaman di atas bisa Anda nikmati setiap hari melalui smartphone Android Anda. Download aplikasinya, di sini!

 

 

Pecinta Wisata Minta Pemerintah Perkuat Wisata Halal

Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Karena itulah banyak kemudahan bagi setiap orang yang ada di dalamnya untuk mendapatkan berbagai fasilitas yang Islami.

Mulai dari Masjid dan tempat untuk menunaikan ibadah shalat, serta restoran yang menyajikan makanan halal, semua dengan mudah bisa ditemukan di hampir setiap daerah di Nusantara. Namun, hingga kini Tanah Air belum menjadi pilihan banyak orang yang menginginkan perjalanan dengan konsep wisata Muslim.

“Potensi mengembangkan wisata Muslim dalam negeri ini begitu besar. Tetapi, dengan fasilitas dan infrastruktur yang belum memadai untuk jadi negara tujuan wisata, hal ini masih belum dapat tercapai,” ujar ketua umum Komunitas Pencinta Wisata Muslim Indonesia Maman Sjarif dalam kunjungan ke kantor redaksi Republika, Jumat (9/10) kemarin.

Menurutnya, salah satu kendala pariwisata di Indonesia adalah kurangnya infrastruktur  yang mendukung kemudahan wisatawan. Seperti transportasi dari lokasi-lokasi wisatawan menuju berbagai tempat yang dinilai hingga saat ini belum tersedia secara banyak.

Karena itu Maman menuturkan untuk mengembangkan wisata Muslim di Nusantara dibutuhkan dukungan pemerintah dan berbagai instansi. Dengan infrastruktur pariwisata yang mendukung, ia optimistis Indonesia dapat menjadi negara terbaik untuk berwisata syariah.

 

Republika Online

Wisata Alam Sekaligus Reliji

Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan 1436 Hijriah (18 Juni – 16Juli 2015) Mekarsari Taman Buah menyelenggarakan sebuah event lomba yang bernuansa reliji dan promo Discount 50% untuk tiket masuk Mekarsari Taman Buah.

 

Event lomba yang diberi judul “Wisata Nuansa Liburan Reliji” ini bertujuan untuk mewadahi kegiatan seni budaya masyarakat pada bulan suci Ramadhan dan menjalin silaturahmi Mekarsari Taman Buah dengan masyarakat luas. Adapun bentuk lomba yang diselenggarakan seperti Lomba Adzan Anak, Lomba Da’i Cilik, Lomba Marawis dan Lomba Fashion Hijab.

 

“Wisata Nuansa Liburan Reliji” yang diselenggarakan sepanjang bulan suci Ramadhan 1436 Hijriah ini juga akan menghadirkan hiburan musik reliji lewat “Parade Musik Ramadhan” yang akan terus menghibur pengunjung selama berakhir pekan  dan “Seminar Beauty Clinic” bersama Khaifa (Duta Muslimah), Aliah Sayuti (Finalis Hijab Hunt) dan Cibubur Hijab Community yang mengajarkan pengunjung cara berhijab yang benar namun tetap dapat mengikuti trend fashion masa kini.

 

Tertarik ikut? Datang saja ke Mekarsari!

 

sumber: Irfan Hidayat/Tabloid Rumah

Mataram akan Kembangkan Destinasi Wisata Syariah

MATARAM — Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengembangkan destinasi pariwisata religi sebagai upaya mendukung program pariwisata syariah di daerah ini.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudar) Kota Mataram, H Abdul Latif Nadjib, di Mataram, Kamis (11/6) mengatakan, pengembangan wisata syariah dimulai dengan melakukan sosialisasi kepada pelaku pelayanan jasa, hotel dan restoran.

“Kami sudah meminta para pelaku usaha bidang jasa, hotel dan restoran agar menyediakan fasilitas tempat ibadah yang layak,” katanya.

Di samping itu, mendukung Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar restoran dan rumah makan memiliki sertifikat halal, sehingga para tamu yang berkunjung ke Kota Mataram lebih tenang kendati di daerah ini mayoritas penduduknya Muslim.

