tanda akhir zaman

Tanda Akhir Zaman, 10 Keadaan Mirip Kondisi Saat Ini?

PERLU  ditekankan terlebih dahulu bahwa judul ini tidak dimaksudkan untuk menakut-nakuti terjadinya kiamat, bukan juga malampaui kapasitas bak peramal yang mangait-ngaitkan kondisi terkini dengan yang akan terjadi. Ini hanya semacam perenungan tentang hadits-hadits akhir zaman yang puncaknya bertujuan untuk semakin bersemangat dalam menyiapkan bekal untuk Hari Akhir.

Kalau dibaca dan diamati hadits-hadits mengenai tanda-tanda akhir zaman –baik yang kecil maupun besar; yang terjadi maupun yang belum terjadi– ada kesamaan pola yang bisa dicatat, yaitu: banyak sekali tanda-tanda akhir zaman yang sudah terjadi bahkan sejak di abad pertama kelahiran Islam. Kelaharin Nabi Muhammad ﷺ sendiri, menurut keterangan hadits, juga menunjukkan akhir zaman.

Oleh karena itu, ketika di sini dikemukakan 10 tanda mengenai akhir zaman yang mirip dengan kondisi saat ini, maka itu bukan berarti memastikan atau menentukan tapi hanya sebagai bahan renungan agar umat Islam lebih bersiap untuk menyiapkan bekal akhirat.  Kalau di zaman Nabi saja dikatakan kiamat sudah dekat, terlebih di masa sekarang yang sudah 15 abad lebih.

Pertama, terangkatnya ilmu. Maksud dengan terangkatnya ilmu di sini adalah banyaknya ulama yang diwafatkan. Kematian ulama disebut sebagai tanda akhir zaman. Ketika mereka banyak yang meninggal, maka itu artinya sebagian ilmu dicabut Allah dari bumi. Akibat sosialnya, masyarakat kehilangan suluh untuk menerangkan setiap persoalan agama yang ingin mereka tanyakan.

Ada beberapa hadits terkait tanda ini, di antaranya:

إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ: أَنْ يُرْفَعَ العِلْمُ وَيَثْبُتَ الجَهْلُ، وَيُشْرَبَ الخَمْرُ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا

“Sesungguhnya diantara tanda-tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu dan merebaknya kebodohan dan diminumnya khamer serta praktek perzinahan secara terang-terangan.” (HR. Bukhari)

Dalam hadits yang lain, yang dimaksud diangkatnya ilmu bukanlah sekaligus, tapi dengan diwafatkannya ulama. Sabda Nabi:

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

“Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari).

Pada masa pandemi ini, satu persatu ulama diambil oleh Allah. Bukan saja di Indonesia, di luar negeri pun demikian. Fenomena semacam ini seyogianya membuat mukmin semakin semangat dan wasapada. Semangat menyiapkan bekal akhirat, dan waspada dalam memilah dan memilih ulama untuk berkonsultasi.

Kedua hingga kelima: (2) banyak terjadi gempa, (3) waktu terasa berjalan cepat, (4) timbul berbagai fitnah, (5) banyak terjadi pembunuhan. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah ﷺ.

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضَ العِلْمُ، وَتَكْثُرَ الزَّلاَزِلُ، وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ، وَتَظْهَرَ الفِتَنُ، وَيَكْثُرَ الهَرْجُ – وَهُوَ القَتْلُ القَتْلُ – حَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمُ المَالُ فَيَفِيضَ

“Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali setelah hilangnya ilmu, banyak terjadi gempa, waktu seakan berjalan dengan cepat, timbul berbagai macam fitnah, Al Haraj -yaitu pembunuhan- dan harta melimpah ruah kepada kalian.” (HR. Bukhari).

Kalau diperhatikan informasi BMKG betapa gempa hampir terjadi tiap hari. Kejadian baru-baru ini di Mamuju adalah penting untuk dijadikan renungan. Kelak ketika kiamat sudah tiba, maka akan terjadi gempa yang lebih dahsyat. Oleh karena itu, fenomena gempa yang ada bisa dijadikan pemantik untuk mengingat dahsyatnya hari kiamat sehingga semakin gencar beramal shalih.

Sebelum era digital, orang sudah banyak yang merasa waktu terasa cepat. Di era digital seperti itu, waktu terasa semakin singkat dan cepat. Apa-apa sangat dimudahkan dimanjakan oleh kecanggihan teknoligi. Seoalah-olah waktu sudah seperti dilipat; terasa tidak ada jarak meski secara teritorial berjauhan.

