Untuk Mendidik Seorang Anak, Butuh Orang Sekampung

Kehidupan tanpa kematian, kesenangan tanpa penderitaan, kekayaan tanpa kemiskinan, kesempurnaan tanpa cacat, kebahagiaan tanpa kesedihan, kehormatan tanpa kerendahan, dan pengetahuan tanpa kealfaan.

Itulah tujuh elemen surga yang akan abadi dan tidak akan pernah hilang. Karena surga sangat bernilai, tentu tak akan mudah untuk mendapatkannya. Diperlukan kesungguhan, kesabaran, kesyukuran, dan ilmu sebagai bekal.

Hal tersebut dikemukakan oleh Ida S Widayanti, praktisi pendidikan dan parenting dalam acara Seminar Parenting bertema “Anak dari Surga Menuju Surga” di Gedung Remaja Kuring, Tangerang, Banten, Sabtu (26/11/2016) lalu.

“Persoalan, kesulitan, dan sekian masalah dalam mendidik anak adalah tantangan sekaligus investasi orangtua untuk meraih surga,” ujar Ida, penulis tetap rubrik Jendela Keluarga di Majalah Suara Hidayatullah.

“Karena surga tempat asal anak-anak kita, maka sesungguhnya Allah Ta’ala telah membekali anak-anak kita dengan potensi untuk meraihnya, berupa kejujuran, ketulusan, kelembutan, kesucian, sifat pemaaf, serta fitrah kesucian,” kata penulis buku-buku parenting ini.

Tantangan Teknologi Informasi

Menurut konsultan di beberapa sekolah ini, untuk meraih surga jelas banyak tantangannya, di antaranya teknologi informasi.

Banyak orang tua yang membolehkan atau membiarkan anak-anaknya bermain gadget, game online, internet, dan nonton televisi tanpa pendampingan. Sehingga anak menjadi kecanduan perangkat berlayar tersebut.

“Padahal, anak tersebut masih usia dini dan belum memahami atau mengerti apa yang ditontonnya. Lebih banyak dampak negatifnya daripada sisi positifnya,” katanya.

Oleh karena itu, kata Ida, rumah, sekolah, dan lingkungan sekitar harus mendukung perkembangan anak ke arah positif. Dengan kata lain, butuh orang sekampung untuk mendidik satu orang anak.

Di sinilah peran orangtua sangat diperlukan, baik ayah maupun ibu.Terutama ayah.

Sebab, kata Ida, yang merujuk salah satu penelitian, ada 17 dialog tematik di dalam al-Qur`an pada 9 surat: 14 dialog antara ayah dengan anaknya, 2 dialog antara ibu dan anaknya, dan 1 dialog antara orangtua tanpa nama.

“Jadi, yang banyak berdialog atau berkomunikasi dengan anak itu justru ayah. Karena itu, sesibuk apapun ayah harus meluangkan waktunya berkomunikasi dengan anak.

Jangan menyerahkan tanggung jawab mendidik anak itu semuanya kepada ibunya (istri), apalagi kepada emba-nya (asisten). Anak butuh perhatian, bimbingan, dan kasih sayang,” ujar Ida.

Harus Optimistis

Meski banyak ujian dan tantangan dalam mendidik buah hati, kata Ida, orangtua harus tetap optimistis dan berprasangka baik kepada Allah Taala.

Kemudian Ida memberi beberapa tips mendidik anak. Di antaranya; ridha Allah (masuk surga) menjadi cita-cita tertinggi, mendidik anak bukan pekerjaan sampingan, jadikan al-Qur`an sebagai pedoman, ikhlas, dan sungguh-sungguh.

“Yang tak kalah penting setelah kita berikhtiar adalah banyak berdoa kepada Sang Pemilik Kehidupan, Allah Subhanahu wa Taala, dengan khusyuk dan penuh harap (roja), ” pungkas Ida, dengan mengutip al-Qur`an Surat Al-Mukmin ayat 60, yang artinya, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”

Acara Seminar Parenting yang dihadiri 300 peserta itu diselenggarakan oleh Sekolah Al-Amanah, Tangerang.*

 

 

sumber: Hidayatullah