Bersihkan Kalbu dengan Zikir

Kalbu merupakan penghubung manusia dengan Allah. Kalbu yang kotor menyulitkan hubungan dengan Allah dan kalbu bisa dibersihkan dengan berdzikir.

Wakil Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi MUI Ustaz Wahfiudin Sakam mengatakan, dalam surah al-Anfal ayat 24 disebutkan Allah berhubungan dengan manusia melalui kalbu. Dalam hadis yang diriwayatkan Muslim, Rasulullah juga menyatakan Allah tidak perhatikan fisik, tapi kalbu.

Bila kalbu kotor, terputus hubungan dengan Allah. Maka, kalbu harus dibersihkan. Pembersih kalbu adalah zikir dan itu tidak cukup di mulut, tapi harus meresap ke dalam kalbu.

”Kalau zikir sampai ke kalbu, ada getar cinta dan takut. Ada khawatir tapi ada harap. Khauf dan roja’,” kata Ustaz Wahfiudin dalam kajian bakda Zhuhur di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB, Rabu (7/6).

Kalau hamba mengingat Allah, Allah akan mengingatnya. Maka tak heran bila salah satu doa yang selalu dipanjatkan Rasulullah adalah agar Allah memberi cahaya dalam hati.

Banyak orang yang shalat hanya pada dimensi fisik. Dalam surah Taha ayat 14, Allah memerintahkan manusia menegakkan shalat untuk zikir kepada Allah. Zikir sendiri maknanya adalah bersambungnya kalbu kepada Allah.

Kalbu yang dimaksud dalam ayat itu adalah kalbu ruhiyah sebab inti ruh juga disebut kalbu. Dalam hadis riwayat Ibnu Majah, Rasulullah mengatakan orang berbuat dosa akan memiliki noda hitam di kalbunya. Makin banyak dosa, makin banyak noda hitam di kalbunya.

Saat ruh ditiupkan dalam janin, ruh membawa kalbu yang berisi iman dan nilai kasih sayang dan nilah yang disebut hati nurani.

Sementara kalbu jasmaniyah adalah seperti dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim tentang hati. Dalam Bahasa Arab hati berarti qibdu sementara qalbu berarti jantung.

 

REPUBLIKA

Zikir Penyubur Kalbu

Kalbu atau hati merupakan pusat rohaniah manusia. Mereka yang memiliki kalbu yang suci akan mudah memperoleh hidayah dari Allah SWT. Sebaliknya, hati yang bernoda akan tertutup dari petunjuk-Nya. Akibatnya, hidup tenggelam dalam maksiat dan dosa.

Ketika mengomentari surah al-Hadid ayat 16-17, Prof Dr M Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah mengibaratkan hati seperti tanah. Apabila tidak disentuh air, tanah akan gersang. Kalbu akan membatu jika tidak tersentuh zikir.

Maka itu, zikir berfungsi sebagai penyubur kalbu. Firman Allah SWT, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka)…” (Qs al-Hadid [57]:16).

Ayat ini mengisyaratkan pentingnya zikir untuk menundukkan dan menyuburkan kalbu. Dengan zikir, kita mengingat Allah SWT, merasakan, dan menghadirkan-Nya dalam setiap aktivitas. Tidak ada celah bermaksiat karena keyakinan yang kuat akan kehadiran pengawasan Allah.

Ibnu Athaillah al-Sarkandi dalam al-Qashd al-Mujarrad fi Ma’rifat al-Ism al-Mufrad, menyebut ada tiga macam zikir. (1) zikir lisan, ini adalah zikir sebagian besar manusia; (2) zikir hati, ini adalah zikir kalangan khusus di antara kaum beriman; dan (3) zikir roh, ini adalah zikir kaum lebih khsusus, zikir kaum arif dengan kefanaan mereka dari zikir, penyaksian mereka akan Tuhan, dan anugerah-Nya atas mereka.

Ibnu Athaillah juga menyebut, zikir lisan tanpa kehadiran hati adalah zikir kebiasaan yang kosong dari keutamaan. Zikir lisan dengan kehadiran hati mendatangkan manfaat. Lidah yang basah dengan kalimat zikir mesti menghadirkan hati.

Zikirullah juga bisa bermakna shalat, sebab shalat adalah salah satu upaya mengingat-Nya. Firman-Nya, “…Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Qs Thaha [20]: 14).

Mendirikan shalat secara kontinu penuh ketaatan akan terasa berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. Kekhusyukan dalam shalat akan bisa diperoleh oleh orang yang memiliki keyakinan sepenuh hati kelak menemui Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya. (Qs Al-Baqarah [2]: 45-46).

Lagi-lagi, shalat sebagai zikir mensyaratkan kehadiran hati untuk mengingat dan merasakan kehadiran Allah SWT. Shalat yang khusyuk turut menyuburkan kalbu.