Selain itu, Disbudpar tahun 2015 sedang melakukan pembenahan sejumlah destinasi wisata religi yang menjadi tujuan ziarah makam.

Latif menyebutkan, anggaran untuk pengembangan destinasi religi tahun 2015 sebesar Rp934 juta lebih, dengan kegiatan berupa peningkatan sarana dan prasarana pariwisata.

Kegiatan peningkatan sarana dan prasarana pariwisata syariah tersebut antara lain, rehabilitasi fasilitas umum Makam Loang Baloq di Kecamatan Sekarbela dan rehabilitasi pagar Makam Bintaro di Kecamatan Ampenan.

Sekarang kondisi dua makam tersebut sudah layak untuk dikunjungi, karena telah tersedia fasilitas mushala, MCK (mandi, cuci dan kakus) yang cukup representatif.

“Kami juga menyediakan satu orang petugas makam atau juru kunci yang akan memberikan bimbingan dan informasi tentang makam yang dikunjungi,” katanya.

Di samping itu, untuk melengkapi pariwisata syariah di Kota Mataram, Disbudpar juga melakukan rehabilitasi sejumlah makam-makam bersejarah di kota ini.

Makam-makam bersejarah itu antara lain, Makam Dende Seleh, Makam Syeh Alkaf, Makam Sunan Sudar, Makam Ahmad Retetet, dan Makam Titi Gangse.

“Ditargetkan dalam waktu dekat ini atau sebelum masuk bulan Ramadhan, penataan wisata syariah tersebut sudah rampung,” ujarnya.

Dengan demikian, destinasi wisata religi tersebut bisa dikunjungi masyarakat pada saat “Lebaran Topat” atau Lebaran Ketupat yang dirayakan seminggu setelah Idul Fitri.

Saat “Lebaran Topat”, masyarakat dari berbagai daerah di Pulau Lombok bahkan dari luar Lombok akan datang untuk berziarah ke makam-makam yang dikeramatkan oleh warga Lombok.

“Biasanya, sejumlah makam yang dikeramatkan itu akan ramai hingga musim haji tiba, karena sebelum jamaah haji berangkat biasanya diawali dengan ziarah makam,” katanya.

Wisata Syariah Menanti Dukungan Pemerintah

JAKARTA — Belajar dari negara-negara lain, perkembangan pariwisata syariah mau tak mau harus didukung pemerintah.

Direktur Fastcomm Irfan Wahid mengungkapkan, pariwisata syariah harus mendapat dukungan pemerintah. Jika tidak, sulit berkembang.

Banyak hal bisa pemerintah tempuh untuk itu mulai dari memudahkan perusahaan untuk memproduksi produk halal melalui kemudahan permodalan dan membuat sistem yang memudahkan akses pemodal.

Begitu pula kemudahan akses teknologi dengan memberikan pelatihan dan peningkatan kapasitas secara rutin untuk memaksimalkan penggunaan teknologi dalam mengembangkan usaha, peningkatan promosi, pendampingan kewirausahaan di bidang rancang, dan peningkatan SDM.

Alat komunikasi pintar yang kini banyak dimiliki masyarakat bisa dimanfaatkan untuk menyediakan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat dengan mudah. Ia mencontohkan berwisata ke Jepang yang kini mudah karena sudah ada peta, rute transportasi dan lain-lain.

”Indonesia sebenarnya punya Jakarta Good Food Guide yang masih belum banyak diketahui. Jadi harus ada membuat aplikasi atau laman serupa untuk panduan halal. Pemerintah juga harus turut membesarkan itu,” tutur pria yang biasa disapa Ipang ini dalam forum diskusi pariwisata syariah dan gaya hidup halal yang digelar Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) beberapa waktu lalu.

Ia berharap pemerintah daerah bisa juga mendorong sektor pariwisata halal dengan membuat program lebih terintegrasi untuk pengembangan wisata. Karena kebijakan pemerintah daerah bergantung pimpinan, Ipang merasa perlu ada Undang-Undang yang mengatur ini.

