Perilaku Mulia Rasulullah SAW kepada Non-Muslim

Teladan Rasulullah Mempersatukan Umat

Peringatan Maulid Nabi tahun ini jatuh pada Jumat (1/12) besok. Maulid Nabi merupakan momentum untuk mempererat ikatan persaudaraan umat Islam, sehingga tercipta persatuan yang kokoh dan harmonis di tengah masyarakat.

Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, Prof Muhammadiyah Amin mengatakan bahwa dalam rangka memperingati Maulid Nabi, umat Islam harus meneladani cara Nabi Muhammad mempersatuan umat yang berbeda keyakinan saat berhijrah ke Madinah.
“Jadi pertama bahwa Nabi Muhammad menyatukan umat yang berbeda. Jadi jangankan sesama umat Islam tapi umat yang berbeda keyakinan saja bisa disatukan,” ujarnya kepada Republika.co.id, Kamis (30/11).
Ia mengatakan, Nabi Muhammad pernah menyatukan antara suku Suku Aus dan Khazraj yang telah bermusuhan sejak zaman jahiliyah. Ketika Nabi berhijrah dari Makkah ke Madinah, permusuhan di antara mereka pun berhenti karena Rasulullah telah mendamaikannya.
“Waktu hijrah dari Makkah ke Madinah bisa menyatukan antara kaum yang berbeda-beda itu. Di kalangan umat sendiri juga harus bisa mempersatukan umat. Karena itu, kami berharap bahwa yang perlu diteladani dari nabi itu meningkatkan kesatuan dan persatuan umat,” kata Muhammadiyah.
Islam sendiri menyatakan bahwa seluruh kaum Muslimin adalah bersaudara sebagaimana disebutkan dalam firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 10, yang artinya “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara”.
Saat hijrah ke Madinah, Rasulullah berhasil mempersatukan umat muslim menjadi bersaudara dan Rasulullah membuat perjanjian dengan kaum Yahudi untuk bersahabat. Saling tolong menolong terutama bila ada serangan musuh di Madinah dan mereka harus sama-sama memperhatikan negeri.
Selain itu kaum Nasrani juga merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadah menurut kepercayaan mereka. Itulah salah satu perjanjian yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.