Shalat yang dilakukan secara lisan dan gerakan tubuh semata, akan membuatnya tetap bergelimang maksiat dan dosa. Maka itu, shalat sebagai pencegah perbuatan keji dan munkar pun tak lagi berfungsi.

Zikirullah dalam surah al-Hadid [57] ayat 16 di atas juga bisa bermakna Alquran. Salah satu nama Alquran adalah adz-Dzikru. Orang yang membaca, memahami, dan mengamalkan Alquran adalah orang yang mengingat Allah.

Alquran juga berfungsi sebagai syifa’ atau pengobat hati. (Qs Yunus [10]: 57). Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitab Zâdul Ma’âd menulis, “Alquran adalah obat (penawar) yang sempurna dari seluruh penyakit hati dan jasmani, demikian pula penyakit dunia dan akhirat.

Oleh karena itu, Alquran hadir sebagai solusi untuk mengobati sekaligus menyuburkan kalbu. Semoga Allah menuntun kita menjadi hamba yang hidup dalam zikir. Amin.

 

Oleh: Muhammad Kosim

sumber: Republika Online

Jadikan Zikir Kita, Juga Zikir Hati dan Rasa

SUBHANALLAH, walhamdulillah, wa laa ilaaha illaAllah wa Allahu Akbar. Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar. Ketika kalimat ini diucapkan dengan bahasa rasa, sirna sudah kepenatan, kesedihan, penderitaan dan kegalauan.

Kemahasucian Allah, keterpujian Allah, keesaan Allah dan kebesaran Allah menghalangi akal untuk berlarut dalam keputusasaan karena tidak mampunya akal mengatur dan melogikakan kehidupan. Keterpujian Allah mengantarkan akal dan hati kita untuk tak mau menyalahkan aturan dan ketetapan Allah.

Takdir yang terjadi adalah sesuatu yang terindah yang seringkali tak bisa langsung dipahami dan diketahui hikmahnya. Kemahaesaan Allah menjadikan kita tak perlu sibuk menghamba kepada selainNya. Sementara kemahabesaran-Nya menjadikan semua masalah menjadi kecil dan tak perlu membuat kita stres dan depresi.

Jadikan zikir kita bukan hanya zikir mulut, melainkan pula zikir hati dan zikir rasa. Jadikan pujian kita kepadaNya adalah pujian yang total setotal sifat keterpujian yang melekat kepadanya. Jadikan kebergantungan kita adalah ketergantungan yang sempurna, ketergantungan yang memporakporandakan ketergantungan kepada selain-Nya.

Jadikan takbir kita adalah betul-betul pengagungan yang benar kepadaNya, pengagungan yang menghapus kesombongan diri. Zikir seperti inilah yang akan menjadikan kita benar-benar berada dalam jaminan pengaturan Allah.

Jelas sekali bahwa sulit sekali menjadi muslim kaaffah seperti itu, yang kaaffah dalam segala-galanya. Namun kita harus selalu berusaha dan mencoba untuk selalu menyempurnakan keberagamaan kita. Salam, AIM@Pondok Pesantren Alif Laam Miim Surabaya. [*]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2297621/jadikan-zikir-kita-juga-zikir-hati-dan-rasa#sthash.kEghZqzk.dpuf

20 Fadhilah dan Keutamaan Dzikir (2)

Orang yang senantiasa berdzikir ketika di jalan, di rumah, di lahan yang hijau, ketika safar, di berbagai tempat, akan membuatnya mendapatkan banyak saksi di hari kiamat

 

14. Malaikat mengelilingi

Sebagaimana yang disabdakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam “Dari Abu Sa’id al-Khudzri ra, Rasulullah bersabda, “Tidaklah sekelompok orang duduk dan berdzikir kepada Allah, melainkan mereka akan dikelilingi para malaikat, mendapatkan limpahan rahmat, diberikan ketenangan hati, dan Allah pun akan memuji mereka pada orang yang ada di dekat-Nya.” (HR. Muslim)
Dari ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kalian melalui taman-taman surga, maka kelilingilah ia.” Sahabat bertanya, “apakah taman-taman surga wahai Rasulullah SAW?”, beliau menjawab, “yaitu halaqoh-halaqoh dzikir, karena sesungguhnyaAllah memiliki pasukan-pasukan dari malaikat, yangmencari halaqoh-halaqoh dzikir, yang apabila mereka menjumpainya, mareka akan mengelilinginya.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Baihaqi)

15. Terjaga dari Kebatilan

Siapa yang membiasakan lidahnya untuk berdzikir, maka lidahnya lebih terjaga dari kebathilan dan perkataan yang sia-sia. Namun siapa yang lidahnya tidak pernah mengenal dzikir, maka kebathilan dan kekejian banyak terucap dari lidahnya. Dzikir pada Allah akan menjadikan kesulitan itu menjadi mudah, suatu yang terasa jadi beban berat akan menjadi ringan, kesulitan pun akan mendapatkan jalan keluar. Dzikir pada Allah benar-benar mendatangkan kelapangan setelah sebelumnya tertimpa kesulitan.

