Tips Atasi Istri Suka Emosian

SEORANG ikhwan bertanya, “Istri saya suka emosian ustaz, kalau tidak dilampiaskan katanya kepalanya pusing, mohon nasihatnya ustaz.”

Mantap, kasian suaminya. Tahu apa itu sabar? Sabar itu adalah anda punya sifat sabar, sehingga, anda tidak emosi, itu dia sabar.

Sabar itu sesuatu yang ada di dalam hati kita yang ketika masalah datang memicu emosi kita tidak emosi, itulah sabar. Namun begitu emosi kita terpicu, terpacu, tersulut kita menahannya, itu bukan sabar namanya. Itu kazmul ghaits. Itu ayat dalam surat al-imran (menahan amarah) itu bab lain, itu bukan bab sabar, bab kazmul ghaits (bab menahan emosi).

Supaya tidak pusing harus sabar, kalau anda sabar emosi anda tidak tersulut, ketika emosi tidak tersulut anda tidak perlu setiap hari kazmul ghaits, setiap 3 kali dalam seminggu kazmul ghaits karena kazmul ghaits hanya boleh sekali-kali kalau sering memang insyaallah tensinya naik itu, pusing dibuatnya.

Maka yang namanya sabar itu adalah menyiapkan sabar sehingga ketika masalah yang memicu emosi datang kita tidak terpicu emosi kita karena kita sabar. Tiba-tiba dari belakang mobil orang menabrak mobil kita, kita orang sabar tidak emosi, kita cuma bilang mas hati-hati mas, mas lihat dong kaca spion, itu orang sabar.

Jadi, sabar itu adalah sesuatu sifat yang membuat orang itu sulit untuk tersulut emosinya sulit karena dia orang yang sabar, itu sabar yang paling penting kata Syaikh Abdurrahman Assadi di dalam syarah beliau terhadap hadits sabar (laa taghdhob).

Sabar yang paling penting itu adalah anda siapkan sabar di dalam diri anda sebelum masalah yang memicu emosi datang, sudah ada sabarnya sehingga ketika masalah itu datang anda tidak emosi.

Kalau setiap hari menekan dan menahan emosi itu rumit dan ini menunjukkan bahwa istri anda tidak sabar, maka didik dia untuk apa? Bersabar. Sabar itu punya korelasi yang sangat erat dengan takdir, manakala terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan cepat-cepat hubungkan antara kejadian itu dengan takdir, ini sudah ketentuan Allah, ini sudah takdir Allah, marah pun saya dia tidak akan kembali kepada sedia kalanya.

Anak-anak tanpa sengaja bermain-main kesenggol guci besar yang kita beli dulu di Hongkong. Jatuh, pecah, ooh sudah saatnya guci istimewa ini pecah, memang sudah takdirnya dia hari ini untuk pecah.

Kita pegang anak kita, “Nak awas nak awas, sudah kamu di luar mainnya jangan di dalam ini sudah pecah guci mama yang paling berharga, ketika mama pergi dengan papa di bulan madu ini ke Hongkong. Di halaman sana main.”

Coba kalau kita tidak kaitkan dengan takdir: Itu guci kamu tau guci apa itu? Itu guci (sambil jewer anak), setelah anaknya kesakitan berdarah ini (telinganya) kena kuku mamanya yang tidak di potong-potong. Mulai kasihan: Waduh kasihan anak mama, maafkan mama (aduh, menyesal lagi), itu orang emosi biasanya menyesal setelah dia emosi.

Kata orang Arab:

“Awal dari emosi itu kaya orang gila, akhirnya penyesalan.”

Maka bersabarlah, ikatkan selalu kejadian dengan Allah yang menakdirkan kejadian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu menasihati keluarganya dengan mengatakan:

“Sesungguhnya segala sesuatu apabila ditakdirkan Allah terjadi pasti terjadi.” Wallahu alam. [Ustaz Maududi Abdullah, Lc]

INILAH MOZAIK