Ummu Ma’bad, Penolong Hijrah Nabi

Ummu Ma’bad Al Khuza’iyah, satu nama yang terselip di tengah peristiwa hijrah Nabi Muhammad ke Madinah. Pada masa jahiliyah, ia bukan siapa-siapa. Ia hanyalah seorang wanita Badui sederhana.

Dikisahkan oleh Mahmud Al Mishri dalam Biografi 35 Shahabiyah Nabi, Ummu Ma’bad memiliki nama asli Atikah binti Khalid bin Munqidz.  Ummu Ma’bad menjadi salah satu perempuan ternama dalam Islam setelah Nabi bertamu di tendanya di tengah perjalanan hijrah ke Madinah.

Kala itu, dalam perjalanan hijrah, Rasul dan Abu Bakar melewati tenda milik Ummu Ma’bad. Ummu Ma’bad biasa duduk di depan tenda memberi makan minum kepada siapapun yang lewat, tapi hari itu tak ada apapun yang tersisa.

“Demi Allah, andai kami punya persediaan makanan, tentu sudah aku sediakan untuk kalian. Saat ini, kambing-kambing kami tidak menghasilkan susu, tahun ini juga tahun paceklik,” kata Ummu Ma’bad saat Rasul menanyakan apakah ia memiliki persediaan makanan.

Rasulullah kemudian mengarahkan pandangan kepada seekor domba betina di samping tenda. Domba itu sudah tidak bisa melahirkan dan terlalu tua untuk menghasilkan susu. Rasul pun bertanya, “Apa engkau berkenan jika aku memerah susunya?” Ummu Ma’bad mengizinkan.

Rasulullah kemudian mengusap kantung susu domba itu seraya berdoa. Seketika, kantungnya yang semula kempes menjadi besar dan menggelembung. Beliau pun memerah susu domba itu dan meminumnya hingga puas. Rasul bahkan masih menyisakan satu bejana penuh untuk Ummu Ma’bad.

Tatkala suaminya datang sambil menggiring domba, ia heran melihat ada air susu di dekat istrinya. Ummu Ma’bad menceritakan secara detail tentang sosok yang bertamu ke tenda mereka. Mendengar penuturan istrinya, suami Ummu Ma’bad langsung mengenali Rasulullah dan menyatakan keinginan untuk masuk Islam.

Angin keimanan pun rupanya telah menerpa hati Ummu Ma’bad. Ketika para pemuda Quraisy yang tengah mengejar Rasul itu melintas dan menanyakan keberadaan beliau padanya, ia menjawab, “Kau menanyakan sesuatu yang belum pernah aku dengar sebelumnya.”

Tak lama setelah itu, Ummu Ma’bad dan suami datang ke Madinah untuk berbaiat pada Nabi. Para sahabat mengakui kedudukan Ummu Ma’bad di hadapan Nabi. Hingga akhir hayatnya, Ummu Ma’bad hidup dalam lingkup iman, rajin shalat malam, puasa, dan beribadah pada Allah.

 

 

sumber: Republika Online