15 . Menghilangkan rasa takut yang ada pada jiwa dan ketenangan akan selalu diraih. Sedangkan orang yang lalai dari dzikir akan selalu merasa takut dan tidak pernah merasakan rasa aman.

16. Bisa melakukan hal yang menakjubkan

Contohnya adalah Ibnu Taimiyah yang sangat menakjubkan dalam perkataan, tulisannya, dan kekuatannya. Tulisan Ibnu Taimiyah yang ia susun sehari sama halnya dengan seseorang yang menulis dengan menyalin tulisan selama seminggu atau lebih. Begitu pula di medan peperangan, beliau terkenal sangat kuat. Inilah suatu hal yang menakjubkan dari orang yang rajin berdzikir.

17. Menjadi Saksi di Hari Kiamat

Orang yang senantiasa berdzikir ketika berada di jalan, di rumah, di lahan yang hijau, ketika safar, atau di berbagai tempat, itu akan membuatnya mendapatkan banyak saksi di hari kiamat. Karena tempat-tempat tadi, gunung dan tanah, akan menjadi saksi bagi seseorang di hari kiamat. Kita dapat melihat hal ini pada firman Allah Ta’ala.

18. Terlindung dari bahaya racun

Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa barangsiapa yang mengucapkan dzikir ini di sore hari sebanyak tiga kali, maka ia tidak akan mendapat bahaya racun di malam tersebut. (HR. Ahmad 2/290, An Nasai dalam ‘Amal Al Yaum wal Lailah no. 590). Bacaan yang dimaksud adalah; أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya.” (dibaca 3 x pada petang hari)

19. Dicukuki Kebutuhannya oleh Allah

Abdullah bin Khubaib disebutkan bahwa barangsiapa yang mengucapkan surat tersebut masing-masing sebanyak tiga kali ketika pagi dan sore hari, maka itu akan mencukupinya dari segala sesuatu. (HR. Abu Daud (4/322, no. 5082), Tirmidzi (5/567, no. 3575). Hadits yang dimaksud adalah bacaan 3 surat Al Ikhlas: 1-4, Al Falaq: 1-5 dan An Naas: 1-6 di waktu pagi dan petang.

20. Dapat Ridho Allah Subhanahu Wata’ala

Dalam hadits Tsauban bin Bujdud radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa barangsiapa yang mengucapkan hadits ini sebanyak tiga kali di shubuh hari dan tiga kali di sore hari, maka pantas baginya mendapatkan ridho Allah di hari kiamat. (HR. Ahmad (4/337). Bacaan yang dimaksud adalah; رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّ

“Aku ridho Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi (yang diutus oleh Allah).”

Dari Abdullah bin Basr radhiallahu ‘anhu ia berkata, “Seorang laki-laki pernah berkata kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat Islam itu banyak maka beri tahukan kepadaku sesuatu yang dapat aku jadikan pegangan!’ Maka Rasul menjawab;

لا يزال لسانك رطبا من ذكر الله

“Hendaklah lisanmu senantiasa basah dengan berzikir pada Allah.” (HR. Tirmidzi no. 3375.*

 

sumber: Hidayatullah

20 Fadhilah dan Keutamaan Dzikir (1)

SESUNGGUHNYA shalat adalah kunci segala macam amal ibadah manusia, di dalam shalat penuh dengan bacaan do’a dan zikir, maka bila shalatnya sudah sempurna akan menuntut perbuatan yang lain juga akan menjadi baik.

Rasulullah memerintahkan umatnya jika selesai shalat untuk berzikir dengan membaca Subhanallah sebanyak 33 kali,Alhamdulillah 33 kali, Allahu Akbar 33 kali dan kalimat thayyibah “La Ilaha Illallah” sebanyak 33 kali.

Kata zikir berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘menyebut’ atau ‘mengingat’. Jadi tujuan zikir adalah mengucap atau menyebutAsmaul Husna (nama-nama Allah) atau kalimat-kalimatthoyyibah agar kita dapat selalu ingat kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Zikir dilakukan kapan saja, terutama ketika kita setelah selesai melakukan shalat, baik yang wajib maupun yang sunnah. Namun zikir juga dapat dilakukan di mana saja, asalkan di tempat yang suci dan terhindar dari tempat yang kotor dan najis.

Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Aku bertanya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Amal apakah yang paling dicintai oleh Allâh Azza wa Jalla ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Engkau mati dalam keadaan lidahmu basah karena berdzikir kepada Allâh Azza wa Jalla .’”

Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kaum Mukminin untuk banyak berdzikir kepada-Nya dan Allâh memuji orang-orang yang banyak berdzikir. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا ﴿٤١﴾ وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allâh, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” [ QS: al-Ahzâb [33]:41-42]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman, yang artinya, “… Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allâh, Allâh telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.“[QS: al-Ahzâb [33]:35]

Para sahabat berkata, “Siapa al-Mufarridûn wahai Rasûlullâh?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kaum laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir kepada Allâh.”

