Tangan Berbagi

Tamu agung nan mulia itu sudah benar-benar mengunjungi kita, Ramadhan Kariim. Bulan yang secara literal betul-betul menjadi bulan pembeda dengan bulan lain. Bulan yang memiliki kekhasan tersendiri.

Beberapa pembeda Ramadhan dengan bulan lain itu di antaranya; bulan diturunkannya Alquran (QS. Al Baqarah [2]: 185), bulan yang di dalamnya ada Lailatul Qadar (Malam Kemuliaan) (QS Al Qadr [97] : 1-30, bulan yang digunakan untuk menjalankan salah satu Rukun Islam (Puasa) (QS Al Baqarah [2]: 183).

Ramadhan juga bulan yang jika mengerjakan perbuatan-perbuatan baik di dalamnya seperti puasa dan salat tarawih, akan menghapuskan dosa-dosa (kecil) yang telah lalu (HR Bukhari).

Selain itu, Ramadhan juga bulan yang dibuka pintu surga, dibuka pinta rahmat, ditutup pintu neraka, dan setan dibelenggu (HR Muslim), bulan yang amalan sunah akan diganjar pahala layaknya amalan Wajib (HR Muslim), bulan yang berlipat pahala menjadi 70 kali bagi amalan wajib (HR Muslim).

Di antara yang sangat khas dengan Ramadhan adalah semangat berbagi yang mencolok. Semangat menjadikan tangan berbagi. Dari berbagai generasi. Seperti dalam rekam sejarah seorang sahabat bernama Abdullah Ibnu Umar RA.

Beliau memiliki kebiasaan berbuka puasa bersama anak yatim dan orang miskin. Bahkan terkadang putra tercinta sahabat mulia, Umar bin Khatab RA ini tidak berbuka meski sudah Maghrib ketika keluarganya belum menghadirkan para fakir miskin di rumahnya.

Datuk dari Khalifah terkemuka Dinasti Umayyah, Umar bin Abdul Aziz ini termasuk pengusaha kaya, hartanya halal berlimpah, karena beliau seorang pedagang sukses yang amanah.

Beliau juga mendapat gaji dari Baitul Mal Negara. Namun saat Ramadhan, semua itu tidak beliau simpan sendiri, akan tetapi beliau bagikan kepada fakir miskin dan orang yang meminta-minta.

Ayub bin Wail Ar-Rasibi pernah menyaksikan kejadian menakjubkan tentang beliau. Suatu hari Ibnu Umar mendapat kiriman harta senilai 4.000 dirham (sekitar Rp 680 juta) dan satu baju yang ada bulunya. Keesokan harinya, Ayub bin Wail ini melihat Ibnu Umar di pasar membeli pakan kudanya dengan utang.

Ayub pun keheranan. Karena baru kemarin Ibnu Umar baru mendapat uang 4.000 dirham, tapi untuk membeli pakan kuda saja pakai utang. Karena penasaran, Ayub kemudian datang menemui keluarga Ibnu Umar, ingin tahu, apa gerangan yang terjadi.

Cerita keluarganya, “Uang itu belum sempat menginap semalam, namun sudah dibagikan semuanya kepada fakir miskin. Lalu beliau mengambil baju yang ada bulunya, beliau pakai keluar rumah, dan ketika pulang, baju itu sudah tidak ada. Ketika kami tanyakan, beliau sudah berikan baju itu kepada fakir miskin.”

Adakah sekarang di bulan mulia yang baru beberapa hari ini tergerak secara masif di antara kita menikmatinya dengan menjadikan tangan kita tangan berbagi, tangan Abdullah bin Umar. Insya Allah, semoga.

 

Oleh: Ustaz Muhammad Arifin Ilham

sumber: Republika Online