Tipe-tipe Orang Beriman Menurut Alquran

DENGAN menyebut dua syahadat, seorang hamba telah disebut sebagai muslim dan beriman kepada Allah swt. Namun dari jutaan umat Islam yang ada, tentu mereka memiliki kualitas keimanan yang berbeda-beda.

Berbicara tentang keimanan, ada tipe manusia memiliki keimanan yang kuat dan kokoh dan ada pula tipe manusia yang imannya lemah. Mereka sama-sama beriman kepada Allah namun tipe pertama mampu tetap tegar dan kuat menghadapi semua rintangan dan masalah sementara tipe kedua seperti berjalan di tepian jurang. Sedikit terkena angin masalah bisa merobohkannya.

Tipe yang kedua itu disebut oleh Sayidina Ali bin Abi tholib sebagai sampah masyarakat karena tak memiliki pendirian dalam hidupnya. Mereka ikuti semua seruan yang didengar. Kemanapun angin berhembus, mereka ikut terbawa bersamanya.

Allah pun menggambarkan kelompok semacam ini dalam firman-Nya,

“Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi; maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata.” (QS.Al-Hajj 11)

Allah menggambarkan mereka seperti orang-orang yang sedang berjalan di tepi jurang. Ketika hidupnya nyaman, tentram dan damai maka hatinya tenang dan ingat kepada Allah swt. Tapi mereka tidak siap untuk menghadapi tantangan dan masalah hidup. Ketika rezekinya mulai sempit, bermacam masalah datang, mereka pun tak mampu menghadapinya dan berpaling dari Allah swt.

Di sisi lain, ada pula tipe manusia yang lemah imannya namun mengingat Allah hanya di saat terhimpit dan kepepet. Jika tipe sebelumnya mengimani Allah ketika hidupnya tenang, maka tipe ini mengingat Allah hanya ketika terhimpit dan kesusahan karena tak ada lagi yang dimintai pertolongan kecuali Allah. Namun ketika kesulitan telah hilang, mereka kembali melupakan Allah seakan tidak pernah meminta bantuan kepada-Nya.

“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (kejalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya.” (QS.Yunus:12)

Kedua model keimanan yang lemah ini sama-sama berada di tepian jurang. Iman mereka mudah digoyangkan oleh angin masalah yang datang. Sedikit badai mampu membuat mereka terjatuh dan melupakan Allah swt.

Beda halnya dengan orang-orang yang keimanannya kuat. Allah menggambarkan mereka dalam firman-Nya,

“Hanya ucapan orang-orang Mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami taat.” Dan mereka itulah orang- orang yang beruntung.” (QS.An-Nur 51)

Mereka adalah orang-orang yang berpegang pada prinsip “Samina wa Athona”, taat dan pasrah mutlak dengan ketentuan Allah swt. Karena mereka yakin bahwa apapun yang telah ditentukan dan diatur oleh Allah pasti yang terbaik untuknya. Sehingga sebesar apapun masalah yang ia hadapi, tidak akan sedikitpun berpaling dari jalur Allah swt.

Orang-orang semacam ini memiliki hati yang kuat dan tegar pada Sang Pencipta. Mereka begitu yakin bahwa Sang Pencipta adalah Zat yang paling tahu yang terbaik bagi hamba-Nya.

Jika kita ingin analogikan, para pencipta mobil di Jepang telah menentukan bahan bakar Mobil A adalah bensin. Lalu mungkinkah kita merasa lebih pintar dan menggantinya dengan solar? Atau kita merasa benar-benar kaya dan ingin mengganti bahan bakarnya dengan parfum yang mahal?

Tentu tak mungkin karena si pencipta mobil telah menentukan desain dan bahan bakarnya. Maha Suci Allah dari semua contoh, namun begitulah logika seorang mukmin sejati. Mereka yakin bahwa semua aturan, perintah dan larangan Allah adalah demi kebaikan hamba-Nya karena Dia-lah yang paling tahu seluk beluk ciptaannya. Melanggar aturan Allah sama saja dengan membahayakan diri kita sendiri. [khazanahalquran]

 

MOZAIK