Keutamaan Zikir

1. Membuat Hidup Jadi Tenang

2. Menghapus dosa-doa

Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa yang mengucapkan: Subhanallah wa Bihamdihi (Maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya) sebanyak seratus kali, maka dihapuskan segala kesalahan (dosa)-Nya walaupun sebanyak buih dilaut.” (Muttafaq ‘alaih)

3. Suka Zikir dianggap Hidup, kurang zikir dianggap “mati”

“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dan orang yang tidak berdzikir, adalah seumpama orang yang hidup dan mati.” (HR. Bukhari)

4. Mengusir /menundukkan Setan
Allah subahanahu wa ta’ala berfirman: “Dan Jika Syaithan mengganggumu dengan suatu ganguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS: Fushilat:36)
5. Menghilangkan kesedihan dan kemuraman dari hati
6. Mendatangkan kegembiraan dan kesenangan dalam hati
7. Melapangkan rizki dan mendatangkan barakah [Baca: Raih Rizki dengan Perkuat Doa, Ibadah dan Ikhtiar]
8. Membuahkan ketundukan, yaitu berupa kepasrahan diri kepada Allâh dan kembali kepada-Nya
9. Allah bersama Orang Yang Berzikir

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُوْلُ : أَنَا مَعَ عَبْدِيْ مَا ذَكَرَنِيْ وَتَحَرَّكَتْ بِيْ شَفَتَاهُ
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman: “Aku bersama hamba-Ku selagi dia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak-gerak menyebut-Ku.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

11. Membuat hati menjadi hidup

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah t berkata, “Dzikir bagi hati sama dengan air bagi ikan, maka bagaimana keadaan yang akan terjadi pada ikan seandainya berpisah dengan air ?”
12. Membersihkan hati dari karatnya, karena segala sesuatu ada karatnya dan karat hati adalah lalai dan hawa nafsu. Sedang untuk membersihkan karat ini adalah dengan taubat dan istighfar
13. Menyelamatkannya dari adzab Allâh
Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu dan dia memarfu’kannya ” Tidak ada amal yang dilakukan anak Adam yang lebih menyelamatkannya dari adzab Allâh, selain dari dzikir kepada Allâh Azza wa Jalla “

 

 

sumber: Hidyatullah

Tiga Manfaat Utama Membiasakan Dzikir kepada Allah

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya”

“Dzikir kepada allah Ta’ala adalah ibadah terbesar dibandingkan ibadah lainnya,” demikian kata Ibn Abbas RA

MENJELASKAN hal ini,  Imam Ghazali dalam kitabnya “Dzikurllah” menulis, “Jika Anda bertanya, kenapa dzikir kepada Allah yang dikerjakan secara samar oleh lisan dan tanpa memerlukan tenaga yang besar menjadi lebih utama dan lebih bermanfaat dibandingkan dengan sejumlah ibadah yang dalam pelaksanaannya banyak mengandung kesulitan?”

Imam Ghazali menjelaskan bahwa dzikir mengharuskan adanya rasa suka dan cinta kepada Allah Ta’ala. Maka tidak akan ada yang mengamalkannya kecuali jiwa yang dipenuhi rasa suka, dan cinta untuk selalu mengingat dan kembali kepada-Nya.

Orang yang mencintai sesuatu akan banyak mengingatnya, dan orang yang banyak mengingat sesuatu (meskipun pada mulanya ini adalah bentu pembebanan) pasti akan mencintainya. Begitu halnya dengan orang yang berdzikir kepada Allah Ta’ala.

Apabila seorang Muslim sampai pada derajat suka berdikir, maka ia tidak akan melakukan erbuatan lain selain dzikir kepada Allah Ta’ala. Sesuatu yang selain Allah adalah sesuatu yang pasti meninggalkannya saat kematian menjemput. Nah, di sinilah urgensi mengapa setiap jiwa sangat membutuhkan amalan dzikir.

Dengan demikian, apa saja manfaat utama dari amalan yang sampai dibahas secara khusus oleh Imam Ghazali ini?

Pertama, kebahagiaan setelah kematian

Ketika seorang Muslim meninggal dunia, maka harta, istri, anak, dan kekuasaan akan meninggalkannya. Ya, tidak ada lagi yang bersamanya selain dzikir kepada Allah Ta’ala. Saat itulah, amalan dzikir akan memberikan manfaat yang luar biasa bagi diirnya.

Imam Ghazali memberikan ilustrasi menarik akan hal ini. “Ada orang bertanya, ‘Ia sudah lenyap, lalu bagaimana perbuatan dzikir kepada Allah masih tetap kekal bersamanya?”