Kalau diperhatikan dewasa ini, betapa fitnah memang sedang gencar-gencarnya. Di dalam negeri betapa sesama umat Islam saja kadang tak jarang yang saling tuduh. Beda orientasi politik saja sudah bermusuhan seolah-olah bukan saudara sesama Muslim. Pemebelahan internal umat terlihat dengan kasat mata. Umat Islam seolah dipaksa untuk berkubu-kubu: kalau tidak di kubu A, bararti divonis kubu B dan seterusnya.

Peristiwa pembunuhan sebelum pandemi, sudah sangat banyak diberitakan oleh berita-berita kriminal. Terlebih setelah pandemi, betapa banyak terjadi pembunuhan. Seorang ibu membunuh tiga anaknya lalu bunuh diri akibat kesusahan ekonomi dan masih banyak yang lainnya.

Keenam sampai sepuluh : (6) pemimpin bodoh (7) banyak aparat yang tak adil (8) hukum diperjual belikan (9) darah ditumpahkan dengan mudah (10) Saling memotong silaturahmi.

بَادِرُوا بِالْمَوْتِ سِتًّا: إِمْرَةَ السُّفَهَاءِ، وَكَثْرَةَ الشُّرَطِ، وَبَيْعَ الْحُكْمِ، وَاسْتِخْفَافًا بِالدَّمِ، وَقَطِيعَةَ الرَّحِمِ، وَنَشْوًا يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ يُقَدِّمُونَهُ يُغَنِّيهِمْ، وَإِنْ كَانَ أَقَلَّ مِنْهُمْ فِقْهًا

“Bersegeralah melakukan enam hal sebelum datang kematian: dari pemimpin bodoh, banyaknya ajudan (aparat yang tak menjalankan hokum dengan adil), hukum diperjualbelikan, darah tertumpah dengan mudah, saling memotong tali silaturrahmi, dan keturunan yang menjadikan Al Qur’an bagaikan seruling, mereka dahulukan siapa saja yang bisa menyanyikannya walaupun dia adalah orang yang tidak mengerti persoalan agama.”  (HR. Ahmad).

Di sini kita tidak hendak menuduh siapa-siapa, fenomena seperti jauh sebelum pandemi juga sudah banyak: bagaimana seorang pemimpin dipilih bukan berdasarkan keahlian dan kapasitasnya, tapi lebih dipilih karena citra dan elektabilitasnya, sehingga yang menang tidak otomatis yang layak dan patut mengemban kekuasaan. Ini bisa direnungkan di berbagai lini.

Dalam riwayat Ahmad yang lain disebutkan Nabi Muhammad ﷺ bersabda kepada Ka’b bin’ Ujroh, “Semoga Allah melindungimu dari pemerintahan orang-orang yang bodoh”, (Ka’b bin ‘Ujroh Radliyallahu’anhu) bertanya, apa itu kepemerintahan orang bodoh? (Rasulullah ﷺ) bersabda: “Yaitu para pemimpin negara sesudahku yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak pula berjalan dengan sunnahku, barangsiapa yang membenarkan mereka dengan kebohongan mereka serta menolong mereka atas kedholiman mereka maka dia bukanlah golonganku, dan aku juga bukan termasuk golongannya, mereka tidak akan datang kepadaku di atas telagaku, barang siapa yang tidak membenarkan mereka atas kebohongan mereka, serta tidak menolong mereka atas kedholiman mereka maka mereka adalah golonganku dan aku juga golongan mereka serta mereka akan mendatangiku di atas telagaku.”

Demikian juga ketidak adilan juga banyak dijumpai. Hukum tegak hanyak ke bawah dan tumpul ke atas. Hanya ditegakkan kepada orang yang bersebrangan, tapi kepada kawan dan sejawat sendiri, tiba-tiba menjadi lunak.  Demikian pula kasus penumpahan darah dengan sangat mudah.

Fenomena memutus silaturahim juga sangat gencar diera digital. Memang kemajuan teknologi membuat silaturahim semestinya lebih gampang dan mudah. Namun, juga sangat gampang terputus. Hanya karena beda pendapat, beda pilihan politik, beda dukungan dan perbedaan kecil lainnya yang seharusnya tak semestinya memutus silaturahim, akhirnya terputus dan berkelanjutan di media sosial. Saling sindir, bully, nyinyir dan lain seabagainya.

Sebenarnya, masih banyak hadits-hadits lain mengenai fenomena akhir zaman. Hanya saja, 10 tanda dalam tulisan ini kiranya cukup untuk dijadikan pelajaran bahwa kiamat semakin dekat. Tanda-tanda kecilnya sudah banyak terjadi. Melihat tanda-tanda ini, seyogianya membuat umat Islam kian mengintrospeksi diri, memperbanyak amal shalih, menjaga persatuan dan kesatuan serta sibuk menyiapkan bekal untuk akhirat.*/Mahmud Budi Setiawan

HIDAYATULLAH