Direktur Ogilvy Public Realtions Rizanto Binol melihat kebijakan pemerintah sekarang, sasaran utama adalah Cina yang mayoritas non Muslim dan belum tentu mau memanfaatkan pariwisata syariah.

Indonesia punya potensi paling besar untuk pariwisata halal dan jadi target utama negara-negara lain yang justru Muslimnya sedikit. Rizanto mencontohkan beberapa negara yang berhasil memaksimalkan promosi pariwisata syariah yang terintegrasi dalam program pariwisata nasional mereka. Tentu ini tak lepas dari dukungan pemerintah setempat.

Belajar dari Singapura, populasi Muslim di sana terbilang sedikit. Namun, Singapura bisa jadi destinasi wisata paling ramah Muslim karena melakukan kampanye di semua lini.

Mereka berhasil membangun citra dan integrasi ekonomi dan pariwisata dalam pola pencitraan yang universal. Dalam pola ini dimasukkan informasi yang memfasilitasi umat Islam untuk beribadah tanpa secara khusus memberi label syariah.

Berbeda dengan Malaysia yang pariwisata syariahnya didukung penuh pemerintah, lengkap dengan standardisasi ISO pariwisata sehingga label halal yang ada tidak asal tempel.

Hotel dan restoran yang punya label halal menjadi indikator mereka sudah melakukan standardisasi. Itu yang memperkuat mereka melakukan pencitraan pariwisata syariah tanpa mengkhususkan labelnya.

”Malaysia dulu selalu mengampanyekan Truly Asia dengan sentuhan kreatifitas. Kampanye mereka memasukkan unsur Islam, itu jadi penguatan,” ungkap Rizanto.

Sama seperti Singapura, tingkat kunjungan wisatawan yang mulai meningkat masuk ke Jepang membuat Pemerintah Jepang memfasilitasi Muslim tanpa melakukan pencitraan besar-besaran. Mereka bekerja sama dengan agen perjalanan untuk mengenalkan adanya paket wisata ramah Muslim.

Hong Kong juga mulai menangkap sinyalemen yang sama. Dari riset Badan Pariwisata Hong Kong 2014 lalu, Muslim enggan ke sana karena sulit mencari makanan halal. Rencananya tahun ini Hong Kong akan mulai mengenalkan paket wisata halal yang didukung pemerintah.

Akademisi dan Ketua Dewan Masjid Nagoya Profesor Yamamoto mengungkapkan, sesuai konstitusi Jepang, pemerintah tidak boleh ikut campur urusan agama. Hanya saja, untuk meningkatkan pariwisata halal, kali ini pemerintah harus turun tangan.

”Ini hal baru, bagaimana menerima wisatawan Muslim. Hanya dari sisi itu saja, bukan agama,” ungkap Yamamoto.

Bandar udara di Jepang merupakan milik swasta. Mereka berpikir pula bagaimana bisa melayani wisatawan dengan baik sehingga tidak keberatan memasang fasilitas yang berkaitan dengan kebutuhan wisatawan Muslim, meski saat ini yang ada baru sebatas tempat shalat.

80 ribu wisatawan dari Malaysia dan Indonesia per tahun masuk ke Jepang. Perusahaan transportasi lain seperti kereta memang belum begitu gencar soal fasilitas ini.

Tapi karena ada Olimpiade 2020 di Tokyo, akan banyak Muslim datang. Karena itu persiapan terus dibangun dan pemerintah juga sadar untuk memperbaiki sistem guna menerima mereka. Karena itu situasi pariwisata Jepang cepat berubah.

Dari 125 juta warga Jepang hanya 50 ribu Muslim dan hanya 10 persennya yang merupakan warga asli Jepang. Jadi, memang tidak mudah mempertemukan Muslim asli Jepang dengan masyarakat umum.

Karena itu, kalau mau memasang fasilitas khusus Muslim di tempat umum, yang memakai sangat sedikit. Sehingga memang masih sulit menemukan fasilitas khusus Muslim di area umum.

 

sumber: Republika Online