Imam Ghazali pun menjelaskan, “Sebenarnya ia tidak benar-benar lenyap, yang juga melenyapkan amalan dzikir. Ia hanya lenyap dari dunia dan alam syahadah, bukan dari alam malakut. Hal ini tertera dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 169-170.”

Kedua, senantiasa diingat oleh Allah Ta’ala

Di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman;

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ

“Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (QS. Al-Baqarah [2]: 152).

Tsabit Al-Banani berkata, “Saya tahu kapan Allah mengingatku.” Orang-orang pun merasa khawatir dengan ucapannya sehingga mereka pun bertanya, “Bagaimana kamu mengetahuinya?” Tsabit menjawab, “Saat aku mengingat-Nya, maka Dia mengingatku.”

Dalam Hadits Qudsi juga disebutkan, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku akan bersama hamba-Ku selama ia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak karena Aku.” (HR. Baihaqi & Hakim).

Subhanallah, bagaimana kalau Allah yang mengingat diri kita yang dhoif. Bayangkan saja, seorang kepala desa akan sangat senang jika dirinya senantiasa diingat oleh gubernur atau presiden. Bagaimana kalau yang mengingat kita adalah Allah Ta’ala, Rabbul ‘Alamin!

Pantas jika kemudian sahabat Nabi Shallallahu alayhi wasallam, Muadz bin Jabal berkata, “Tidak ada yang disesali oleh penghuni surga selain waktu yang mereka lewatkan tanpa berdzikir kepada Allah Ta’ala.”

Ketiga, diliputi kebaikan demi kebaikan

Seorang Muslim yang senantiasa berdzikir akan senantiasa mendapatkan kebaikan demi kebaikan.

Rasulullah bersabda, “Tiada suatu kaum yang duduk sambil berdzikir kepada Allah melainkan mereka akan dikelilingi oleh malaikat, diselimuti oleh rahmat dan Allah akan mengingat mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR. Bukhari).

Sementara itu hadits yang lain menyebutkan, “Tiada suatu kaum yang berkumpul sambil mengingat Allah dimana dengan perbuatan itu mereka tidak menginginkan apa pun selain diri-Nya, melainkan penghuni langit akan berseru kepada mereka, ‘Bangkitlah, kalian telah diampuni. Keburukan-keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan-kebaikan’.” (HR. Ahmad).

Oleh karena itu, sangat luar biasa kasih sayang Allah kepada umat Islam. Manfaat dzikir yang sedemikian luar biasa bagi kehidupan dunia-akhirat kita senantiasa Allah ulang-ulang di dalam kitab-Nya agar kita terus menerus mengamalkannya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 41).

Bahkan saat kita usai sholat pun, Allah tekankan agar kita terus berdzikir kepada-Nya.

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاَةَ فَاذْكُرُواْ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنتُمْ فَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَاباً مَّوْقُوتاً

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring” (QS. An-Nisa [4]: 103).

Dengan demikian, mari kita upayakan agar muncul rasa suka dan cinta untuk senantiasa berdzikir kepada-Nya. Karena amalan ini sangat mudah diamalkan dengan manfaat yang sangat luar biasa. Tidak saja menjamin kebaikan di dunia, tetapi juga memastikan kebaikan di akhirat. Semoga Allah anugerahi kita hati yang senantiasa suka, cinta dan rindu untuk selalu berdzikir kepada-Nya. Wallahu a’lam.*

 

sumber: Hidayatullah.com

Ini Dia Bacaan Zikir Sederhana Penangkal Azab

Aktual.com menghadirkan kepada Anda berupa, bacaan zikir. Seperti, tahmid, tahlil, takbir, dan istigfar. Salah satu, dari sekian banyak bacaan zikir tersebut merupakan kalimat sederhana penangkal azab.

Bila diucapkan oleh seorang Muslim dengan bersungguh-sungguh dan penuh kekhusukkan, maka Allah SWT akan menghindarkan hamba-Nya dari azab yang sangat pedih.

Bacaan zikir sederhana itu yakni, istigfar yang berbunyi “Astaghfirullah hal adzim” (memohon ampun kepada Allah SWT, red). Istigfar dibarengi dengan rasa penyesalan yang dalam dan tidak mengulangi perbuatan yang sama maka akan menghindarkan seseorang dari azab Allah SWT. Hal ini sesuai dengan surat Al-Anfal: 33 yang artinya:

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang Engkau berada di antara mereka. Dan tidaklah pula Allah SWT akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (Al-Anfal: 33).

