Terkesan Pergaulan Umat Islam, Petrus Sekeluarga Bersyahadat di Kupang

Petrus sehari-hari bekerja sebagai tukang kuli bangunan. Ia pun tak ketinggalan ketika mendengar akan ada pembangunan masjid. Ia turut mengambil bagian membangun masjid bersama masyarakat Muslim sekitar.

 

Kemarin, Ahad (23/07/2017), di Masjid Agung Baiturrahman Perumnas, Jl Ainiba No 17, Perumnas, Nefonaek, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, NTT, satu keluarga mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Imam Amir Kiwang dan puluhan jamaah yang hadir.

Sebut saja Petrus (bukan nama sebenarnya), beberapa waktu lalu ia datang menemui Ustadz Sarifudin mengutarakan niatnya berpindah agama. Sarifudin, dai kelahiran NTT yang kini bertugas di kampung halamannya, pedalaman Soe, menanyakan niat baik Petrus.

“Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya sang ustadz.

“Begini, Ustadz, saya sekeluarga ingin memeluk agama Islam. Bolehkah?” kata Petrus.

Tak menunggu lama, langsung saja Sarifudin menyambut kabar gembira dari Petrus. Sarifudin segera mengabarkan kepada Ustadz Pono di Kupang. Pono, dai yang juga aktif membina Desa Fatukopa, Soe TTS, NTT, bersama Sarifudin. Pono pun menyampaikan agar Petrus beserta keluarga berangkat ke Kota Kupang untuk segera disyahadatkan.

Hidayah yang didapat Petrus sekeluarga bermula dari kisah setahun lalu. Saat itu, ada seorang donatur dari Jakarta bernazar ingin membangun masjid. Ketika dicari tempat yang layak, donatur ini menemukan tempat pembangunan masjid di desa tempat tinggal Sarifudin dan Petrus.

Petrus sehari-hari bekerja sebagai tukang kuli bangunan. Ia pun tak ketinggalan ketika mendengar akan ada pembangunan masjid. Ia turut mengambil bagian membangun masjid bersama masyarakat Muslim sekitar.

Lama bergaul, ia sangat berkesan dengan kehidupan dan pergaulan orang-orang Islam. Anak-anak Petrus pun selalu diperhatikan oleh Pono dan Sarifudin. Dari situlah ketertarikan Petrus di awal mengenal Islam.

 

Hari bersejarah, Ahad kemarin, tepat pukul 10.30 WITA, Petrus bersyahadat di hadapan Imam Masjid. Walau terbata-bata mengucapkan dua kalimat syahadat, tetapi semangat keislamannya ia buktikan lebih dulu sebelum memeluk Islam. Yakni ia bersama anak-anaknya telah dikhitan oleh Pono dan pegiat dakwah lainnya di NTT.

 

Kini nama Islam Petrus adalah Muhammad Nasir, sedangkan istrinya bernama Siti Aisyah, adapun nama anak-anaknya menyusul.

“Semoga istiqamah di atas jalan yang diridhai oleh Allah Subhanahu Wata’ala, yaitu dinul Islam,” doa salah seorang jamaah yang hadir dan mendukung kegiatan itu.

 

* Usman Aidil Wandan, pegiat komunitas menulis PENA. Berita ini hasil kerja sama dengan hidayatullah.com