Nabi Muhammad SAW memberikan contoh bahwa Beliau seringkali membaca istigfar sebanyak 100 kali dalam sehari semalam. Rasulullah SAW pernah mengumpulkan umat Islam, lalu Beliau bersabda yang artinya

“Hai manusia, bertobatlah kalian kepada Allah SWT, karena aku sendiri bertobat dalam satu hari seratus kali.” (HR. Abu Huarirah)

“Meski dosa-dosamu sebanyak buih lautan, sebanyak butir pasir di padang pasir, sebanyak daun di seluruh pepohonan, atau seluruh bialangan jagad Alam Semesta, Allah SWT tetap akan selalu mengampuni, bila Engkau mengucapkan doa sebanyak tiga kali sebelum engkau tidur: Astaghfirullahal ‘Adzim al-Ladzii Laailaaha Illa Huwal Hayyul Qayyuumu wa Atuubu Ilaih. (Aku memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung, tiada Tuhan selain Dia Yang Maha Hidup dan Memelihara (kehidupan), dan aku bertobat kepada-Nya).” (HR. at-Tirmidzi).

Sementara itu, sebuah kisah tentang Nabi Yunus AS, yang dimakan ikan Paus menjadi salah satu pelajaran bagi kita. Saat berada di dalam tubuh ikan besar tersebut, Nabi Yunus AS bertaubat kepada Allah SWT atas dosa-dosanya yang tidak sabar menghadapi kaumnya. Akhirnya Ia berhasil terbebas setelah melakukan istigfar dengan penyesalan yang amat dalam.

“Maka kami telah memperkenankan danya dan menyelamatkannnya dari kedukaan. Dan demikianlah kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anbiya: 88). (Sumber: Nahdlatul Ulama)/Aktual.com

Penjelasan Doa “Rabbana Atina Fid Dunya Hasanah”

Diantara doa yang Allah Ta’ala ajarkan dalam Al Qur’an adalah doa:

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah Kami dari siksa neraka.” (QS. al-Baqarah : 201).

Dalam do’a di atas terdapat beberapa faidah di antaranya adalah :

  1. Do’a ini disyari’atkan untuk dibaca di segala kondisi, dan terdapat kondisi-kondisi tertentu di mana do’a ini dipanjatkan seperti:

  1. Ketika thawaf dan berada di antara ar-Rukun al-Yamani dan al-Hajar al-Aswad [HR. Abu Dawud];

  2. Ketika selesai menunaikan rangkaian ibadah haji sebagaimana ditunjukkan dalam teks ayat sebelumnya;

  3. Ketika ditimpa musibah sebagaimana disebutkan dalam hadits Anas radhiallahu ‘anhu,

    أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَادَ رَجُلاً مِنَ الْمُسْلِمِينَ قَدْ خَفَتَ فَصَارَ مِثْلَ الْفَرْخِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « هَلْ كُنْتَ تَدْعُو بِشَىْءٍ أَوْ تَسْأَلُهُ إِيَّاهُ ». قَالَ نَعَمْ كُنْتُ أَقُولُ اللَّهُمَّ مَا كُنْتَ مُعَاقِبِى بِهِ فِى الآخِرَةِ فَعَجِّلْهُ لِى فِى الدُّنْيَا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « سُبْحَانَ اللَّهِ لاَ تُطِيقُهُ – أَوْ لاَ تَسْتَطِيعُهُ – أَفَلاَ قُلْتَ اللَّهُمَّ آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ». قَالَ فَدَعَا اللَّهَ لَهُ فَشَفَاهُ.

    Sesungguhnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjenguk seorangsahabat yang telah kurus bagaikan anak burung (karena sakit). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah kamu berdo’a atau meminta sesuatu kepada Allah?” Ia berkata, “Ya, aku berdo’a/meminta kepada Allah, “Ya Allah siksa yang kelak Engkau berikan kepadaku di akhirat segerakanlah untukku di dunia.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Subhanallah, kamu tidak akan mampu menanggungnya. Mengapa kamu tidak mengucapkan, “Ya Allah berikan kepada kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan dan peliharalah kami dari adzab Neraka.” Maka orang itupun berdo’a dengannya. Allah pun menyembuhkannya.” (HR Muslim).

  1. Kata Rabb merupakan seruan/panggilan yang mengandung pengakuan dari hamba terhadap rububiyah Allah karena Dia-lah semata yang memelihara segala urusan hamba-Nya, Dia-lah yang memperbaiki seluruh perkara dunia dan akhirat mereka, Dia-lah semata yang memberikan taufik, yang mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. Ucapan ini menunjukkan betapa butuhnya hamba kepada Allah, mereka tidaklah mampu mengurus diri mereka tanpa adanya bantuan dari Allah, tidak ada yang mampu menolong dan memperbaiki segala urusan mereka kecuali Allah (al-Mawahib ar-Rabbaniyah hlm. 124).

    Dengan demikian, ketika bermunajat dengan mengucapkan panggilan ini, seorang hamba seyogyanya menghadirkan hati akan makna rububiyah Allah karena hal ini akan menimbulkan rasa khusyuk, khudlu (ketundukan) dan hamba akan merasakan manisnya bermunajat kepada Allah;

  1. Menginginkan kebaikan duniawi semata adalah ciri bagi mereka yang bercita-cita rendah karena pada ayat sebelumnya, Allah menyebutkan perihal golongan yang meminta kebaikan di dunia tanpa meminta kebaikan di akhirat, dan Allah pun menegaskan di akhirat kelak tidak akan ada bagian kebaikan bagi mereka.

    فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ

    Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: “Ya Rabb kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.” (QS. al-Baqarah : 200).

    Patut dicatat, terkabulnya keinginan duniawi pun bersifat terbatas, Allah hanya akan memberikan kebaikan di dunia dengan sesuatu yang Dia kehendaki dan hanya diberikan kepada mereka yang diinginkan Allah.

    مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ

    Barangsiapa yang menginginkan balasan yang segera, maka kami akan menyegerakan balasan itu untuknya di dunia dengan apa yang kami kehendaki, bagi siapa yang Kami inginkan” (QS. Al-Isrâ`: 18).

  2. Berkebalikan dengan poin 2, dalam Islam, mereka yang bercita-cita tinggi tentu akan lebih mendahulukan untuk meminta kebaikan di akhirat;

  3. Kebaikan di dunia yang dimaksud dalam ayat di atas mencakup seluruh keinginan duniawi, baik berupa kesehatan, rumah yang lapang, istri yang cantik, reseki yang melimpah, ilmu yang bermanfaat, amal shalih, kendaraan yang mewah, pujian dan selainnya (Tafsir Ibn Katsir 1/343).

    Sedangkan kebaikan di akhirat tentulah yang dimaksud adalah al-jannah (surga) karena mereka yang tidak dimasukkan ke dalam surga sungguh telah diharamkan untuk memperoleh kebaikan di akhirat (Tafsir ath-Thabari 1/553). Termasuk juga di dalamnya adalah rasa aman dari rasa takut ketika persidangan di hari kiamat dan kemudahan ketika segala amalan dihisab (Tafsir Ibn Katsir 1/342).

  1. Ucapan وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ merupakan permintaan hamba agar dilindungi dari siksa neraka sekaligus menunjukkan bahwa dirinya memohon segala sebab agar dirinya dijauhkan dari siksa neraka dipermudah oleh Allah, yaitu dengan menjauhi segala bentuk keharaman, dosa dan meninggalkan perkara yang syubhat (samar hukumnya) (Tafsir Ibn Katsir 1/342).

    Ucapan ini juga mengandung permohonan agar Allah tidak memasukkan hamba ke dalam an-naar (neraka) karena maksiat yang telah dikerjakannya, untuk kemudian dikeluarkan dengan adanya syafa’at (Tafsir al-Qurthubi 1/786).

  1. Betapa jauhnya kedudukan dan keutamaan antara kedua golongan tersebut (golongan yang menginginkan kebaikan akhirat dan golongan yang menginginkan kebaikan duniawi semata) karena pada ayat selanjutnya Allah menggunakan isim isyarah lil ba’id (kata tunjuk untuk sesuatu yang jauh), yaitu أولئك dalam firman-Nya,

    أُولئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَاب

    Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya” (QS. al-Baqarah : 202).

  1. Meski lafadznya ringkas namun kandungan do’a ini mencakup seluruh kebaikan dunia dan akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering memanjatkan do’a ini, dan bahkan Anas radhiallahu ‘anhu mengatakan do’a ini adalah do’a yang paling banyak dipanjatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR. Bukhari dan Muslim).

    Demi meneladani beliau, di setiap permintaan yang dipanjatkan kepada Allah, Anas mesti menyelipkan do’a ini dan beliau pun mendo’akan kebaikan bagi para sahabatnya dengan do’a ini (Fath al-Baari 11/229).

  2. Diperbolehkan bagi hamba untuk memanjatkan dalam do’anya keinginan dunia dan akhirat, karena manusia pastilah membutuhkan kebaikan di dunia terlebih kebaikan di akhirat kelak;

  3. Seyogyanya prioritas utama seorang hamba dalam do’anya adalah perkara akhirat. Hal ini ditunjukkan dalam ayat di atas, dimana terdapat dua permohonan terkait perkara akhirat, yaitu kebaikan akhirat dan perlindungan dari siksa neraka, dan hanya satu permohonan terkait pekara dunia.

  4. Diantara ciri do’a yang baik adalah mengandung permintaan yang mengumpulkan sikapraghbah (meminta pahala/kebaikan) dan rahbah (menghindar dari siksa), sehingga seorang hamba mampu menyeimbangkan antara rasa rajaa (mengharap pahala) dankhauf (takut akan siksa);

  5. Betapa pentingnya do’a yang bersumber dari kitabullah karena meski dengan lafadz yang singkat tapi makna yang terkandung di dalamnya mencakup seluruh keinginan hamba, baik berupa perkara dunia maupun akhirat.

15 Muharram 1436 H

Penulis: Muhammad Nur Ichwan Muslim

Artikel Muslim.Or.Id

Dzikir sebagai Kekayaan Kita

Saat tiba pagi dan sore hari, yuk baca:

100 shalawat

dzikir01

100 tasbih subhaanawlloohi wabihamdih

dzikir02

100 astaghfiruwllooh. Baca dengan penuh cinta, santai, dan dinikmati.

dzikir03

Baca juga hasbiyawlloohu laa-ilaaha illaa huu. ‘alaihi tawakkaltu wahuwa robbul ‘arsyil ‘adzhiim. Ini adalah bagian dari dua ayat terakhir dari Q.S. At Taubah. Baca aja keduanya sebanyak 7 kali, ya.

at taubah 128

at taubah 129

Kemudian baca Al Ikhlaash, Al Falaq, An Naas masing-masing sebanyak 3 kali.

qulhualfalaqannas

Ulangi dzikir ini dua kali sehari: pagi dan sore.

Buat yang berat hidupnya, ketahuilah, mungkin karena kurang zikir-zikir barangkali. Dengan membiasakan membaca zikir, semoga hidup menjadi semakin enteng. Buat yang rajin baca, ia bagaikan sedang mengumpulkan kekayaan, meniti jalan kemenangan, kesuksesan, kejayaan, dan kemuliaan. Terus rutinkan, ya.

Lebih baik lagi jika Saudara mau mempelajari betul dzikir pagi, sore, serta zikir-zikir setelah shalat. Pelajari dan amalkan. Asli. Hidup insya Allah bakal enteng seenteng-entengnya.

Saya suka kasian sama yang buat makan aja susah. Bayar kontrakan susah. Bayar angsuran ini itu, susah. Bayar sekolah/kuliah, cari kerja/jodoh, susah. Saya juga suka kasian sama yang pengen usaha, keringetan cari modal. Udah usaha, masih keringetan juga sebab kerap masalah muncul. Kemudian peristiwa ini dibilang wajar. Padahal mah nggak wajar. Kenapa? Sebab hidupnya sepi dari dzikir harian.

Melewati hari tanpa dzikir harian adalah seperti jalan di muka bumi nggak pake pakaian, dengan membawa beban berat di pundaknya.

Bismillaah dah. Coba niatin jajal dzikir ini, sekitar 3 hari dulu. Terus lanjut 7 hari, 14 hari, 40 hari, hingga pada akhirnya bisa 100 hari nggak pernah nggak baca. Baca terus.

Buat yang punya orang tua, keluarga yang sedang ada hajat, sedang susah, sedang butuh pertolongan Allah, kerjakan juga dzikir-dzikir ini. Buat yang belum berjodoh, belum punya anak, belum kerja, nggak lulus-lulus kuliah, pengen S2, S3 … atau bahkan S5 atau S8, he he …ini mah enteng dah buat Allah.

Setiap habis mengerjakan zikir-zikir ini, tarik nafas sebentar. Konek sedikit ke Allah. Konsentrasi dengan menghela nafas. Lalu berdoalah …

Alaa bidzikrillaahi tath-mainnul quluub. Ingatlah, dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang. Coba cari nih ayat ada di surat apa dan perhatikan betul ayatnya.

Dzikir tadi coba salin di kertas selembar. Bawa terus lembar tersebut sebagai pengingat bahwa ada dzikir harian yang minimal kudu dibaca. Share artikel ini ke sebanyak-banyak teman via twitter, BBM, facebook, semua media dah.

Oh ya, ajarin orang akan hal ini. Ingatkan. Kalo perlu bikin kelompok kecil. Cari kawan. Yang saling mengingatkan dan sama-sama mengerjakan. Minta mereka juga cari downline. Pake prinsip Ajak, Rawat, & Uswatun Hasanah. Prinsip ini mengajarkan untuk tidak hanya mengajak, tetapi juga ngingetin buat terus melakukan.

Bila hasilnya pengen lebih hasil lagi, coba liat-liat. Punya apa yang bisa disedekahin? Keluarin aja duluan untuk jadi pelengkap dzikir yang hebat. InsyaaAllah.

Ok. Ok. Kebanyakan nih, he he. Segera aja disalin, ya. Sebab nggak mungkin saya ngingetin terus. Salin di kertas. Fotokopi aja, bagiin ke orang-orang. Yang mau nyalin, terus mau motokopi dan bagiin lembar yang ditulisulangnya sendiri, kasih tau aja. Sekadar ngebahagiain saya bahwa amalan ini dijalanin.

Loh… Katanya udahan? Ini masih nulis aja? He he he. Ok. Pamit. Salam hormat.

Salinnya dari awal, ya. Semua dzikir tadi ditulis ulang. Jangan ada yang dilewatin.

Masih nongol, hehehe. Sebelum ditegor istri, he he he. Ok. Pamit beneran …

Salam,

@Yusuf_Mansur

 

sumber: YusufMansyur.com